Home / Romansa / Wanita Yang Melamar Suamiku / Bab 99. VOP Nek Ayang (Tukang Ojek Itu Ternyata Suruhan Nek Ayang)

Share

Bab 99. VOP Nek Ayang (Tukang Ojek Itu Ternyata Suruhan Nek Ayang)

last update Last Updated: 2022-08-27 14:17:02

Bab 99. VOP Nek Ayang (Tukang Ojek Itu Ternyata Suruhan Nek Ayang)

“Ibuk enggak bosan di sini?” Ajeng menyapaku pagi ini saat aku berjalan menuju ruang makan. Mereka sudah lebih dulu berkumpul di sana untuk sarapan bersama. Kulihat cucu kesayanganku si Elang tampil berbeda hari ini. Setelan kemeja lengkap dengan dasi. Rambut gondrongnya sudah dipangkas rapi.

“Nenek sudah bangun? Sini, Nek, sarapan bareng!” sambutnya seraya menarik sebuah kursi untukku, tepat di sampingnya.

“Rapi banget kamu, Le? Tampan. Mau ke mana? Mau mengahadiri sidang gugatan cerai Bening? Kan, besok? Lagian ngapain pakai dasi segala” cecarku tak henti memindai penampilannya.

“Nenek … duduk, lho! Eeeemuac!” Sebuah kecupan mendarat di pipiku.

Elangku kembali seperti dulu. Segar, ceria, penuh semangat, enerjik, dan penuh perhatian. Elangku sudha kembali. Tuhan, terima kasih. Cucu laki-laki semata wayangku. Harapan dan impian almarhum suamiku. “Mas

Mas, pesan terakhirmu padaku, sudah terpenuhi. Betapa ka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
untung parno ditugaskan jaga bening
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 100.  Berusaha Lolos Dari Jebakan Mas Sigit

    Bab 100. Berusaha Lolos Dari Jebakan Mas Sigit “Aku hanya menuntuk hakku, Sayang. Hingga detik ini kau masih istriku, bukan? Aku tak pernah talak kamu. Sidang lanjutan kasus kita esok pagi, bukan? Artinya hingga detik ini aku masih punya hak atas tubuhmu! Sini! Sekalian kita membuat negosiasi untuk persiapan sidang akhir perceraian kita besok! Aku mau kita berdamai saja, ya!” Mas Sigit makin erat memelukku. “Damai? Lepaskan aku dulu! Damai gimana maksudnya?” tanyaku sembari berpikir keras. Pikiranku masih sangat kacau. Bayangan Nada yang berdarah bergentanyangan di otak, membuat kepalaku terasa pening. Aku harus pastikan dulu keselamatannya. Itu yang paling utama bagiku saat ini. Tapi, bagaimana cara meloloskan diri dari pria mesum ini? “Iya, damai … maksudku kita jangan berpisah. Cabut gugatan kamu!” kata Mas Sigit mulai menggerayangi leher dan tengkukku dengan bibir dan lidahnya. Mual mengaduk perutku. seluruh bulu halus di tubuhku ikut merinding. Betapa aku ingin muntah

    Last Updated : 2022-08-28
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 101.  Kujebak Mantan suamiku Dengan Jebakannya Sendiri

    Bab 101. Kujebak Mantan suamiku Dengan Jebakannya Sendiri “Kenapa diam, Ning? Kamu marah?” Mas sigit memegang daguku. “Tidak!” kataku seraya menepis halus tangannya. “Aku hanya berpikir, betapa besar usaha Mas Sigit untuk mempertahankan rumah tangga kita. Aku merasa terharu, Mas. Terima kasih banyak, ya!” ucapku mulai menggiringnya ke dalam jebakanku. “Iya, Ning! Makanya, tolong mulai sekarang hentikan pekerjaan kamu, ya! Kamu di rumah saja, aku janji akan memenuhi semua kebutuhan kamu dan anak-anak!” “Mas serius?” “Iya, Ning!” “Eeem, gimana dengan utang aku sama Neneknya Mas Elang. Aku mana bisa berhenti bekerja kalau belum lunasi utang-utang aku.” “Ya, sudah. Aku yang akan bayari, Sayang! Tapi, aku kangen banget, Sayang! Aku pengeeeen banget! Ayolah, jangan nolak, dong! Kamu cantik banget sekarang. Bahkan jauh lebih cantik dari pada saat kita di awal nikah dulu! Tubuhmu makin seksi dengan dada yang makin montok ini, Ning! Ini semua masih sah milikku, kan, Ning?” “Iya, Mas

