Beranda / Romansa / Wanita pilihan istriku / Permintaan tulus seorang sahabat

Share

Permintaan tulus seorang sahabat

Penulis: Frayanz Star
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-15 09:54:13

Dengan sangat terpaksa, Reihan menyanggupi kemauan sang istri. Terserah apa kata Meysa. Ia hanya bisa pasrah. Melihat Meysa yang tak berhenti menangis, justru membuatnya semakin sakit.

Rasanya tidak rela jika nantinya ia harus bersanding dengan wanita lain dan melihat hati sang istri yang tentu saja akan merasa sakit. Walaupun itu yang menjadi pilihan hati. Karena sejatinya tak ada wanita yang bisa berbagi hati. Kecuali istri Rasul.

Hatinya sangat sakit melihat itu semua. Dalam pelukannya kini, wanita ini masih juga sesenggukan. Kenapa harus mereka yang di hadapi dengan permasalahan seperti ini?

Reihan berharap dialah yang sakit. Bukan Meysa. Taoi siapa Reihan? Semua ini adalah ujian yang di berikan oleh sang Khalik untuk pernikahannya.

"Aku sangat mencintaimu Mey, sangat. Jadi jangan berharap aku akan mencintai wanita lain," lirih Reihan yang membuat Meysa makin mengeratkan pelukannya.

'Aku juga mencintaimu Mas. Melebihi apapun.'

***

Hari ini Meysa, ingin memperkenalkan secara resmi,i Nadhira dengan Reihan. Sore ini setelah pulang kerja Nadhira di suruh mampir ke rumah Meysa.

Karena mulai hari ini Nadhira sudah bekerja di salah satu Bank swasta di Indonesia. Sehingga hanya bisa bertemu saat pulang kerja.

Tanpa tau apa gerangan yang menanti di rumah Meysa, Nadhira begitu senang karena ia akan sering bertemu sahabatnya seperti sedia kala. Apalagi kini Nadhira tau jika Meysa sedang sakit. Sahabatnya butuh support dan dukungan dari banyak orang.

Tak lama yang di tunggu pun, datang. Meysa dan Reihan sudah menunggu dirinya saat Nadhira sudah datang. Suara knalpot sepeda motor Nadhira memasuki teras rumahnya.

"Suruh langsung masuk saja Bi," seru Meysa bahagia. Meski ada sedikit luka di dalam hati karena akan membagi Reihannya dengan wanita lain, tapi ini adalah keputusan yang sudah final ia pilih.

"Baik Nyonya." Bibi pun memanggil Nadhira untuk langsung masuk.

"Silahkan masuk Non. Nyonya dan tuan sudah menunggu anda di dalam." Wanita itu terus senyum memperlihatkan lesung pipinya. Cantik sekali.

"Terima kasih Bi," balas Nadhira. "Ass..." Belum selesai Nadhira mengucap Salam, Meysa langsung berhambur padanya.

"Assalamu'alaikum Nad..." sapa Meysa yang langsung berdiri dan mengecup pipi kanan dan kiri Nadhira. Wanita itu langsung kikuk, karena ada suami sahabatnya yang ikut hadir di sana.

Mengingat ucapan Meysa kemarin, Nadhira jadi takut. Tapi ia bwrusaha biasa saja.

"Waalaikumsalam, gimana... kabarmu? Semua... baik-baik saja 'kan?" tanya Nadhira lirih tanpa melihat ke arah lelaki yang sejak tadi memperhatikan keduanya dengan wajah sendu.

"Aku baik. Duduklah sini," Meysa menarik tangan Nadhira untuk duduk di sebelahnya. Semakin salah tingkah, karena Meysa menarik Nadhira untuk duduk di antara sahabatnya dan sang suami.

Ia pun dengan cepat bangkit dan memilih duduk di pinggir sofa. Masih dengan bibir yang terangkat, mengulas senyum.

"Kenapa pindah?" Nadhira hanya memberikan senyumnya dan menggeleng pada Meysa. "Biarlah tak apa. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu Nad," lanjut Meyas to the point. Nadhira langsung menelan salivanya.

Entah mengapa pikirannya kurang nyaman. Mungkin jika tau seperti ini, Nadhira tidak akan kemari.

"Oh iya aku lupa, ini kenalin dulu suamiku, Mas Reihan. Kemarin kalian belum semoat kenalan 'kan?" sahut Meysa dan kedua orang itu hanya mengangguk. Nadhira kembali melihat Meysa.

