Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Imam Guo, sang Dewa Penyelamat.

Share

Imam Guo, sang Dewa Penyelamat.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-09-02 17:16:28

Mata Bao Xuan menyipit tajam, mengamati sosok Imam muda yang berdiri tidak jauh darinya, hanya berjarak sekitar lima tombak.

Imam itu mengenakan jubah sederhana khas seorang Taois, rambutnya diikat rapi di atas kepala, menambah kesan ketenangan yang memancar dari dirinya.

Namun, di balik kesederhanaan itu, Bao Xuan bisa merasakan aura berbahaya yang memancar, membuat kewaspadaannya semakin meningkat.

“Guru Tao muda, siapa nama Anda? Apakah Guru Tao ini mewakili sekte tertentu, atau berasal dari klan dan aliran di Jin Shuang ini?” Bao Xuan berbicara dengan hati-hati, nadanya penuh kehati-hatian.

Ia tidak ingin sembarangan dalam menyusun kata-kata setelah melihat kehebatan Qinggong yang ditampilkan oleh Imam muda itu.

Sebenarnya, bukan hanya Bao Xuan yang terkejut pada saat itu. Para pemimpin Sekte Bintang Empat dan Bintang Lima yang menyaksikan kejadian itu diam-diam terkesiap, ketakjuban jelas terpancar dari wajah mereka.

“Ilmu meringankan tubuh yang sangat sempurna!”

“Kemunculannya d
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
keluar juga RG... #4
goodnovel comment avatar
Agatisman Enam
joss, semakin panas, semangat update....
goodnovel comment avatar
Furqon Nurahaddin
Tambah lagi thor, tanggung ni
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Warisan Artefak Kuno   Organisasi Qingxue.

    Keesokan harinya, setelah kejadian pertarungan yang menggemparkan, Rong Guo dijadwalkan untuk menghadap ke istana kekaisaran. Di sanalah dia akan menerima hadiah utama yang diincar banyak orang—Pil Zhen Long, simbol kekuatan dan penyembuhan yang sangat didambakan.+++Sehari sebelumnya...Hari itu, di atas panggung yang masih terasa hangat oleh gemuruh pertempuran sebelumnya, seseorang yang tidak dikenal oleh Rong Guo melangkah maju dengan tenang.Pria itu, berperawakan tinggi dengan jubah merah yang berkilau di bawah sinar matahari sore, mengeluarkan sebuah gulungan dan membacakan pengumuman dengan suara yang lantang dan penuh wibawa.“Organisasi Qingxue dengan ini mengumumkan bahwa daftar peringkat Naga Muda akan segera diperbarui dan dikeluarkan pada malam ini!”Suara pria itu bergema di seluruh arena, membuat para hadirin yang tersisa menahan napas.Tak jauh dari sana, seorang prajurit dengan zirah perak yang mengilap, duduk tegak di atas kuda Suiji Ma – Kuda sembrani yang gagah.

    Last Updated : 2024-09-03
  • Warisan Artefak Kuno   Pangeran Mahkota.

    Rong Guo dan Ouyang Fai sedang menikmati teh di Rumah Teh Krisan, tempat di mana suasana tenang dan damai selalu menjadi daya tarik utama.Di antara kepulan asap teh yang wangi, alunan musik Guzheng dan Pipa terdengar lembut, dimainkan oleh gadis-gadis opera yang memiliki suara merdu dan wajah yang menawan.Suara petikan senar yang harmonis itu melengkapi suasana, membuat setiap tegukan teh terasa lebih nikmat. Namun, keheningan yang nyaman itu tiba-tiba terpecah oleh sebuah keributan yang tak terduga."Pangeran Mahkota memasuki aula! Semua membungkuk dan memberi hormat!" teriak seorang penjaga, suaranya memantul di antara dinding aula, seolah menggema di telinga setiap orang yang hadir.Suara derap kaki prajurit dengan sepatu besi mengiringi perintah itu, diikuti oleh gemerincing baju zirah yang bergesekan.Suasana yang semula tenang kini berubah menjadi mencekam. Bahkan gadis-gadis pemusik yang sebelumnya tampak anggun dengan senyum mereka, tiba-tiba menghentikan permainan musik mer

    Last Updated : 2024-09-03
  • Warisan Artefak Kuno   Aula Naga Emas.