    Last Updated : 2022-08-29
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 102. Mas Elang Marah

    Bab 102. Mas Elang Marah “Toloooong! Lepasin aku, Mas! Tolooooong!” jeritku berusaha meronta. Tetapi sia-sia, meski sudah berdarah, tenaganya masih jauh lebih kuat dari pada tenagaku. Perlawananku tak ada artinya. “Sini kamu!” teriak Mas Sigit meraih tubuhku lalu mencampakkan aku ke atas kasur. Dia langsung menindih tubuhku sambil memegangi kedua lengan di sisi kanan dan kiri kepalaku. Darah yang masih menetes di keningnya mengalir membasahi pelipis. Beberapa tetes jatuh mengenai wajahku saat dia menyerang wajah dan leherku dengan mulut dan bibirnya. Kucoba meronta sekuat daya. Kugerakkan kepalaku untuk menghindari sentuhan mulut dan bibir menjijikkan itu. Kugerakkan kaki untuk menerjang, tapi himpitan tubuhnya di atas perut dan kedua paha tak mampu kulawan. “Ternyata kau sering melayani pelangganmu dengan cara kekerasan seperti ini? Jadi kau praktekkan juga kepadaku, ya? Lumayan, cukup memacu adrenalin. Bercinta sambil berdarah-darah itu sensasinya luar biasa. Kita coba, ya

    Last Updated : 2022-08-30
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 103. Kesombongan Mantan Ibu Mertua dan Ipar-iparku

    Bab 103. Kesombongan Mantan Ibu Mertua dan Ipar-iparku ***** Kubuka pintu mobil dengan sigap, lalu kuturunkan kaki kiri, disusul kaki kanan. Tanpa menoleh, kututup kembali pintu mobil Mas Elang. Dan tanpa sapa lagi, pria itu langsung memutar dan melajukan kuda besi itu dengan kecepatan tinggi. Aku terhenyak, kuhirup nafas panjang-panjang. Masih belum bisa kupahami, kenapa dia begitu emosi. Kemarahannya tak juga reda, meski aku sudah berusaha menjelaskan. Dia bukan anak kecil lagi. Meski dia adalah putra bungsu, selalu dimanja dan di nomorsatukan, namun tak selayaknya dia marah-marah secara membabi buta seperti itu, apalagi aku tak bersalah sama sekali. Cemburu? Hah, sudahlah! Biar saja. “Saya antar pulang, Mbak?” Pak Parno yang sejak tadi hanya menyaksikan datang menghampiriku. “Iya, Pak! Kita pulang saja!” sahutku menoleh ke arahnya. Pria itu lalu bergerak ke arah sebuah motor yang terparkir di dekat teras. Belum sempat dia menyalakan benda itu, sebuah taksi memasuki ha

    Last Updated : 2022-08-31
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 104. Yosa Tak Percaya Padaku

    Bab 104. Yosa Tak Percaya Padaku“Kamu bicara apa, Bening!” Mbak Ambar dan Mbak Sekar mendorong pundakku. Serangan yang tiba-tiba itu membut tubuhku oleng. Untung Pak Parno segera menangkapku. Kedua wanita yang kalap itu kembali menyerang. Dengan sigap Pak Parno melindungiku dengan memalangkan tubuhnya di depanku. Mencoba menangkis setiap serangan mereka. Mbak Ambar dan Mbak Sekar tak bisa lagi menjangkauku.“Bening! Kowe ngomong opo karo mantuku, ha! Sini kowe!” Kali ini mantan ibu mertua yang ingin menjambak rambutku. Pak Parno kesulitan untuk menahan serangan wanita itu. Dia masih sibuk melindungiku dari serangan Mbak Ambar dan Mbak Sekar. Terpaksa aku melindungi diriku dari jambakan itu. Kutangkap lengannya, lalu kuputar dengan kencang.“Aauw, lepaskan, Bening! Sakit! Patah tanganku!” teriaknya kesakitan.“Maaf, Bu! Saya tidak mau berdosa karena melawan perempuan setua Ibu! Jadi jangan coba-coba menyakiti saya, ya!” ucapku seraya mengibaskan tangannya. Kibasan yang agak kencan

