Share

24. Kesenjangan

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-15 17:56:05

Luna hanya bisa duduk diam di atas ranjang yang dia tempati sekarang, malam sudah bergerak semakin menua, rumah besar nan mewah ini juga sudah sepi, tak ada lagi suara para asisten rumah tangga yang sibuk bekerja.

Luna memeluk dirinya sendiri dengan posesif. Setelah makan malam romantis yang dia jalani bersama Laksa, laki-laki itu mengajaknya kembali ke rumah ini.

Tidak ada acara saling sapa dengan kakek atau orang tua laki-laki itu seperti yang biasa Luna lakukan saat pulang dari suatu tempat, entah bagaimana mereka bisa menjalani hidup begitu dingin satu sama lain.

Laksa langsung membawa Luna masuk ke dalam kamarnya, tepatnya sebuah ruangan yang ada di dalam kamar Laksa, dan itu bukan kamar itu. Kamar di mana Luna harus kehilangan semua, Luna masih sangat ingat kamar itu terletak di ujung sana, entah kamar siapa dan mengapa malam itu Laksa meminta Luna membawanya ke sana.

Luna belum menanyakannya pada Laksa, atau lebih tepatnya tidak ingin menanyakannya, kejadian
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Wanita Yang Kau Pilih   25. Bagian dari Sandiwara

    “Opa senang kalian terlihat baik-baik saja dan bahagia,” kata sang opa begitu Laksa dan Luna sudah turun dari kamarnya, sudah rapi dan siap untuk pergi kemanapun yang mereka inginkan. Pagi ini hari pertama Luna akan makan pagi bersama keluarga ini, tidak ada adegan Luna yang harus memasak nasi pagi-pagi, di rumah ini sudah ada pembantu yang menyiapkan semuanya, bukan Luna tak mau membantu mereka, tapi Laksa bilang lebih baik dia segera bersiap jika ingin pergi keluar. Meja makan besar itu hanya diisi oleh sang kakek di ujung meja, ayah Laksa masih di rumah sakit menemani istrinya, Luna sedikit meringis, di rumah ayahnya meja makan hanya diisi dia dan sang ayah tapi meski hanya berdua meja makan selalu heboh, Baik Luna maupun sang ayah tak pernah bosan melemparkan guyonan yang mengundang gelak tawa mereka.Dengan manis Laksa menarik sebuah kursi untuk Luna, dan dengan kikuk gadis itu mengucapkan terima kasih. “Tapi aku rasa baju yang kamu gunakan terlalu rapi kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   26. Laki-laki berbahaya

    “Luna syukurlah kamu masih hidup,” Vira memeluk Luna dengan heboh, bahkan beberapa orang yang sedang berada di lobi sampai menoleh pada mereka berdua dengan penasaran. “Apa sih kamu, Vir, ngomongnya gitu banget.” Luna berusaha melepaskan pelukan Vira, kalau dibiarkan temannya yang agak sableng itu bisa memeluknya lama sekali seolah mereka tidak pernah bertemu dalam waktu seabad.Vira memang melepaskan pelukannya tapi sebagai gantinya wanita itu memegang kedua bahu Luna dan memutar-mutar tubuh Luna seolah gadis itu adalah manekin.Setelah yakin Luna baik-baik saja, Vira mengiring Luna ke dalam ruangannya, bahkan dia tak peduli pada orang yang tadi bicara dengannya di lobi sebelum kedatangan Luna. Benar-benar memang anak yang satu ini. Pagi ini Luna memang menyempatkan diri ke sanggar milik Vira, oh salah milik Vano, kakak Vira tepatnya. Dia akan menerima tawaran gadis itu. Sanggar “Kreaso” begitu nama yang tertera di papan nama yang terletak di depan, kegiatan yang dilakukan di sin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   27. Sebuah Tekad

    “Sore nanti kita jenguk mama.” Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Luna. Dari nomer asing yang sama sekali tidak dikenali Luna, tak ada pesan apapun yang menunjukkan nama pengirimnya. “Mungkin orang iseng,” gumamnya pelan. Luna memutuskan mengabaikan pesan itu dan memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya. “Siapa?” tanya Vira saat melihat wajah cemberut Luna.“Entahlah pesan nyasar mungkin nggak ada nama pengirimnya juga.” Vira hanya mengangguk dan berlanjut memberikan data murid-murid yang akan dipegang Luna beberapa hari ke depan. Tak tanggung-tangung Vira memberikan dua puluh orang untuk Luna delapan untuk tari tradisional dan sebagian lagi untuk tari kreasi modern. “Kamu yakin aku mampu pegang sebanyak ini, ini pertama kalinya aku mengajar lho.” Luna memandang temannya dengan tidak yakin, apalagi mereka yang mengikuti kelasnya berada pada range usia yang tidak sama, Luna bukan guru yang pandai mengajar seperti ayahnya, dari dulu dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   28. Siapa Hamil?

