Share

Bab 61. Wanita egois!

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-03 08:14:14

Jadilah orang baik meski kebaikan kita tidak dianggap oleh orang lain atau bahkan karena kebaikan kita itu kita jadi dimanfaatkan orang lain. Tetaplah jadi orang baik karena kita tidak tahu kebaikan kita yang mana yang akan membawa kita ke surga.

🌸🌸🌸🌸

“Ooh, ini keluarga Paman? Duuh, jangan begitu kalau sama keluarga. Mongga Bibi, masuk!” ajakku ramah. Mereka bingung terlebih Evi melihat perubahan sikapku.

“Apaan sih, Mbak, tambah nyusahin aja deh, udah biarin aja mereka pulang. Sana pulang. Kamu bukan suamiku!” bentak Evi.

“Ini rumah siapa? Aku tuan rumah, jadi aku yang menentukan mereka masuk atau tidak!” hardikku.

Evi mendengus kesal, lalu masuk rumah dengan menghentak-hentakkan kakinya.

“Jangan sungkan, mari-mari masuk!” ujakku lagi mempersilakan mereka masuk.

Meski terlihat canggung mereka tetap masuk. Aku memang sengaja menyambut mereka selain kasihan karena perjalanan jauh, aku punya rencana untuk mereka.

“Dik?” Mas Danu tampak mau protes.

“Ssstt ... bukankah tamu adalah ra
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 62. Main cantik mengusir benalu.

    "Tahu begini lebih baik aku tidak izinkan kamu pergi menemani Paman,” sesal suami Evi.“Iya, benar! Bibi juga kalau tahu akan begini tidak akan kasih izin ke pamanmu untuk datang ke sini mencari keponakannya,” sahut bibi seraya mengunyah camilan yang ada di meja.“Ya, kamu enggak bisa gitu juga, Bu. Bapak kan, tujuannya baik,” sahut paman tak terima.“Baik apanya, Pak? Kamu itu pamit pergi hanya dua atau tiga hari. Lah ini sudah mau sebulan enggak pulang, enggak kasih kabar, enggak ninggalin kami uang. Kami harus lontang-kantung kerja untuk menyambung hidup,” kata bibi.“Benar kata, Bibi. Bahkan, rentenir tiap hari menagih utang ke rumah paman sampai rumah disita. Bibi menumpang tinggal di rumahku,” sahut suami Evi.“Apa!” teriak Evi dan paman hampir bersamaan.“Bagaimana bisa begitu, Bu? Rumah disita kita mau tinggal di mana? Utang kita tidak sebanding dengan rumah itu. Kenapa Ibu kasihkan begitu saja?” tanya paman, tampak jelas sekali beliau frustasi.“Salah Bapak enggak kirim uang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 63. Sawang sinawang.

    Hidup ini sudah sulit, jadi jangan dibuat sulit. Selagi masih lapang, selagi masih ada kesempatan gunakan sebaik mungkin.Terkadang apa yang kita lihat tidak sesuai dengan apa yang dirasa. Istilah jawanya sawang sinawang. Rumput tetangga lebih hijau.Itulah sebabnya seberapa pun buruknya perlakuan orang padaku, aku akan tetap menjadi orang yang tidak akan pernah mendendam. Tegas boleh, menyakiti jangan! Mawas diri harus, pelit dan kikir jangan!🌸🌸🌸“Mbak ... tunggu dong, jangan buat kesimpulan seperti itu. Mbak kan, enggak tahu sifat asli suamiku. Di depan orang aja baik aslinya jahat. Makanya aku enggak mau lagi jadi istrinya,” ucap Evi beralasan.“Sudah mau sore, Vi. Kami mau masak dan juga salat. Sebaiknya kamu berkemas. Besok kamu harus sudah pergi dari sini,” tegasku.Tak kupedulikan lagi panggilan Evi yang seperti Tarzan di tengah hutan. Dia benar-benar tidak mau pergi dari sini. Lebih baik aku menyiapkan menu untuk makan malam nanti.“Itaaaa ... Danu mana?”“Di kamar, Bu. I

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 64. Paman out!

