Share

17. Prasangka

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-02-14 12:43:56

Bahkan setelah tiga jam menunggu, Laksa tak juga kembali ke ruang rawat ibunya.

Baik Luna maupun sang ayah sadar kalau kemungkinan laki-laki itu menghindar. Tanpa banyak basa basi lagi Pak Erwin mengajak Luna untuk pulang ke rumahnya, orang tua Laksa yang ada di sana tak mampu berbuat banyak mereka tahu kalau putra mereka sendiri yang salah.

Bahkan sang ibu hanya bisa menatap tak berdaya saat Pak Erwin berkata dengan tegas. “Jika putra kalian ingin mengembalikan Luna pada saya tolong hubungi saya secepatnya.”

Kalimat sang ayah itu masih terus terngiang di telinga Luna. Semenyedihkan inikah rasa tak diinginkan oleh seseorang, apalagi dia adalah orang yang baru saja mengikat janji pada Tuhan untuk memilikimu.

Perayaan kesedihan seolah datang silih berganti dalam hidupnya. Hatinya patah sebelum bertumbuh. Luna bahkan tak mampu menjabarkan perasaannya dengan baik, hatinya seolah mati rasa, hatinya kosong, tertelan kesedihan yang datang menghadang.

Luna hanya dudu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Wanita Yang Kau Pilih   18. Makan Hati

    “Lun, pernahkah kamu berpikir kalau yang menjebakmu adalah Laksa sendiri?” tanya Vira pelan.Luna memandang Vira dengan seksama, hal itu memang tak pernah dia pikirkan, dia terlalu terpaku untuk menyangkal tuduhan Laksa atau mencari bukti bahwa dia tak bersalah, meski sampai sekarang semua itu masih tak menampakkan hasil yang nyata. “Aku rasa itu tidak mungkin,” kata Luna setelah sejenak berpikir. “Dia terlihat hampir putus asa saat pacarnya memilih meninggalkannya karena kejadian ini, mana mungkin dia yang merencanakannya.” Vira menatap Luna tajam. “Kamu memang berpikir dengan otakmu atau dengan perasaanmu?” tanya Vira kejam. Vira tentu tak akan lupa kalau Luna mengagumi laki-laki itu, meski tak pernah mengaku secara gamblang tapi Vira terlalu mengenal Luna untuk tapi kalau Laksa sosok laki-laki yang istimewa di hati Luna. “Vir, kita baru ketemu setelah tidak bertemu....” “Dua hari yang lalu, bahkan kamu sudah lupa pada semuanya, cinta pada laki-laki it

    Last Updated : 2025-02-14
  • Wanita Yang Kau Pilih   19. Rumah Mertua Indah

    Hari sudah sore saat Luna sampai di rumahnya, dilihatnya mobil sang ayah yang sudah ada di halaman rumah. Luna menggigit bibirnya resah, bersama Vira dia jadi lupa waktu dan tidak menghubungi ayahnya, pasti sekarang sang ayah sangat cemas. “Luna, dari mana saja kamu, Nak?” Sang ayah terlihat lega luar biasa saat Luna ada di hadapannya. “Maaf, Yah, tadi Luna bersama Vira dan ngobrol sampai lupa waktu,” jawab Luna jujur, dia menundukkan wajahnya tak sanggup untuk menatap wajah ayahnya. “Ya sudah masuklah dulu.” “Ayah tidak marah?” tanya Luna. Ayahnya memang bukan orang yang suka marah senakal apapun Luna, tapi sang ayah akan menasehatinya dengan lembut, yang malah membuat Luna kapok tak ingin mengulanginya lagi. “Ayah marah, Nak, tapi rasa marah ayah tertutup dengan kelegaan karena kamu pulang dalam keadaan baik-baik saja.” “Maaf Luna hanya bisa menyusahkan ayah saja,” jawab Luna dengan rasa bersalah. “Sudahlah, oh ya suamimu ada di sini.”