"Ada yang ingin aku tanyakan padamu Nad. Soal... kemarin." Mendengar itu jantung Nadhira semakin berdebar. Seolah dia tau apa yang akan di katakan Meysa. Sungguh ia lebih baik pulang saja saat ini.

"Kemarin 'kan aku sudah mengatakan semuanya padamu. Aku juga sudah bertanya padamu soal... penawaranku untuk... menikah dengan mas Reihan. Apa kau bisa memikirkannya sekali lagi Nad?" tanya Meysa dengan ragu.

Sumpah demi apa, saat ia berucap seperti itu, hatinya tidak rela. Ia tidak ingin membagi hati dengan wanita lain, meski itu adalah sahabatnya sendiri. Sakit hati itu. Tapi Meysa bisa apa?

Reihan yang mengerti jika hal ini berat untuk Meysa langsung mendekat dan merangkul sang istri. "Jika kamu terus memaksakannya maka kamu akan makin sakit sayang. Lebih baik tidak usah. Kita batalkan saja apa permintaanmu itu. Masih ada cara lain."

"Tidak Mas. Ini sudah menjadi keputusanku. Aku tidak bisa membiarkan suamiku hanya merasakan sakit, karena istrinya gagal menjadi seorang istri yang bisa membahagiakan suami. Aku tidak bisa egois seperti itu," jelasnya lirih.

"Maaf Mey... Ehm... Mas. Kalau aku memotong pembicaraan kalian. Sebenarnya ada apa dengan kalian? Dan kamu Mey, kenapa kamu mau meminta hal yang tidak mungkin aku terima?"

"Aku mohon Nad. Kemarin 'kan sudah aku kasih tau apa permintaanku, mas Reihan sudah setuju kok. Aku benar 'kan Mas? Kamu sudah setuju 'kan dengan permintaanku?" Reihan hanya bisa menghela napasnya. Dengan mengangguk berat.

"Aku ingin meminta tolong padamu Nad. Mau 'kan kamu menikah dengan mas Reihan? Aku mohon Nad. Kali ini saja, aku meminta tolong padamu," mohon Meysa yang sudah memegang kembali tangan Nadhira.

"Maaf Mey, tapi aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Aku bisa melakukan apapun yang kamu minta. Tapi bukan hal ini. Lebih baik aku pulang saja. Kalian bicarakan baik-baik berdua. Kalau begitu aku permisi pulang, Assalamu'alaikum..." jawab Nadhira tegas tapi masih dengan nada lembutnya. Dan segera pamit pulang.

Tapi Meysa langsung menahan Nadhira untuk tidak pergi. "Please Nad, aku mohon padamu. Menikahlah dengan mas Reihan. Selama ini aku belum pernah meminta apapun darimu. Dan sekarang aku ingin memintanya."

Reihan ikut sakit melihat tingkah istrinya. Bagaimana wanitanya masih keukeh dengan keinginannya yang ingin menikahkannya dengan wanita lain? Tapi untung saja Nadhira tidak langsung menerima pinangan sang istri.

"Sudahlah Sayang, ini bukan solusi yang benar. Kita masih bisa melakukan hal lain untuk menghadapi permasalah ini. Aku yakin Allah akan selalu memberikan jalannya untuk siapapun yang meminta padaNya."

"Dan Nadhira ada--" potong Meysa tapi Nadhira buru-buru memotong ucapan Meysa.

"Mey, aku tau apa yang menjadikan pikiranmu berbuat seperti ini. Jika aku di posisimu aku pun akan demikian. Karena aku juga tidak ingin suami yang aku miliki merasakan tidak bahagia. Tapi jika kamu tau kebesaran Allah, maka 'kun fayakun' semua akan terjadi Mey. Kau pasti bisa sembuh."

"Apalagi semangatmu untuk membahagiakan suamimu begitu besar. Allah tidak akan menutup mata. Kamu pasti akan bisa melewati semua ini," jelas Nadhira yang membuat hati Reihan teduh.

'Semoga saja apa yang di katakan oleh Nadhira membuatmu sadar sayang, aku berharap kamu mengurungkan niatmu untuk memintaku menikahi Nadhira.'

Meysa terdiam sesaat. Pikirannya selalu goyah, jika menyangkut Reihan. Luka yang beberapa kali ia torehkan pada sang suami, sungguh menyakitinya dan tentu saja menyakiti Reihan. Ia tak ingin lagi menambah luka itu.

"Nad, aku tau apa yang menjadi keputusanku ini telah aku niatkan dengan sangat matang. Karena itu aku memohon padamu... please menikahlah dengan suamiku. Mau ya?"

