Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 22. Apartemen Raya

Share

22. Apartemen Raya

Author: Ajeng padmi
last update Huling Na-update: 2025-02-15 12:54:43

“Ternyata kamu sudah bergerak cepat dengan mendekati opa.”

Luna menoleh mendengar suara yang sangat mengganggunya akhir-akhir in.

Dia berdiri di sana dengan kedua tangan berada di saku celana, begitu tampan tapi juga membawa aura yang berbahaya, sejenak Luna terpaku memandang mahluk indah ciptaan Tuhan itu.

“Saya hanya ngobrol dengan opa saja,” jawab Luna tak enak hati, kenapa laki-laki ini selalu berprasangka buruk padanya.

“Ikut aku,” kata Laksa lalu melangkah keluar rumah.

“Eh, Pak kita mau kemana?” tanya Luna yang kembali memanggil Laksa dengan sebutan pak, entah mengapa lidahnya sulit sekali memanggil Laksa dengan sebutan Kak, padahal tadi dihadapan sang kakek terasa baik-baik saja.

Tanpa mempedulikan Luna Laksa berjalan ke arah mobilnya, Luna yang melihat itu buru-buru mengambil kopernya yang tadi dia letakkan di ruang tamu, lalu secepatnya menyusul Laksa.

Laki-laki akan membuka pintu mobil saat menya
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Wanita Yang Kau Pilih   23. Malam Romantis

    “Bukankah kamu juga diuntungkan karena menikah denganku, apalagi sebelumnya kita juga sudah dijodohkan.” Untung katanya? Memang apa keuntungan yang dia dapatkan? Harta oh yang benar saja, Luna memang jobless saat ini, tapi dia bukan money digger yang ingin kaya dengan menikahi laki-laki kaya raya meski tanpa cinta.Luna rasanya ingin tertawa saja, laki-laki ini benar-benar sangat percaya diri. “Saya tahu anda laki-laki yang tampan dan kaya raya, tapi pernah menganggap anda adalah anugerah luar biasa yang diciptakan Tuhan, sampai semua wanita menginginkan anda dan bersedia melakukan hal tak bermoral seperti itu.” Luna memandang Laksa dengan tajam, napasnya terengah-engah menahan amarah yang membuncah dalam dadanya. “Aku tidak pernah berpikir begitu, tapi kamu juga jangan munafik kalau banyak orang yang berpendapat begitu dan mungkin kamu salah satunya.” Laksa ikut berdiri dari duduknya. Laki-laki itu lalu mengambil sesuatu di dalam tas yang sejak tadi dia bawa dan

    Huling Na-update : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   24. Kesenjangan

    Luna hanya bisa duduk diam di atas ranjang yang dia tempati sekarang, malam sudah bergerak semakin menua, rumah besar nan mewah ini juga sudah sepi, tak ada lagi suara para asisten rumah tangga yang sibuk bekerja.Luna memeluk dirinya sendiri dengan posesif. Setelah makan malam romantis yang dia jalani bersama Laksa, laki-laki itu mengajaknya kembali ke rumah ini. Tidak ada acara saling sapa dengan kakek atau orang tua laki-laki itu seperti yang biasa Luna lakukan saat pulang dari suatu tempat, entah bagaimana mereka bisa menjalani hidup begitu dingin satu sama lain. Laksa langsung membawa Luna masuk ke dalam kamarnya, tepatnya sebuah ruangan yang ada di dalam kamar Laksa, dan itu bukan kamar itu. Kamar di mana Luna harus kehilangan semua, Luna masih sangat ingat kamar itu terletak di ujung sana, entah kamar siapa dan mengapa malam itu Laksa meminta Luna membawanya ke sana.Luna belum menanyakannya pada Laksa, atau lebih tepatnya tidak ingin menanyakannya, kejadian

    Huling Na-update : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   25. Bagian dari Sandiwara