    Luna tiba di rumahnya sepuluh menit setelah pukul empat sore, dan saat dia memasuki rumah mewah itu mobil Laksa sudah terparkir di halaman. “Oh Tuhan semoga dia tidak marah,” harap Luna dalam hati.“Kak Laksa sudah datang dari tadi, Pak?” tanya Luna basa basi pada satpam yang berjaga di depan gerbang. Dia dibesarkan dengan moral yang baik, jadi tidak mungkin dia mengabaikan orang yang berpapasan dengannya, apalagi mungkin untuk beberapa waktu ke depan dia akan tinggal di rumah ini. Satpam itu terlihat tidak begitu menyukai Luna, terlihat dari gelagatnya yang memicingkan mata dan menatap Luna penuh perhitungan. ‘Kenapa satpam ini melihatku seolah dia mertuku saja, padahal orang tua Laksa saja lebih ramah padaku,” batin Luna. “Sudah dari tadi,” katanya datar. Tak ingin memperpanjang basa basinya yang terasa basi itu Luna masuk kedalam rumah. Dalam hati Luna terus bertanya-tanya, apa yang salah dengan semua pekerja di sini, mereka seakan memusuhiku? A

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   29. Doa Ibu

    Sang mama mengangguk dan tersenyum lebar. “Karena itu mama minta kalian ke sini untuk periksa kandungan.” Eh? Siapa yang hamil?Laksa dan Luna saling pandang mendengar perkataan wanita paruh baya itu. Dengan kondisi hubungannya dengan Laksa saat ini Luna rasanya belum siap untuk itu, bagaimana nasib anaknya jika mereka berpisah?“Luna nggak hamil, Ma,” bantah Luna tak berdaya. Gadis itu memandang kosong, tangannya meremas bajunya dengan kuat, Luna tak siap untuk ini. “Luna nggak hamil,” ulangnya lagi yang membuat ibu Laksa memandangnya prihatin juga Laksa yang mengerutkan keningnya melihat reaksi Luna.“Waktu itu aku dalam keadaan tidak sadar dan tak memakai pengaman, bukankah aku pernah mengatakannya,” bisik Laksa lirih takut di dengar ibunya. Luna memandang Laksa dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dia menggeleng dengan panik, Luna bukannya tak mau punya anak, tapi dia hanya khawatir dengan masa depan anaknya. Diperkosa lalu menikah dengan laki-laki ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   30. Kalah Sebelum Perang

    “Maafkan mama, dia hanya khawatir saja jadi memaksamu untuk periksa sekarang.” Luna menoleh pada laki-laki yang berjalan di sampingnya, lalu mengerutkan kening. Dari pada minta maaf untuk sang ibu yang memang khawatir padanya apa tidak lebih baik kalau laki-laki ini yang minta maaf padanya, untuk semua yang dia perbuat. Tapi Luna langsung sadar kalau Laksa sama sekali tak merasa bersalah untuk kejadian waktu itu, Lunalah disini penjahatnya, begitulah yang ada dipikiran laki-laki itu. Mungkin ada benarnya juga, Luna di sini yang salah, dia salah karena sudah datang ke pesta itu, dia salah kerena memberikan minuman pada Laksa yang terlihat sedang haus. Yah itu salahnya.. “Bukan masalah,” jawab Luna tak ingin memperpanjang hal itu, dia sunguh tidak masalah dengan permintaan ibu mertuanya, dia tadi hanya terkejut dan berharap hal itu tidak terjadi. Bagaiamanapun dia masih kehilangan arah sampai sekarang.Laksa menghentikan langkahnya dan memandang Luna dengan sek