"Maaf Mey, aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu ini. Maafkan aku. Aku akan pulang dulu, sampai kamu bisa tenang kembali, aku akan main-main lagi ke sini. Kalau begitu permisi, Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam... sayang?" jerit Reihan yang langsung menangkap tubuh istrinya. Sang istri tiba-tiba pingsan.

Melihat itu, Nadhira langsung mencari bibi untuk minta di ambilkan aromaterapi dan air minum untuk Meysa.

Tak menunggu lama, Nadhira sudah membawa aromaterapi dan air hangat untuk Meysa. "Ini Mas." Nadhira memberikannya pada Reihan yang berada di sisi sang istri.

"Sayang, bangunlah sayang. Meysa... Bangunlah sayang," Reihan terus mendekatkan roll aromaterapi di hidung Meysa. Sampai beberapa waktu, akhirnya Meysa kembali sadar. Kepalanya terasa pusing.

Reihan dengan cepat memberikan air untuk Meysa. Dan mengecup singkat kening Meysa. "Sekarang istirahat ya? Akan aku bawa kamu ke kamar."

"Tidak Mas. Aku masih ingin mendengar jawaban dari Nadhira," Nadhira kembali bingung menghadapi sahabatnya ini. "Nad, please... aku mohon padamu. Menikahlah dengan Mas Reiahn." Air matanya tak bisa lagi di bendung.

"Aku mohon padamu Nad. Aku tidak tau hidupku sampai kapan bisa menjadi seorang istri. Please... Nad... Aku sangat memohon padamu."

Reihan menoleh pada Nadhira yang tidak sengaja melirik Reihan. Reihan seolah memberikan isyarat padanya untuk menerima. Sehingga...

"Baiklah... aku terima."

Bab terkait

  • Wanita pilihan istriku   Kedatangan tamu

    "Tidak Sayang. Sudah berapa kali aku mengatakan hal ini padamu. Aku tak ingin menurutimu. Kau istriku. Aku sudah berjanji pada kedua orang tuamu. Jika aku akan selalu mencintaimu dan menerimamu apapun kondisinya. Aku tak akan pernah menceraikanmu." "Tapi Mas, aku bukan istri yang tepat untukmu. Kau bisa lihat semakin hari penyakitku semakin parah. Aku tak mungkin membiarkanmu menderita karena aku. Aku tau ini pernikahan yang sudah kita pilih," Meysa diam sejenak. "Tapi lambat laun penyakitku semakin parah. Aku juga tak ingin sampai aku mengucapkan kata-kata yang tidak aku inginkan ketika penyakitku kambuh. Itu akan sangat melukaimu. Aku tak ingin seperti itu. Aku tak akan bisa melihatmu menderita seperti ini mas," ucap seorang istri yang sudah sesenggukan. "Sampai kapanpun aku tak akan bercerai denganmu Sayang. Akan seperti apapun dirimu, aku tak akan melakukan hal yang sangat di benci Agama kita. Aku akan pergi kerja dulu. Assalamualaikum," ucap Reihan yang membantu Istrinya mengh

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Wanita pilihan istriku   Pertemuan pertama

    Meysa mengajak Nadhira untuk duduk. Dan meminta bibi yang mengurus rumah Meysa, membuatkan minuman dan makanan ringan untuk Nadhira. Nadhira bahagia sekali bisa bertemu lagi dengan Meysa. Dia pikir Meysa sudah melupakannya.“Terima kasih bi,” ucap Nadhira dengan senyum manisnya, saat bibi memberikan secangkir teh dan beberapa makanan kecil untuknya. “Sama-sama non, saya permisi dulu," jawab bibi dan berlalu pergi.“Oh iya, apa yang kau katakan tadi?” ‘Jika Nadhira menikah dengan mas Reihan pasti mereka akan bahagia. Aku tau Nadhira adalah wanita yang baik. Dia pasti bisa membahagiakan mas Reihan dengan baik. Tapi apakah mas Reihan dan Nadhira mau melakukannya?’ ucap Meysa dalam hatinya sambil memperhatikan Nadhira.“Mey, kau kenapa? Apa ada masalah denganmu? Apa aku bisa membantumu? Kau kenapa?” tanya Nadhira lembut. Dia juga memegang tangan Meysa untuk menenangkan. Wajah Meysa terlihat sedikit pucat, dan ada kegelisahan yang Nadhira tangkap.Yang Nadhira tau, Meysa bukanlah wanita

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Wanita pilihan istriku   Menikahlah dengan sahabatku