    "Iya, Mah. Itu di depan juga ada suami Evi sama anak-anaknya mereka ke sini mau jemput Evi juga.”“Ck, beneran ya, Ta. Kalau mereka malah ikut tinggal di sini Mamah sendiri yang akan turun tangan.”“Sssttt ... Mah, jangan gitu, ah. Enggak baik loh. Bibi ke sini beneran mau jemput Paman.”“Em—maaf ya, Bu, kalau kedatangan kami ke sini tidak berkenan di hati Ibu dan keluarga ini. Saya ke sini memang benar-benar mau jemput suami saya. Biar dia tidak seenak sendiri ninggalin kami begitu saja.”“Suamimu itu memang kebangetan! Sudah numpang, tapi malasan. Sudah gitu banyak maunya. Bagus kalau kamu ke sini mau jemput dia. Jujur aja aku sudah enek sama tingkahnya,” ujar Mamah Atik lagi.“Sembarangan kalau ngomong! Aku tidak mau pulang meski orang satu kampung yang jemput aku ke sini!” sahut paman dari pintu samping.“Beneran Pak, enggak mau pulang? Baiklah kalau gitu aku tinggal telepon saja Nyonya Desi dan ngasih tahu kalau kamu di sini. Ingat Pak, kalau mereka sudah ke sini dan gebukin bap

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 65. Pengakuan Mas Danu.

    Sejatinya semua hal memiliki warna pun dengan kehidupan ini. Berkatnyalah kehidupan kita menjadi banyak rasa dan asa.Ujian yang sering kuhadapi kadang putih dan kadang pula hitam tergantung aku memaknainya. Itu pula yang terkadang membuat hatiku bimbang antara perbuatan dan perasaan.Bolehkah jika aku mengeluh? Rasanya hatiku lelah ujian ini bertubi-tubi walaupun aku yakin di luar sana ada banyak kehidupan dengan ujian yang lebih dahsyat dari yang kualami. Satu-satunya yang selalu membuatku kuat dan bertahan untuk tidak berontak adalah lelakiku. Katanya, nikmat yang kami terima tidak sebanding dengan terjalnya sandungan batu kehidupan yang harus kita jalani. Ya, lagi-lagi karena apa yang kami hadapi tidak sebanding dengan apa yang kami punyai. Tubuh lemah yang setiap hari kupeluk kini menggigil kedinginan padahal suhu tubuhnya sangat tinggi. Pada awalnya aku yang ingin sekali melontarkan banyak pertanyaan padanya kuurungkan. Tak tega rasanya jika aku hanya menilai sesuatu dari sat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 66. Minta uang damai.

    “Danu bilang apa, Ta?” tanya bapak. Mimik wajahnya jelas sekali menggambarkan kecemasan.“Apa kurang jelas, pengakuan Evi, bukti, dan juga pengakuan anakmu ini?” sela paman.“Pokoknya aku tidak terima meski, Mas Danu itu kakakku, tapi kalau melecehkan begini aku tidak akan bisa terima kita harus tempuh jalur hukum,” sahut Evi. Paman dan suaminya mengangguk setuju. Apa yang kukhawatirkan terjadi juga.“Mas Dani memang jujur padaku kalau mau melakukan tindakan asusila itu .....”“Nah, kan, kurang apa lagi? Tersangka sudah mengaku. Sebaiknya kita cepat-cepat buat laporan, Vi,” sela paman.“Ini kepala isinya apa? Kalau ada orang lagi ngomong didengarin dulu!” Bibi memukul kepala paman.“Mas Danu melakukan itu tidak disengaja, dia mengira kalau Evi adalah aku. Badannya memang panas menggigil kesadarannya tidak sepenuhnya berfungsi. Mas Danu bilang Evi tiba-tiba masuk dan memberi segelas teh. Karena aku biasa melakukan itu, jadi Evi dikira aku,” jelasku. “Bohong! Mas Danu jelas-jelas sadar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 67. Nyonya rentenir.