    “Opa senang kalian terlihat baik-baik saja dan bahagia,” kata sang opa begitu Laksa dan Luna sudah turun dari kamarnya, sudah rapi dan siap untuk pergi kemanapun yang mereka inginkan. Pagi ini hari pertama Luna akan makan pagi bersama keluarga ini, tidak ada adegan Luna yang harus memasak nasi pagi-pagi, di rumah ini sudah ada pembantu yang menyiapkan semuanya, bukan Luna tak mau membantu mereka, tapi Laksa bilang lebih baik dia segera bersiap jika ingin pergi keluar. Meja makan besar itu hanya diisi oleh sang kakek di ujung meja, ayah Laksa masih di rumah sakit menemani istrinya, Luna sedikit meringis, di rumah ayahnya meja makan hanya diisi dia dan sang ayah tapi meski hanya berdua meja makan selalu heboh, Baik Luna maupun sang ayah tak pernah bosan melemparkan guyonan yang mengundang gelak tawa mereka.Dengan manis Laksa menarik sebuah kursi untuk Luna, dan dengan kikuk gadis itu mengucapkan terima kasih. “Tapi aku rasa baju yang kamu gunakan terlalu rapi kalau

    Huling Na-update : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   26. Laki-laki berbahaya

    “Luna syukurlah kamu masih hidup,” Vira memeluk Luna dengan heboh, bahkan beberapa orang yang sedang berada di lobi sampai menoleh pada mereka berdua dengan penasaran. “Apa sih kamu, Vir, ngomongnya gitu banget.” Luna berusaha melepaskan pelukan Vira, kalau dibiarkan temannya yang agak sableng itu bisa memeluknya lama sekali seolah mereka tidak pernah bertemu dalam waktu seabad.Vira memang melepaskan pelukannya tapi sebagai gantinya wanita itu memegang kedua bahu Luna dan memutar-mutar tubuh Luna seolah gadis itu adalah manekin.Setelah yakin Luna baik-baik saja, Vira mengiring Luna ke dalam ruangannya, bahkan dia tak peduli pada orang yang tadi bicara dengannya di lobi sebelum kedatangan Luna. Benar-benar memang anak yang satu ini. Pagi ini Luna memang menyempatkan diri ke sanggar milik Vira, oh salah milik Vano, kakak Vira tepatnya. Dia akan menerima tawaran gadis itu. Sanggar “Kreaso” begitu nama yang tertera di papan nama yang terletak di depan, kegiatan yang dilakukan di sin

    Huling Na-update : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   27. Sebuah Tekad

    “Sore nanti kita jenguk mama.” Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Luna. Dari nomer asing yang sama sekali tidak dikenali Luna, tak ada pesan apapun yang menunjukkan nama pengirimnya. “Mungkin orang iseng,” gumamnya pelan. Luna memutuskan mengabaikan pesan itu dan memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya. “Siapa?” tanya Vira saat melihat wajah cemberut Luna.“Entahlah pesan nyasar mungkin nggak ada nama pengirimnya juga.” Vira hanya mengangguk dan berlanjut memberikan data murid-murid yang akan dipegang Luna beberapa hari ke depan. Tak tanggung-tangung Vira memberikan dua puluh orang untuk Luna delapan untuk tari tradisional dan sebagian lagi untuk tari kreasi modern. “Kamu yakin aku mampu pegang sebanyak ini, ini pertama kalinya aku mengajar lho.” Luna memandang temannya dengan tidak yakin, apalagi mereka yang mengikuti kelasnya berada pada range usia yang tidak sama, Luna bukan guru yang pandai mengajar seperti ayahnya, dari dulu dia

    Huling Na-update : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   28. Siapa Hamil?

    Luna tiba di rumahnya sepuluh menit setelah pukul empat sore, dan saat dia memasuki rumah mewah itu mobil Laksa sudah terparkir di halaman. “Oh Tuhan semoga dia tidak marah,” harap Luna dalam hati.“Kak Laksa sudah datang dari tadi, Pak?” tanya Luna basa basi pada satpam yang berjaga di depan gerbang. Dia dibesarkan dengan moral yang baik, jadi tidak mungkin dia mengabaikan orang yang berpapasan dengannya, apalagi mungkin untuk beberapa waktu ke depan dia akan tinggal di rumah ini. Satpam itu terlihat tidak begitu menyukai Luna, terlihat dari gelagatnya yang memicingkan mata dan menatap Luna penuh perhitungan. ‘Kenapa satpam ini melihatku seolah dia mertuku saja, padahal orang tua Laksa saja lebih ramah padaku,” batin Luna. “Sudah dari tadi,” katanya datar. Tak ingin memperpanjang basa basinya yang terasa basi itu Luna masuk kedalam rumah. Dalam hati Luna terus bertanya-tanya, apa yang salah dengan semua pekerja di sini, mereka seakan memusuhiku? A

    Huling Na-update : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   29. Doa Ibu

