Home / Romansa / Wanita pilihan istriku / Pertemuan pertama

Share

Pertemuan pertama

Author: Frayanz Star
last update Last Updated: 2022-09-15 09:51:21

Meysa mengajak Nadhira untuk duduk. Dan meminta bibi yang mengurus rumah Meysa, membuatkan minuman dan makanan ringan untuk Nadhira. Nadhira bahagia sekali bisa bertemu lagi dengan Meysa. Dia pikir Meysa sudah melupakannya.

“Terima kasih bi,” ucap Nadhira dengan senyum manisnya, saat bibi memberikan secangkir teh dan beberapa makanan kecil untuknya.

“Sama-sama non, saya permisi dulu," jawab bibi dan berlalu pergi.

“Oh iya, apa yang kau katakan tadi?”

‘Jika Nadhira menikah dengan mas Reihan pasti mereka akan bahagia. Aku tau Nadhira adalah wanita yang baik. Dia pasti bisa membahagiakan mas Reihan dengan baik. Tapi apakah mas Reihan dan Nadhira mau melakukannya?’ ucap Meysa dalam hatinya sambil memperhatikan Nadhira.

“Mey, kau kenapa? Apa ada masalah denganmu? Apa aku bisa membantumu? Kau kenapa?” tanya Nadhira lembut.

Dia juga memegang tangan Meysa untuk menenangkan. Wajah Meysa terlihat sedikit pucat, dan ada kegelisahan yang Nadhira tangkap.

Yang Nadhira tau, Meysa bukanlah wanita yang melankolis. Meysa adalah wanita yang ceria. Selalu saja dia mampu membuat orang yang berada dekat dengannya tertawa. Dan yang Nadhira lihat kali ini bukan Meysa yang seperti itu.

“Nad, a-apa kau bisa membantuku?” tanya Meysa ragu-ragu.

“Ada apa? Kau bisa cerita jika mau, tapi kalau kau masih belum siap ya sudah nanti aja, tidak perlu di paksakan. Oh iya, bagaimana? Udah isi perutnya?” Meysa lagi-lagi terdiam dan sedikit tertunduk.

“Hei, mey. Kau kenapa? Aku minta maaf jika aku salah bicara. Tapi kau kenapa? Ini bukan seperti Meysa yang aku kenal. Ada apa? Jika aku bisa membantumu akan aku lakukan. Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?”

“Nad, apa k-kau mau me-nikah dengan suamiku?” tanya Meysa ragu-ragu. Jantungnya sudah deg-degan saat mengatakan hal itu.

Sejatinya tak ada seorang wanita yang mau di madu atau merelakan suaminya untuk berbagi hati atau bercerai sekalipun. Tak ada yang rela. Tapi, apa Meysa bisa memilih saat ini? Tidak. Dia pun terluka dengan pilihannya itu.

“Apa yang kau katakan Mey? Kamu ngelindur? Jangan ngaco, ah. Aku minum tehnya ya? Aku haus sekali. Maaf ya?” ucap Nadhira sambil menyesap tehnya dan tersenyum.

“Aku memiliki penyakit Nad, Alzheimer.” Nadhira yang tadinya minum teh, langsung terdiam dan meletakkan kembali di atas meja. Dia menatap sahabatnya yang sudah menangis.

“Apa yang kau katakan Mey? Jangan bercanda seperti ini. Ada apa sebanarnya denganmu? Apa kau sedang bertengkar dengan suamimu? Kalian bisa bicarakan baik-baik Mey. Jangan melakukan candaan seperti ini. Dan lagi, perni...”

“Aku memang sedang sakit Nad. Kami sudah periksakan hal ini pada dokter satu setengah tahun yang lalu. Aku mengidap penyakit yang tidak bisa di sembuhkan itu. Aku sakit Nad," ucap Meysa yang sudah menangis dan menunduk serta menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Bagai-bagaimana bisa Mey? Kau pasti berbohong kan? Jangan bercanda seperti ini denganku Mey. Aku bisa membantumu untuk berbaikan dengan suamimu jika kau mengijinkannya. Aku tau kau sedang berbohong saat ini?” ucap Nadhira yang sudah memeluk tubuh Meysa.

Akhirnya Meysa menceritakan semua yang sudah terjadi pada Nadhira. Hasil tes dari dokter serta rekaman cctv di mana penyakitnya kambuh semua dia perlihatkan pada Nadhira. Nadhira sampai terkejut bukan main dengan semua yang sudah terjadi pada Meysa.