    Last Updated : 2022-09-01
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 105. Mas Elang Tak Menjemput

    Bab 105. Mas Elang Tak MenjemputPukul delapan malam, rumah makanku sedang rame-ramenya. Banyak pelanggan yang datang untuk makan malam. Pengunjung baru juga banyak yang masuk, mungkin penasaran karena selalu rame. Posisi warung yang tepat di persimpangan, adalah salah satu bentuk promosi alami. Menjadi perhatian bagi setiap orang yang melintas.Keramahan dan bentuk pelayanan yang sempurna tak lupa kutekankan kepada seluruh pegawaiku. Di bawah komando Kak Runi apa yang aku harapkan terpenuhi. Semua pengunjung dilayani dengan sangat baik.“Ning, ngeliatin apa?” Tepukan halus di pundak mengagetkanku. Rupanya Kak Runi memperhatikan kelakuanku sejak tadi. Wajar saja dia curiga. Gelagatku hari ini tentu mencurigakannya. Tatapanku tak lekang ke arah gerbang sejak dua jam yang lalu. Aku menunggu seseorang. Yang ditunggu tak juga datang.“Dia tidak datang malam ini?” tanya Kak Runi lagi, ikut menatap ke arah gerbang.Aku menghela nafas panjang, lalu membuangnya dengan kasar.“Kalian berten

    Last Updated : 2022-09-02
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 106. Hinaan Mantan Mertua dan Kakak Ipar di Ruang Sidang

    Bab 106. Hinaan Mantan Mertua dan Kakak Ipar di Ruang Sidang“Nek Ayang bertengkar dengan Mas Elang?” seruku kaget.“Iya, Mbak.” Pak Parno menjwab singkat.“Mereka bertengkar gara-gara Nek Ayang maksa Mas Elang dampingi dan jemput saya ke sidang?” tanyaku mencoba menetralkan suasana hatiku yang semakin tak karuan.“Iya, Mbak. Tapi enggak usah Mbak pikirkan! Toh, sudah saya jemput, kan? Mbak juga akan didampingi nek Ayang. Pengacara Nek Ayang juga sudah menyiapkan semuanya. Mbak Bening enggak usah gentar, ya!” Pak Parno menguatkanku. Pria itu melirik sekilas, mungkin ingin memastikan kondisi hatiku lewat raut wajahku.Aku tersenyum tipis. Menikmati kecewa ini. Aku sempat salah duga. Kukira Mas Elang sudah kembali peduli dan meminta Pak Parno menjemputku. Nyatanya aku salah. Dia benar-benar sudah tidak peduli. Dia bahkan sempat bertengkar dengan nenek kesayangannya karena aku. Padahal selama ini, dia tak pernah membantah Nek Ayang. Karena aku, mereka terlibat perselisihan.Kembali k

    Last Updated : 2022-09-02
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 107. Kejutan Dari Yosa

    Bab 107. Kejutan Dari Yosa Kuedarkan kembali pandanganku, mencari sosok pria yang menjadi rivalku, Mas Sigit. Berulang-ulang kulakukan, tapi aku tetap tak menemukan. Begitupun dengan Yosa. Ke mana mereka? Kenapa tidak hadir dalam sidang ini?Dari kemarin juga sudah berulangkali kucoba menghubungi istri baru suamiku itu. Aku mau meminta nomor rekeningnya untuk mengembalikan uang yang sempat ditransfer oleh Mas Sigit ke rekeningku. Sepertinya Yosa tak percaya dengan keteranganku. Dia pasti sudah terhasut oleh omongan Mbak Ambar dan Mbak Sekar. Aku yakin, Yosa lebih percaya kepada para benalu yang menempel padanya itu daripada aku.Entah bagaimana caraku menjelaskan padanya. Nomorku sepertinya benar-benar telah dia blokir. Rencanaku pagi ini akan berbicara langsung padanya. Akan kutransfer kembali uang itu kepada dia didepan matanya. Namun, rencanaku akan gagal sepertinya. Dia tak hadir di persidangan. Entah kenapa.Harusnya dia hadir mendampingi suaminya, bukan? Bukankah dia begitu