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   31. Pasangan Romantis

    "Mama sudah sehat, jadi kita boleh pulang sekarang." Luna memandang ibu mertuanya yang terlihat sangat bersemangat, tidak ada lagi wanita pucat yang dia temukan tiga hari yang lalu. Hari ini memang Laksa kembali membawa Luna untuk menjenguk mamanya di rumah sakit. "Mama yakin, bukankah dokter bilang....""Mama sudah nggak punya harapan lagi, makanya papamu ingin mama berobat ke luar negeri yang lebih canggih peralatannya." Laksa hanya menunduk, diagnosis itu tentu saja menghancurkannya, meski setelah dewasa dia tak terlalu dekat lagi dengan ibunya seperti dulu, karena sibuk bekerja, tapi bagaimanapun dia sangat menyayangi mamanya itu, baginya sang mama adalah ibu terbaik yang pernah dia temui. Mamanya adalah orang yang sangat perhatian padanya, dia mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengurusi sang ayah dan dirinya, berperan menjadi istri, ibu dan Nyonya besar Sanjaya dengan baik. Di mata Laksa sosok mamanya begitu berkilau. Tak heran kalau dia mau m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Wanita Yang Kau Pilih   32. Ketakutan Luna

    Luna duduk di depan toilet dengan menopangkan kedua tangan di dagunya. Hatinya bergitu penasaran dan takut secara bersamaan. Dia hanya mengikuti saran Viira, mengecek urinnya dengan testpeck. Sahabatnya itu bahkan dengan baik hatinya memberikan Luna tutorial bagaimana cara menggunakannya, meski Luna ragu Vira sendiri pernah memakainya.Sudah lebih dari tiga hari dia terlambat datang bulan, biasanya Luna akan cuek saja mengingat jadwalnya yang memang tidak teratur, tapi tidak untuk saat ini setelah apa yang terjadi padanya. Dengan tak sabar Luna memandang alat itu lekat. “Lun, sudah selesai belum aku mau buang air ini.” Terdengar suara Laksa yang mengetuk pintu kamar mandi dengan tak sabar. Luna langsung berdiri dan dengan panik dia membawa gelas yang berisi air seninya itu. “Bagaimana kalau Laksa tahu?” gumam Luna panik, dia menoleh ke kanan dan kekiri, mencari tempat yang bisa dia gunakan untuk menyembunyikan hasil karyanya ini. Suara ketukan di pintupu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17

Bab terbaru

  • Wanita Yang Kau Pilih   178. Yang Kedua 2

    Akhirnya Laksa hanya bisa menanyakan kegiatan sang istri hari ini, tanpa menyatakan dimana dirinya sekarang berada, tapi dia berjanji akan mengatakan semuanya setelah sampai di rumah, banyak hal yang harus mereka bicarakan tapi Laksa butuh suasana yang tenang. Saat seorang perawat memangil keluarga Raya serempak dia dan sang manager restoran berdiri, mereka lalu diarahkan untuk menemui dokter paruh baya yang sangat dikenal Laksa. “Apa anda berdua keluarganya?” “Saya manager restoran tempat ibu Raya pingsan, saya hanya ingin memastikan kalau pingsannya ibu Raya ada sangkut pautnya dengan restoran kami atau tidak.” Sang dokter mengangguk mengerti meski begitu dia melirik pada Laksa yang hanya berdiri diam di depannya. “Saya bisa memastikan  kalau ibu Raya pingsan bukan karena makanan dan minuman yang dia makan tapi karena stress dan tertekan, syukurlah untuk janin yang dia kandung baik-baik saja.” “Jadi dia benar hamil, Dok?”

  • Wanita Yang Kau Pilih   177. Yang Kedua

    Laksa langsung mendekati Raya, dia memang tidak tahu apapun tentang pertolongan pertama pada orang sakit , jadi yang bisa dia lakukan adalah memastikan Raya masih bernapas dengan tangannya yang gemetar. Bagaimanapun Raya pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya dan juga sebagai sesama manusia tentu saja Laksa tak bisa meninggalkannya begitu saja. “Tolong segera kirim ambulance, seorang wanita tiba-tiba pingsan.” Laksa lalu menyebutkan alamat restoran ini. Tak lama kemudian manager restoran tiba-tiba muncul entah siapa yang memberitahunya, tapi kemunculan sang menager berhasil meredam kehebohan yang ada. “Apa yang terjadi, pak?” tanya sang manager ramah dan berusaha tenang meski Laksa tahu ada getar dalam suara laki-laki itu. “Saya juga tidak tahu kami baru saja selesai bicara dan saya sudah akan pergi tapi tiba-tiba saja dia terjatuh,” kata Laksa menjelaskan sesingkat mungkin. Seorang pelayan wanita masuk dan meletakkan

