Beranda / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 20. Tempat yang Dikatakan Rumah

Share

20. Tempat yang Dikatakan Rumah

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 20:45:54

Hening dan mencekam.

Itulah yang Luna rasakan saat ini, bahkan naik angkot yang panas dan berdesak-desakan lebih Luna sukai dari pada naik mobil mewah dengan keadaan yang seperti ini.

Laki-laki yang mengemudi di sampingnya bahkan tak mau repot-repot untuk mengajaknya bicara, oh jangankan bicara menoleh saja enggan. Entah untuk alasan apa yang membuat Laksa mau repot-repot untuk menjemputnya sore ini.

Sekali lagi Luna melirik laki-laki di sampingnya, wajahnya datar saja, meski begitu tak mengurangi ketampanan wajahnya yang memang Luna kagumi sejak dulu.

Luna menghela napas dan membuang pandangan ke luar jendela. Laki-laki ini memang sekarang berstatus sebagai suaminya, tapi hubungan mereka bahkan lebih jauh dari pada saat mereka masih berstatus bos dan karyawannya.

Kayak Laksa ingat kamu saja, Lun. Luna sedikit meringis saat ingat fakta kalau Laksa sama sekali tak ingat dirinya saat perjumpaan mereka di pesta itu.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti di
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Wanita Yang Kau Pilih   21. Aku Bukan Pelakor

    Jika di rumah Luna akan diperlakukan seperti kristal es oleh sang ayah, begitu istimewa begitu hati-hati dan penuh kasih, di sini Luna dipaksa untuk menjadi batu karang yang tetap berdiri kokoh meski hempasan air laut setiap hari menerjangnya. Luna masih memandnag laki-laki tua yang kini juga menjadi kakeknya, laki-laki tua yang sejak awal menginginkan Luna untuk menjadi menantu di keluarga ini. “Aku tahu,” jawabnya singkat. Luna sudah menduga, meski sudah tua dan terlihat sakit-sakitan tapi Tuan besar Sanjaya masih memiliki ketajaman pikiran yang tidak bisa diragukan lagi. “Kenapa, bukankah semuanya menuduhku menjebak kak Laksa?” tanya Luna penuh kepahitan. “Jika maksudmu kenapa aku membiarkan pernikahan kalian setelah apa yang terjadi, kamu jelas tahu jawabanku.” Luna menatap tak mengerti pada laki-laki tua di depannya ini, jawaban apa yang dimaksud? “Saya tidak mengerti?” Laki-laki itu tersenyum kecil, tangannya yang keriput mengambil seca

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   22. Apartemen Raya

    “Ternyata kamu sudah bergerak cepat dengan mendekati opa.” Luna menoleh mendengar suara yang sangat mengganggunya akhir-akhir in. Dia berdiri di sana dengan kedua tangan berada di saku celana, begitu tampan tapi juga membawa aura yang berbahaya, sejenak Luna terpaku memandang mahluk indah ciptaan Tuhan itu. “Saya hanya ngobrol dengan opa saja,” jawab Luna tak enak hati, kenapa laki-laki ini selalu berprasangka buruk padanya. “Ikut aku,” kata Laksa lalu melangkah keluar rumah. “Eh, Pak kita mau kemana?” tanya Luna yang kembali memanggil Laksa dengan sebutan pak, entah mengapa lidahnya sulit sekali memanggil Laksa dengan sebutan Kak, padahal tadi dihadapan sang kakek terasa baik-baik saja. Tanpa mempedulikan Luna Laksa berjalan ke arah mobilnya, Luna yang melihat itu buru-buru mengambil kopernya yang tadi dia letakkan di ruang tamu, lalu secepatnya menyusul Laksa. Laki-laki akan membuka pintu mobil saat menya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   23. Malam Romantis