    “Ita! Ta!”Ibu menggedor-gedor pintu kamarku. Pasti ini ada hubungannya dengan ribut-ribut di depan sana. Pagi-pagi paman dan bibi sudah bikin kehebohan. Hari ini juga mereka harus pergi.Mas Danu semakin parah makanya aku semalaman tidak keluar kamar lagi hingga subuh ini.“Ta, Ita!” panggil ibu lagi.“Iya, Bu?”“Sudah subuhan? Danu gimana keadaannya apa kita bawa ke rumah sakit pagi ini saja?” tanya ibu seraya melongok ke dalam melihat Mas Danu.“Iya, Bu, aku berkemas dulu. Sekalian mau telepon Joko untuk mengantar.”“Kasihan sekali menantu Ibu. Ya, sudah cepatlah bersiap ini Ibu siapkan sarapannya.” Aku mengangguk.Belum juga pintu kututup paman sudah nyelonong masuk.“Paman! Kebiasaan, deh!” tegurku untungnya aku masih pakai mukena.“Ma—af, Ta. A—ku terpaksa! Cepetan kasih aku denda untuk Evi semalam, aku harus bayar cicilan hutang. Itu Nyonya Desi di depan sama anak buahnya. A—ku takut sekali,” ucap paman terbata.Pantas saja pagi-pagi sudah ribut dengan bibi ternyata sudah dita

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 68. Ternyata?

    Bibi panik. Dia langsung lari ke depan.“Mau kabur ke mana lagi, kamu!” bentak orang-orang itu lagi.Lalu selanjutnya terdengar teriakan bibi dan suara pukulan berkali-kali. Sudah kupastikan paman pasti menjadi bulan-bulanan dihajar oleh mereka.“Ampun!” rintih paman.“Lepas Mas, tolong sudah jangan pukuli suamiku!” teriak bibi.Brak!Bibi terbentur pintu. Aku dan Mamah Atik berlari keluar. Kurang ajar sekali mereka main fisik pada perempuan.“Jika terjadi sesuatu pada perempuan ini aku pastikan kalian semua masuk penjara!” teriak Mamah Atik, seketika mereka menghentikan pukulannya pada paman.“Jangan ikut campur!” bentak mereka.“Aku tidak ikut campur, tapi kalian sudah main fisik apa lagi pada seorang wanita. Ingat ya, negara ini negara hukum!” Suara Mamah Atik tak kalah lantang dari mereka.“Ka—lian bilang kal—au aku memberi tahu kebe—radaan suamiku kalian tidak akan kasar pada suamiku nyat—anya kalian malah memukuli suamiku sampai begini,” ucap bibi terbata sambil menangis.Orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 69. Dendamnya mertuaku.

    “Aku tidak ada urusan denganmu, Ta. Jangan coba-coba melindungi tukang utang enggak mau bayar!” bentak Mbak Desi. “Aku tidak ikut campur Mbak, aku tadi hanya terkejut saja ternyata dirimu yang jadi rentenir. Silakan saja urus urusanmu dengan orang ini,” jawabku tak kalah sengit.“Taaa ... tolong bayarin dulu utang Paman,” rengek paman seraya memegangi kakiku.“Maaf Paman, aku tidak mau ikut campur urusan Paman. Kan, tadi nyonya Rentenir itu minta sertifikat rumah Paman kasihkan saja, maka semua urusan akan beres!” tegasku. Sengaja aku menekankan kata Rentenir agar Mbak Desi tersinggung. Rupanya berhasil, dia langsung mencebikkan bibirnya.“Beri atau nyawamu akan melayang!” Ancam anak buah Mbak Desi seraya melayangkan tinjunya lagi ke wajah Paman.“Cukup! Tolong jangan pukuli suamiku lagi. Aku akan cari tunggu dulu,” ucap bibi.“Kamu taruh mana, Pak. Cepat bilang. Apa kamu mau mati sia-sia!” bentak bibi. Paman semakin ketakutan.“I—tu, Bu. Sertifikatnya sudah aku gadaikan di Pegadaian,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03

Bab terbaru

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 150. Semoga akhir.

