Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Aula Naga Emas.

Share

Aula Naga Emas.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-09-04 15:14:08

Pada akhirnya, Rong Guo sampai pada sebuah kesimpulan. Di istana, terjadi dua kubu yang saling bersaing kekuatan untuk menguasai ibu kota.

Kubu pertama adalah kubu Guru Negara.

Guru Negara Xue Yinggui adalah penasihat Kaisar, yang berasal dari Sekte Lembah Hijau. Sekte ini termasuk dalam lima sekte utama di Jin Shuang, bukan di puncak, tetapi juga bukan yang terlemah.

Ketika Kaisar menunjuk Xue Yinggui, seorang Elder dari Sekte Lembah Hijau, sebagai Guru Negara, sekte tersebut mulai mengembangkan pengaruhnya, tidak hanya di dunia persilatan tetapi juga di dunia politik.

Ambisi mereka jelas: menjadikan Sekte Lembah Hijau sebagai yang terkuat di antara semua sekte di Kekaisaran Jin Shuang.

Dampaknya, Guru Negara kini berdiri berseberangan dengan Pangeran Mahkota Su Qingsheng dan malah mendukung Pangeran Kesembilan, Su Weizhao, seorang putra selir biasa, untuk memperebutkan tahta Kekaisaran.

Sebagai putra selir biasa, Su Weizhao sebenarnya memiliki status yang jauh di bawah para pangeran
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
makanya.... jangan suka mengejek orang lain kalau tidak ingin diejek... #10
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
David Gautama Putra
info update ya dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Warisan Artefak Kuno   Ketegangan di Aula Naga Emas.

    Guru Negara – Xue Yinggui terlihat masih gagah, dengan wajah penuh wibawa yang seperti seorang pria berusia empat puluh tahun.Namun, kenyataannya, usia Guru Negara hampir mendekati tujuh puluh tahun. Meski demikian, semangat dan ketajaman matanya masih memancarkan kekuatan yang tidak tergerus oleh usia.Langkah kakinya yang mantap menggema di aula Naga Emas saat ia menjadi yang pertama memasuki ruangan, menarik perhatian semua yang hadir.Setiap pasang mata tertuju padanya, memantau setiap gerakan dan ekspresi wajahnya. Di dalam keheningan yang tercipta, para jagoan muda segera berdiri dan memberi hormat, menundukkan kepala mereka dengan hormat yang tulus.Namun, Xue Yinggui tampak tak terganggu oleh itu semua. Pandangannya dengan tenang melintasi aula, seolah-olah mencari seseorang. Matanya yang tajam berhenti pada sosok anak muda yang sederhana, Rong Guo.Pakaian ala Taois yang dikenakan Rong Guo menambah kesan tenang dan sederhana pada dirinya, meski ada kekuatan besar yang tersem

    Last Updated : 2024-09-05
  • Warisan Artefak Kuno   Gadis Penari Yang Asing.

    Kaisar Agung – Su Weizhong sudah duduk dengan anggun di atas singgasananya. Kursi megah itu dihiasi ukiran rumit yang menggambarkan simbol-simbol kenegaraan, dengan naga yang menghunus cakarnya, memancarkan aura kekuasaan yang tak terbantahkan.Bantalan tebal yang menopang tubuh Kaisar tidak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga menekankan martabat seorang penguasa yang ditakdirkan untuk memerintah.Di sisi sang Kaisar, duduk Permaisuri. Seorang wanita yang meskipun mendekati usia lima puluh tahun, masih memancarkan kecantikan anggunnya. Wajahnya terlihat damai dan tenang, menyiratkan kewibawaan yang tak kalah dari sang Kaisar.Dengan jubah sutra yang menjuntai lembut, ia duduk bersahaja di samping suaminya, menyaksikan jalannya acara dengan mata yang penuh pengamatan.Suasana aula mendadak menjadi tenang ketika protokoler berseru lantang, “Resepsi makan siang, dimulai!”Semua tamu yang hadir bersiap-siap, mendengarkan instruksi selanjutnya dengan penuh hormat. Dengan isyarat singk

    Last Updated : 2024-09-05
  • Warisan Artefak Kuno   Pertunjukan Sihir.