“Aku tak bisa membiarkan mas Reihan hidup terus denganku Nad. Aku tak ingin sampai dia menderita karenaku. Penyakit ini tak akan hilang. Yang ada penyakit ini semakin memburuk Nad.”

“Tapi itu bukan solusi yang tepat Mey. Mas Reihan pasti lebih tau mana yang terbaik untuk pernikahan kalian. Jika dia mau menikahimu, itu artinya dia sudah memilihmu sebagai istrinya sampai akhir hidupnya Mey.”

“Tapi aku sudah menyakitinya Nad. Sudah berkali-kali aku menyakiti mas Reihan. Aku bahkan sampai sekarang belum bisa memberikan seorang anak padanya. Padahal kita sudah 3 tahun lebih menikah. Aku hanya ingin melihat mas Reihan bahagia.”

“Mey, jodoh, anak dan takdir itu semuanya adalah garis yang Allah sudah tentukan. Jika kau menikah dengan mas Reihan, apalagi kalian saling mencintai. Itu artinya mas Reihan adalah jodohmu."

"Sedang anak adalah titipan dariNya. Jika kau belum di berikan seorang anak, pasti ada maksud dari Allah kenapa kalian belum di karuniai seorang anak."

"Dan ini semua adalah ujian dalam pernikahan kalian. Kau jangan semudah itu berkata seperti ini. Apa kau mengerti perasaan mas Reihan saat kau berkata ingin cerai? Pikirkan perasaannya juga Mey," jelas Nadhira panjang lebar.

Meysa tak bisa menjawab. Dia hanya menangis dalam pelukan Nadhira. Tapi yang Nadhira katakan semuanya adalah benar. Dia sama sekali tak memikirkan perasaan suaminya saat berkata seperti itu. Tapi sekali lagi, Meysa menganggap penyakitnya ini adalah beban untuk suaminya.

Karena yang dia pikirkan adalah kebahagiaan suaminya saja. Bagaimana menderitanya mas Reihan. Belum lagi saat dia penyakitnya semakin parah. Meysa malah merasa hidupnya sudah tak lama lagi.

Karena itu dia tak ingin meninggalkan suaminya sendirian tanpa ada yang mengurusnya ketika waktunya nanti tiba. Itu yang ada di pikiran Meysa.

“Kau bicarakan lagi baik-baik dengan suamimu. Kau jangan dengan mudah mengatakan hal yang sangat di benci seperti kata perceraian itu Mey. Sepertinya suamimu sudah pulang," ucap Nadhira karena mendengar suara mobil yang baru saja datang.

Tak terasa mereka mengobrol sampai malam.

“Ingat ucapanku Mey. Kalian bicarakan dulu berdua. Dari hati ke hati. Kau ikuti saja apa yang menjadi kemauan suamimu. Karena dia tau yang terbaik untuk kalian. Aku pulang dulu. Nanti aku akan kemari lagi. Assalamualaikum," ucap Nadhira sambil menghapus air mata Meysa dan memberikan pelukan pada sahabatnya itu.

“Waalaikumsalam.” Meysa mengantarkan Nadhira sampai depan.

Saat di depan mereka bertiga berpapasan. Nadhira yang tak berani memandang wajah Reihan hanya menunduk dan mengucapkan salam pada Reihan dan segera pergi dengan sepeda motornya.

Nadhira dan Meysa. Mereka berdua dulu adalah kembang sekolah. Kedua wanita ini sangat cantik. Jika wajah Meysa memiliki wajah cantik alami orang indonesia dengan kulit sawo matangnya.

Sedang Nadhira lebih memiliki wajah blasteran. Alisnya yang tebal dan kulitanya yang putih, serta tatapan matanya yang tajam membuatnya lebih terlihat orang dari timur tengah.

“Assalamualaikum,”

“Waalaikumsalam.”

“Siapa dia sayang?” tanya Reihan sambil mengecup kening Meysa dan merangkulnya masuk ke dalam rumah mereka.

“Dia sahabatku Nadhira. Kemarin aku menghubunginya untuk datang ke sini. kami sudah lama tak bertemu. Aku merindukannya. Dia cantik kan mas?” tanya Meysa yang ingin tau reaksi suaminya saat melihat Nadhira tadi.

Tapi suaminya hanya tersenyum sebentar tanpa membahasnya lagi. Seakan enggan melihat siapa yang datang.

Meysa membantu suaminya untuk berganti pakaian. Setelah itu mereka makan malam. Saat makan pikirannya di penuhi dengan kata-kata Nadhira. Dia akan mencoba bicara setelah ini dengan suaminya.