    Sang mama mengangguk dan tersenyum lebar. “Karena itu mama minta kalian ke sini untuk periksa kandungan.” Eh? Siapa yang hamil?Laksa dan Luna saling pandang mendengar perkataan wanita paruh baya itu. Dengan kondisi hubungannya dengan Laksa saat ini Luna rasanya belum siap untuk itu, bagaimana nasib anaknya jika mereka berpisah?“Luna nggak hamil, Ma,” bantah Luna tak berdaya. Gadis itu memandang kosong, tangannya meremas bajunya dengan kuat, Luna tak siap untuk ini. “Luna nggak hamil,” ulangnya lagi yang membuat ibu Laksa memandangnya prihatin juga Laksa yang mengerutkan keningnya melihat reaksi Luna.“Waktu itu aku dalam keadaan tidak sadar dan tak memakai pengaman, bukankah aku pernah mengatakannya,” bisik Laksa lirih takut di dengar ibunya. Luna memandang Laksa dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dia menggeleng dengan panik, Luna bukannya tak mau punya anak, tapi dia hanya khawatir dengan masa depan anaknya. Diperkosa lalu menikah dengan laki-laki ya

    Huling Na-update : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   30. Kalah Sebelum Perang

    “Maafkan mama, dia hanya khawatir saja jadi memaksamu untuk periksa sekarang.” Luna menoleh pada laki-laki yang berjalan di sampingnya, lalu mengerutkan kening. Dari pada minta maaf untuk sang ibu yang memang khawatir padanya apa tidak lebih baik kalau laki-laki ini yang minta maaf padanya, untuk semua yang dia perbuat. Tapi Luna langsung sadar kalau Laksa sama sekali tak merasa bersalah untuk kejadian waktu itu, Lunalah disini penjahatnya, begitulah yang ada dipikiran laki-laki itu. Mungkin ada benarnya juga, Luna di sini yang salah, dia salah karena sudah datang ke pesta itu, dia salah kerena memberikan minuman pada Laksa yang terlihat sedang haus. Yah itu salahnya.. “Bukan masalah,” jawab Luna tak ingin memperpanjang hal itu, dia sunguh tidak masalah dengan permintaan ibu mertuanya, dia tadi hanya terkejut dan berharap hal itu tidak terjadi. Bagaiamanapun dia masih kehilangan arah sampai sekarang.Laksa menghentikan langkahnya dan memandang Luna dengan sek

    Huling Na-update : 2025-02-16

Pinakabagong kabanata

  • Wanita Yang Kau Pilih   184. Kita jadi orang tua

    Sang mama berdiri dan membimbing Laksa untuk duduk, putranya itu sudah seperti orang gila saking khawatirnya. "Luna sudah ditangani dokter terbaik yang ada di sini, sekarang tinggal kita berdoa pada Tuhan semoga dia baik-baik saja." Menit-menit berlalu bagai tangan-tangan monster yang siap mencekik lehernya, hari bahkan sudah memasuki tengah malam. Ayah LUna yang baru saja diberi kabar dan dijemput sopir keluarga Sanjaya menepuk pundak sang menantu untuk menenangkan. "Putri ayah itu wanita kuat dia pasti akan baik-baik saja." "Iya, Yah. Terima kasih." "Saat ruangan itu terbuka Laksa langsung berdiri dan berlari menyambut sang dokter. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Laksa langsung. "Istri anda baik-baik saja meski masih dalam pengaruh obat bius dan kami memutuskan untuk mengeluarkan bayinya lebih awal untuk menyelamatkan nyawa keduanya." "Anak saya sudah lahir? Bagaimana keadaann

  • Wanita Yang Kau Pilih   183. Cinta?

    Suasana langsung heboh begitu sang mama berteriak panik saat Luna langsung ambruk di pangkuannya. Sang papa yang memang duduk di sebelah sang mama sigap menopang tubuh menantunya itu dan mengangkatnya. Sedangkan sang kakek sigap berteriak memanggil sopir supaya menyiapkan mobil. Sedangkan Laks hanya mampu berdiri di sana, menatap nanar tubuh istrinya dalam gendongan sang papa, dia ingin segeraa menghampiri Luna tapi kakinya seolah tak mampu bergerak, tubuhnya lemas seolah tak bertulang, apalagi saat mendengar teriakan sang mama kalau Luna pendarahan. Tidak... Luna akan baik-baik saja. Ini Hanya kesalapahaman. Demi TUhan dia memang bersalah telah menemui Raya di belakang LUna, tapi sungguh tidak ada niatan Laksa untuk mencurangi Luna sedikit pun. "Apa yang kamu lakukan bantu papamu!" teriak sang kakek sambil melempar Laksa dengan segelas air mineral yang memang ada di dekatnya. Mendapat bentakan itu tulang di tubuh Laksa seolah kembali, dia berlaari lintang pukang mendekati Luna

