Beranda / Romansa / Wanita pilihan istriku / Menikahlah dengan sahabatku

Share

Menikahlah dengan sahabatku

Penulis: Frayanz Star
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-15 09:52:22

Ada apa ini? kenapa aku dengan Reihan melakukan hal ini? Kita bukan suami istri. Reihan apa yang kau lakukan sih? Kenapa pegangan tangannya begitu kuat padaku?' Meysa mulai bingung dengan situasi mereka saat ini.

Dia mencari sesuatu dan melihat ponselnya yang ada di atas nakas. Meysa mengambil ponselnya dan memukulkan ponsel itu pada kepala Reihan dengan cukup keras.

“Apa yang kau lakukan padaku Reihan? Kita belum menikah. Kau tau jika ini zina. Apa kamu lupa dengan Agamamu? Bagaimana bisa kamu melakukan hal ini padaku? Dan itu... Astagfirullah hal adzim Reihan, tutup itu milik. Apa kau sudah gila? Aku tak menyangka kau bertindak sejauh ini denganku. Pergi kau Reihan. PERGI!”

Meysa sudah mengeluarkan air matanya. Dia juga sudah mendorong tubuh Reihan yang bagian bawahnya masih polos. Tubuhnya dia tutup dengan selimut dengan mata yang sudah terpejam.

“Pergi jauh dariku. Kau bahkan sudah menyusulku kemari hanya untuk melakukan oerbuatan zina ini? Aku jijik denganmu Reihan. Pergi kamu pergi sana!” teriak Meysa yang sudah melempar-lemparkan bantal dan guling yang ada di dekatnya.

Reihan hanya bisa menghembuskan nafasnya dan segera menggunakan celananya kembali. Dia duduk di sudut ranjang tanpa menoleh kebelakang. Dia tak sanggup melihat wajah istrinya yang menangis.

“Maafkan aku Mey. Aku khilaf. Aku akan pulang. Assalamualaikum,” ucap Reihan yang berlalu pergi meninggalkan Meysa yang terus menangis.

“Aakkhhkkk! Kau gila Reihan. Bagaimana bisa kau mau melakukan hal seperti itu denganku? Aku membencimu Rei. Aku sangat membencimu!” Meysa melempar ponselnya ke arah pintu saat Rei menutup pintu kamar mereka.

“Kita hampir saja melakukan zina. Apa yang ada di pikiranku saat itu? Kenapa aku membiarkan Reihan melakukan hal ini padaku? Aarrggh! Tidak, aku membencimu Rei!” teriak Meysa dan menjatuhkan lampu tidur serta segelas air yang berada di atas nakas. Dia juga sudah menjambak-jambak rambutnya karena kegilaan yang hampir saja terjadi.

Sampai pukul satu dini hari Meysa menangis. Setelah perasaannya jauh lebih baik, Meysa menuju kamar mandi. Dia membersihkan seluruh tubuhnya. Dia tak peduli jika tengah malam harus membersihkan dirinya.

Puas dengan tubuhnya yang sudah bersih. Dia memilih tidur, menelungkupkan tubuhnya di bawah selimut. Dan air matanya kembali mengalir dari ujung matanya.

Dia masih ingat dengan jelas saat Reihan hampir saja memasukkan batang keperkasaannya yang terlihat begitu besar di mata Meysa. Hingga air matanya terus saja menetes. Sampai tak terasa dia terbangun di pagi hari.

Dia mulai beraktifitas kembali untuk menghilangkan perasaannya karena kejadian semalam. Meysa berpikir jika sekolahnya saat ini sedang libur. Karena itu dia berada di Indonesia saat ini. Dia hanya berdiam diri seharian itu di dalam kamarnya.

Bibi Lastri pasti tau kenapa tuannya semalam pergi. Karena kejadian seperti ini bukan hanya sekali atau dua kali saja. Sudah sangat sering. Bertambahnya usia, Meysa semakin sering mengalami hal tersebut. Benar jika obat-obatan dan terapi itu untuk mencegah penyakit Alzheimer agar tak semakin parah.

Tapi tetap saja penyakit itu kian lama kian menggerogoti memori otaknya secara bertahap. Hingga waktunya nanti saat delusi itu mulai timbul, barulah Meysa harus di isolasi. Karena saat itu tiba, maka keadaan Meysa akan membahayakan dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.

Karena seharian itu Meysa tak keluar dari kamarnya akhirnya bibi menghubungi tuan dan nyonya Pramanta. Tak lama setelah bibi menelepon nyonya besar, satu jam kemudian kedua orang tua Meysa datang.