    Tak seorang pun yang menduga, gadis penari anggun dari kelompok seni itu ternyata adalah seorang pembunuh bayaran. Lebih mengejutkan lagi, kali ini serangan terhadap Kaisar menggunakan cara yang tak lazim—sihir gelap!Di Aula Naga Emas, para hadirin adalah kultivator kelas atas yang terbiasa menghadapi bahaya fisik. Menghadapi serangan langsung dengan pedang atau senjata tersembunyi bukanlah sesuatu yang sulit bagi mereka.Namun, serangan ilusi sihir—naga merah yang menyemburkan api dari rahangnya? Itu di luar keahlian mereka. Siapa di antara mereka yang memiliki kemampuan untuk melawan sihir mematikan seperti itu?Tak ada seorang pun.Ruangan menjadi sunyi.Setiap orang menahan napas, beberapa bahkan menutup mata, tidak sanggup menyaksikan pemandangan mengerikan yang akan terjadi—Kaisar Jin Shuang yang agung, mungkin saja akan tewas terbakar oleh api hitam dari naga sihir itu.Namun, tiba-tiba, di tengah keheningan yang mencekam, sebuah bayangan berkelebat dari sudut aula.Sekejap ke

    Last Updated : 2024-09-06
  • Warisan Artefak Kuno   Deal or No Deal?

    Kepergian Rong Guo bersama Pangeran Mahkota menyisakan suasana tegang di Aula Naga Emas. Dari tempatnya berdiri, wajah Guru Negara tampak muram, menunjukkan ekspresi yang penuh dengan ketidakpuasan.Dahinya mengernyit tajam, jelas sekali ia tidak senang melihat bagaimana Rong Guo dengan mudah mengikuti ajakan Pangeran Mahkota tanpa mempertimbangkan kehadirannya.“Guru... apa yang harus kita lakukan? Bagaimana bisa Kakak Pangeran Mahkota berhasil membujuk seseorang dari Jianghu untuk mengikuti perintahnya?” tanya Pangeran Kesembilan, Su Weizhao, dengan nada cemas.Wajahnya tampak pucat, dan matanya berkaca-kaca, hampir seperti anak kecil yang ketakutan."Jika Imam Guo benar-benar bersekutu dengan Kakak Pangeran Mahkota, posisi kita bisa semakin terancam! Apa yang akan terjadi jika dia mendukung Kakakku dalam perebutan takhta?"Kecemasan itu semakin terlihat jelas di raut wajah Su Weizhao. Ia tahu bahwa kehadiran seorang tokoh sehebat Rong Guo di sisi Pangeran Mahkota bisa mengubah peta

    Last Updated : 2024-09-06
  • Warisan Artefak Kuno   Sepakat.

    Akhirnya, setelah merenung cukup lama, Rong Guo mengambil napas dalam dan memantapkan keputusannya."Baiklah, Pangeran Mahkota," ujar Rong Guo seraya menatap lurus ke depan, memancarkan ketenangan seorang ahli."Aku akan tinggal di kediaman Anda, namun dengan satu syarat: aku ingin tak ada gangguan selama aku menutup diri di paviliun yang Anda sediakan. Cukup kirimkan dua pelayan untuk membersihkan paviliun dan memasak untukku, tak lebih."Mendengar keputusan ini, wajah Pangeran Mahkota seketika berubah cerah, hampir seperti bulan yang muncul di balik awan malam.Dia tak menyangka bahwa jenius nomor satu yang baru dikenal seluruh kekaisaran akan begitu mudah setuju untuk tinggal di kediamannya. Kegembiraan membuncah di hatinya, namun ia berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan terlalu banyak antusiasme.Pada zaman itu, kediaman para bangsawan—terlebih lagi keluarga kerajaan—adalah sebuah kompleks luas yang lebih menyerupai manor, dengan banyak paviliun.Setiap paviliun memiliki f

    Last Updated : 2024-09-07
  • Warisan Artefak Kuno   Airmata Giok Fenghuang.