    Last Updated : 2022-09-02

Latest chapter

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)

    Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)“Kamu terima aku, kan, Ning? Tapi, maaf, mungkin aku tak bisa memuaskanmu di ranjang. Kamu bisa terima aku apa adanya, kan?” Mas Elang menggenggam tanganku, tatapannya tepat di bola mataku, begitu sayu dan menghiba. “Aku sangat mencintai kamu, Ning. Maya bukan siapa siapa bagiku. Tolong terima lamaranku, aku mohon!” lirihnya lagi.“Mas Elang …?” gumamku tercekat.“Aku janji akan berusaha menjadi ayah yang baik buat anak-anak kamu. Aku juga sudah baca-baca tutorial memuaskan istri bila senjata suami gak mampu bertahan lama. Aku akan praktekkan cara itu. Aku akan buat kamu sampai benar-benar puas, baru aku tuntaskan diriku sendiri. Asal kamu sudah puas, meski aku hanya bisa tahan sebentar, gak masalah, kan?”“Mas?”“Mau praktekin sekarang?”“Tidak.”“Ya, kita halalin dulu, ya!”Mas Elang memelukku, kembali melumat bibirku. Kali ini aku membalasnya. Kurasakan ada yang menegang di areal sensitifnya. Hatiku membuncah, aku bersumpah, ta

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang

    Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang“Mbak Nuri di sini? Kenapa? Kapan Mbak datang dari Tawang Sari? Kenapa enggak langsung ke rumah Ibu, kok, malah ke sini?” cecar Mas Elang begitu turun dari mobilnya dan menghampiri kami. Pria itu hanya menatap Mbak Nuri, sedikitpun tak melihat ke arahku. Padahal posisiku tepat di samping kakaknya itu.“I-ya, aku sengaja langsung ke warung Bening. Bening nelpon kakak. Dia ngadu tentang hubungan kalian.” Mbak Nuri mulai bersandiwara.Kulihat wajah Mas Elang memerah. Dia sempat melirikku sekilas, tatapan kami beradu, pria itu lalu berpaling.“Kita pulang sekarang, aku tunggu di mobil!” titahnya langsung meninggalkan kami.Kuhela nafas panjang, mengembuskannya dengan sangat berat. Mbak Nuri menepuk bahuku dengan halus, seperti hendak mentransfer kekuatan agar stok sabarku tak habis. Buru-buru kami mengunci pintu warung, lalu menyusul ke mobil Mas Elang. Mbak Nuri membukakan pintu untuk kami. Memintaku masuk duluan di jok tengah.“Kenapa dia ikut?”

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu

    Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu“Menikah? Kalian mau menikah?” seruku masih saja kaget. Padahal aku tahu hubungan Kak Runi dengan Mas Dayat akhir-akhir ini makin dekat saja. Kukira mereka masih dalm tahap saling menjajaki, ternyata sudah sampai pada tahap yang paling tinggi. Menikah.“Iya, Ning, kami minta ijin cuti, ya. Buat Persiapan lamaran.” Kak Runi menunduk. Sepertinya, dia masih saja malu-malu. Mungkin karena Mas Dayat pernah menyukaiku dulu. Dia bahkan sempat ikut berjuang untuk menyatukan antara aku dan Mas Dayat dulu.“Ya, sudah. Selamat, ya! Semoga acaranya berjalan lancar. Kapan rencana kalian pulang kampung?” tanyaku menatap mereka bergantian.“Sore ini, kalau kamu ijinin.” Kak Runi mendongak.“Tentu aku ijinin. Tapi, maaf, acara lamarannya aku enggak bisa hadir, nanti di acara pernikahannya saja, ya, aku datang?”“Ya, datang bareng Mas Elang, ya, Ning!” Mas Dayat langsung nyeletuk. Aku hanya tersenyum tipis. Kualihkan suasana dengan bergerak ke laci kasir. Meraih p