“Maaf tuan, nyonya. Saya menganggu anda. Saya hanya takut jika non Meysa melakukan sesuatu di dalam kamarnya," ucap bibi Lastri.

“Tidak apa-apa bi. Bagaimana dengan Reihan? Apa dia kembali ke rumahnya lagi?”

“Iya nyonya. Sejak semalam tuan belum kembali. Hanya tadi pagi menghubungi saya menanyakan kabar nona Meysa.”

“Ya sudah kami ke atas dulu ya bi.”

Mereka berdua mengetuk pintu kamar Meysa, tapi karena Meysa tak membukanya mereka langsung masuk ke dalam kamar dan melihat Meysa duduk termenung di kursi gantung di balkon dalam kamarnya.

Meysa menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya. Mereka hanya bisa terdiam dan memeluk memberikan rasa nyaman pada Meysa. Tak ada yang bisa mereka katakan. Karena memang tak ada yang salah dalam hal ini.

“Papi keluar dulu ya? Kalian berdua bicaralah," ucap Yuda ayah Meysa. Ternyata saat di luar, Yuda menghubungi Reihan.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam pi."

“Nak kau di rumah atau di kantor sekarang? Kau baik-baik saja kan? Maaf kan Meysa nak. Apa kau ada yang terluka?”

“Tidak ada pi. Mau berapa kali papi mengatakan maaf? Ini bukan salah siapa-siapa pi. Aku baik-baik saja. Saat ini aku sedang di kantor. Apa papi dan mami di rumah sekarang?” tanya Reihan.

Pertanyaan dan ucapan maaf yang berulang selalu di dengar oleh Reihan dari orang tua maupun Meysa sendiri. Reihan jadi meresa bersalah setiap mendengarnya.

“Iya papi dan mami ke rumah kalian. Bibi yang memberitahu kami. Papi tau kamu terluka. Karena itu papi minta maaf. Jika Meysa sudah memukulmu lagi nak Rei.”

Sejujurnya Reihan memang terluka. Tapi bukan karena pukulan Meysa. Melainkan hatinya yang terluka. Istrinya sakit seperti itu dan dia tak bisa menemaninya. Hanya itu yang di pikirkan Reihan. Dia sama sekali tak sakit hati dengan umpatan yang di layangkan Meysa padanya. Karena ini memang bukan salah Meysa.

“Huh, aku tak kenapa-kenapa pi. Papi tenang saja. Jangan terus-terusan mengatakan maaf padaku. Ini semua bukan salah siapa-siapa. Reihan sangat paham betul. Yang penting Meysa baik-baik saja.”

“Terima kasih ya nak Rei. Kau suami yang sempurna untuk Meysa nak. Ya sudah kau lanjutkan saja pekerjaanmu. Papi akan melihat lagi kondisi Meysa. Assalamualaikum.”

“Terima kasih pi. Waalaikumsalam.”

“Terima kasih nak Reihan. Kau lelaki baik,” ucap Yuda sebelum masuk kamar Mey. Yuda kembali masuk ke dalam kamar dan melihat Meysa yang berdiri terburu-buru ke meja di dalam kamarnya.

“Meysa kenapa mi?” tanya Yuda heran.

“Meysa sepertinya sudah kembali lagi pi. Tadi saat memeluk mami tiba-tiba dia langsung berdiri dan menghapus air matanya.”

Benar saja ucapan Lusi. Jika anaknya sudah kembali mengingat. Meysa langsung membuka cctv rumahnya di macbook.nya dan langsung menangis.

Meysa memang setiap hari selalu melihat rekaman cctv di rumahnya jika dia dalam keadaan sehat. Apalagi jika dia sudah tak ingat apa yang baru saja terjadi. Atau adanya perubahan waktu dari pagi ke siang, siang ke sore atau sore ke malam. Dia selalu mengecheck keadaan cctv jika semua itu terjadi.

“Mom dad.. aku sudah baik-baik saja. Jika kalian ingin pulang, pulanglah. Nanti aku akan menghubungi mas Reihan," ucap Meysa yang sudah menghapus air matanya dan berdiri mendekati kedua orang tuanya. Entah apa yang sedang di pikirkan Meysa saat ini. yang jelas dia ingin kedua orang tuanya pulang dulu.

“Kau yakin sayang? Tidak apa-apa jika mami masih harus di sini. Mami dan papi juga tak ada kegiatan di rumah. Kami bisa menemanimu sayang.”

“Aku sudah baik-baik saja mi, pi..”

Yuda dan Lusi saling memandang dan akhirnya mereka menuruti keinginan anaknya. Mereka pun pamit pulang. Sebelum pulang Lusi memastikan jika Meysa meminum obatnya dulu. Setelah itu baru mereka pulang dari rumah Meysa.

