Share

Dimadu

Penulis: Desti Angraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-18 10:20:19

Petir yang sedang menyambar di luar rumah dengan energi luar biasa, kini sampai pada hati Eriska. Wajahnya langsung memucat, suaranya berubah parau. "Apa, mas ...?" 

 

Bagas membuat garis bibirnya melengkung sesaat. "Iya, sayang. Bukankah kamu liat sendiri, ada bercak darah di atas ranjang kita. Itu milik Andin." Pria itu menyeringai.

 

Kini Eriska tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya yang sudah melebur hingga sebuah tetesan bening jatuh begitu saja. Namun, dia segera mengusapnya. "Apa alasan kamu melakukan ini padaku, mas?" Bibirnya bergetar hebat.

 

Bagas tertawa singkat. "Aku menginginkan seorang putra, tapi kamu tidak bisa mengabulkan keinginanku. Kamu harusnya bersyukur selama ini aku masih bertahan dan menutupi kekurangan kamu itu di depan orangtuaku." Angkuh Bagas. 

 

"Terus, kamu pikir wanita itu bisa?" tantang Eriska, dia meninggikan wajahnya dengan suara menekan.

 

Keangkuhan Bagas menipis. "Sudahlah, Andin adalah wanita sempurna berbeda dengan kamu!" pungkasnya. 

 

Bagas segera berdiri di sisi Andin lalu merangkul bahu wanita yang terlihat sedikit lebih muda dari Eriska. "Besok kami akan meminta restu pada orangtuaku, tapi ... sebelum itu aku membutuhkan restumu, sayang." Bagas kembali menyeringai. 

 

"Ini cara kamu memperlakukan aku, mas? Kamu ambil aku dari orangtua yang tulus menyayangi bagaimanapun keadaan aku, tapi ternyata tujuan kamu hanya untuk ini, iya mas?" cerocos Eriska dengan suara sendu.

 

"Aku melakukannya karena kekurangan kamu, sayang. Pria mana yang menginginkan istri mandul?" hina Bagas. Pria itu masih merangkul mesra Andin yang sedang bersandar manja di dadanya. 

 

"Itu belum pasti, mas. Hanya satu dokter yang menyatakan aku mandul. Bukannya dokter itu juga menyarankan untuk periksa ulang," protes Eriska. Istri mandul yang disematkan oleh suaminya sendiri terasa berkali lipat lebih menyakitkan dibandingkan dengan penghianatannya.

 

"Sayang ... jangan mengelak, semua sudah jelas," ucap Bagas dengan santainya. Dia segera mengelus dagu Andin di depan Eriska, lalu kembali melanjutkan obrolannya dengan Eriska, "jadi, bagaimana sayang, kamu memberi izin agar aku bisa poligami?" tanyanya tanpa ragu dan tanpa berbelas kasihan pada Eriska.

 

Eriska tengadah ke arah langit-langit untuk menahan air matanya yang mungkin banjir setelah ini, lalu kembali menatap sang suami dengan suara dan sikap tubuh dibuat seoalah tidak peduli. "Silahkan, mas. Lakukan jika itu memang mau kamu dan buktikan kalau wanita itu memang sempurna!" 

 

Bagas dan Andin mendengus tidak suka dengan tantangan Eriska. "Oke, aku akan memberikan bukti bahwa Andin bisa memberikan keturunan!" Angkuh Bagas lagi disertai percaya diri tinggi. 

 

Setelah pembicaraan itu, Eriska tidur di kamar tamu. Dia menagis meraung-raung di sana. Menumpahkan segala isi hatinya hingga tanpa jeda. 

 

Sementara Bagas dan Andin tidur di ranjang yang biasa ditempatinya bersama Eriska. Mereka bersenang-senang merayakan hubungan yang sebentar lagi akan mendapatkan kata sah. 

 

***

 

Pagi harinya Eriska berkerja rumah seperti biasanya layaknya ibu rumah tangga dan seakan kejadian semalam tidak pernah ada. Langkah kaki mesra menginjak lantai yang masih basah. "Kita mau ke rumah orangtua aku. Kamu di sini aja nggak usah ikut, aku akan bilang kalau kamu udah kasih izin buat aku poligami," ucap Bagas. Dia masih merangkul mesra Andin tanpa rasa malu sedikitpun bahkan di depan tetangga.