    Pada akhirnya, Rong Guo sampai pada sebuah kesimpulan. Di istana, terjadi dua kubu yang saling bersaing kekuatan untuk menguasai ibu kota.Kubu pertama adalah kubu Guru Negara.Guru Negara Xue Yinggui adalah penasihat Kaisar, yang berasal dari Sekte Lembah Hijau. Sekte ini termasuk dalam lima sekte utama di Jin Shuang, bukan di puncak, tetapi juga bukan yang terlemah.Ketika Kaisar menunjuk Xue Yinggui, seorang Elder dari Sekte Lembah Hijau, sebagai Guru Negara, sekte tersebut mulai mengembangkan pengaruhnya, tidak hanya di dunia persilatan tetapi juga di dunia politik.Ambisi mereka jelas: menjadikan Sekte Lembah Hijau sebagai yang terkuat di antara semua sekte di Kekaisaran Jin Shuang.Dampaknya, Guru Negara kini berdiri berseberangan dengan Pangeran Mahkota Su Qingsheng dan malah mendukung Pangeran Kesembilan, Su Weizhao, seorang putra selir biasa, untuk memperebutkan tahta Kekaisaran.Sebagai putra selir biasa, Su Weizhao sebenarnya memiliki status yang jauh di bawah para pangeran

    Last Updated : 2024-09-04
  • Warisan Artefak Kuno   Ketegangan di Aula Naga Emas.

    Guru Negara – Xue Yinggui terlihat masih gagah, dengan wajah penuh wibawa yang seperti seorang pria berusia empat puluh tahun.Namun, kenyataannya, usia Guru Negara hampir mendekati tujuh puluh tahun. Meski demikian, semangat dan ketajaman matanya masih memancarkan kekuatan yang tidak tergerus oleh usia.Langkah kakinya yang mantap menggema di aula Naga Emas saat ia menjadi yang pertama memasuki ruangan, menarik perhatian semua yang hadir.Setiap pasang mata tertuju padanya, memantau setiap gerakan dan ekspresi wajahnya. Di dalam keheningan yang tercipta, para jagoan muda segera berdiri dan memberi hormat, menundukkan kepala mereka dengan hormat yang tulus.Namun, Xue Yinggui tampak tak terganggu oleh itu semua. Pandangannya dengan tenang melintasi aula, seolah-olah mencari seseorang. Matanya yang tajam berhenti pada sosok anak muda yang sederhana, Rong Guo.Pakaian ala Taois yang dikenakan Rong Guo menambah kesan tenang dan sederhana pada dirinya, meski ada kekuatan besar yang tersem

    Last Updated : 2024-09-05
  • Warisan Artefak Kuno   Gadis Penari Yang Asing.

    Kaisar Agung – Su Weizhong sudah duduk dengan anggun di atas singgasananya. Kursi megah itu dihiasi ukiran rumit yang menggambarkan simbol-simbol kenegaraan, dengan naga yang menghunus cakarnya, memancarkan aura kekuasaan yang tak terbantahkan.Bantalan tebal yang menopang tubuh Kaisar tidak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga menekankan martabat seorang penguasa yang ditakdirkan untuk memerintah.Di sisi sang Kaisar, duduk Permaisuri. Seorang wanita yang meskipun mendekati usia lima puluh tahun, masih memancarkan kecantikan anggunnya. Wajahnya terlihat damai dan tenang, menyiratkan kewibawaan yang tak kalah dari sang Kaisar.Dengan jubah sutra yang menjuntai lembut, ia duduk bersahaja di samping suaminya, menyaksikan jalannya acara dengan mata yang penuh pengamatan.Suasana aula mendadak menjadi tenang ketika protokoler berseru lantang, “Resepsi makan siang, dimulai!”Semua tamu yang hadir bersiap-siap, mendengarkan instruksi selanjutnya dengan penuh hormat. Dengan isyarat singk

    Last Updated : 2024-09-05
  • Warisan Artefak Kuno   Pertunjukan Sihir.