    "Ya, Allah, Asih memang benar-benar, ya, bikin orang tua khawatir! Semoga saja Ibumu baik-baik saja mau menerima maafnya Asih."“Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana ekspresi ibunya Asih pas tahu Asih sudah bertaubat,” sahut Mbak Wulan. “Yang pasti pertama kalinya adalah dia tidak percaya. Terus yang kedua bersyukur banget dan yang ketiga pasti Asih akan dicium-cium," kata Mbak Fitri.“Iya, semoga saja begitu. Ibunya nanti pasti akan terkejut sekali apalagi Asih sudah nge-prank sampai malam ini tidak pulang-pulang." “Iya, ya, sudah kita tinggalin dulu ya, Mbak, masakannya. Kita salat isya jamaah,” ucapku lagi kepada Mbak Fitri dan Mbak Wulan.Kami bergantian mengambil air wudu lalu melaksanakan salat Isya berjamaah. Ya, Tuhan, nikmat mana lagi yang pantas aku dustakan? Aku dikelilingi orang-orang baik dan juga memiliki tetangga yang baik, ipar yang baik, mertua yang baik, semoga tali persaudaraan kami sampai ke jannah-Mu.Setelah selesai salat Isya, kami menyaksikan Mbak Asih ke

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 149. Pertarungan jiwa.

    Sebelum wudu aku bergegas menghampiri Mbak Wulan dan juga Mbak Fitri yang ternyata sedang sibuk meracik lalapan untuk diletakkan di dalam nampan panjang.“Mbak Fitri, Mbak Wulan, maaf, ya, aku jadi cuekin kalian berdua, loh. Bukan maksud hati mau mencuekin kalian berdua, cuman tadi Mbak Asih banyak curhat enggak enak juga kalau ditinggal. Maaf banget ya, Mbak,” ucapku tulus.“Tidak apa-apa, Ta. Kami happy-happy aja kok! Di sini enggak usah merasa dicuekin. Lagi pula kan, tuan rumahnya bukan cuma kamu. Ada ibumu, ada mama mertua kamu. Kami tadi asik ngobrol, tapi karena kamu memang kebetulan lama makanya mereka nyusul ke sana. Semua sudah selesai, kita tinggal bikin sambal terasi aja, bikinnya nanti kalau bapak-bapak sudah pada pulang. Kalau bikin sekarang nanti enggak seger," jawab Mbak Wulan.“Iya, betul! Apa yang dibilang Fitri. Kami enjoy aja kok, lagi pula mungkin Mbak Asih memang lagi merasa ingin didengarkan, tapi sepertinya happy ending, ya? Sebab tadi kelihatan dari sini kamu

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 148. Bahagia.

    "Alhamdulillah, terima kasih banyak ya, Ta. Kamu sungguh berhati mulia. Aku menyesal sudah menyia-nyiakanmu selama ini."“Sama-sama, Mbak."“Oh, ya, Ita, nanti juga aku mau belajar ngaji Tahsin ikut kamu pengajian di rumah Ustazah, boleh?"“Boleh, pokoknya boleh semua kalau itu untuk kebaikan, Mbak Asih," jawabku semangat.“Sekali lagi, terima kasih atas kesabaranmu, aku jadi bisa begini. Karena kesabaran ibu dan doa ibu, aku jadi bisa memperbaiki diri seperti ini. Aku akan buktikan ke kamu dan orang-orang yang sudah menghinaku bahwa aku bisa jadi lebih baik lagi dari sebelumnya."“Nah, gitu dong, Mbak, semangat pokoknya! Mbak Asih harus tetap semangat dan istiqomah, bagaimana pun nanti rintangan dan ujiannya. Aku yakin, Mbak Asih, bisa karena aku tahu Mbak Asih ini Wonder Woman."“Wonder Woman sudah kayak lagunya Mulan Jameela aja. Makasih banyak, ya, adikku yang cantik. Alhamdulillah aku malam ini bahagia sekali, Ita."“Sama-sama, Mbakku yang cantik. Aku pun bahagia," jawabku.Kami

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 147. Awal yang baik.