“Tidak. Nadhira salah. Aku sudah terlalu jauh melukai mas Reihan. Aku tak ingin jika mas Reihan terus terluka seperti ini. Aku harus tegas. Penyakitku bahkan tak akan mungkin bisa sembuh. Tidak. Aku tak boleh egois. Aku harus mementingkan kebahagiaan mas Reihan,” ucap Meysa di dalam kamarnya setelah merenung lama tentang keadaan dirinya yang semakin lama semakin memburuk.

“Aku harus menghubungi mas Reihan sekarang.” Meysa menghapus air matanya dan segera bangun untuk mengambil ponselnya yang ada di meja kerjanya.

“Halo assalamualaikum mas Reihan.”

“Waalaikumsalam. Kau sudah baikan sayang? Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya Reihan yang sudah mengulas senyum di wajahnya.

Reihan tau. Jika Meysa menghubunginya setelah penyakitnya kambuh, itu artinya Meysa sudah kembali ke kondisi semula.

“Aku sudah baik-baik saja mas Rei. Sekali lagi maafkan aku mas. Aku sudah melukaimu,” ucap Mey yang suaranya sudah terdengar parau di telinga Reihan.

“ini bukan kesalahanmu sayang. Tunggu aku ya? Aku akan pulang segera,” ucap Reihan yang sudah semangat ingin pulang ke rumah melihat istri tercintanya.

“Mas, apa kau bisa meminta sesuatu darimu?”

“Tentu saja sayang. Kau mau meminta apa? Kau ingin aku belikan pizza tuna kesukaanmu? Atau apa?”

Meski urusan kantornya banyak, tapi Reihan tak peduli. Jika istrinya sudah sembuh dia harus secepatnya pulang.

“A-aku ingin kau me-nikah dengan Nadhira.”

Bab terkait

  • Wanita pilihan istriku   Perdebatan berakhir haru

    Reihan segera pulang ke rumah, setelah mendapat telepon dari Meysa. Ia pulang bukannya ingin meminta penjelasan dari Meysa soal permintaan yang istrinya ucapkan lewat telepon tadi. Melainkan ia memang ingin bertemu istrinya dan melihat kondisinya.Ia menganggap, sebagai angin lalu permintaan Meysa yang menurutnya konyol. Setelah dirinya sekali mengikat janji suci, maka akan ia selesaikan tanggung jawab itu sampai selesai. Sebuah pernikahan bukanlah untuk main-main, tetapi untuk hubungan serius seumur hidup. Dan Reihan hanya ingin dengan Meysa, hubungan suci itu terjalin dalam hidupnya."Assalamu'alaikum sayang," sapa Reihan yang langsung memeluk tubuh sang istri dan memberikan kecupan hangat di kening. "Aku membawakan pizza tuna dan camomal tea kesukaanmu," imbuhnya dengan memperlihatkan tangannya yang masing-masing membawa makanan kesuakaan istri. "Waalaikumsalam mas." Meysa membalas senyuman hangat sang suami. Ia tau bagaimana sakit hatinya Reihan semalam karenanya. Malam yang ha

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Wanita pilihan istriku   Permintaan tulus seorang sahabat

    Dengan sangat terpaksa, Reihan menyanggupi kemauan sang istri. Terserah apa kata Meysa. Ia hanya bisa pasrah. Melihat Meysa yang tak berhenti menangis, justru membuatnya semakin sakit.Rasanya tidak rela jika nantinya ia harus bersanding dengan wanita lain dan melihat hati sang istri yang tentu saja akan merasa sakit. Walaupun itu yang menjadi pilihan hati. Karena sejatinya tak ada wanita yang bisa berbagi hati. Kecuali istri Rasul.Hatinya sangat sakit melihat itu semua. Dalam pelukannya kini, wanita ini masih juga sesenggukan. Kenapa harus mereka yang di hadapi dengan permasalahan seperti ini?Reihan berharap dialah yang sakit. Bukan Meysa. Taoi siapa Reihan? Semua ini adalah ujian yang di berikan oleh sang Khalik untuk pernikahannya."Aku sangat mencintaimu Mey, sangat. Jadi jangan berharap aku akan mencintai wanita lain," lirih Reihan yang membuat Meysa makin mengeratkan pelukannya.'Aku juga mencintaimu Mas. Melebihi apapun.'***Hari ini Meysa, ingin memperkenalkan secara resmi,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Wanita pilihan istriku   Kedatangan tamu

    "Tidak Sayang. Sudah berapa kali aku mengatakan hal ini padamu. Aku tak ingin menurutimu. Kau istriku. Aku sudah berjanji pada kedua orang tuamu. Jika aku akan selalu mencintaimu dan menerimamu apapun kondisinya. Aku tak akan pernah menceraikanmu." "Tapi Mas, aku bukan istri yang tepat untukmu. Kau bisa lihat semakin hari penyakitku semakin parah. Aku tak mungkin membiarkanmu menderita karena aku. Aku tau ini pernikahan yang sudah kita pilih," Meysa diam sejenak. "Tapi lambat laun penyakitku semakin parah. Aku juga tak ingin sampai aku mengucapkan kata-kata yang tidak aku inginkan ketika penyakitku kambuh. Itu akan sangat melukaimu. Aku tak ingin seperti itu. Aku tak akan bisa melihatmu menderita seperti ini mas," ucap seorang istri yang sudah sesenggukan. "Sampai kapanpun aku tak akan bercerai denganmu Sayang. Akan seperti apapun dirimu, aku tak akan melakukan hal yang sangat di benci Agama kita. Aku akan pergi kerja dulu. Assalamualaikum," ucap Reihan yang membantu Istrinya mengh

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Wanita pilihan istriku   Pertemuan pertama

    Meysa mengajak Nadhira untuk duduk. Dan meminta bibi yang mengurus rumah Meysa, membuatkan minuman dan makanan ringan untuk Nadhira. Nadhira bahagia sekali bisa bertemu lagi dengan Meysa. Dia pikir Meysa sudah melupakannya.“Terima kasih bi,” ucap Nadhira dengan senyum manisnya, saat bibi memberikan secangkir teh dan beberapa makanan kecil untuknya. “Sama-sama non, saya permisi dulu," jawab bibi dan berlalu pergi.“Oh iya, apa yang kau katakan tadi?” ‘Jika Nadhira menikah dengan mas Reihan pasti mereka akan bahagia. Aku tau Nadhira adalah wanita yang baik. Dia pasti bisa membahagiakan mas Reihan dengan baik. Tapi apakah mas Reihan dan Nadhira mau melakukannya?’ ucap Meysa dalam hatinya sambil memperhatikan Nadhira.“Mey, kau kenapa? Apa ada masalah denganmu? Apa aku bisa membantumu? Kau kenapa?” tanya Nadhira lembut. Dia juga memegang tangan Meysa untuk menenangkan. Wajah Meysa terlihat sedikit pucat, dan ada kegelisahan yang Nadhira tangkap.Yang Nadhira tau, Meysa bukanlah wanita

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15

Bab terbaru

  • Wanita pilihan istriku   Permintaan tulus seorang sahabat

    Dengan sangat terpaksa, Reihan menyanggupi kemauan sang istri. Terserah apa kata Meysa. Ia hanya bisa pasrah. Melihat Meysa yang tak berhenti menangis, justru membuatnya semakin sakit.Rasanya tidak rela jika nantinya ia harus bersanding dengan wanita lain dan melihat hati sang istri yang tentu saja akan merasa sakit. Walaupun itu yang menjadi pilihan hati. Karena sejatinya tak ada wanita yang bisa berbagi hati. Kecuali istri Rasul.Hatinya sangat sakit melihat itu semua. Dalam pelukannya kini, wanita ini masih juga sesenggukan. Kenapa harus mereka yang di hadapi dengan permasalahan seperti ini?Reihan berharap dialah yang sakit. Bukan Meysa. Taoi siapa Reihan? Semua ini adalah ujian yang di berikan oleh sang Khalik untuk pernikahannya."Aku sangat mencintaimu Mey, sangat. Jadi jangan berharap aku akan mencintai wanita lain," lirih Reihan yang membuat Meysa makin mengeratkan pelukannya.'Aku juga mencintaimu Mas. Melebihi apapun.'***Hari ini Meysa, ingin memperkenalkan secara resmi,

  • Wanita pilihan istriku   Perdebatan berakhir haru

    Reihan segera pulang ke rumah, setelah mendapat telepon dari Meysa. Ia pulang bukannya ingin meminta penjelasan dari Meysa soal permintaan yang istrinya ucapkan lewat telepon tadi. Melainkan ia memang ingin bertemu istrinya dan melihat kondisinya.Ia menganggap, sebagai angin lalu permintaan Meysa yang menurutnya konyol. Setelah dirinya sekali mengikat janji suci, maka akan ia selesaikan tanggung jawab itu sampai selesai. Sebuah pernikahan bukanlah untuk main-main, tetapi untuk hubungan serius seumur hidup. Dan Reihan hanya ingin dengan Meysa, hubungan suci itu terjalin dalam hidupnya."Assalamu'alaikum sayang," sapa Reihan yang langsung memeluk tubuh sang istri dan memberikan kecupan hangat di kening. "Aku membawakan pizza tuna dan camomal tea kesukaanmu," imbuhnya dengan memperlihatkan tangannya yang masing-masing membawa makanan kesuakaan istri. "Waalaikumsalam mas." Meysa membalas senyuman hangat sang suami. Ia tau bagaimana sakit hatinya Reihan semalam karenanya. Malam yang ha

  • Wanita pilihan istriku   Menikahlah dengan sahabatku

    Ada apa ini? kenapa aku dengan Reihan melakukan hal ini? Kita bukan suami istri. Reihan apa yang kau lakukan sih? Kenapa pegangan tangannya begitu kuat padaku?' Meysa mulai bingung dengan situasi mereka saat ini. Dia mencari sesuatu dan melihat ponselnya yang ada di atas nakas. Meysa mengambil ponselnya dan memukulkan ponsel itu pada kepala Reihan dengan cukup keras. “Apa yang kau lakukan padaku Reihan? Kita belum menikah. Kau tau jika ini zina. Apa kamu lupa dengan Agamamu? Bagaimana bisa kamu melakukan hal ini padaku? Dan itu... Astagfirullah hal adzim Reihan, tutup itu milik. Apa kau sudah gila? Aku tak menyangka kau bertindak sejauh ini denganku. Pergi kau Reihan. PERGI!” Meysa sudah mengeluarkan air matanya. Dia juga sudah mendorong tubuh Reihan yang bagian bawahnya masih polos. Tubuhnya dia tutup dengan selimut dengan mata yang sudah terpejam.“Pergi jauh dariku. Kau bahkan sudah menyusulku kemari hanya untuk melakukan oerbuatan zina ini? Aku jijik denganmu Reihan. Pergi kamu

  • Wanita pilihan istriku   Pertemuan pertama

    Meysa mengajak Nadhira untuk duduk. Dan meminta bibi yang mengurus rumah Meysa, membuatkan minuman dan makanan ringan untuk Nadhira. Nadhira bahagia sekali bisa bertemu lagi dengan Meysa. Dia pikir Meysa sudah melupakannya.“Terima kasih bi,” ucap Nadhira dengan senyum manisnya, saat bibi memberikan secangkir teh dan beberapa makanan kecil untuknya. “Sama-sama non, saya permisi dulu," jawab bibi dan berlalu pergi.“Oh iya, apa yang kau katakan tadi?” ‘Jika Nadhira menikah dengan mas Reihan pasti mereka akan bahagia. Aku tau Nadhira adalah wanita yang baik. Dia pasti bisa membahagiakan mas Reihan dengan baik. Tapi apakah mas Reihan dan Nadhira mau melakukannya?’ ucap Meysa dalam hatinya sambil memperhatikan Nadhira.“Mey, kau kenapa? Apa ada masalah denganmu? Apa aku bisa membantumu? Kau kenapa?” tanya Nadhira lembut. Dia juga memegang tangan Meysa untuk menenangkan. Wajah Meysa terlihat sedikit pucat, dan ada kegelisahan yang Nadhira tangkap.Yang Nadhira tau, Meysa bukanlah wanita

  • Wanita pilihan istriku   Kedatangan tamu

    "Tidak Sayang. Sudah berapa kali aku mengatakan hal ini padamu. Aku tak ingin menurutimu. Kau istriku. Aku sudah berjanji pada kedua orang tuamu. Jika aku akan selalu mencintaimu dan menerimamu apapun kondisinya. Aku tak akan pernah menceraikanmu." "Tapi Mas, aku bukan istri yang tepat untukmu. Kau bisa lihat semakin hari penyakitku semakin parah. Aku tak mungkin membiarkanmu menderita karena aku. Aku tau ini pernikahan yang sudah kita pilih," Meysa diam sejenak. "Tapi lambat laun penyakitku semakin parah. Aku juga tak ingin sampai aku mengucapkan kata-kata yang tidak aku inginkan ketika penyakitku kambuh. Itu akan sangat melukaimu. Aku tak ingin seperti itu. Aku tak akan bisa melihatmu menderita seperti ini mas," ucap seorang istri yang sudah sesenggukan. "Sampai kapanpun aku tak akan bercerai denganmu Sayang. Akan seperti apapun dirimu, aku tak akan melakukan hal yang sangat di benci Agama kita. Aku akan pergi kerja dulu. Assalamualaikum," ucap Reihan yang membantu Istrinya mengh

DMCA.com Protection Status