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 114. Janji Nek Ayang

    Bab 114. Janji Nek AyangAku menoleh ke belakang, Nek Ayang berdiri kaku di sana. Tatapannya lekat kepadaku. Tatapan dengan sorot mata sayu.“Nenek?” gumamku terkejut. “Sejak kapan Nenek di sini?” tanyaku gelisah.“Sejak tadi,” sahutnya pelan.“Nenek tidak mendengar apa apa, bukan?” tanyaku mendekatinya, kuraih lengannya, lalu kubimbing berjalan menuju bangku panjang yang tersedia di halaman belakang warung itu. Tetapi dia bertahan tak bergerak. Tetap kokoh di posisi berdirinya.“Nenek sudah mendengar semuanya. Sekarang nenek paham apa yang membuat Elang berubah.”“Nek, tolong jangan salah paham! Apa yang Nenek dengar tadi tak seperti yang sebenarnya.”“Mungkin Elang memang benar, Ning! Cucuku itu …, wess lah, Ning! Kowe ora usah ikut stress, Nduk! Keputusan Elang, pasti sudah dia pikirkan baik baik.”“Nenek! Kenapa sekarang Nenek malah ikut-ikutan seperti ini? Bening mau, Nenek itu membantu Bening meyakinkan Mas Elang. Bantu Bening, Nek!”“Elang sudah dewasa, Nduk! Dia tau apa ya

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 113. Rahasia Terbongkar

    Bab 113. Rahasia TerbongkarWajah Nek Ayang tampak sangat semringah sekarang. Setelah dia mendengar penuturanku barusan. Sepertinya dia begitu lega, dan mengira cucunya hanya cemburu buta. Dia pasti berfikir hubunganku dengan cucunya baik-baik saja.“Elang enggak tahu hati perempuan, apa dikiranya kita mau saja diajak ehem ehem padahal hati kita sudah sangat benci? Hehehe … biarkan dia dibakar cemburu, kowe tenang saja! Itu artinya Elang cinta banget karo kowe, iyo, toh, Ning?” ungkapnya seraya mengusap punggung tanganku.Aku mengangguk saja. Biarlah Nek Ayang berfikir seperti itu. Padahal masalahnya tak sesederhana itu. Ada masalah yang begitu pelik tengah melanda antara aku dan cucunya. Bukan sekedar cemburu buta, tetapi lebih kepada rasa minder Mas Elang akan kelemahannya.Mas Elang merasa dia kalah jauh dibandingkan dengan Mas Sigit dalam urusan ranjang. Perasaan minder itu semakin membakar hatinya saat tahu kalau Mas Sigit memaksaku melakukan hubungan badan kemarin. Mas Elang

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 112. Perintah Nek Ayang

    Bab 112. Perintah Nek AyangMereka semua terperangh kaget. Pernyataanku barusan jelas tak bisa mereka percaya. Tapi aku tak peduli. Sudah terlanjur. Aku tak peduli entah apa tanggapan Mas Sigit juga keluarganya. Yang aku pikirkan justru perasaan Mas Elang. Aku begitu mengkhawatirkan dia sekarang.Entah bagaimana tanggapannya terhadapku. Setelah jelas-jelas dia mulai menghindariku, aku justru ungkapkan perasaan cintaku. Padahal dia mulai mencipta jarak denganku. Tak pernah lagi menelpon, apa lagi mendatangi aku. Biasanya dia menjemputku ke warung di malam hari, mengantarku pulang ke rumah karena dia mengkhawtirkn aku pulang sendiri di tengah malam. Lalu, dia akan menjemputku lagi di pagi hari.Sekarang itu tak lagi dia lakukan. Bukankah itu artinya dia sudah mundur. Dan saat itu pula aku menyatakan perasaanku. Ah, betapa rendah aku di matanya sekarang. Mungkin dia menganggap aku wanita murahan. Tapi, sudahlah. Aku pasrah saja. Yang penting aku lolos dulu dari Mas Sigit.“Apa? Kau bil