    Sejatinya manusia itu memang berproses, dari yang tidak tahu apa-apa hingga tahu segalanya.Itulah sebabnya pendidikan sangat penting untuk kehidupan kita baik itu pendidikan agama, pendidikan di bangku sekolahan, ataupun pendidikan dari lingkungan sekitar. Itu semua yang akan menyebabkan kita jadi lebih baik, dewasa, dan bisa menyikapi segala sesuatu dengan adil sesuai porsinya.Aku percaya memang semuanya butuh proses, begitupun dengan Mbak Asih. Siapa yang akan menyangka dengan tiba-tiba di senja ini penuh dengan kejutan. Dia menyadari semua kesalahannya, dia menyadari semua kekhilafannya.Senja bahagia bagiku dan keluargaku, meskipun masih banyak kerikil yang menghalangi jalan hidup kami di depan. Salah satunya adalah teror yang ditujukan untuk keluarga kecilku. Tapi, itu semua tidak berarti apa-apa karena aku malam ini sungguh bahagia dengan perubahan Mbak Asih.Terima kasih ya, Allah ... Engkau telah kabulkan doa kami. Terima kasih ya, Allah, satu demi satu kehidupan yang aku j

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 146. Pengakuan Mbak Asih.

    Aku tersenyum menanggapi curhatan Mbak Asih. Dia memang benar-benar luar biasa bisa mengendalikan emosinya saat bertemu dengan orang yang dicintainya sekaligus orang yang membuat hidupnya berantakan dan hancur.“Alhamdulillah ... semoga Mbak Asih tetap istiqomah pada keputusan, Mbak Asih. Mbak Asih tidak goyah lagi. Aku doakan semoga suatu hari nanti akan dapat jodoh yang jauh lebih baik dari Mas Roni. Kalau Ibu tahu ini pasti Ibu senang banget, Mbak, nanti aku kasih tahu Ibu, ya?” ucapku.“Jangan, Ta, jangan dikasih tahu ibu, biar aku saja yang bilang sekaligus aku meminta maaf pada ibu,” jawab Mbak Asih.“Oh, gitu, Mbak. Ya, sudah baiklah ... semangat ya, Mbak, untuk hidup yang lebih baik lagi. Intinya aku hari ini senang sekali bisa melihat Mbak Asih begini. Oh, ya, lusa kita ada ruqyah lagi, Mbak Asih, mau kan, di ruqyah lagi?” tanyaku.“Mau, dong, Ta! Setelah ruqyah dua kali kemarin aku memang merasa lebih nyaman dan tenang gitu. Jadi, kalau besok aku di ruqyah lagi aku senang. T

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 145. Cerita Mbak Asih.

    “Mbak Asih, mau ikut masak-masak atau tetap di sini?” tanyaku padannya.“Aku, mau di sini saja, Ta, sambil menunggu waktu Isya Aku ingin ngaji,” jawab Mbak Asih.“Alhamdulillah ... aku senang sekali. Mbak Asih bisa begini. Akhirnya doa-doa tulus kami untuk Mbak Asih dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Kalau boleh tahu memang tadi Mbak Asih ketemu dengan Mas Roni, apa yang dibicarakan, kok sampai Mbak Asih bisa berubah sedrastis ini?” tanyaku padanya.Aku penasaran sekali karena setelah pertemuan tadi dengan Mas Roni Mbak Asih tiba-tiba saja langsung berubah. Aku percaya tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah dan Allah itu maha membolak-balikkan hati hambanya itu sebabnya Mbak Asih bisa berubah seperti ini.Aku hanya penasaran saja apa yang katakan dengan Mas Roni sampai membuatnya tersadar bahwa yang dilakukannya selama ini adalah salah.“Tadi itu, Ta, aku dan Mas Roni berantem hebat,” jawab Mbak Asih.“Berantem gimana maksudnya? Mas Roni tidak main fisik, kan, Mbak? Dia tidak

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 144. Semoga istiqomah.