 

"Iya, mas." Eriska meraih tangan kanan Bagas yang mengganggur. Dia mengecup punggung tangannya seperti biasa dia lakukan. 

 

Andin memutar bola mata malas dengan sikap Eriska, dia merasa dialah nyonya rumah dan Eriska hanya pembantu yang seharusnya tidak punya hak menyentuh Bagas.

 

Bagas dan Andin pergi menaiki mobil, sedangkan Eriska masih berdiri di teras seraya memegangi gagang lap pel. Dia menatap mobil sang suami yang melaju meninggalkan luka hingga menghilang dari pandangan. 

 

"Mbak, mbak Eriska!" panggil salah satu tetangga. Wanita itu sedikit mengguncang bahu Eriska. 

 

Guncangan itu berhasil membawa Eriska kembali pada dunia. "Eu, i-iya?" 

 

"Loh ... Mbak Eriska kenapa? Eh, tadi Mas Bagas pergi sama siapa, mbak?" 

 

Eriska bergeming sesaat untuk berpikir. "Sama ... adiknya." 

 

"Hah, masa sih mbak. Kok saya liat mesra banget!" 

 

Eriska terpaksa harus menunjukan senyum palsu. "Cuma perasaan ... lagian wajar kok, kakak laki-laki mesra sama adik perempuannya. Mereka jarang ketemu," dustanya panjang lebar. 

 

"Oh ... gitu ya." 

 

Setelah hari itu Eriska sah menjadi istri pertama dan Andin istri kedua. 

 

"Sah!" Kata itu terucap dari semua tamu undangan, tidak banyak karena pernikahan Bagas dan Andin hanya dihadiri oleh kerabat dekat juga warga sekampung. 

 

Pelaminan yang seharusnya diisi berdua. Namun, pemandangan berbeda hadir. Kursi itu diduduki oleh Eriska, Bagas dan Andin. 

 

Eriska masih tersenyum manis dan anggun kala menyambut tamu yang dibuat heran setengah mati atas ketegarannya. Mereka bersalaman seperti biasanya. 

 

Bisik-bisik mengiringi musik pernikahan yang tentu saja tertuju untuk Eriska. Bahkan tetangga yang tempo hari menanyakan Andin tersentak begitu dalam setelah tahu ternyata dulu wanita itu calon madu Eriska.

 

Bersambung ....

 

 

 

Bab terkait

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Resmi Dimadu

    Setelah pernikahan usai, Bagas dan Andin langsung pergi bulan madu. Sementara, Eriska kembali menatap kepergian mereka. "Mbak ... kok bisa sih, mbak?" heran tetangga yang tempo hari bertanya. "Takdir," jawab santai Eriska. Dia memang sudah ikhlas, lagipula apa yang bisa dilakukannya selain berlapang dada?"Mbak harusnya nolak, jangan mau dimadu. Kenapa nggak minta cerai?" Sederet pertanyaan yang mewakili rasa bingung juga heran Nina-tetangga dekat Eriska yang sekarang menjadi ibu satu anak. Eriska membuat garis senyuman yang begitu tulus. "Nggak apa-apa, anggap aja ladang amal buat aku." "Ya ampun mbak ...." Nina geleng-geleng kepala mendengar jawaban Eriska yang jauh dari dugaannya. Eriska dan Nina adalah teman sebaya. Mereka sama-sama berusia dua puluh lima tahun. Namun, tentu nasib rumah tangga mereka berbeda. Nina berhasil melahirkan anak dari suaminya, berbeda dengan Eriska. Usianya dan Bagas terpaut lima tahun, suaminya memang cukup berumur wajar saja jika pria itu tidak sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Pikiran Eriska Masih pada Bagas