    “Bukankah kamu juga diuntungkan karena menikah denganku, apalagi sebelumnya kita juga sudah dijodohkan.” Untung katanya? Memang apa keuntungan yang dia dapatkan? Harta oh yang benar saja, Luna memang jobless saat ini, tapi dia bukan money digger yang ingin kaya dengan menikahi laki-laki kaya raya meski tanpa cinta.Luna rasanya ingin tertawa saja, laki-laki ini benar-benar sangat percaya diri. “Saya tahu anda laki-laki yang tampan dan kaya raya, tapi pernah menganggap anda adalah anugerah luar biasa yang diciptakan Tuhan, sampai semua wanita menginginkan anda dan bersedia melakukan hal tak bermoral seperti itu.” Luna memandang Laksa dengan tajam, napasnya terengah-engah menahan amarah yang membuncah dalam dadanya. “Aku tidak pernah berpikir begitu, tapi kamu juga jangan munafik kalau banyak orang yang berpendapat begitu dan mungkin kamu salah satunya.” Laksa ikut berdiri dari duduknya. Laki-laki itu lalu mengambil sesuatu di dalam tas yang sejak tadi dia bawa dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   24. Kesenjangan

    Luna hanya bisa duduk diam di atas ranjang yang dia tempati sekarang, malam sudah bergerak semakin menua, rumah besar nan mewah ini juga sudah sepi, tak ada lagi suara para asisten rumah tangga yang sibuk bekerja.Luna memeluk dirinya sendiri dengan posesif. Setelah makan malam romantis yang dia jalani bersama Laksa, laki-laki itu mengajaknya kembali ke rumah ini. Tidak ada acara saling sapa dengan kakek atau orang tua laki-laki itu seperti yang biasa Luna lakukan saat pulang dari suatu tempat, entah bagaimana mereka bisa menjalani hidup begitu dingin satu sama lain. Laksa langsung membawa Luna masuk ke dalam kamarnya, tepatnya sebuah ruangan yang ada di dalam kamar Laksa, dan itu bukan kamar itu. Kamar di mana Luna harus kehilangan semua, Luna masih sangat ingat kamar itu terletak di ujung sana, entah kamar siapa dan mengapa malam itu Laksa meminta Luna membawanya ke sana.Luna belum menanyakannya pada Laksa, atau lebih tepatnya tidak ingin menanyakannya, kejadian

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   25. Bagian dari Sandiwara

    “Opa senang kalian terlihat baik-baik saja dan bahagia,” kata sang opa begitu Laksa dan Luna sudah turun dari kamarnya, sudah rapi dan siap untuk pergi kemanapun yang mereka inginkan. Pagi ini hari pertama Luna akan makan pagi bersama keluarga ini, tidak ada adegan Luna yang harus memasak nasi pagi-pagi, di rumah ini sudah ada pembantu yang menyiapkan semuanya, bukan Luna tak mau membantu mereka, tapi Laksa bilang lebih baik dia segera bersiap jika ingin pergi keluar. Meja makan besar itu hanya diisi oleh sang kakek di ujung meja, ayah Laksa masih di rumah sakit menemani istrinya, Luna sedikit meringis, di rumah ayahnya meja makan hanya diisi dia dan sang ayah tapi meski hanya berdua meja makan selalu heboh, Baik Luna maupun sang ayah tak pernah bosan melemparkan guyonan yang mengundang gelak tawa mereka.Dengan manis Laksa menarik sebuah kursi untuk Luna, dan dengan kikuk gadis itu mengucapkan terima kasih. “Tapi aku rasa baju yang kamu gunakan terlalu rapi kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Wanita Yang Kau Pilih   26. Laki-laki berbahaya