  • Wanita Yang Kau Pilih   182. Akhirnya Menyerah 2

    Laksa membalikkan sendok makannya tanda kalau dia sudah selesai makan. “Kakak masih marah tentang aku yang ngobrol dengan kak Vano? Kami hanya-“ “Aku mengerti. Maaf aku hanya takut kamu lebih nyaman ngobrol dengannya daripada denganku.” “Kenapa kakak mikir begitu?” Laksa menggelengkan kepalanya itu tidak penting lagi untuk sekarang. “Kamu percayakan kalau aku sayang kamu dan tidak akan menyakitimu secara sengaja?” Luna mengangguk. “Setelah hubungan kita membaik dan aku putus dengan Raya lima bulan yang lalu aku tidak pernah bertemu dengannya sampai minggu lalu.”“Aku tahu, dia ada di luar negeri dan kakak selalu pulang tepat waktu jadi tidak mungkin menemuinya.” “Benar.” “Lalu?” “Dia tadi mengajakku bertemu di restoran, maaf aku tidak mengatakannya padamu tadi,” kata Laksa pelan dengan kepala masih menunduk dalam, dia tidak ingin terjadi kesalahpahaman. Raya dan keluarganya pasti akan

  • Wanita Yang Kau Pilih   181. Akhirnya Menyerah

    “Maaf, sayang aku terlambat pulang,” kata Laksa pada Luna yang menyambutnya di teras depan. Luna tersenyum mencoba memahami kalau suaminya memang punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, bukan untuk yang lain. Meski tak bisa dipungkiri ada resah yang dia rasakan hari ini. “Kakak sudah makan malam?” Ya Tuhan bagaimana dia bisa makan malam dalam keadaan seperti ini, pikirannya penuh dengan rasa bersalah dan khawatir pada Luna. “Kamu sendiri sudah makan?” Luna menggeleng yang membuatnya menghela napas panjang. Dia menatap arloji di tangannya. Jam setengah sembilan malam, belum terlalu malam memang meski tetap saja terlambat. “Kalau begitu kita makan sekarang.” “Tapi kalau kakak sudah makan, jangan dipaksakan nanti perutnya sakit.” Laska tersenyum dan membelai lembut kepala sang istri. “Aku juga belum makan, tadi ada masalah sedikit dan langsung pulang.” “Baiklah, aku siapkan makan malam dul

  • Wanita Yang Kau Pilih   180. Fitnah Raya 2

    Laksa kembali melanjutkan pekerjaannya, hari dia memang sengaja pulang lebih lambat karena banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Keberhasilannya tadi menggaet investor membuat semangat kerjanya melambung tinggi, lagi pula dia juga sudah mengirim pesan pada Luna kalau akan pulang terlambat. Ketukan pintu membuatnya mendongak sebentar sebelum berteriak. “Masuk.”Dan sang asisten masuk dengan terburu-buru. “Maaf, Pak. Apa bisa saya pulang lebih dulu. Ibu saya masuk rumah sakit,” katanya dengan wajah khawatir. Laksa mengangkat wajahnya dan tersenyum. “Tentu saja, kamu bisa pulang lebih dulu aku hanya akan menyelesaikan laporan ini.” “Terima kasih, Pak.” “Semoga ibumu baik-baik saja.” Sang asisten menggangguk dan mengaminkan sebelum pamit pergi. Laksa sedikit meregangkan tangannya mengusir rasa kaku karena terlalu lama duduk. Pekerjaannya hampir selesai lagi pula dia sudah berjanji pada Luna ak

