Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Rencana Terakhir.

Share

Rencana Terakhir.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 21:34:24

Malam baru saja tiba. Langit Kekaisaran Qingsu tampak jernih, dihiasi rembulan bulat sempurna yang dikelilingi halo samar. Tak ada awan sedikit pun di cakrawala, memungkinkan angin sepoi-sepoi berhembus lembut di atas atap-atap istana yang megah.

Di tengah keheningan itu, sosok Rong Guo melayang turun dari langit, siluetnya tampak seolah baru saja turun dari rembulan. Jubah hitamnya berkibar, memantulkan sedikit cahaya perak dari rembulan, membuatnya terlihat seperti bayangan misterius yang menembus malam.

"Kalung sihir itu sudah kupatahkan," gumamnya pelan. Sorot matanya tertuju pada Istana Qingsu yang megah, penuh dengan penjaga yang waspada. Saat kakinya menjejak bubungan atap istana, ia berdiri tegap, tangannya mencengkeram erat gagang Payung Iblis yang tergantung di pinggangnya.

"Tak ada satu pun dari mereka yang tahu kalau kekuatanku telah pulih, meskipun hanya sekitar tujuh puluh tiga persen," batinnya dengan dingin. "Namun dengan kekuatan ini, setara satu juta jin, aku masih m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin misterius
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Ritual Pemanggilan Roh.

    Waktu terasa sangat lambat, seperti kura-kura yang menyusuri jalan panjang tanpa akhir. Rong Guo tetap waspada saat melewati lorong ruang dan waktu dalam portal antardimensi. Tubuhnya terlihat melayang seolah terbang cepat, tetapi pikirannya tetap jernih. Di tangannya, Payung Iblis terhunus, dengan ujung tajam seperti pedang yang siap menyerang musuh kapan saja.Ia menahan napas dengan teratur, memastikan tidak terengah-engah selama perjalanan. Setiap ototnya menegang, siap menghadapi apa pun yang mungkin ada di ujung portal.Akhirnya, saat yang ditunggu tiba ketika percikan api kecil muncul di depan mata. Rong Guo segera mempererat genggaman pada Payung Iblis, matanya tajam seperti elang yang mengawasi mangsa.“Akhirnya… pintu portal,” bisiknya dalam hati, nada penuh ketegangan bercampur harapan. “Hari ini adalah saatnya! Aku akan melarikan diri dari istana terkutuk ini dan mencari jalan pulang ke Zhen Luo Dalu!” Ternyata, Zhen Luo Dalu adalah dimensi tempat asal Rong Guo, tempat dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Warisan Artefak Kuno   Kebangkitan Zhan Fengxie – Bagian Pertama.

    Rong Guo berdiri di ambang pintu portal, tubuhnya menegang saat merasakan tekanan dahsyat yang datang dari arah Balairung Kekaisaran Hei Tian. Energi itu begitu menindas, membuat udara di sekelilingnya seolah bergetar."Celaka! Mereka sudah bersiaga," gumamnya dengan wajah cemas.Ia segera mengerahkan lebih banyak kekuatan, memusatkan energi Qi hingga totalnya mencapai 1.022.000 jin. Aura pelangi yang menyelimuti tubuhnya mulai berpendar terang, memancarkan tekanan luar biasa.PANG!Serigala Perak yang telah melompat hendak menerkamnya dengan kekuatan sebesar 500.000 jin, terpental jauh saat bersentuhan dengan lapisan energi Qi Rong Guo. Dentuman itu menggema, membuat pilar-pilar di balairung bergetar."Jangan biarkan dia melarikan diri!" seru Putri Jue Yin Xin, suaranya melengking penuh perintah.Dengan gerakan tangannya, Grim Reaper—makhluk spiritual bertudung hitam—muncul, mengayunkan sabit panjangnya dengan gerakan yang nyaris tak terlihat. Tebasan maut itu mengarah langsung ke ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Warisan Artefak Kuno   Kebangkitan Zhan Fengxie – Bagian Kedua.

    Rong Guo berdiri tegak di tengah kobaran sisa api, tubuhnya kini diselimuti armor berwarna putih yang berkilauan. Jubah sihirnya utuh, memantulkan cahaya api sang Phoenix yang kini melemah.“Zhan Fengxie tidak mati!” seru salah satu kultivator dengan suara gemetar. “Armor itu… dan jubahnya… mereka kebal terhadap api Phoenix!”Rong Guo mendengus pelan, bibirnya membentuk seringai kecil. Aura Qi-nya yang kuat kembali menyelimuti tubuhnya. Payung Iblis di tangannya terangkat perlahan, kembali berputar, menciptakan badai yang lebih besar dari sebelumnya.“Siapa yang mau mencoba payung kekuatan ini?” tantang Rong Guo, suaranya menggema di seluruh balairung yang sekarang dipenuhi hawa panas dan tekanan spiritual.Namun, dari arah singgasana, Kaisar Jue Tian Yuan hanya mendengus dingin. Dengan satu gerakan tangan, ia memberikan perintah yang sederhana namun penuh ancaman, “Bunuh dia.”Makhluk spiritual sang kaisar, seekor Phoenix raksasa yang tubuhnya diselimuti api berwarna keemasan, mengep

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Warisan Artefak Kuno   Benteng Kekacauan?.

    Sejak hari itu, nama Zhan Fengxie resmi dinyatakan sebagai buronan di Kekaisaran Hei Tian. Di setiap sudut Kota Raja dan kota-kota lain di Kekaisaran, poster-poster besar dengan wajahnya terpampang jelas, dilengkapi rincian mengesankan tentang tingkat kultivasinya.Pagi itu, suasana pasar kota dipenuhi hiruk-pikuk. Kerumunan orang berjejal di depan papan pengumuman resmi, membaca dan bergunjing tentang sosok yang kini menjadi pusat perhatian.Di tengah keramaian, seorang pria tua dengan suara lantang mulai membacakan isi pengumuman yang baru saja ditempel.“Dicari: Hidup atau mati! Barang siapa yang dapat memberikan informasi tentang tempat persembunyian pengkhianat Zhan Fengxie akan mendapatkan hadiah sebesar dua puluh ribu butir Manna Biru tingkat tinggi!”Keributan pun langsung pecah. Beberapa orang berbisik penuh ketakutan, sementara yang lain berseru penuh semangat.“Dua puluh ribu? Itu lebih dari cukup untuk membeli sebuah rumah besar!” seru seorang warga, suaranya tak dapat men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Warisan Artefak Kuno   Sosok Misterius Dengan Teh Pu Er.

    Bai Gu Tiang adalah anak Walikota di Kota Congju. Di usia dua puluh tujuh tahun, ia baru saja berhasil menembus ranah Pendekar Lotus Emas yang maha mulia, sebuah pencapaian yang langka dan luar biasa.Dengan prestasi ini, ia dipandang sebagai jenius di kalangan penduduk Kota Congju, mendapati perlakuan istimewa dari warga kota yang mengagumi bakatnya.Namun, semua itu tidak sepenuhnya berasal dari usaha dan kemampuannya sendiri, melainkan juga karena pengaruh dan campur tangan ayahnya yang berkuasa, sang Walikota, yang sudah lama duduk di atas takhta pemerintahan kota.Bai Gu Tiang dikenal sebagai sosok yang sangat congkak dan terlampau pemilih. Ia tidak ingin sembarangan dalam mendapatkan hadiah atau penghargaan yang diinginkannya.Suatu hari, ayahnya yang terhormat berdiri di hadapannya, wajahnya serius dan penuh harapan.“Apa kamu sudah memikirkan tentang mahluk spiritual yang akan kamu kontrak, anakku?” tanyanya.“Kamu adalah satu-satunya di keluarga Bai yang berhasil mencapai tin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Warisan Artefak Kuno   Pedang dan Undangan.

    Seketika darah Bai Gu Tiang mendidih mendengar permintaan dari sosok yang berdiri tegak di jalanan hutan itu. Wajahnya memerah, bukan karena panas matahari, melainkan oleh amarah yang meluap tanpa kendali.“Kamu manusia tak tahu diri!” serunya dengan suara lantang yang menggema di antara pepohonan pinus. "Aku, seorang tuan muda yang terhormat, sudah merendahkan diri dengan menyapamu ramah, namun kau justru meminta lebih!”Teriakan itu membuat burung-burung yang bertengger di dahan terbang kaget, meninggalkan jejak sayap yang samar di langit senja.Bai Gu Tiang menghunus pedangnya dengan gerakan cepat, lalu mengacungkannya tinggi-tinggi."Hayo minggir! Kalau tidak, pedang ini akan berbicara!" lanjutnya dengan nada penuh penekanan. Ujung pedangnya berkilat tajam di bawah cahaya matahari yang menyusup. Sementara hembusan angin menggoyangkan daun-daun pinus, seolah mereka pun gentar akan ancaman itu.Namun, sosok bercaping jerami di hadapannya tetap tenang. Ia berdiri dari posisi duduk di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Warisan Artefak Kuno   Ujian Di Jembatan.

    Hundun Yaosai—atau yang dikenal sebagai Benteng Kekacauan—adalah sebuah struktur kuno yang telah berdiri megah di Qi Tu Dalu selama ribuan tahun.Tidak ada yang tahu pasti kapan atau bagaimana benteng ini pertama kali dibangun. Beberapa legenda menyebutkan bahwa benteng ini tercipta saat dewa-dewa turun dari nirwana, melihat kekacauan dunia akibat perang besar antara manusia dan makhluk spiritual.Untuk menengahi kekacauan itu, mereka membangun Hundun Yaosai sebagai tempat perburuan dan penyelesaian konflik.Namun, kini Hundun Yaosai tidak hanya sebuah arena.Di dalamnya, manusia dan makhluk spiritual bersaing dalam permainan hidup dan mati. Seorang hunter bisa meraih kejayaan dengan menjinakkan makhluk spiritual dan menjadikannya kontrak, atau justru kehilangan nyawa dan menjadi mangsa para makhluk buas itu.Ren Jie berdiri di ujung jembatan penghubung yang menjulang di atas parit selebar lima puluh meter, melingkari benteng seperti naga melindungi sarangnya.Air di parit tampak tena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Warisan Artefak Kuno   Proyek Mesin Qi.

    Istana Hei Tian – Qi Tu DaluHawa tegang memenuhi aula megah Istana Hei Tian. Para pejabat tinggi kekaisaran berdiri dalam barisan rapi di hadapan Kaisar Jue Tian Yu, wajah mereka dipenuhi kecemasan yang sulit disembunyikan.Di atas singgasana emas yang menjulang megah, Kaisar Jue Tian Yu duduk dengan ekspresi muram. Sorot matanya tajam seperti sebilah pedang, menekan setiap jiwa yang berdiri di bawahnya. Tak satu pun dari mereka berani mengangkat kepala untuk menatap sang penguasa."Sudah hampir satu bulan sejak aku memerintahkan penangkapan Zhan Fengxie," suara Kaisar Jue Tian Yu bergema di aula, berat dan menggelegar seperti guntur di tengah badai."Namun hingga saat ini, tak ada satu jejak pun yang kalian temukan! Apa kalian semua hanya tiga puluh orang yang sibuk mencari jarum di tumpukan jerami?!"Catatan, tiga puluh orang mencari sebatang jarum adalah idiom Tiongkok, yang artinya banyak orang dengan sumber daya yan banyak, namun hanya sia-sia demi mencari satu orang.Wajah para

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   Kebangkitan Baru.

    “Apakah Tuan berdua dari Benua Podura?” tanya An Luo Xing. Suaranya bergetar halus, mencerminkan campuran rasa takut dan harap yang bersarang di hatinya.Tatapannya tak berani menatap lurus ke arah kedua pria asing itu, yang berdiri tegap dengan aura yang menekan. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar kencang.Pria asing yang mengenakan zirah gelap itu mengerutkan alisnya. Pandangannya tajam seperti bilah pedang saat ia menjawab dingin,“Anda siapa? Kami hanya ingin bertemu Tuan An Lushan.”Kata-kata itu menghantam An Luo Xing seperti gelombang badai. Sejenak pikirannya terasa kosong, napasnya tercekat. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu? Ayahnya, An Lushan, telah tewas bertahun-tahun lalu dalam perang besar melawan dataran tengah.“Bukankah ayah tewas demi membela mereka, Benua Podura? Bagaimana bisa mereka tak tahu hal ini? Ada sedikit rasa tidak senang dihat An Luo Xhing.Sementara pikirannya berusaha mencerna situasi, ia merasakan kemarahan membara di dadanya.Namun, ia seg

  • Warisan Artefak Kuno   Kehebohan Di Kota Puncak Matahari.

    Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me

  • Warisan Artefak Kuno   Domain Bangau Kaki Satu.

    Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije

  • Warisan Artefak Kuno   Bangau Kaki Satu.

    Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Kera Peringkat Transcendent.

    Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

DMCA.com Protection Status