    Tak seorang pun yang menduga, gadis penari anggun dari kelompok seni itu ternyata adalah seorang pembunuh bayaran. Lebih mengejutkan lagi, kali ini serangan terhadap Kaisar menggunakan cara yang tak lazim—sihir gelap!Di Aula Naga Emas, para hadirin adalah kultivator kelas atas yang terbiasa menghadapi bahaya fisik. Menghadapi serangan langsung dengan pedang atau senjata tersembunyi bukanlah sesuatu yang sulit bagi mereka.Namun, serangan ilusi sihir—naga merah yang menyemburkan api dari rahangnya? Itu di luar keahlian mereka. Siapa di antara mereka yang memiliki kemampuan untuk melawan sihir mematikan seperti itu?Tak ada seorang pun.Ruangan menjadi sunyi.Setiap orang menahan napas, beberapa bahkan menutup mata, tidak sanggup menyaksikan pemandangan mengerikan yang akan terjadi—Kaisar Jin Shuang yang agung, mungkin saja akan tewas terbakar oleh api hitam dari naga sihir itu.Namun, tiba-tiba, di tengah keheningan yang mencekam, sebuah bayangan berkelebat dari sudut aula.Sekejap ke

    Last Updated : 2024-09-06
  • Warisan Artefak Kuno   Deal or No Deal?

    Kepergian Rong Guo bersama Pangeran Mahkota menyisakan suasana tegang di Aula Naga Emas. Dari tempatnya berdiri, wajah Guru Negara tampak muram, menunjukkan ekspresi yang penuh dengan ketidakpuasan.Dahinya mengernyit tajam, jelas sekali ia tidak senang melihat bagaimana Rong Guo dengan mudah mengikuti ajakan Pangeran Mahkota tanpa mempertimbangkan kehadirannya.“Guru... apa yang harus kita lakukan? Bagaimana bisa Kakak Pangeran Mahkota berhasil membujuk seseorang dari Jianghu untuk mengikuti perintahnya?” tanya Pangeran Kesembilan, Su Weizhao, dengan nada cemas.Wajahnya tampak pucat, dan matanya berkaca-kaca, hampir seperti anak kecil yang ketakutan."Jika Imam Guo benar-benar bersekutu dengan Kakak Pangeran Mahkota, posisi kita bisa semakin terancam! Apa yang akan terjadi jika dia mendukung Kakakku dalam perebutan takhta?"Kecemasan itu semakin terlihat jelas di raut wajah Su Weizhao. Ia tahu bahwa kehadiran seorang tokoh sehebat Rong Guo di sisi Pangeran Mahkota bisa mengubah peta

    Last Updated : 2024-09-06
  • Warisan Artefak Kuno   Sepakat.

    Akhirnya, setelah merenung cukup lama, Rong Guo mengambil napas dalam dan memantapkan keputusannya."Baiklah, Pangeran Mahkota," ujar Rong Guo seraya menatap lurus ke depan, memancarkan ketenangan seorang ahli."Aku akan tinggal di kediaman Anda, namun dengan satu syarat: aku ingin tak ada gangguan selama aku menutup diri di paviliun yang Anda sediakan. Cukup kirimkan dua pelayan untuk membersihkan paviliun dan memasak untukku, tak lebih."Mendengar keputusan ini, wajah Pangeran Mahkota seketika berubah cerah, hampir seperti bulan yang muncul di balik awan malam.Dia tak menyangka bahwa jenius nomor satu yang baru dikenal seluruh kekaisaran akan begitu mudah setuju untuk tinggal di kediamannya. Kegembiraan membuncah di hatinya, namun ia berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan terlalu banyak antusiasme.Pada zaman itu, kediaman para bangsawan—terlebih lagi keluarga kerajaan—adalah sebuah kompleks luas yang lebih menyerupai manor, dengan banyak paviliun.Setiap paviliun memiliki f

    Last Updated : 2024-09-07

Latest chapter

  • Warisan Artefak Kuno   EPILOG.

    Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga

  • Warisan Artefak Kuno   Sosok Dibalik Topeng.

    Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part II.

    Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part I.

    Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad

  • Warisan Artefak Kuno   Awal Kejadian.

    Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata

  • Warisan Artefak Kuno   Keajaiban di Cakrawala.

    "Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny

  • Warisan Artefak Kuno   Fenomena Aneh.

    Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Kedua.

    Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Pertama.

    Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status