  • Wanita Yang Kau Pilih   176. Ancaman 2

    “Sudahlah yang penting aku menemuinya hanya untuk menyelesaikan masalah saja.” Laksa tak menyadari kalau keputusan yang dia ambil kini akan berdampak besar pada kehidupan pernikahannya kelak. “Aku akan keluar sebentar,” kata Laksa pada asistennya. “Tapi pak jam tiga kita ada pertemuan dengan seorang investor.” “Aku akan  kembali sebelum itu.” Asisten itu terlihat bimbang, tapi tak mungkin dia melarang bosnya apalagi Laksa sudah masuk ke dalam lift. “Semoga bapak bisa kembali tepat waktu dan tidak ada masalah lagi kedepannya,” gumam sang asisten entah mengapa dia memiliki firasat buruk. Laksa memasuki restoran jepan yang dulu menjadi favorit Raya setiap kali mereka bertemu. Seorang pelayan memakai pakaian tradisional jepang  menyambut Laksa di depan pintu setelah Laksa mengatakan akan bertemu dengan Raya. “Akhirnya kamu datang juga.” Laksa melirik jam tangannya mengisyaratkan kalau dia

  • Wanita Yang Kau Pilih   175. Ancaman

    Tidak banyak waktu yang tersisa untuk Laksa dalam meyiapkan event besar yang akan diadakan di hotelnya. Tanda tangan kontrak memang sudah dilakukan dan pihak penyelenggara memberikan beberapa syarat yang harus manageman hotel penuhi terkait dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan. Tumpukan dokumen laporan berserakan di meja kerjanya menunggu untuk dikerjakan. Bukan tanpa aasan dia bekerja sekeras ini, dia hanya ingin membuktikan pada semua orang dia bukan hanya beruntung mewarisi semua kekayaan ini, tapi dia juga punya kemampuan untuk membawa kemajuan usaha yang telah dirintis kakeknya dan juga Laksa ingin membuktikan meski dia lahir dari rahim wanita yang gila harta, tapi dia berbeda dengan ibunya. Itu juga salah satu alasan dia akan tetap setia pada istrinyaa, di samping rasa yang mulai tumbuh subur di hatinya. "Maaf, pak. Ada telepon untuk bapak," suara asistennya terdengar dari interkom yang terhubung antar ruangan. "Dari siapa?" Sang asisten terdengar menghela napas

  • Wanita Yang Kau Pilih   174. Tak ada Gading tak Retak

    "Tentu saja , Ma. Aku akan bertajan selama kak Laksa masih menginginkanku dan juga tidak menduakanku," jawab Luna yakin. Sang mama menganggukkan kepala. "Bagus, jawaban itu yang ingin mama dengar, jika kamu masih ingin mempertahankan semuanya kamu harus lawan wanita itu." Sang mama menghela napas sebentar dan meminum air putih di depannya. "Dengar, Nak. Mama memang bukan mama kandung Laksa, tapi mamalah yang merawatnya sejak kecil dan dia bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Dia pernah bilang pada mama akan mempertahankanmu di sisinya jadi jangan pernah menyerah." Luna menangguk, suaminya juga pernah mengatakan hal yang sama. "Kak Laksa juga pernah mengatakannya pada Luna." "Jadi kamu harus percaya Laksa kalau dia tidak aka kembali pada wanita itu, tapi mungkin dia akan membantunya. Sifatnyaa, tapi hanya sebatas itu yang perlu kamu lakukan adalah mencegah mereka untuk taak sering bertemu. " Lun

  • Wanita Yang Kau Pilih   173. Keputusan

    Luna menyadarkan tubuhnya yang terasa lelah luar biasa di kursi penumpang, di sampingnya Laksa menyetir mobil dengan wajah keruh, membuat Luna enggan untuk memulai pembicaraan dengannya. Beberapa saat yang lalu memang Laksa menjemputnya di sanggar saat dia sedang ngobrol dengan Vano di halaman belakang dan tentu saja hanya berdua karena Vira benar-benar tak muncul sampai akhir. "Hhh." Helaan napas panjang dan lelah Luna bahkan tak membuat Laksa menoleh laki-laki itu masih fokus dengan kemudinya. Luna tak tahu apa sebenarnya kesalahannya sehingga Laksa berubah dingin seperti ini. Apa karena Luna menemui mantan kekasih suaminya itu? Atau karena di pergi ke sanggar? Tapi Luna sudah minta Izin dan kalau ternyata Laksa terlambat membukanya itu bukan salahnya kan. Kenapa Laksa marah? "Kakak sudaah makan siang?" tanya Luna mencoba untuk membuka pembicaraan dengan suaminya meski dia sedikit ngeri sendiri dengan sikap Laks