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang

    Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang Kulepaskan rangkulan tangan Mas Sigit di bahuku, kukibaskan dengan kasar. Itu tak luput dari perhatian Mas Elang dan juga Nek Ayang. Mereka hanya melongo. Sementara tiga perempuan yang sejak tadi menonton dari jarak yang agak jauh, kini datang mendekat. Mbak Ambar, Mbak Sekar dan ibunya. “Ning, kamu?” sergah Mas Sigit menatapku tak percaya. “Kenapa kamu ikut bar-bar seperti ini, Ning?” tanyanya dengan nada lirih. “Kamu sepertinya lupa kalau kemarin aku bahkan bersikap lebih bar-bar. Luka di kening kamu saja belum kering, Mas! Kau mau mendapt luka baru lagi, hem? Kuingatkan padamu, antara aku dan kau tidak ada ikatan apa-apa lagi, jadi jangan pernh berani menyentuhku, paham!” tegasku diiringi hujaman tatapan tajam. “Aku belum talak kamu, Ning! Pengadilan juga belum mengeluarkan surat cerai. Jadi, kau masih istriku. Aku berhak atas dirimu, kau masih istriku, Ning!” “Jangan mimpi! Meski kau tak talak aku, bagiku kau bukan siapa-siapaku lagi

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami

    Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami Mantan ibu mertua berhasil menjambak rambutku. Kutahan sakit itu demi melindugi Nek Ayang.“lepaskan nenek, Ning! Biar nenek lawan perempuan itu!” perintah Nek Ayang mencoba melepaskan diri dari pelukanku.“Tidak, Nek! Nenek enggak akan tahan. Tulang Nenek bisa remuk dihantamnya, Bening enggak mau Nenek kenapa napa,” tolakku mengeratkan pelukan.“Tapi de e jambakin rambut kowe, Ning!”“Biar, Nek, Bening tahan, kok. Asal jangan Nenek yang disakiti.”“Ya, Allah, Ning, kowe iku, Nduk!” ucap Nek Ayang terharu.“Lepaskan rambut Bening!” Sebuah suara yang sudah sangat kukenal tiba-tiba terdengar. Sontak jambakan di kepalaku lepas. “Sini, lepaskan, Nenek, biar aku yang melindungi,” ucapnya padaku seraya merengkuh tubuh renta Nek Ayang dari pelukanku.“Kowe, datang, Lang!” lirih Nek Ayang dengan mata berkaca-kaca. Aku merasa sangat lega sekarang. Nek Ayang sudah berada di tangan yang aman. Entah bagaimana dan kapan datangnya, Mas Elang tiba-tiba s

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku

    Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku“Ini barang-barang kalian, jangan pernah injak rumahku lagi!” tegas Yosa seraya melemparkan tiga koper ke hadapan para benalu itu.“Yosa, maksudnya apa ini, Nak?” Sang mertua menatap nanar menantu kesayangan. Mbak Ambar dan Mbak Sekar pun terlihat kebingungan.“Saya sudah menjatuhkan talak kepada Mas Sigit, putra Tante! Meskipun saya tahu itu terbalik, tapi mau gimana lagi. Habisnya, saya minta talak, Mas Sigit enggak mau nalak saya. Ya, udah, saya aja yang talak dia, hehehehe ….” Yosa terkekeh.“Yosa,” gumam mereka bersamaan.“Jadi, antara saya dan putra Anda, sudah tak ada ikatan apa-apa. Dan antara saya dengan Anda, juga kedua betina ini, juga sudah tak ada hubungan apapun. Paham, Tante?” sinis Yosa dengan iringan senyum ketus.“Yosa, kamu … kamu maksudnya, maksudnya?” Mbak Ambar dan Mbak Sekar memegangi kedua lengan Yosa. Mengguncang-guncangnya dengan kalimat terbata-bata.“Iya, maksud saya, kalian harus keluar dari rumah s

DMCA.com Protection Status