    “Iya, ayo kita salat dulu, Ta! Nanti keburu waktu maghribnya habis!” ajak Mbak Asih.Aku, Mbak Wulan, Mbak Fitri, saling berpandangan heran melihat tingkah Mbak Asih yang tiba-tiba bisa senormal ini. Ya, Allah, semoga saja Mbak Asih tidak akan kumat lagi dan benar-benar menjadi orang normal seperti sebelumnya.“Ini coklat dari mana, Ta?" tanya Mama Atik.“Mbak Asih yang bawa. Itu katanya dikasih Mas Roni. Tadi mereka habis ketemuan di ujung gang sana.”“Ya, Allah, ketemuan sama istri cuma dikasih coklat!?” Mamah Atik pun heran dengan tingkah Mas Roni.“Iya, gitulah, Mah, namanya juga Mas Roni. Ya, sudah, aku salat dulu minta tolong itu kue cubitnya, ya, Mah? bentar lagi mateng.”“Iya, ya, sudah sana kalian salat dulu.”selesai salat aku bermunajat pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala nikmat yang telah diberikan padaku dan keluargaku hari ini. Semoga apa yang kami lakukan hari ini jika terdapat banyak kekhilafan Allah yang mengampuni dosa-dosa kami dan apabila terdapat banyak ke

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.    Bab 143. Mbak Asih sadar.

    "Ada apa, ya, Guccinya bisa jatuh sendiri, Ta?” tanya Mbak Wulan..“Setahu, aku, Mbak, biasanya sih, kesenggol kucing. Dia itu kan, punya kucing kecil. Dia tuh suka lari sana, lari sini dan suka merobohkan benda-benda gitu, tidak sengaja sih,” jawabku beralasan.“Ya, sudah enggak usah di perhatikan lebih baik kita sekarang masak sebentar lagi Magrib dan suami-suami kita pasti akan pulang," imbuhku.Kami menyiapkan bahan-bahan yang akan kami masak setelah Maghrib, meski sebenarnya hatiku gelisah karena memikirkan Gucci yang jatuh tadi, tapi aku berusaha bersikap biasa saja agar tetanggaku tidak mengetahui masalah yang kami hadapi saat ini.“Ita ... assalamualaikum lihat nih aku dapat coklat,” sapa Mbak Asih, dia masuk dari pintu samping.”“Coklat dari mana, Mbak, banyak sekali?” jawabku. Mbak Asih masih menenteng plastik berlogo minimarket terkenal seantero negeri ini.“Dapat, dari Mas Roni. Tadi aku ketemuan sama dia di ujung gang sana,” jawab Mbak Asih. Berarti benar apa yang diceri

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 142. Gucci.

    “Wah, boleh itu nanti habis Maghrib. Kalu kita masak-masaknya sekarang kan, ini sudah mau Maghrib lebih baik kita persiapan untuk salat dulu.”Tak lama berselang Mbak Wulan dan Mbak Fitri datang.“Waalaikumsalam ... alhamdulillah ada tamu jauh silakan Mbak Fitri, Mbak Wulan, masuk. Ayo, kita langsung ke ruang tengah saja!” ajakku pada kedua temanku. Aku bahagia sekali kalau ada tamu yang datang ke rumah.“Masya Allah ... Ita, Mbak benar-benar baru kali ini masuk rumah kamu. Waktu pengajian itu kan, tidak sempat datang yang datang suami. Masya Allah rumahmu bagus sekali, ya. Doakan Mbak Fitri biar bisa punya juga rumah begini, ya, walaupun tidak sebagus punya kamu setidaknya mirip-mirip sedikit lah, Mbak seneng loh kalau main di rumah orang kaya, tapi orang kayanya baik hati,” ucap Mbak Fitri.“Alhamdulillah Mbak ... ini semua berkat doa orang tua dan kegigihan kerja keras suamiku. Mari silakan, aku ambilin minum dulu ya, Mbak Wulan sama Mbak Fitri mau minum apa, nih?”“Ya, Allah, sera

DMCA.com Protection Status