    Adam dan Eriska hanya duduk senyap. Pria itu bingung harus berkata apa, sedangkan wanita dengan status istri pertama tentu sedang memikirkan keselamatan Bagas. Semoga Mas Bagas baik-baik aja, semoga Andin bukan wanita yang cuma mau uang kamu, mas, lirih Eriska dalam hatinya. Lima bulan berpacaran dan tiga tahun menikah tentu membuat rasa sayang Eriska terhadap Bagas sangat besar. Sebenarnya dia tidak pernah menyangka sama sekali jika Bagas tega berselingkuh. Dua tahun lalu Eriska dinyatakan mandul. Namun, Bagas tetap menunjukan cinta dan sayangnya. "Nggak apa-apa, sayang. Siapa tau nanti takdir berkata lain." Tangan hangat Bagas mendekap Eriska begitu sayang, bahkan tidak mempunyai rasa malu sedikit pun walau di depan dokter. Kala itu Eriska sedang terisak di dada bidang Bagas. "Aku nggak sempurna, mas." "Nggak ada manusia sempurna di dunia ini, sayang. Aku juga cuma laki-laki banyak kekurangan. Jangan sedih, jangan kecil hati. Kita banyak berdoa saja pada yang maha kuasa." Sungg

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Malam Eriska di Kamar Baru

    Malam ini Eriska berbenah, dia pindah ke kamar di sebelah kamarnya bersama Bagas dulu. Wanita itu merasa diusir secara tidak langsung dari kamarnya sendiri. Tanpa izinnya Bagas menyulap kamar mereka menjadi kamar pengantin dengan dekorasi mewah dan di sana juga terdapat rangkaian bunga bertuliskan 'Welcome to Andin.'Jelas Eriska harus keluar dari kamar penuh kenangan bersama Bagas sejak malam pertama sampai malam terakhir sebelum suaminya selingkuh. Tangan Eriska sempat menyapu ranjang pengantin yang kini milik Andin. "Dulu kamu seneng tidur sama aku, mas," lirihnya, tapi dia tidak mau tenggelam dalam kesedihan yang sudah tertulis dalam takdir hidupnya. Setelah melihat-lihat seisi kamar yang telah hilang kenangannya, Eriska mulai mengambil bajunya satu persatu dari dalam lemari yang cukup besar hingga tidak satu pun tersisa. Dia menarik baju dari dalam koper besar menuju ke kamar barunya yang terletak di samping kamar lamanya. Dulu kamar itu selalu digunakan oleh orangtua Bagas atau

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Ingin Memata-Matai Andin

    Nina sudah pulang, Eriska kembali menutup pintu rapat-rapat. "Nina peduli banget sama aku, tapi maaf aku nggak mungkin cerita keluh kesah aku ke kamu." Wanita itu kembali membersihkan rumah seperti biasanya, tapi kali ini tanpa sarapan karena ketidakhadiran sang suami membuat lidahnya sangat hambar seolah mati rasa. Setelah selasai pekerjaan rumah, barulah Eriska bersantai sejenak. Baru saja bokongnya menyapa sofa yang empuk, bel kembali berbunyi. "Ya ampun, Nina." Dia terkekeh melihat kelakuan tetangga over protektifnya. Kala membuka pintu, rupanya dugaan Eriska salah. "Maaf, apa benar ini rumah Tuan Bagas dan Nyonya Andin?" tanya seorang kurir. "Eu ... iya, mas," jawab Eriska membatin. "Tolong tanda tangan di sini." Kurir menyodorkan selembar kertas dan sebuah bolpoin. Eriska melakukannya. "Ini barangnya, kiriman dari Jakarta." Eriska menerima kiriman barang yang sepertinya tertuju untuk Andin. Beberapa kardus berlapis kertas cokelat itu dikemas rapih dan benar saja di s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Amarah Ayahnya Eriska

    Setibanya di rumah, kado dari Eriska tidak langsung disimpan di kamar pengantin, tapi dia akan memberikannya secara langsung pada Andin kala dia dan suaminya pulang.Sekarang waktu menunjukan tengah hari. "Halo, Mas Adam. Maaf hari ini aku nggak bisa masuk," ucap Eriska dalam saluran telepon."Iya, nggak apa-apa. Kamu istirahat aja selama beberapa hari." Suara keramaian restoran terdengar jelas di indera pendengaran Eriska yang dibawa oleh sambungan di udara.Setelah menelepon, Eriska menata rumah, mengubah letak furniture di beberapa ruangan. "Biar Mas Bagas nggak bosen di rumah." Senyuman tulus terpatri dibingkai oleh wajah cantik nan memesona.Ting tongLagi-lagi bel rumahnya berbunyi. "Siapa lagi?" Eriska menoleh ke arah pintu, kebetulan dia sedang berada di ruang tamu. Pintu terbuka perlahan, lalu didorong oleh seseorang diluar sana. "Nak!" Ibunya berhamburan memeluk pilu."Mama!" Eriska terperanjat menatap tamunya sekarang, "mama sama papa kok nggak bilang mau kesini?" tanyanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Liburan Eriska Vs Bagas

    Itu Alex-kakak laki-laki Eriska yang sebaya dengan Bagas. "Aku baru aja pulang dari luar negeri terus dapat kabar ini. Harusnya kamu bilang kakak!" Amarah Alex sama halnya dengan sang ayah. Dia melangkah lebar dengan kaki panjangnya menuju ke arah adik perempuannya, lalu menarik satu tangan Eriska hingga tubuhnya terangkat. "Bilang kakak, di mana Bagas sekarang?" "Kak ... duduk dulu, minum dulu ...." "Nggak bisalah! kakak mau kasih pelajaran buat laki-laki brengsek itu!" Mata Alex terbebalak lebar dengan rahang mengeras dibarengi suara lantang. "Kak ... Mas Bagas bukan laki-laki brengsek." "Kamu ngapain sih bela dia, dik!" Alex menarik lengan Eriska menuju ke luar rumah, tapi ketika hampir di dekat pintu Eriska memberontak hingga salah satu tangan yang digenggam Alex terlepas. Sontak Alex menoleh pada adiknya yang sedang mengusap pergelangan tangan. "Dik!" tegas Alex layaknya pria matang yang dirundung amarah. "Aku yang kasih izin Mas Bagas poligami," bongkar Eriska. "ER

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Ditelepon Bagas

    Dua minggu berlalu, udara Turki hampir saja mendarah daging di tubuh Eriska. Dia dan keluarganya masih berada di rumah sewa. "Ma, kapan pulang?" "Ngapain cepet-cepet sih, dik? Di sini lebih enak, kan!" sambar Alex merebut jawaban ibunya. "Tapi kak, aku mau ....""Mau pulang?" tatapan Alex bermakna tidak suka, "boleh, tapi tinggal sama kita!" tegasnya. Sebagai kakak laki-laki juga sebagai pengganti ayahnya kelak tentu Alex harus punya sikap layaknya pemimpin bijak dan cerdas jika bisa kesampingkan juga ke-egoisan."Ma ...." Kali ini Eriska terdengar merengek pada ibunya."Dengarkan ucapan kakakmu ... kami melakukan ini untuk kebaikan kamu, nak." Ibunya tidak mendukung ingin Eriska.Eriska membuang napas panjang secara perlahan. "Eriska bukan anak kecil yang harus diatur jalan hidupnya. Eriska tau mama, papa sama kakak peduli sama aku, tapi tolong biarin aku menyelesaikan masalah sendiri," mohonnya."Kamu keras kepala, dik. Untung kakak belum menikah jadi bisa awasi kamu!" "Hus, kaka

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Kembali ke Tanah Air

    Kini Alex dan Eriska sudah tiba di rumah, kedatangan mereka langsung disambut oleh ibunya, "Gimana hasilnya, nak?" "Eu ...." Eriska melirik ke arah Alex. Seperti ucapannya kemarin, Eriska ingin menyelesaikan masalahnya sendiri jadi, Alex melengos meninggalkan adiknya.Eriska menatap punggung Alex, lalu pria itu duduk di sofa selagi menatap ke arah adiknya dengan satu alis naik. "Kakak ...," gumam Eriska. "Sayang, bagaimana kata dokter?" tanya ibunya tidak sabar.Eriska memberikan senyuman singkat. "Duduk dulu yuk, ma." Dia menggiring ibunya sampai ke sofa, mereka duduk berdampingan. Eriska menatap mata lelah ibunya yang sudah berkantung, "gini ma, tadi ... Eriska nggak sempet periksa," tuturnya ragu, dia tahu ibunya akan kecewa. Jelas ibunya mengerutkan dahi. "Kenapa?" Alex melirik ke arah Eriska kala adik perempuannya itu tidak mengalihkan tatapannya dari sang ibu. "Ba ...." "Mas Bagas telepon, dia suruh aku pulang ...," tutur pelan Eriska merebut kalimat Alex."Siapa yang tele

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01

Bab terbaru

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Pernikahan Eriska dan Adam {Ending}

    "Maaf, Kak ...." Eriska segera merasakan amarah Alex."Dik, berhenti memikirkan Bagas dan jangan samakan Bagas dengan Adam, mereka sangat berbeda!" tegas Alex yang selaras dengan tatapannya. "Aku cuma ingat aja kok, Kak. Karena tidak semudah itu membuang semuanya, apalagia ada Aulya yang mirip banget sama mas Bagas." "Kemiripan Aulya bukan berarti membuat kamu harus dibayang-bayangi Bagas. Ingat Dik, Adam sangat peduli sama kamu, bukan Bagas!" Lagi, ketegasan ditunjukan Alex hingga Eriska mengangguk sendu dan seakan tertekan, tetapi pria ini memang sengaja melakukannya supaya adiknya membuka lebaran baru yang jauh lebih baik.Satu bulan berlalu, hari ini tepat pernikahan Adam dan Eriska yang diadakan secara kecil-kecilan, hanya dihadiri kedua belah pihak keluarga saja, tetapi tanpa diduga jika keluarga Bagas hadir membawa Bagas. "Eriska, kamu akan meninggalkan aku dan semua kenangan kita?" Keadaan mental pria ini sudah stabil dan sangat sehat. Maka, semua hal yang pernah terjadi dal

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Satu Bulan Lagi

    Dua bulan kembali berlalu, keadaan Bagas mendekati pulih. Dokter memberikan rincian laporan tentang perkembangannya, ditunjukan pada pihak keluarga. Sebenarnya pria itu sudah bisa dibawa pulang, hanya saja kedua orangtuanya inginkan putranya tetap mendapatkan pengawasan sampai benar-benar pulih. Kabar ini segera sampai pada Eriska dan keluarganya. "Alhamdulillah ...," syukur wanita ini begitupun kedua orangtuanya hanya Alex yang tidak mengucapkannya. Saat kakak dan adik berdua di atas balkon, Alex mengutarakan pemikirannya, "Dik, cepat tanyakan pada Adam kapan dia akan menikahi kamu.""Kak ..., masa aku yang tanyakan!" protes kecil Eriska."Kakak udah coba tanya beberapa kali, tapi Adam selalu bilang belum dapat tanggal baik. Kapan dong, dia dapat tanggal baiknya!" Tatapan serius Alex yang sebenarnya masih memercayai Adam hanya saja kini dirinya sudah sangat panik akibat mendengar kondisi Bagas, "coba sesekali kamu yang nanya.""Malu, Kak. Aku ini janda anak satu, nggak mungkin aku t

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Orangtuanya Adam Tidak Yakin pada Pernikahan Putranya dan Eriska

    Eriska terpaku sendu seiring menatap buah hatinya bersama Bagas. "Gimana keadaan mas Bagas?" Dirinya segera mengalihkan topik karena keadaan Bagas hari ini seolah menjawab alasan ketidak mampuan mantan suaminya memberikan nama pada malaikat kecil. "Masih sangat parah!" Alex melanjutkan kebohongannya.Eriska mendesah pelan, "Kalau gitu ..., aku namakan Aulya saja. Gimana Kak, apa bagus?" Senyuman ceria disisipkan. Namun, wajah Alex tidak menunjukan keceriaan yang sama sedikit pun. "Kenapa harus Aulya, Dik?" Bukan perkara nama yang membuatnya heran, melainkan pemikiran Bagas dan Eriska begitu kompak padahal mereka tidak pernah berkomunikasi sama sekali. "Mau saja, aku pikir nama Aulya itu bagus. Cuma ..., aku nggak tahu nama panjangnya apa. Coba Kakak pikirkan." Alex hanya tersenyum getir. "Akan Kakak pikirkan nanti. Kakak harus mencari nama paling baik," tulusnya, "tapi Dik, yakin mau Aulya, tidak mau ganti yang lain?" "Aulya saja Kak, buat nama depannya. Selebihnya biar Kakak ata

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Apakah Harus Tetap Mencintai Eriska?

    Adam merenungkan pesan dari orangtuanya, pria ini hanya duduk di tepian ranjang di dalam kamarnya. "Eriska memang memiliki sesuatu yang nggak akan membiarkannya lost contak dengan Bagas, ada anak di antara mereka. Jadi mungkin aku yang terlalu berharap banyak untuk bisa mendapatkan Eriska." Embusan udara dibuang Adam, kemudian meluruskan punggungnya seiring memandangi langit-langit saat kedua tangannya dilipat, menyangga kepala. "Aku masih mencintai Eriska bagaimanapun dunia menilai hubungan kami. Tapi kalau bisa, nggak perlu sama anaknya juga. Aku sangat membenci wajah anaknya yang seperti Bagas." Semakin lama, keduanya kelopak mata Adam semakin turun hingga membawanya ke alam bawah sadar. Dari sejak hari ini hingga tiga hari kemudian Adam tidak menampakan batang hidungnya pada keluarga Eriska, dirinya beralasan jika restoran sangat sesak oleh pengunjung maka tidak membiarkannya absen. Jadi, dirinya hanya menjenguk si bayi setelah tiba di rumah. Eriska menyusui bayinya sangat tela

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Hari Kelahiran

    Bagas berjalan linglung mencari keberadaan orang-orang terdekatnya karena jangankan di luar, di dalam rumah saja dirinya sering tersesat. Derap langkahnya membuat Adhinatha dan Fatimah menoleh. "Mau kemana?" tanya pria ini tanpa meninggalkan tempat duduknya karena arah Bagas tepat pada mereka. "Bagas mengingat Andin. Di mana dia sekarang?" Tanpa aba-aba pertanyaan ini diutarakan hingga Adhinatha dan Fatimah terhenyak. Fatimah menyahut berpura-pura tidak tahu demi kebaikan Bagas karena kenangan tentang Andin adalah satu-satunya yang tidak diinginkannya diingat Bagas. "Siapa Andin? Kami tidak tahu." "Mana mungkin mama sama papa nggak tahu. Bagas ingat kalau Andin sangat cantik, tapi sangat matre. Sepertinya dia pernah berada di sisi Bagas?" Adhinatha merasa waktunya selalu sia-sia saat menghadapi Bagas yang memerlukan perawatan mental, maka dirinya tidak mengatakan apapun selain kalimat penutup, "Kami tidak mengenal Andin. Kamu juga. Mungkin itu cuma imajinasi kamu. Tidurlah, besok

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Menemui Bagas

    Hari ini Eriska memutuskan menemui Bagas tanpa memerdulikan apapun, dirinya hanya ingin membuat mantan suaminya bangkit dari keterpurukannya walau mungkin akan sangat sulit. "Bayi kamu udah menyembul di perut aku." Eriska menatap Bagas sebagaimana seorang istri. "Syukurlah, bayi kita sehat." Bagas tampak sumringah hingga tidak terlihat sama sekali jika sebenarnya dirinya adalah manusia linglung. "Iya Mas, bayinya sangat sehat." Senyuman kecil Eriska. Pertemuan ini tanpa sentuhan sama sekali karena keduanya bukan mahram. Maka, Fatimah juga mendampingi Eriska supaya menantunya ini tetap aman dari Bagas-putranya. "Aku mau menyentuh bayi kita, aku mau merasakan pergerakannya!" Telapak tangan Bagas sudah mulai menjulur ke arah perut Eriska yang sudah mulai terlihat walau masih samar. Saat itu, segera wanita ini menatap Fatimah. "Tidak apa nak, toh teralang pakaian." Izin Fatimah-ibunya Bagas selalu mengawal Eriska dari awal kedatangannya. Maka, dengan leluasa Bagas meletakan telapak ta

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Karma Yang Harus Dijalani Bagas

    "Aku sedih liat keadaan Mas Bagas," aku Eriska pada Alex kala keduanya sudah kembali ke rumah."Nggak usah sedih, apa Bagas bersedih saat melihat kamu terpuruk!" Tidak ada sedikit pun belas kasihan Alex untuk mantan iparnya. "Kak, sudah jangan dibahas lagi. Semua itu sudah berlalu. Sekarang kita cuma perlu menutup segala hal yang pernah menyakiti." Alex membuang udara tipis. Kesabaran serta sifat pemaaf Eriska memang patut diacungi jempol, tetapi juga tampak keterlaluan. "Iya sudah, kamu istirahat saja." Alex menemui Adam di restorannya yang selalu ramai bahkan semakin pesat saja. "Pengusaha hebat nih. Ada waktu buat ngobrol?" kelakarnya. "Kapanpun!" Adam menyambut kedatangan Alex dengan hangat. "Gimana kisah cinta lo sama Raisa?" Alex memegangi pelipisnya sesaat seiring tertawa kecil. "Gue kesini bukan mau bahas Raisa." "Gue pengen tahu aja." Tawa singkat Adam seiring menyuguhkan dua gelas kopi, "Eriska lagi apa, kok nggak diajak?" "Mana mau Eriska kesini, lo kaya nggak tahu aj

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Season 2

    Bagas membuka kelopak matanya, mengucek kedua matanya, dirinya mendapati diri berada di ruangan serba putih. "Saya sarankan bawa Tuan Bagas ke psikiater." Kalimat dokter pada ayahnya Bagas-Adhinatha. "Apakah kondisi anak saya seburuk itu?" Pria ini tampak sangat panik dan gemetaran. "Intinya, coba bawa saja ke ahlinya." Obrolan dokter dan pria ini berakhir. Adhinatha menghampiri putranya, memandangi pilu. Sudah satu minggu Bagas terlihat linglung, tatapan matanya kosong. "Pa, kenapa Bagas di sini?" Tubuhnya kekar seperti sediakala hanya saja bagian dalamnya seolah hancur, isi otak Bagas seolah diaduk hingga tidak tentu arah. "Kamu tertidur saat hari pernikahan Eriska dan Adam, kamu tidak datang ke pernikahan mereka karena kamu tidak bangun selama dua malam dari sebelum hari pernikahan hingga kami membawamu ke rumah sakit. Kamu sadar, hanya saja kamu tidak ingat apapun," sendu begitu kental di wajah Adhinatha. "Apa maksud papa, bukankah Eriska istrinya Bagas, bagaimana bisa Erisk

  • Wanita yang Dinodai Suamiku   Akhir Tidak Terduga

    Di kamar rias, Bagas melihat Eriska yang sudah duduk dengan cantik. Kebaya khas pengantin sudah memeluk tubuhnya, usia kandungannya belum terlihat jadi, bentuk tubuhnya masih sangat bagus. Namun, anehnya Adam masih memakai kemeja dan celana jeans, bahkan jika dibandingkan dengan Bagas penampilan Adam kalah telak. "Kalian pasangan pengantin, tapi kenapa lo belum siap-siap?" tanya Bagas pada Adam. Adam tersenyum tipis, dia berjalan menghampiri Bagas. "Kenapa harus siap-siap? Emangnya gue mau nikah?" Bagas mengerutkan kedua alisnya. "Maksud lo? Hari ini kan ...." Adam menyela, "Hari ini pernikahan kalian." Senyum tulus berhasil diukir Adam setelah berlatih semalaman. Dia sudah merelakan Eriska kembali pada Bagas karena dia pikir bayi dalam perut Eriska lebih menginginkan ayah bioogisnya dari pada ayah asuh. "Hei, lo nggak usah ngerjain gue, gue ... gue berusaha ikhlas-nggak, ralat. Gue ikhlas," kata Bagas dibuat kuat."Hahahaha!" Adam tertawa lepas, "nggak ada waktu lagi, cepet siap

DMCA.com Protection Status