    “Luna syukurlah kamu masih hidup,” Vira memeluk Luna dengan heboh, bahkan beberapa orang yang sedang berada di lobi sampai menoleh pada mereka berdua dengan penasaran. “Apa sih kamu, Vir, ngomongnya gitu banget.” Luna berusaha melepaskan pelukan Vira, kalau dibiarkan temannya yang agak sableng itu bisa memeluknya lama sekali seolah mereka tidak pernah bertemu dalam waktu seabad.Vira memang melepaskan pelukannya tapi sebagai gantinya wanita itu memegang kedua bahu Luna dan memutar-mutar tubuh Luna seolah gadis itu adalah manekin.Setelah yakin Luna baik-baik saja, Vira mengiring Luna ke dalam ruangannya, bahkan dia tak peduli pada orang yang tadi bicara dengannya di lobi sebelum kedatangan Luna. Benar-benar memang anak yang satu ini. Pagi ini Luna memang menyempatkan diri ke sanggar milik Vira, oh salah milik Vano, kakak Vira tepatnya. Dia akan menerima tawaran gadis itu. Sanggar “Kreaso” begitu nama yang tertera di papan nama yang terletak di depan, kegiatan yang dilakukan di sin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   27. Sebuah Tekad

    “Sore nanti kita jenguk mama.” Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Luna. Dari nomer asing yang sama sekali tidak dikenali Luna, tak ada pesan apapun yang menunjukkan nama pengirimnya. “Mungkin orang iseng,” gumamnya pelan. Luna memutuskan mengabaikan pesan itu dan memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya. “Siapa?” tanya Vira saat melihat wajah cemberut Luna.“Entahlah pesan nyasar mungkin nggak ada nama pengirimnya juga.” Vira hanya mengangguk dan berlanjut memberikan data murid-murid yang akan dipegang Luna beberapa hari ke depan. Tak tanggung-tangung Vira memberikan dua puluh orang untuk Luna delapan untuk tari tradisional dan sebagian lagi untuk tari kreasi modern. “Kamu yakin aku mampu pegang sebanyak ini, ini pertama kalinya aku mengajar lho.” Luna memandang temannya dengan tidak yakin, apalagi mereka yang mengikuti kelasnya berada pada range usia yang tidak sama, Luna bukan guru yang pandai mengajar seperti ayahnya, dari dulu dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Wanita Yang Kau Pilih   28. Siapa Hamil?

    Luna tiba di rumahnya sepuluh menit setelah pukul empat sore, dan saat dia memasuki rumah mewah itu mobil Laksa sudah terparkir di halaman. “Oh Tuhan semoga dia tidak marah,” harap Luna dalam hati.“Kak Laksa sudah datang dari tadi, Pak?” tanya Luna basa basi pada satpam yang berjaga di depan gerbang. Dia dibesarkan dengan moral yang baik, jadi tidak mungkin dia mengabaikan orang yang berpapasan dengannya, apalagi mungkin untuk beberapa waktu ke depan dia akan tinggal di rumah ini. Satpam itu terlihat tidak begitu menyukai Luna, terlihat dari gelagatnya yang memicingkan mata dan menatap Luna penuh perhitungan. ‘Kenapa satpam ini melihatku seolah dia mertuku saja, padahal orang tua Laksa saja lebih ramah padaku,” batin Luna. “Sudah dari tadi,” katanya datar. Tak ingin memperpanjang basa basinya yang terasa basi itu Luna masuk kedalam rumah. Dalam hati Luna terus bertanya-tanya, apa yang salah dengan semua pekerja di sini, mereka seakan memusuhiku? A

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16

Bab terbaru

  • Wanita Yang Kau Pilih   180. Fitnah Raya 2

    Laksa kembali melanjutkan pekerjaannya, hari dia memang sengaja pulang lebih lambat karena banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Keberhasilannya tadi menggaet investor membuat semangat kerjanya melambung tinggi, lagi pula dia juga sudah mengirim pesan pada Luna kalau akan pulang terlambat. Ketukan pintu membuatnya mendongak sebentar sebelum berteriak. “Masuk.”Dan sang asisten masuk dengan terburu-buru. “Maaf, Pak. Apa bisa saya pulang lebih dulu. Ibu saya masuk rumah sakit,” katanya dengan wajah khawatir. Laksa mengangkat wajahnya dan tersenyum. “Tentu saja, kamu bisa pulang lebih dulu aku hanya akan menyelesaikan laporan ini.” “Terima kasih, Pak.” “Semoga ibumu baik-baik saja.” Sang asisten menggangguk dan mengaminkan sebelum pamit pergi. Laksa sedikit meregangkan tangannya mengusir rasa kaku karena terlalu lama duduk. Pekerjaannya hampir selesai lagi pula dia sudah berjanji pada Luna ak