“Sayang, aku sudah memikirkan matang-matang tentang apa yang aku katakan selama ini padamu. Maafkan aku ya sayang. Selama ini aku sama sekali tak memikirkan perasaanmu. Maafkan aku," ucap Meysa saat keduanya sedang berada di dalam kamar. Reihan tersenyum gembira mendengar ucapan Meysa.

“Sampai kapanpun aku akan selalu mencintaimu sayang. Apapun yang terjadi kau tetaplah istriku. Sudah jangan pernah memikirkan hal itu lagi. Kita bisa menghadapinya bersama,” jelas Reihan sambil mengusap pelan bibir Meysa.

Dia juga mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir istrinya dengan lembut. Sampai Meysa mulai terlena dan melingkarkan tangannya di leher Reihan.

Reihan dengan cepat melepas celananya dan membuat bagian bawahnya polos. Namun bibir mereka masih saling menikmati.

Dia menidurkan tubuh Meysa dengan pelan, dan tangannya menyingkap baju tidur Meysa hingga perut. Dia mulai menstimulus bagian sensitif istrinya.

Perlahan tapi pasti, Reihan akan kembali melakukan penyatuan dengan Sang istri. Tapi tiba-tiba kepala Reihan terasa pusing karena ada hantaman sesuatu.

"Ada apa denganmu Rei?"

Related chapters

  • Wanita pilihan istriku   Menikahlah dengan sahabatku

    Ada apa ini? kenapa aku dengan Reihan melakukan hal ini? Kita bukan suami istri. Reihan apa yang kau lakukan sih? Kenapa pegangan tangannya begitu kuat padaku?' Meysa mulai bingung dengan situasi mereka saat ini. Dia mencari sesuatu dan melihat ponselnya yang ada di atas nakas. Meysa mengambil ponselnya dan memukulkan ponsel itu pada kepala Reihan dengan cukup keras. “Apa yang kau lakukan padaku Reihan? Kita belum menikah. Kau tau jika ini zina. Apa kamu lupa dengan Agamamu? Bagaimana bisa kamu melakukan hal ini padaku? Dan itu... Astagfirullah hal adzim Reihan, tutup itu milik. Apa kau sudah gila? Aku tak menyangka kau bertindak sejauh ini denganku. Pergi kau Reihan. PERGI!” Meysa sudah mengeluarkan air matanya. Dia juga sudah mendorong tubuh Reihan yang bagian bawahnya masih polos. Tubuhnya dia tutup dengan selimut dengan mata yang sudah terpejam.“Pergi jauh dariku. Kau bahkan sudah menyusulku kemari hanya untuk melakukan oerbuatan zina ini? Aku jijik denganmu Reihan. Pergi kamu

    Last Updated : 2022-09-15
  • Wanita pilihan istriku   Perdebatan berakhir haru

    Reihan segera pulang ke rumah, setelah mendapat telepon dari Meysa. Ia pulang bukannya ingin meminta penjelasan dari Meysa soal permintaan yang istrinya ucapkan lewat telepon tadi. Melainkan ia memang ingin bertemu istrinya dan melihat kondisinya.Ia menganggap, sebagai angin lalu permintaan Meysa yang menurutnya konyol. Setelah dirinya sekali mengikat janji suci, maka akan ia selesaikan tanggung jawab itu sampai selesai. Sebuah pernikahan bukanlah untuk main-main, tetapi untuk hubungan serius seumur hidup. Dan Reihan hanya ingin dengan Meysa, hubungan suci itu terjalin dalam hidupnya."Assalamu'alaikum sayang," sapa Reihan yang langsung memeluk tubuh sang istri dan memberikan kecupan hangat di kening. "Aku membawakan pizza tuna dan camomal tea kesukaanmu," imbuhnya dengan memperlihatkan tangannya yang masing-masing membawa makanan kesuakaan istri. "Waalaikumsalam mas." Meysa membalas senyuman hangat sang suami. Ia tau bagaimana sakit hatinya Reihan semalam karenanya. Malam yang ha

    Last Updated : 2022-09-15
  • Wanita pilihan istriku   Permintaan tulus seorang sahabat