    Semenjak menetap di Paviliun Jubah Merah, kehadiran Rong Guo di Kota Xuefeng Du semakin jarang terlihat. Keheningannya menyelubungi namanya, dan seiring berjalannya waktu, orang-orang di ibukota mulai melupakan siapa dirinya—Imam Naga yang pernah menjadi topik hangat.Kehidupan terus berjalan, dan banyak kejadian baru yang mengejutkan ibukota serta dunia persilatan, menggeser popularitas dan ingatan akan sosoknya.Pada Purnama pertama di musim gugur, Kota Xuefeng Du memancarkan keindahan yang memikat. Suasana terasa romantis, hampir magis, ketika lampu-lampu minyak dan lampion-lampion berwarna cerah menghiasi setiap sudut jalanan ibukota.Lebih-lebih di area pusat kota, dekat dengan Pasar Barat, keramaian semakin menambah kesan megah.Danau yang melingkari pasar tampak seperti cermin, memantulkan sinar purnama dan cahaya lampion-lampion yang berkelap-kelip.Pantulan-pantulan tersebut menciptakan bayangan berkilauan yang mengesankan, membuat siapa pun yang menyaksikan merasa seolah ber

    Last Updated : 2024-09-07
  • Warisan Artefak Kuno   Kehebohan Di Ibukota.

    Pagi itu, di sebuah kedai makan kecil yang terletak di pinggiran Pasar Kota Xuefeng Du, suasana begitu hidup.Asap tipis dari makanan yang dipanggang di atas bara menari-nari di udara, bercampur dengan aroma rempah yang menguar dari panci besar di belakang dapur.Pelanggan yang datang dan pergi tampak sibuk menikmati sarapan mereka, namun ada satu topik yang mendominasi pembicaraan di setiap sudut meja: kematian Saudagar Bai Mingyun dan dua pengawalnya."Jadi... Airmata Giok Fenghuang itu benar-benar ada? Itu bukan cuma legenda yang dibuat-buat? Tapi apa hubungannya dengan kematian Saudagar Bai Mingyun?" tanya seorang tamu dengan nada setengah percaya, wajahnya sedikit pucat saat membahas topik yang menakutkan itu.Seorang pria tua di sudut ruangan menoleh, dengan wajah penuh rahasia ia menjawab,"Jelas ada hubungannya. Konon, saudagar itu datang ke utara bukan untuk berdagang, melainkan untuk menjual sebuah informasi—tentang keberadaan ramuan kuno yang selama ini hanya dianggap donge

    Last Updated : 2024-09-08
  • Warisan Artefak Kuno   Memulai Perjalanan.

    "Pangeran Mahkota, apakah ada petunjuk yang bisa dibagikan? Tolong ceritakan kepada imam sederhana ini," ujar Rong Guo dengan nada tenang.Ia menuangkan teh bunga krisan kering ke dalam cawan, aroma khas dari bunga itu memenuhi udara di sekitar gazebo Pavilliun Jubah Merah. Mereka duduk dalam keheningan sesaat, menikmati suasana tenang di sekitar paviliun.Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa nampan berisi kue kacang kastanye dan kue osmanthus yang harum. Hidangan kecil itu diletakkan dengan hati-hati di meja, menambah kehangatan dalam pertemuan mereka.Sambil menyesap teh bunga krisan yang harum, Pangeran Mahkota akhirnya membuka suara, namun ada keraguan dalam suaranya."Guru Tao Guo, apakah Anda pernah mendengar tentang Airmata Giok Fenghuang?" tanyanya, meski tatapannya kosong, seperti terselimuti keputusasaan.Rong Guo mengangkat alis, merasa heran dengan cara sang pangeran menyampaikan berita itu."Pangeran Mahkota, sebaiknya jangan berteka-teki. Berterus teranglah.

    Last Updated : 2024-09-09

Latest chapter

  • Warisan Artefak Kuno   EPILOG.

    Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga

  • Warisan Artefak Kuno   Sosok Dibalik Topeng.

    Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part II.

    Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part I.

    Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad

  • Warisan Artefak Kuno   Awal Kejadian.

    Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata

  • Warisan Artefak Kuno   Keajaiban di Cakrawala.

    "Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny

  • Warisan Artefak Kuno   Fenomena Aneh.

    Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Kedua.

    Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Pertama.

    Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status