    Last Updated : 2025-02-14
  • Wanita Yang Kau Pilih   20. Tempat yang Dikatakan Rumah

    Hening dan mencekam. Itulah yang Luna rasakan saat ini, bahkan naik angkot yang panas dan berdesak-desakan lebih Luna sukai dari pada naik mobil mewah dengan keadaan yang seperti ini. Laki-laki yang mengemudi di sampingnya bahkan tak mau repot-repot untuk mengajaknya bicara, oh jangankan bicara menoleh saja enggan. Entah untuk alasan apa yang membuat Laksa mau repot-repot untuk menjemputnya sore ini. Sekali lagi Luna melirik laki-laki di sampingnya, wajahnya datar saja, meski begitu tak mengurangi ketampanan wajahnya yang memang Luna kagumi sejak dulu. Luna menghela napas dan membuang pandangan ke luar jendela. Laki-laki ini memang sekarang berstatus sebagai suaminya, tapi hubungan mereka bahkan lebih jauh dari pada saat mereka masih berstatus bos dan karyawannya. Kayak Laksa ingat kamu saja, Lun. Luna sedikit meringis saat ingat fakta kalau Laksa sama sekali tak ingat dirinya saat perjumpaan mereka di pesta itu. Mobil yang mereka tumpangi berhenti di

    Last Updated : 2025-02-14
  • Wanita Yang Kau Pilih   21. Aku Bukan Pelakor

    Jika di rumah Luna akan diperlakukan seperti kristal es oleh sang ayah, begitu istimewa begitu hati-hati dan penuh kasih, di sini Luna dipaksa untuk menjadi batu karang yang tetap berdiri kokoh meski hempasan air laut setiap hari menerjangnya. Luna masih memandnag laki-laki tua yang kini juga menjadi kakeknya, laki-laki tua yang sejak awal menginginkan Luna untuk menjadi menantu di keluarga ini. “Aku tahu,” jawabnya singkat. Luna sudah menduga, meski sudah tua dan terlihat sakit-sakitan tapi Tuan besar Sanjaya masih memiliki ketajaman pikiran yang tidak bisa diragukan lagi. “Kenapa, bukankah semuanya menuduhku menjebak kak Laksa?” tanya Luna penuh kepahitan. “Jika maksudmu kenapa aku membiarkan pernikahan kalian setelah apa yang terjadi, kamu jelas tahu jawabanku.” Luna menatap tak mengerti pada laki-laki tua di depannya ini, jawaban apa yang dimaksud? “Saya tidak mengerti?” Laki-laki itu tersenyum kecil, tangannya yang keriput mengambil seca

    Last Updated : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   22. Apartemen Raya

    “Ternyata kamu sudah bergerak cepat dengan mendekati opa.” Luna menoleh mendengar suara yang sangat mengganggunya akhir-akhir in. Dia berdiri di sana dengan kedua tangan berada di saku celana, begitu tampan tapi juga membawa aura yang berbahaya, sejenak Luna terpaku memandang mahluk indah ciptaan Tuhan itu. “Saya hanya ngobrol dengan opa saja,” jawab Luna tak enak hati, kenapa laki-laki ini selalu berprasangka buruk padanya. “Ikut aku,” kata Laksa lalu melangkah keluar rumah. “Eh, Pak kita mau kemana?” tanya Luna yang kembali memanggil Laksa dengan sebutan pak, entah mengapa lidahnya sulit sekali memanggil Laksa dengan sebutan Kak, padahal tadi dihadapan sang kakek terasa baik-baik saja. Tanpa mempedulikan Luna Laksa berjalan ke arah mobilnya, Luna yang melihat itu buru-buru mengambil kopernya yang tadi dia letakkan di ruang tamu, lalu secepatnya menyusul Laksa. Laki-laki akan membuka pintu mobil saat menya

    Last Updated : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   23. Malam Romantis

    “Bukankah kamu juga diuntungkan karena menikah denganku, apalagi sebelumnya kita juga sudah dijodohkan.” Untung katanya? Memang apa keuntungan yang dia dapatkan? Harta oh yang benar saja, Luna memang jobless saat ini, tapi dia bukan money digger yang ingin kaya dengan menikahi laki-laki kaya raya meski tanpa cinta.Luna rasanya ingin tertawa saja, laki-laki ini benar-benar sangat percaya diri. “Saya tahu anda laki-laki yang tampan dan kaya raya, tapi pernah menganggap anda adalah anugerah luar biasa yang diciptakan Tuhan, sampai semua wanita menginginkan anda dan bersedia melakukan hal tak bermoral seperti itu.” Luna memandang Laksa dengan tajam, napasnya terengah-engah menahan amarah yang membuncah dalam dadanya. “Aku tidak pernah berpikir begitu, tapi kamu juga jangan munafik kalau banyak orang yang berpendapat begitu dan mungkin kamu salah satunya.” Laksa ikut berdiri dari duduknya. Laki-laki itu lalu mengambil sesuatu di dalam tas yang sejak tadi dia bawa dan