  • Wanita Yang Kau Pilih   179. Fitnah Raya

    Laksa duduk dengan punggung tegak. Di depannya seorang laki-laki paruh baya yang rencananya akan melakukan investasi pada salah satu program yang akan diadakan hotelnya. Setelah hampir dibuat gila karena kelakukan mantan pacarnya, Laksa harus memacu mobilnya gila-gilaan untuk mengejar waktu yang sudah sangat mepet, dia bahkan tak peduli dengan umpatan yang dia terima dari pengguna jalan lainnya. Untungnya sang investor juga datang sedikit terlambat, jadi dia masih punya waktu untuk sekedar membaca ulang apa yang akan dia presentasikan nanti, meski dia yakin sudah hapal betul dengan apa yang akan dia katakan nanti tapi dalam keadaan setengah gila karena mantan pacarnya yang lagi-lagi berulah, otaknya bisa melenceng kemana-mana dan Laksa tak mau investor yang telah lama dia incar akan lepas begitu saja karena ketidakprofesionalannya. “Terima kasih bapak sudah bersedia datang,” kata Laksa membuka percakapan dengan basa-basi. “Sama-sama, pak. Saya sangat tertarik dengan beberapa progr

  • Wanita Yang Kau Pilih   178. Yang Kedua 2

    Akhirnya Laksa hanya bisa menanyakan kegiatan sang istri hari ini, tanpa menyatakan dimana dirinya sekarang berada, tapi dia berjanji akan mengatakan semuanya setelah sampai di rumah, banyak hal yang harus mereka bicarakan tapi Laksa butuh suasana yang tenang. Saat seorang perawat memangil keluarga Raya serempak dia dan sang manager restoran berdiri, mereka lalu diarahkan untuk menemui dokter paruh baya yang sangat dikenal Laksa. “Apa anda berdua keluarganya?” “Saya manager restoran tempat ibu Raya pingsan, saya hanya ingin memastikan kalau pingsannya ibu Raya ada sangkut pautnya dengan restoran kami atau tidak.” Sang dokter mengangguk mengerti meski begitu dia melirik pada Laksa yang hanya berdiri diam di depannya. “Saya bisa memastikan  kalau ibu Raya pingsan bukan karena makanan dan minuman yang dia makan tapi karena stress dan tertekan, syukurlah untuk janin yang dia kandung baik-baik saja.” “Jadi dia benar hamil, Dok?”

  • Wanita Yang Kau Pilih   177. Yang Kedua

    Laksa langsung mendekati Raya, dia memang tidak tahu apapun tentang pertolongan pertama pada orang sakit , jadi yang bisa dia lakukan adalah memastikan Raya masih bernapas dengan tangannya yang gemetar. Bagaimanapun Raya pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya dan juga sebagai sesama manusia tentu saja Laksa tak bisa meninggalkannya begitu saja. “Tolong segera kirim ambulance, seorang wanita tiba-tiba pingsan.” Laksa lalu menyebutkan alamat restoran ini. Tak lama kemudian manager restoran tiba-tiba muncul entah siapa yang memberitahunya, tapi kemunculan sang menager berhasil meredam kehebohan yang ada. “Apa yang terjadi, pak?” tanya sang manager ramah dan berusaha tenang meski Laksa tahu ada getar dalam suara laki-laki itu. “Saya juga tidak tahu kami baru saja selesai bicara dan saya sudah akan pergi tapi tiba-tiba saja dia terjatuh,” kata Laksa menjelaskan sesingkat mungkin. Seorang pelayan wanita masuk dan meletakkan