    Ada apa ini? kenapa aku dengan Reihan melakukan hal ini? Kita bukan suami istri. Reihan apa yang kau lakukan sih? Kenapa pegangan tangannya begitu kuat padaku?' Meysa mulai bingung dengan situasi mereka saat ini. Dia mencari sesuatu dan melihat ponselnya yang ada di atas nakas. Meysa mengambil ponselnya dan memukulkan ponsel itu pada kepala Reihan dengan cukup keras. “Apa yang kau lakukan padaku Reihan? Kita belum menikah. Kau tau jika ini zina. Apa kamu lupa dengan Agamamu? Bagaimana bisa kamu melakukan hal ini padaku? Dan itu... Astagfirullah hal adzim Reihan, tutup itu milik. Apa kau sudah gila? Aku tak menyangka kau bertindak sejauh ini denganku. Pergi kau Reihan. PERGI!” Meysa sudah mengeluarkan air matanya. Dia juga sudah mendorong tubuh Reihan yang bagian bawahnya masih polos. Tubuhnya dia tutup dengan selimut dengan mata yang sudah terpejam.“Pergi jauh dariku. Kau bahkan sudah menyusulku kemari hanya untuk melakukan oerbuatan zina ini? Aku jijik denganmu Reihan. Pergi kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Wanita pilihan istriku   Perdebatan berakhir haru

    Reihan segera pulang ke rumah, setelah mendapat telepon dari Meysa. Ia pulang bukannya ingin meminta penjelasan dari Meysa soal permintaan yang istrinya ucapkan lewat telepon tadi. Melainkan ia memang ingin bertemu istrinya dan melihat kondisinya.Ia menganggap, sebagai angin lalu permintaan Meysa yang menurutnya konyol. Setelah dirinya sekali mengikat janji suci, maka akan ia selesaikan tanggung jawab itu sampai selesai. Sebuah pernikahan bukanlah untuk main-main, tetapi untuk hubungan serius seumur hidup. Dan Reihan hanya ingin dengan Meysa, hubungan suci itu terjalin dalam hidupnya."Assalamu'alaikum sayang," sapa Reihan yang langsung memeluk tubuh sang istri dan memberikan kecupan hangat di kening. "Aku membawakan pizza tuna dan camomal tea kesukaanmu," imbuhnya dengan memperlihatkan tangannya yang masing-masing membawa makanan kesuakaan istri. "Waalaikumsalam mas." Meysa membalas senyuman hangat sang suami. Ia tau bagaimana sakit hatinya Reihan semalam karenanya. Malam yang ha

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15

Bab terbaru

  • Wanita pilihan istriku   Permintaan tulus seorang sahabat

    Dengan sangat terpaksa, Reihan menyanggupi kemauan sang istri. Terserah apa kata Meysa. Ia hanya bisa pasrah. Melihat Meysa yang tak berhenti menangis, justru membuatnya semakin sakit.Rasanya tidak rela jika nantinya ia harus bersanding dengan wanita lain dan melihat hati sang istri yang tentu saja akan merasa sakit. Walaupun itu yang menjadi pilihan hati. Karena sejatinya tak ada wanita yang bisa berbagi hati. Kecuali istri Rasul.Hatinya sangat sakit melihat itu semua. Dalam pelukannya kini, wanita ini masih juga sesenggukan. Kenapa harus mereka yang di hadapi dengan permasalahan seperti ini?Reihan berharap dialah yang sakit. Bukan Meysa. Taoi siapa Reihan? Semua ini adalah ujian yang di berikan oleh sang Khalik untuk pernikahannya."Aku sangat mencintaimu Mey, sangat. Jadi jangan berharap aku akan mencintai wanita lain," lirih Reihan yang membuat Meysa makin mengeratkan pelukannya.'Aku juga mencintaimu Mas. Melebihi apapun.'***Hari ini Meysa, ingin memperkenalkan secara resmi,

  • Wanita pilihan istriku   Perdebatan berakhir haru

    Reihan segera pulang ke rumah, setelah mendapat telepon dari Meysa. Ia pulang bukannya ingin meminta penjelasan dari Meysa soal permintaan yang istrinya ucapkan lewat telepon tadi. Melainkan ia memang ingin bertemu istrinya dan melihat kondisinya.Ia menganggap, sebagai angin lalu permintaan Meysa yang menurutnya konyol. Setelah dirinya sekali mengikat janji suci, maka akan ia selesaikan tanggung jawab itu sampai selesai. Sebuah pernikahan bukanlah untuk main-main, tetapi untuk hubungan serius seumur hidup. Dan Reihan hanya ingin dengan Meysa, hubungan suci itu terjalin dalam hidupnya."Assalamu'alaikum sayang," sapa Reihan yang langsung memeluk tubuh sang istri dan memberikan kecupan hangat di kening. "Aku membawakan pizza tuna dan camomal tea kesukaanmu," imbuhnya dengan memperlihatkan tangannya yang masing-masing membawa makanan kesuakaan istri. "Waalaikumsalam mas." Meysa membalas senyuman hangat sang suami. Ia tau bagaimana sakit hatinya Reihan semalam karenanya. Malam yang ha