    Last Updated : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   24. Kesenjangan

    Luna hanya bisa duduk diam di atas ranjang yang dia tempati sekarang, malam sudah bergerak semakin menua, rumah besar nan mewah ini juga sudah sepi, tak ada lagi suara para asisten rumah tangga yang sibuk bekerja.Luna memeluk dirinya sendiri dengan posesif. Setelah makan malam romantis yang dia jalani bersama Laksa, laki-laki itu mengajaknya kembali ke rumah ini. Tidak ada acara saling sapa dengan kakek atau orang tua laki-laki itu seperti yang biasa Luna lakukan saat pulang dari suatu tempat, entah bagaimana mereka bisa menjalani hidup begitu dingin satu sama lain. Laksa langsung membawa Luna masuk ke dalam kamarnya, tepatnya sebuah ruangan yang ada di dalam kamar Laksa, dan itu bukan kamar itu. Kamar di mana Luna harus kehilangan semua, Luna masih sangat ingat kamar itu terletak di ujung sana, entah kamar siapa dan mengapa malam itu Laksa meminta Luna membawanya ke sana.Luna belum menanyakannya pada Laksa, atau lebih tepatnya tidak ingin menanyakannya, kejadian

    Last Updated : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   25. Bagian dari Sandiwara

    “Opa senang kalian terlihat baik-baik saja dan bahagia,” kata sang opa begitu Laksa dan Luna sudah turun dari kamarnya, sudah rapi dan siap untuk pergi kemanapun yang mereka inginkan. Pagi ini hari pertama Luna akan makan pagi bersama keluarga ini, tidak ada adegan Luna yang harus memasak nasi pagi-pagi, di rumah ini sudah ada pembantu yang menyiapkan semuanya, bukan Luna tak mau membantu mereka, tapi Laksa bilang lebih baik dia segera bersiap jika ingin pergi keluar. Meja makan besar itu hanya diisi oleh sang kakek di ujung meja, ayah Laksa masih di rumah sakit menemani istrinya, Luna sedikit meringis, di rumah ayahnya meja makan hanya diisi dia dan sang ayah tapi meski hanya berdua meja makan selalu heboh, Baik Luna maupun sang ayah tak pernah bosan melemparkan guyonan yang mengundang gelak tawa mereka.Dengan manis Laksa menarik sebuah kursi untuk Luna, dan dengan kikuk gadis itu mengucapkan terima kasih. “Tapi aku rasa baju yang kamu gunakan terlalu rapi kalau

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Wanita Yang Kau Pilih   170. Hanya Masa lalu

    Tanpa menunggu dipersilahkan Luna meanrik kursi dan duduk di sana. Perutnya yang besar memang membuatnya tak betah untuk berdiri terlalu lama. "Mau pesan apa?" tanya Raya yang telah mampu menguasai dirinya. Sepertinya beberapa bulan menjadi istri Laksa membuat wanita lebih berani tak sepolos dan sepengecut dulu. LUna melihat buku menu dan dia langsung menginginkan oreo milkshake dan brownies yang terlihat menggoda di sana. "Kamu cukup berani juga memesan minuman itu padahal tubuhmu sudah gendut," Komentar Raya saat Luna menyebutkan pesanannya. Wah bodyshaming ini. "Sya memang sedang hamil jadi wajar kalau tubuh saya berisi, justru kalau kurus suami saya akan khawatir." "Hati-hati. Laki-laki tidak suka dengan wanita gendut," kata Raya sok menasehati. Luna tersenyum mendengar nasehat 'baik hati' dari mantan kekasih Laksa ini. "Mungkin, Tapi suami saya bilang lebih suka memeluk saya yang lebih berisi d

  • Wanita Yang Kau Pilih   169. Mantan?

    "Aku Raya, kamu pasti sudah tahu siapa aku. Bisakah kita bertemu sebentar?" Luna membaca pesan di ponselnya dengan perasaan tak menentu, ternyata rasa pecaya diri mantan pacar suaminya ini sangat tinggi, mungkin itu juga yang membuatnya bisa menjadi model terkenal seperti sekarang. Laksa juga pernah bercerita kalau mantannya itu wanita yang sangat sibuk dengan berbagai kegiatan, jadi pertemuan mereka dulu memang tidak setiap hari. Akan tetapi wanita ini sepertinya mempunyai waktu luang yang lumayan banyak sekarang sampai dia bisa merecoki hubungannya dan Laksa. Bukan LUna ingin berburuk sangka pada wanita masa lalu suaminya, tapi tidakan yang dilakukan wanita itu membuatnya tak bisa berpikir positif. SEkarang untuk apa dia menghubunginya dan meminta bertemu. SElain pelaku yang telah menjebak Luna, tidak ada lagi urusan di anatara mereka dan Raya sepertinya bukan tipe orang yang akan meminta maaf untuk perbuatan salahnya  waktu itu. 