  • Wanita Yang Kau Pilih   179. Fitnah Raya

    Laksa duduk dengan punggung tegak. Di depannya seorang laki-laki paruh baya yang rencananya akan melakukan investasi pada salah satu program yang akan diadakan hotelnya. Setelah hampir dibuat gila karena kelakukan mantan pacarnya, Laksa harus memacu mobilnya gila-gilaan untuk mengejar waktu yang sudah sangat mepet, dia bahkan tak peduli dengan umpatan yang dia terima dari pengguna jalan lainnya. Untungnya sang investor juga datang sedikit terlambat, jadi dia masih punya waktu untuk sekedar membaca ulang apa yang akan dia presentasikan nanti, meski dia yakin sudah hapal betul dengan apa yang akan dia katakan nanti tapi dalam keadaan setengah gila karena mantan pacarnya yang lagi-lagi berulah, otaknya bisa melenceng kemana-mana dan Laksa tak mau investor yang telah lama dia incar akan lepas begitu saja karena ketidakprofesionalannya. “Terima kasih bapak sudah bersedia datang,” kata Laksa membuka percakapan dengan basa-basi. “Sama-sama, pak. Saya sangat tertarik dengan beberapa progr

  • Wanita Yang Kau Pilih   178. Yang Kedua 2

    Akhirnya Laksa hanya bisa menanyakan kegiatan sang istri hari ini, tanpa menyatakan dimana dirinya sekarang berada, tapi dia berjanji akan mengatakan semuanya setelah sampai di rumah, banyak hal yang harus mereka bicarakan tapi Laksa butuh suasana yang tenang. Saat seorang perawat memangil keluarga Raya serempak dia dan sang manager restoran berdiri, mereka lalu diarahkan untuk menemui dokter paruh baya yang sangat dikenal Laksa. “Apa anda berdua keluarganya?” “Saya manager restoran tempat ibu Raya pingsan, saya hanya ingin memastikan kalau pingsannya ibu Raya ada sangkut pautnya dengan restoran kami atau tidak.” Sang dokter mengangguk mengerti meski begitu dia melirik pada Laksa yang hanya berdiri diam di depannya. “Saya bisa memastikan  kalau ibu Raya pingsan bukan karena makanan dan minuman yang dia makan tapi karena stress dan tertekan, syukurlah untuk janin yang dia kandung baik-baik saja.” “Jadi dia benar hamil, Dok?”

  • Wanita Yang Kau Pilih   177. Yang Kedua

    Laksa langsung mendekati Raya, dia memang tidak tahu apapun tentang pertolongan pertama pada orang sakit , jadi yang bisa dia lakukan adalah memastikan Raya masih bernapas dengan tangannya yang gemetar. Bagaimanapun Raya pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya dan juga sebagai sesama manusia tentu saja Laksa tak bisa meninggalkannya begitu saja. “Tolong segera kirim ambulance, seorang wanita tiba-tiba pingsan.” Laksa lalu menyebutkan alamat restoran ini. Tak lama kemudian manager restoran tiba-tiba muncul entah siapa yang memberitahunya, tapi kemunculan sang menager berhasil meredam kehebohan yang ada. “Apa yang terjadi, pak?” tanya sang manager ramah dan berusaha tenang meski Laksa tahu ada getar dalam suara laki-laki itu. “Saya juga tidak tahu kami baru saja selesai bicara dan saya sudah akan pergi tapi tiba-tiba saja dia terjatuh,” kata Laksa menjelaskan sesingkat mungkin. Seorang pelayan wanita masuk dan meletakkan

  • Wanita Yang Kau Pilih   176. Ancaman 2

    “Sudahlah yang penting aku menemuinya hanya untuk menyelesaikan masalah saja.” Laksa tak menyadari kalau keputusan yang dia ambil kini akan berdampak besar pada kehidupan pernikahannya kelak. “Aku akan keluar sebentar,” kata Laksa pada asistennya. “Tapi pak jam tiga kita ada pertemuan dengan seorang investor.” “Aku akan  kembali sebelum itu.” Asisten itu terlihat bimbang, tapi tak mungkin dia melarang bosnya apalagi Laksa sudah masuk ke dalam lift. “Semoga bapak bisa kembali tepat waktu dan tidak ada masalah lagi kedepannya,” gumam sang asisten entah mengapa dia memiliki firasat buruk. Laksa memasuki restoran jepan yang dulu menjadi favorit Raya setiap kali mereka bertemu. Seorang pelayan memakai pakaian tradisional jepang  menyambut Laksa di depan pintu setelah Laksa mengatakan akan bertemu dengan Raya. “Akhirnya kamu datang juga.” Laksa melirik jam tangannya mengisyaratkan kalau dia

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status