  • Wanita pilihan istriku   Menikahlah dengan sahabatku

    Ada apa ini? kenapa aku dengan Reihan melakukan hal ini? Kita bukan suami istri. Reihan apa yang kau lakukan sih? Kenapa pegangan tangannya begitu kuat padaku?' Meysa mulai bingung dengan situasi mereka saat ini. Dia mencari sesuatu dan melihat ponselnya yang ada di atas nakas. Meysa mengambil ponselnya dan memukulkan ponsel itu pada kepala Reihan dengan cukup keras. “Apa yang kau lakukan padaku Reihan? Kita belum menikah. Kau tau jika ini zina. Apa kamu lupa dengan Agamamu? Bagaimana bisa kamu melakukan hal ini padaku? Dan itu... Astagfirullah hal adzim Reihan, tutup itu milik. Apa kau sudah gila? Aku tak menyangka kau bertindak sejauh ini denganku. Pergi kau Reihan. PERGI!” Meysa sudah mengeluarkan air matanya. Dia juga sudah mendorong tubuh Reihan yang bagian bawahnya masih polos. Tubuhnya dia tutup dengan selimut dengan mata yang sudah terpejam.“Pergi jauh dariku. Kau bahkan sudah menyusulku kemari hanya untuk melakukan oerbuatan zina ini? Aku jijik denganmu Reihan. Pergi kamu

  • Wanita pilihan istriku   Pertemuan pertama

    Meysa mengajak Nadhira untuk duduk. Dan meminta bibi yang mengurus rumah Meysa, membuatkan minuman dan makanan ringan untuk Nadhira. Nadhira bahagia sekali bisa bertemu lagi dengan Meysa. Dia pikir Meysa sudah melupakannya.“Terima kasih bi,” ucap Nadhira dengan senyum manisnya, saat bibi memberikan secangkir teh dan beberapa makanan kecil untuknya. “Sama-sama non, saya permisi dulu," jawab bibi dan berlalu pergi.“Oh iya, apa yang kau katakan tadi?” ‘Jika Nadhira menikah dengan mas Reihan pasti mereka akan bahagia. Aku tau Nadhira adalah wanita yang baik. Dia pasti bisa membahagiakan mas Reihan dengan baik. Tapi apakah mas Reihan dan Nadhira mau melakukannya?’ ucap Meysa dalam hatinya sambil memperhatikan Nadhira.“Mey, kau kenapa? Apa ada masalah denganmu? Apa aku bisa membantumu? Kau kenapa?” tanya Nadhira lembut. Dia juga memegang tangan Meysa untuk menenangkan. Wajah Meysa terlihat sedikit pucat, dan ada kegelisahan yang Nadhira tangkap.Yang Nadhira tau, Meysa bukanlah wanita

  • Wanita pilihan istriku   Kedatangan tamu

    "Tidak Sayang. Sudah berapa kali aku mengatakan hal ini padamu. Aku tak ingin menurutimu. Kau istriku. Aku sudah berjanji pada kedua orang tuamu. Jika aku akan selalu mencintaimu dan menerimamu apapun kondisinya. Aku tak akan pernah menceraikanmu." "Tapi Mas, aku bukan istri yang tepat untukmu. Kau bisa lihat semakin hari penyakitku semakin parah. Aku tak mungkin membiarkanmu menderita karena aku. Aku tau ini pernikahan yang sudah kita pilih," Meysa diam sejenak. "Tapi lambat laun penyakitku semakin parah. Aku juga tak ingin sampai aku mengucapkan kata-kata yang tidak aku inginkan ketika penyakitku kambuh. Itu akan sangat melukaimu. Aku tak ingin seperti itu. Aku tak akan bisa melihatmu menderita seperti ini mas," ucap seorang istri yang sudah sesenggukan. "Sampai kapanpun aku tak akan bercerai denganmu Sayang. Akan seperti apapun dirimu, aku tak akan melakukan hal yang sangat di benci Agama kita. Aku akan pergi kerja dulu. Assalamualaikum," ucap Reihan yang membantu Istrinya mengh

DMCA.com Protection Status