  • Wanita Yang Kau Pilih   168. Dia Tanpa Aku 2

    Bahagia itu sederhana bisa berjalan bergandengan tangan dengan suami seperti ini saja Luna merasa hari ini akan indah. "Mau bagaimana lagi namanya juga lagi hamil. Kalau jalan sampai taman aku pasti kuat, lagipula kata dokter disarankan untuk banyak olahraga ringan." Tawa renyah Laksa langsung terdengar mendengar perkataan Luna. "Tapi aku nggak mau ya kalau harus gendong kamu pulangnya nanti." "Memang aku segendut itu sampai kakak nggak kuat gendong aku," gerutu Luna. "Bukan masalah gendut tapi aku harus menggendong dua orang mana kuat." "Dasar lemah," ejek Luna. "Sudah berani ya ngejek suami." Luna berusaha menghindari gelitikan tangan suaminya yang semakin mendekat, tawa mereka membahana menyambut datangnya matahari yang baru saja bangun dari peraduannya. Pagi yang sangat indah dengan birunya langit yang seolah ikut tersenyum melihat kebersamaan kedua insan itu. 

  • Wanita Yang Kau Pilih   167. Dia Tanpa Aku

    Pagi ini LUna bangun dnegan perasaan senang. Malam tadi Laksa pulang dengan banyak makanan kesukaannya. Kalau dipikir-pikir dia sangat murahan, hanya karena makanan saja perasan kesalnya langsung hilang, tapi mau bagaimana lagi mungkin ini efek tak pernah dekat dengan laki-laki manapun. Apalagi Laksa juga memanjakannya dengan memijit tubuhnya yang memang gampang merasa pegal setelah kehamilannya bertambah besar. Bukannya LUna tak tahu kalau semua ini hanya sogokan supaya dia tidak marah dengan pertemuan sang suami dengan mantan kekasihnya, apalagi Laksa bilang kalau tadi pagi Raya datang mendatanginya di kantor tadi pagi. Luna hanya berusaha percaya pada sang suami yang tidak akan tergoda lagi oleh mantan kekasihnya itu. Dipandangnya wajah Laksa yang sedang tidur terlelap di sampingnya, begitu damai seperti tanpa beban. Luna kembali menelusupkan kepalanya dalam pelukan hangat Laksa, rasanya dia  tidak akan re

  • Wanita Yang Kau Pilih   166. Kemarahan Raya 2

    Aku tahu. maafakan aku. Penyaki ini seperti karma untukku, karena mengkhianatimu. Andai kamu tahu bagaiman sedihnya aku saat kamu memutuskan hubungan kita." Raya menghela napas berat, dia menatap Laksa yang hanya diam saja hanya menatapnya dengan datar. "Aku depresi dan mengurung diri di dalam kamar, aku pingsan di kamar tanpa seorangpun tahu, untung salah satu temanku kebetulan datang ke kamarku dan menemukanku, dialah yang membawaku ke rumah sakit," lanjut wanita itu lagi. Bahkan setelah Raya selesai bicara, Laksa hanya diam dan seolah tak peduli membuat wanita itu kecewa, tapi dia bukan orang yang mudah putus asa. "Dokter bilang aku menderita magh parah dan juga anemia." "Kenapa tidak makan?" Raya langsung tersenyum mendengar pertanyaan Laksa, laki-laki itu pasti khawatir padanya, dia menatap dengan binar penuh harap laki-laki yang masih sangat dia cintai itu. "Karena aku memi