    Dengan sangat terpaksa, Reihan menyanggupi kemauan sang istri. Terserah apa kata Meysa. Ia hanya bisa pasrah. Melihat Meysa yang tak berhenti menangis, justru membuatnya semakin sakit.Rasanya tidak rela jika nantinya ia harus bersanding dengan wanita lain dan melihat hati sang istri yang tentu saja akan merasa sakit. Walaupun itu yang menjadi pilihan hati. Karena sejatinya tak ada wanita yang bisa berbagi hati. Kecuali istri Rasul.Hatinya sangat sakit melihat itu semua. Dalam pelukannya kini, wanita ini masih juga sesenggukan. Kenapa harus mereka yang di hadapi dengan permasalahan seperti ini?Reihan berharap dialah yang sakit. Bukan Meysa. Taoi siapa Reihan? Semua ini adalah ujian yang di berikan oleh sang Khalik untuk pernikahannya."Aku sangat mencintaimu Mey, sangat. Jadi jangan berharap aku akan mencintai wanita lain," lirih Reihan yang membuat Meysa makin mengeratkan pelukannya.'Aku juga mencintaimu Mas. Melebihi apapun.'***Hari ini Meysa, ingin memperkenalkan secara resmi,

    Last Updated : 2022-09-15
  • Wanita pilihan istriku   Kedatangan tamu

    "Tidak Sayang. Sudah berapa kali aku mengatakan hal ini padamu. Aku tak ingin menurutimu. Kau istriku. Aku sudah berjanji pada kedua orang tuamu. Jika aku akan selalu mencintaimu dan menerimamu apapun kondisinya. Aku tak akan pernah menceraikanmu." "Tapi Mas, aku bukan istri yang tepat untukmu. Kau bisa lihat semakin hari penyakitku semakin parah. Aku tak mungkin membiarkanmu menderita karena aku. Aku tau ini pernikahan yang sudah kita pilih," Meysa diam sejenak. "Tapi lambat laun penyakitku semakin parah. Aku juga tak ingin sampai aku mengucapkan kata-kata yang tidak aku inginkan ketika penyakitku kambuh. Itu akan sangat melukaimu. Aku tak ingin seperti itu. Aku tak akan bisa melihatmu menderita seperti ini mas," ucap seorang istri yang sudah sesenggukan. "Sampai kapanpun aku tak akan bercerai denganmu Sayang. Akan seperti apapun dirimu, aku tak akan melakukan hal yang sangat di benci Agama kita. Aku akan pergi kerja dulu. Assalamualaikum," ucap Reihan yang membantu Istrinya mengh

    Last Updated : 2022-09-15

Latest chapter

  • Wanita pilihan istriku   Permintaan tulus seorang sahabat

    Dengan sangat terpaksa, Reihan menyanggupi kemauan sang istri. Terserah apa kata Meysa. Ia hanya bisa pasrah. Melihat Meysa yang tak berhenti menangis, justru membuatnya semakin sakit.Rasanya tidak rela jika nantinya ia harus bersanding dengan wanita lain dan melihat hati sang istri yang tentu saja akan merasa sakit. Walaupun itu yang menjadi pilihan hati. Karena sejatinya tak ada wanita yang bisa berbagi hati. Kecuali istri Rasul.Hatinya sangat sakit melihat itu semua. Dalam pelukannya kini, wanita ini masih juga sesenggukan. Kenapa harus mereka yang di hadapi dengan permasalahan seperti ini?Reihan berharap dialah yang sakit. Bukan Meysa. Taoi siapa Reihan? Semua ini adalah ujian yang di berikan oleh sang Khalik untuk pernikahannya."Aku sangat mencintaimu Mey, sangat. Jadi jangan berharap aku akan mencintai wanita lain," lirih Reihan yang membuat Meysa makin mengeratkan pelukannya.'Aku juga mencintaimu Mas. Melebihi apapun.'***Hari ini Meysa, ingin memperkenalkan secara resmi,

  • Wanita pilihan istriku   Perdebatan berakhir haru

    Reihan segera pulang ke rumah, setelah mendapat telepon dari Meysa. Ia pulang bukannya ingin meminta penjelasan dari Meysa soal permintaan yang istrinya ucapkan lewat telepon tadi. Melainkan ia memang ingin bertemu istrinya dan melihat kondisinya.Ia menganggap, sebagai angin lalu permintaan Meysa yang menurutnya konyol. Setelah dirinya sekali mengikat janji suci, maka akan ia selesaikan tanggung jawab itu sampai selesai. Sebuah pernikahan bukanlah untuk main-main, tetapi untuk hubungan serius seumur hidup. Dan Reihan hanya ingin dengan Meysa, hubungan suci itu terjalin dalam hidupnya."Assalamu'alaikum sayang," sapa Reihan yang langsung memeluk tubuh sang istri dan memberikan kecupan hangat di kening. "Aku membawakan pizza tuna dan camomal tea kesukaanmu," imbuhnya dengan memperlihatkan tangannya yang masing-masing membawa makanan kesuakaan istri. "Waalaikumsalam mas." Meysa membalas senyuman hangat sang suami. Ia tau bagaimana sakit hatinya Reihan semalam karenanya. Malam yang ha