  • Wanita Yang Kau Pilih   172. Pengalihan 2

    "Maaf, kak. Aku kira tidak ada orang," kata Luna tak enak hati. "Masuklah, sudah lama kamu tidak kemari." Luna bimbang di dalam sana hanya ada Vano yang sedang melakukan entah apa, tapi kalau dia langsung pergi rasanya juga tidak sopan bagaimanapun Vano juga orang yang sangat berjasa untuknya. "Apa kabar kak?" sapa Luna sedikit sungkan. Vano mengangkat alisnya dengan senyum mengejek. "Baik. Setidaknya aku tidak menangis hari ini," kata Vano menyebalkan. Luna mengerucutkan bibirnya, Vano masih tetap sama menyebalkanya seperti dulu."Aku tidak menangis." "Percaya." Jawaban yang makin mempertegas kalau laki-laki itu hanya sedang ingin mengejek Luna. "Kakak ngapain di ruangan Vira?" tanya Luna sebal sendiri. "Bumil habis nangis otaknya ikut eror juga. Kamu tidak lupa kan kalau aku pemilik tempat ini dna bisa bebas berada di mana saja yang aku suka." Ish sebel banget Luna dikatain seperti itu, dia yang sudah duduk di sofa langsung bangkit dan melangkah pergi. Lebih baik dia jalan

  • Wanita Yang Kau Pilih   171. Pengalihan

    Luna keluar dari cafe dengan kaki yang bergetar hebat, dia tak pernah suka bertengkar dengan orang lain. Saat akan berkonfrontasi dengan orang lain Luna lebih memilih mengatakan apa yang memang perlu dikatakan lalu pergi begitu saja, tanpa mau menoleh lagi. Terkesan pengecut memang tapi seperti itulah Luna. JIka hari ini dia mampu berkonfrontasi dengan Raya, itu semata-mata karena rasa cemburu yang mendominasi pikirannya. Dia mencintai Laksa dengan tulus dan laki-laki itu juga mengatakan kalau hanya Luna yang akan menjadi masa depannya, meski tanpa ada kata cinta, tapi bagi Luna itu sudah cukup. Dia jadi punya keberanian untuk melawan. "Mbak Luna baik-baik saja?" tanya sopir yang mengantarkan Luna. Dia menatap khawatir menantu majikannya ini. Luna terlihat pucat dan lemas. "Saya baik-baik saja, Pak." Luna memberi senyum sebahai ucapan terima kasih, si bapak membukakan pintu mobil untuknya. "Kita langsung pulang, mbak?" tanya sang sopir. Luna menimbang sejenak, dia tak

  • Wanita Yang Kau Pilih   170. Hanya Masa lalu

    Tanpa menunggu dipersilahkan Luna meanrik kursi dan duduk di sana. Perutnya yang besar memang membuatnya tak betah untuk berdiri terlalu lama. "Mau pesan apa?" tanya Raya yang telah mampu menguasai dirinya. Sepertinya beberapa bulan menjadi istri Laksa membuat wanita lebih berani tak sepolos dan sepengecut dulu. LUna melihat buku menu dan dia langsung menginginkan oreo milkshake dan brownies yang terlihat menggoda di sana. "Kamu cukup berani juga memesan minuman itu padahal tubuhmu sudah gendut," Komentar Raya saat Luna menyebutkan pesanannya. Wah bodyshaming ini. "Sya memang sedang hamil jadi wajar kalau tubuh saya berisi, justru kalau kurus suami saya akan khawatir." "Hati-hati. Laki-laki tidak suka dengan wanita gendut," kata Raya sok menasehati. Luna tersenyum mendengar nasehat 'baik hati' dari mantan kekasih Laksa ini. "Mungkin, Tapi suami saya bilang lebih suka memeluk saya yang lebih berisi d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status