  • Wanita Yang Kau Pilih   165. Kemarahan Raya

    Gelisah dan marah itu yang Laksa rasakan sekarang. Perasaan itu tak dapat Laksa hindari, menerjang kuat selayaknya ombak yang setiap saat menghantam pasir di tepi pantai. Entah bagaimana caranya untuk menghapus semua rasa itu, otaknya bahkan sudah penuh dengan berbagai hal saat ini, persoalan pekerjaan, persoalan hubungannya dengan sang istri dan keluarga besarnya. Semua persoala itu seperti berlomba untuk mendatanginya, bagai tamu yang datang tanpa diundana meski Laksa sudah mati-matian untuk menolaknya. Laksa pantas gelisah dengan munculnya Raya secara tiba-tiba dikantornya, mungkin dulu itu hal yang biasa saj saat mereka masih pacaran, tapi sekarang dia sudah menikah dan sebentar lagi akan menjadi ayah, semua orang tahu itu dan juga kehadiran Dirga yang akan memperkerus suasana yang membuatnya semakin terjepit dan itu membuatnya marah. Akan tetapi Raya bukan orang yang mudah, menghadapi Rayaa dia harus tenang. "Apa yang kamu inginkan?" tanya Laksa langsung. Raya ters

  • Wanita Yang Kau Pilih   164. Datang Lagi

    Laksa menjabat tangan laki-laki paruh baya itu dengan senyum lebar tersungging di bibirnya. Akhirnya setelah dia pontang-panting melobi sana sini, event besar itu baru bisa dia dapatkan, dan hanya hotelnya yang akan menjadi tempat acara, restoran miliknya juga akan menjadi penyuplai utama untuk sarapan dan makan siang, acara itu akan diadakan satu bulan dengan tamu orang-orang terkenal dan tentu saja banyak wartawan yang akan datang. Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, waktu kerja resmi memang masih satu jam lagi, tapi Laksa sudah begitu sibuk sepagi ini. "Wih, untung besar ini, makan-makan dong." "Kamu seperti kekurangan uang saja, makan-makan nunggu ada momen besar." "Aku tidak sesultan dirimu, jadi ya maklum saja kalau aku lebih suka gratisan, apalagi kalau makanan mewah," kata Dirga menyebalkan.Dirga memang berhak menuntut semua itu, dia sudah banyak sekali membantu Laksa dalam memenangkan tender ini. "Jadi kamu datang kemari sengaja untu

  • Wanita Yang Kau Pilih   163. Pillow Talk

    Luna mematut dirinya di cermin panjang yang ada di kamar mereka. Perutnya sudah membesar dan bobot tubuhnya naik dengan drastis, akibat makannya yang gila-gilaan, tiap menit bahkan detik harus ada saja makanan yang harus dia kunyah di mulutnya sampai mulut Luna pegal sendiri, pernah dia mengeluhkan hal itu pada Laksa tapi jawaban suaminya sungguh membuatnya gondok. “Aku tidak keberatan mengunyahkan untukmu nanti aku bisa suapkan langsung dari mulut ke mulut pasti rasanya lebih manis.” Memang Laksa kira Luna anak bayi, dasar suaminya agak sinting. Dulu Luna sangat penasaran, bagaimana rasanya hamil, dan dia sering bertanya pada sepupunya yang hobi sekali hamil saat itu, tapi sang sepupu hanya tertawa dan mengatakan semua akan terbayar sudah saat melihat wajah mungil menggemaskan yang akan memanggilnya ibu. Karena itu Luna sangat tidak sabar menanti buah hatinya lahir, selain untuk membuktikan teori sepupunya, dia jug

  • Wanita Yang Kau Pilih   162. Pikiran Mengerikan

    "Dia yang tadi pagi telepon ke ponsel kakak, apa kalian janjian bertemu di sini?" tanya Luna saat Laksa sudah menggandeng tangannya keluar dari butik.Laksa seketika menghentikan langkahnya, dan memandang Luna dengan gugup.Luna memang sudah menceritakan telepon yang masuk tadi pagi dan Luna mengangkatnya. Sejak hubungan mereka membaik memang tak jarang Laksa memperbolehkan Luna untuk menjawab panggilan yang masuk ke ponselnya demikian juga sebaliknya, karena itu Laksa langsung memblokir dan menghapus pesan dari Raya, bukan ingin merahasiakan semua ini dari Luna, tapi hanya tak ingin sang istri merasa terbebani, apalagi kondisi Luna yang tidak boleh terlalu banyak beban pikiran. Laksa memang sudah menduga kalau penelepon nyolot tadi pagi yang dimaksud Luna adalah Raya meski dia hanya mengatakan tak tahu dan nanti akan menelepon balik, tapi jawaban itu ternyata berbuntut panjang.Tentu saja dia tak menelepon kembali, tapi semesta mungkin sedang bercanda denganny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status