  • Wanita pilihan istriku   Menikahlah dengan sahabatku

    Ada apa ini? kenapa aku dengan Reihan melakukan hal ini? Kita bukan suami istri. Reihan apa yang kau lakukan sih? Kenapa pegangan tangannya begitu kuat padaku?' Meysa mulai bingung dengan situasi mereka saat ini. Dia mencari sesuatu dan melihat ponselnya yang ada di atas nakas. Meysa mengambil ponselnya dan memukulkan ponsel itu pada kepala Reihan dengan cukup keras. “Apa yang kau lakukan padaku Reihan? Kita belum menikah. Kau tau jika ini zina. Apa kamu lupa dengan Agamamu? Bagaimana bisa kamu melakukan hal ini padaku? Dan itu... Astagfirullah hal adzim Reihan, tutup itu milik. Apa kau sudah gila? Aku tak menyangka kau bertindak sejauh ini denganku. Pergi kau Reihan. PERGI!” Meysa sudah mengeluarkan air matanya. Dia juga sudah mendorong tubuh Reihan yang bagian bawahnya masih polos. Tubuhnya dia tutup dengan selimut dengan mata yang sudah terpejam.“Pergi jauh dariku. Kau bahkan sudah menyusulku kemari hanya untuk melakukan oerbuatan zina ini? Aku jijik denganmu Reihan. Pergi kamu

  • Wanita pilihan istriku   Pertemuan pertama

    Meysa mengajak Nadhira untuk duduk. Dan meminta bibi yang mengurus rumah Meysa, membuatkan minuman dan makanan ringan untuk Nadhira. Nadhira bahagia sekali bisa bertemu lagi dengan Meysa. Dia pikir Meysa sudah melupakannya.“Terima kasih bi,” ucap Nadhira dengan senyum manisnya, saat bibi memberikan secangkir teh dan beberapa makanan kecil untuknya. “Sama-sama non, saya permisi dulu," jawab bibi dan berlalu pergi.“Oh iya, apa yang kau katakan tadi?” ‘Jika Nadhira menikah dengan mas Reihan pasti mereka akan bahagia. Aku tau Nadhira adalah wanita yang baik. Dia pasti bisa membahagiakan mas Reihan dengan baik. Tapi apakah mas Reihan dan Nadhira mau melakukannya?’ ucap Meysa dalam hatinya sambil memperhatikan Nadhira.“Mey, kau kenapa? Apa ada masalah denganmu? Apa aku bisa membantumu? Kau kenapa?” tanya Nadhira lembut. Dia juga memegang tangan Meysa untuk menenangkan. Wajah Meysa terlihat sedikit pucat, dan ada kegelisahan yang Nadhira tangkap.Yang Nadhira tau, Meysa bukanlah wanita

  • Wanita pilihan istriku   Kedatangan tamu

    "Tidak Sayang. Sudah berapa kali aku mengatakan hal ini padamu. Aku tak ingin menurutimu. Kau istriku. Aku sudah berjanji pada kedua orang tuamu. Jika aku akan selalu mencintaimu dan menerimamu apapun kondisinya. Aku tak akan pernah menceraikanmu." "Tapi Mas, aku bukan istri yang tepat untukmu. Kau bisa lihat semakin hari penyakitku semakin parah. Aku tak mungkin membiarkanmu menderita karena aku. Aku tau ini pernikahan yang sudah kita pilih," Meysa diam sejenak. "Tapi lambat laun penyakitku semakin parah. Aku juga tak ingin sampai aku mengucapkan kata-kata yang tidak aku inginkan ketika penyakitku kambuh. Itu akan sangat melukaimu. Aku tak ingin seperti itu. Aku tak akan bisa melihatmu menderita seperti ini mas," ucap seorang istri yang sudah sesenggukan. "Sampai kapanpun aku tak akan bercerai denganmu Sayang. Akan seperti apapun dirimu, aku tak akan melakukan hal yang sangat di benci Agama kita. Aku akan pergi kerja dulu. Assalamualaikum," ucap Reihan yang membantu Istrinya mengh

DMCA.com Protection Status