  • Wanita Yang Kau Pilih   176. Ancaman 2

    “Sudahlah yang penting aku menemuinya hanya untuk menyelesaikan masalah saja.” Laksa tak menyadari kalau keputusan yang dia ambil kini akan berdampak besar pada kehidupan pernikahannya kelak. “Aku akan keluar sebentar,” kata Laksa pada asistennya. “Tapi pak jam tiga kita ada pertemuan dengan seorang investor.” “Aku akan  kembali sebelum itu.” Asisten itu terlihat bimbang, tapi tak mungkin dia melarang bosnya apalagi Laksa sudah masuk ke dalam lift. “Semoga bapak bisa kembali tepat waktu dan tidak ada masalah lagi kedepannya,” gumam sang asisten entah mengapa dia memiliki firasat buruk. Laksa memasuki restoran jepan yang dulu menjadi favorit Raya setiap kali mereka bertemu. Seorang pelayan memakai pakaian tradisional jepang  menyambut Laksa di depan pintu setelah Laksa mengatakan akan bertemu dengan Raya. “Akhirnya kamu datang juga.” Laksa melirik jam tangannya mengisyaratkan kalau dia

  • Wanita Yang Kau Pilih   175. Ancaman

    Tidak banyak waktu yang tersisa untuk Laksa dalam meyiapkan event besar yang akan diadakan di hotelnya. Tanda tangan kontrak memang sudah dilakukan dan pihak penyelenggara memberikan beberapa syarat yang harus manageman hotel penuhi terkait dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan. Tumpukan dokumen laporan berserakan di meja kerjanya menunggu untuk dikerjakan. Bukan tanpa aasan dia bekerja sekeras ini, dia hanya ingin membuktikan pada semua orang dia bukan hanya beruntung mewarisi semua kekayaan ini, tapi dia juga punya kemampuan untuk membawa kemajuan usaha yang telah dirintis kakeknya dan juga Laksa ingin membuktikan meski dia lahir dari rahim wanita yang gila harta, tapi dia berbeda dengan ibunya. Itu juga salah satu alasan dia akan tetap setia pada istrinyaa, di samping rasa yang mulai tumbuh subur di hatinya. "Maaf, pak. Ada telepon untuk bapak," suara asistennya terdengar dari interkom yang terhubung antar ruangan. "Dari siapa?" Sang asisten terdengar menghela napas

  • Wanita Yang Kau Pilih   174. Tak ada Gading tak Retak

    "Tentu saja , Ma. Aku akan bertajan selama kak Laksa masih menginginkanku dan juga tidak menduakanku," jawab Luna yakin. Sang mama menganggukkan kepala. "Bagus, jawaban itu yang ingin mama dengar, jika kamu masih ingin mempertahankan semuanya kamu harus lawan wanita itu." Sang mama menghela napas sebentar dan meminum air putih di depannya. "Dengar, Nak. Mama memang bukan mama kandung Laksa, tapi mamalah yang merawatnya sejak kecil dan dia bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Dia pernah bilang pada mama akan mempertahankanmu di sisinya jadi jangan pernah menyerah." Luna menangguk, suaminya juga pernah mengatakan hal yang sama. "Kak Laksa juga pernah mengatakannya pada Luna." "Jadi kamu harus percaya Laksa kalau dia tidak aka kembali pada wanita itu, tapi mungkin dia akan membantunya. Sifatnyaa, tapi hanya sebatas itu yang perlu kamu lakukan adalah mencegah mereka untuk taak sering bertemu. " Lun

  • Wanita Yang Kau Pilih   173. Keputusan

    Luna menyadarkan tubuhnya yang terasa lelah luar biasa di kursi penumpang, di sampingnya Laksa menyetir mobil dengan wajah keruh, membuat Luna enggan untuk memulai pembicaraan dengannya. Beberapa saat yang lalu memang Laksa menjemputnya di sanggar saat dia sedang ngobrol dengan Vano di halaman belakang dan tentu saja hanya berdua karena Vira benar-benar tak muncul sampai akhir. "Hhh." