Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Cakar tengkorak Iblis.

Share

Cakar tengkorak Iblis.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-30 16:02:57

Melihat Bao Xuan, sang Roque Kultivator, yang dengan mudahnya mendapat panggung dan menjadi pusat perhatian semua orang, diam-diam lima jenius dari lima Sekte Bintang Lima Kekaisaran Jin Shuang merasa tidak puas.

Dengan memenangkan pertarungan dalam waktu singkat, Bao Xuan tidak hanya mencoreng wajah Sekte Pedang Surgawi, tetapi juga memancing kemarahan dari banyak orang. Kesombongan Bao Xuan setelah kemenangan tersebut semakin membakar amarah penonton, yang merasa tersinggung dan marah melihat sikapnya yang merendahkan.

"Izinkan aku memperkenalkan diri," Bao Xuan memulai, suaranya dipenuhi arogansi yang tak tersembunyi.

"Memang benar, aku seorang Roque Kultivator. Namun, aku bukanlah petarung sembarangan. Aku datang dari Kekaisaran Tian Yu, dataran Tengah, hanya untuk melihat-lihat keramaian. Siapa yang menyangka, kepandaian anak muda di Kekaisaran ini sungguh mengecewakan. Hanya dengan satu jurus saja, jenius Sekte Pedang Surgawi itu langsung keok!"

Bao Xuan mengipas-ngipas tubuhnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Christyvera liem
ceritanya bagus, bahasanya simple ringan di baca, gak kayak novel yang lain pakai kata2 tingkat tinggi bikin sakit kepala jadi malas bacanya,
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
mantap..... #3
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Li Yong dari Akademi Xuehua.

    Semua mata tertuju pada panggung dengan rasa deg-degan yang semakin memuncak. Suara decitan cakar tengkorak iblis menimbulkan angin kencang yang berkesiuran, menambah ketegangan di udara.Asap putih mengepul dengan densi menyesakkan, menutupi area pertarungan seperti kabut dingin yang menutupi lanskap beku.Di tengah kabut tersebut, tidak terdengar suara lolongan kesakitan dari Bao Xuan, seolah-olah dia tak tersentuh oleh serangan Wei Qiang.Keheningan itu menambah kecemasan di hati para penonton, membuat mereka bertanya-tanya:"Apakah Bao Xuan benar-benar setangguh itu? Bahkan Wei Qiang dari Sekte Bayangan Hitam tak mampu mengalahkannya dalam sepuluh jurus?""Semoga saja di akhir serangan ini, Wei Qiang yang akan keluar sebagai pemenang!"Para penonton memanjatkan doa dalam hati, penuh kekhawatiran.Tindakan Bao Xuan yang sangat percaya diri sebelumnya telah menanamkan benih keraguan dalam pikiran mereka. Suara gemuruh penonton memenuhi udara, menambah ketegangan dan menantikan hasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Warisan Artefak Kuno   Kipas Pengacau Lautan.

    "Hidup Li Yong!""Hidup Akademi Xue Hua!""Kultivator Jin Shuang pasti menang!""Hajar penyusup itu!"Sorakan membahana dari ribuan penonton menggetarkan arena, memberi semangat tanpa henti kepada jagoan mereka, Li Yong. Suara-suara itu bagaikan gelombang lautan yang tak terhentikan, memenuhi udara dengan energi yang hampir terasa menggema di dada siapa saja yang mendengarnya.Di antara gemuruh itu, para pemimpin sekte, baik dari Sekte Bintang Empat hingga Sekte Bintang Lima, hanya mengangguk pelan, seolah kemenangan sudah terpatri di tangan Li Yong.Tatapan mereka penuh keyakinan, seakan-akan tidak ada kemungkinan lain selain kejayaan Akademi Xue Hua."Akademi Xuehua bukan nama kosong belaka! Tak mungkin Li Yong kalah dari pemuda yang hanya kultivator jalanan seperti Bao Xuan itu!" Wang Yunzhong, pemimpin Akademi Xuehua, berbisik lirih.Meski suaranya hanya bisikan, energi sejati yang digunakannya membuat suaranya terdengar jelas di seluruh panggung utama. Kata-katanya memotong udara

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Warisan Artefak Kuno   Menang Lagi!

    Ketika semua orang terpaku dalam keheningan yang mencekam, terpesona oleh pertunjukan yang luar biasa dari Bao Xuan, sang ahli dari Kekaisaran Tian Yu.Ouyang Fai tidak bisa menahan kekagumannya. Dengan mata yang masih terbelalak, dia berbisik kepada Rong Guo yang duduk di sampingnya."Saudara Rong, prediksi Anda sungguh mengesankan. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa Li Yong akan dipaksa bertekuk lutut, tepat seperti yang dijanjikan Bao Xuan. Tidak lebih dari dua puluh jurus!"Senyum tipis terulas di sudut bibir Rong Guo, nyaris tak terlihat, namun penuh makna. Dengan suara rendah yang hampir menyatu dengan desiran angin, dia menjawab,"Aku hanyalah orang biasa, tak punya tempat di antara para ahli di atas panggung itu. Namun, meski begitu, aku bisa memprediksi bahwa kemenangan akan berada di tangan Bao Xuan."Kata-kata Rong Guo terasa seolah membawa hawa dingin yang meresap ke dalam hati Ouyang Fai. Rasa penasaran menggelayut di wajahnya, membuatnya semakin terdesak untuk mendapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Warisan Artefak Kuno   Zhou wen dari Sekte Langit Biru,

    Karena Bao Xuan meminta waktu istirahat satu hari sebelum melanjutkan pertarungan melawan jenius muda nomor satu Kekaisaran Jin Shuang, panitia Kompetisi Naga pun mengumumkan dengan suara lantang,“Kontes akan dilanjutkan besok pagi!”Senja itu, halaman istana Kekaisaran yang biasanya riuh berubah sunyi, seolah tertelan oleh keheningan malam.Namun, suasana berbeda justru terjadi di area Pasar Kota, di mana berdiri banyak rumah makan, rumah teh, dan tempat hiburan.Hiruk-pikuk perbincangan tentang pertandingan esok hari memenuhi udara, menyelimuti kota dengan kegelisahan yang tak terucapkan. Kekhawatiran membayangi setiap obrolan, terutama tentang kemungkinan kemenangan Bao Xuan."Menurutmu, bagaimana peluang besok antara Zhou Wen, jenius nomor satu dari Sekte Langit Biru, melawan Bao Xuan?" tanya seorang pria dengan suara cemas, matanya berkilat-kilat di bawah sinar lampu jalan yang remang."Jelas kemenangan sudah pasti di tangan Zhou Wen," jawab temannya dengan penuh keyakinan."Seb

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Warisan Artefak Kuno   Puncak Kesombongan.

    Kata-kata Bao Xuan benar-benar menyakitkan, menggores harga diri setiap orang yang mendengarnya. Wajah-wajah di sekitar mulai memerah, amarah merambat di antara kerumunan, namun tak seorang pun berani melangkah maju.Di antara mereka, ada jago-jago tua, pemimpin sekte-sekte besar yang dihormati, namun mereka hanya diam.Dunia persilatan memiliki aturannya sendiri—urusan dan konflik anak muda tak seharusnya dicampuri oleh yang lebih tua. Lagipula, Kompetisi Naga ini adalah gagasan pihak Kekaisaran, ajang untuk merekrut darah baru yang akan memperkuat prestise Kekaisaran Jin Shuang di mata dunia Benua Longhai.Namun, Bao Xuan terlihat semakin angkuh, percaya diri yang berlebihan terpancar dari setiap gerakannya.Ketika menyadari tidak ada seorang pun yang bersuara membantahnya, dan tak ada anak muda yang berani naik ke pentas untuk menantangnya, Bao Xuan mulai berbicara lebih dari yang seharusnya.“Saudara-saudara dari dunia persilatan Kekaisaran Jin Shuang, aku Bao Xuan, seorang kultiv

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Warisan Artefak Kuno   Imam Guo, sang Dewa Penyelamat.

    Mata Bao Xuan menyipit tajam, mengamati sosok Imam muda yang berdiri tidak jauh darinya, hanya berjarak sekitar lima tombak.Imam itu mengenakan jubah sederhana khas seorang Taois, rambutnya diikat rapi di atas kepala, menambah kesan ketenangan yang memancar dari dirinya.Namun, di balik kesederhanaan itu, Bao Xuan bisa merasakan aura berbahaya yang memancar, membuat kewaspadaannya semakin meningkat.“Guru Tao muda, siapa nama Anda? Apakah Guru Tao ini mewakili sekte tertentu, atau berasal dari klan dan aliran di Jin Shuang ini?” Bao Xuan berbicara dengan hati-hati, nadanya penuh kehati-hatian.Ia tidak ingin sembarangan dalam menyusun kata-kata setelah melihat kehebatan Qinggong yang ditampilkan oleh Imam muda itu.Sebenarnya, bukan hanya Bao Xuan yang terkejut pada saat itu. Para pemimpin Sekte Bintang Empat dan Bintang Lima yang menyaksikan kejadian itu diam-diam terkesiap, ketakjuban jelas terpancar dari wajah mereka.“Ilmu meringankan tubuh yang sangat sempurna!”“Kemunculannya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Warisan Artefak Kuno   Organisasi Qingxue.

    Keesokan harinya, setelah kejadian pertarungan yang menggemparkan, Rong Guo dijadwalkan untuk menghadap ke istana kekaisaran. Di sanalah dia akan menerima hadiah utama yang diincar banyak orang—Pil Zhen Long, simbol kekuatan dan penyembuhan yang sangat didambakan.+++Sehari sebelumnya...Hari itu, di atas panggung yang masih terasa hangat oleh gemuruh pertempuran sebelumnya, seseorang yang tidak dikenal oleh Rong Guo melangkah maju dengan tenang.Pria itu, berperawakan tinggi dengan jubah merah yang berkilau di bawah sinar matahari sore, mengeluarkan sebuah gulungan dan membacakan pengumuman dengan suara yang lantang dan penuh wibawa.“Organisasi Qingxue dengan ini mengumumkan bahwa daftar peringkat Naga Muda akan segera diperbarui dan dikeluarkan pada malam ini!”Suara pria itu bergema di seluruh arena, membuat para hadirin yang tersisa menahan napas.Tak jauh dari sana, seorang prajurit dengan zirah perak yang mengilap, duduk tegak di atas kuda Suiji Ma – Kuda sembrani yang gagah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Warisan Artefak Kuno   Pangeran Mahkota.

    Rong Guo dan Ouyang Fai sedang menikmati teh di Rumah Teh Krisan, tempat di mana suasana tenang dan damai selalu menjadi daya tarik utama.Di antara kepulan asap teh yang wangi, alunan musik Guzheng dan Pipa terdengar lembut, dimainkan oleh gadis-gadis opera yang memiliki suara merdu dan wajah yang menawan.Suara petikan senar yang harmonis itu melengkapi suasana, membuat setiap tegukan teh terasa lebih nikmat. Namun, keheningan yang nyaman itu tiba-tiba terpecah oleh sebuah keributan yang tak terduga."Pangeran Mahkota memasuki aula! Semua membungkuk dan memberi hormat!" teriak seorang penjaga, suaranya memantul di antara dinding aula, seolah menggema di telinga setiap orang yang hadir.Suara derap kaki prajurit dengan sepatu besi mengiringi perintah itu, diikuti oleh gemerincing baju zirah yang bergesekan.Suasana yang semula tenang kini berubah menjadi mencekam. Bahkan gadis-gadis pemusik yang sebelumnya tampak anggun dengan senyum mereka, tiba-tiba menghentikan permainan musik mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   Kehebohan Di Kota Puncak Matahari.

    Diatas kapal roh yang bergerak menuku Benua Longhai, dua orang prajurit berdiri sigap, namun dengan wajah yang mengeras.Sebenarnya, bukan karena Balaghun tidak penasaran. Ia pun terbungkus rasa ingin tahu yang mendalam, namun ia tahu betul bahayanya.Khagan adalah sosok yang bengis, penuh rahasia yang terkadang lebih mematikan dari pedang. Siapa pun yang mencoba menggali rahasia-rahasia itu akan berisiko kehilangan nyawa.Keheningan kembali melanda, hanya angin musim gugur yang berdesir di sekitar mereka. Di tengah malam yang dingin itu, keduanya berdiri tegak, berusaha mengusir rasa dingin yang mulai merayap ke tubuh mereka melalui celah-celah zirah.Secara refleks, mereka bergerak sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dengan gerakan olah raga sederhana.Namun, tiba-tiba, dengan suara lebih lembut, Balaghun memanggil Orhan."Kemari, anak muda." Suaranya kini terdengar lebih hati-hati, berbeda dari nada keras sebelumnya. "Sebenarnya... aku juga penasaran dengan benda itu."Balaghun me

  • Warisan Artefak Kuno   Domain Bangau Kaki Satu.

    Mahluk legendaris Bangau Berkaki Satu segera membungkus Rong Guo dalam cahaya yang begitu cerah. Sekelilingnya seketika memudar, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada dalam sebuah domain yang terpencil, sunyi, dan seolah terlepas dari waktu.Ruang itu tidak seperti dunia luar—begitu hening, begitu murni, seakan tidak ada yang bisa mengganggu kesempurnaannya.Langit di atasnya berwarna putih keperakan, tanpa awan, tanpa matahari, seakan berada di luar batasan dunia. Udara terasa begitu ringan dan segar, namun ada kekosongan yang aneh, seperti udara yang kehilangan bobotnya.Di bawah kakinya, tanah terasa halus dan dingin, namun bukan tanah biasa. Permukaannya seperti kristal, berkilau lembut dengan cahaya yang datang entah dari mana.Tidak ada suara angin, tidak ada binatang, hanya sebuah kesunyian yang menenangkan namun menakutkan.Rong Guo bisa merasakan setiap detil di sekelilingnya, setiap partikel cahaya yang bergerak perlahan di udara, membentuk pola yang tidak bisa dije

  • Warisan Artefak Kuno   Bangau Kaki Satu.

    Namun, betapa terkejutnya Sima Cheng ketika ia tiba di lokasi kejadian. Keadaan yang seharusnya penuh hiruk-pikuk kini sunyi sepi. Tak ada keramaian sama sekali, hanya ada seorang pemuda yang berdiri tegak, memegang pedang yang masih berlumuran darah segar.Wajah pemuda itu tampak muram, penuh kebencian dan kekesalan. Di bawah kakinya, tergeletak sosok Raja Kera, makhluk spiritual peringkat Transcendent yang seharusnya sangat sulit untuk ditaklukkan.Aura berbahaya yang menyelimuti jasad makhluk itu masih menguar, menyelubungi udara di sekitar mereka dengan ketegangan yang menakutkan. Bahkan, Sima Cheng merasakan degup jantungnya semakin cepat, menjadi sebuah ketegangan yang sulit diabaikan.“Hunter Guo?” tanya Sima Cheng dengan nada penuh keheranan, suaranya bergetar. “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu membunuh makhluk spiritual peringkat Transcendent ini?”Rasa gelisah memenuhi hati Sima Cheng. Dalam pikirannya, ia merasa marah sekaligus bingung. Mahluk kontrak peringkat Transcend

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Kera Peringkat Transcendent.

    Sima Cheng, pemimpin Organisasi Tangan Besi, duduk dengan wibawa di atas tandu mewah yang dipikul oleh empat anak buahnya. Setiap langkah mereka terdengar ringan namun kokoh, menggema di jalanan sempit dan berliku dalam hutan yang remang-remang.Tandu tersebut, dilukis dengan warna emas dan merah, dihiasi ukiran naga dan phoenix yang melambangkan kekuasaan dan keabadian. Cahaya rembulan yang menembus celah-celah dedaunan menerangi ukiran tersebut sehingga tampak hidup.Di sebelah tandu, Zhang Fen, anggota elit organisasi, menunggang seekor harimau iblis.Hewan besar itu melangkah dengan anggun, membuat Zhang Fen tidak perlu repot mengeluarkan tenaga untuk berjalan atau berlari. Bulu harimau yang berkilauan di bawah sinar rembulan memberikan kesan yang sangat intimidatif dan megah."Saudara Zhang," suara Sima Cheng terdengar, memecah keheningan hutan yang hanya sesekali diisi oleh suara serangga dan hembusan angin malam. Meski terdengar tenang, ada nada khawatir yang tersirat di dalamn

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

  • Warisan Artefak Kuno   Rencana Jahat.

    Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa

DMCA.com Protection Status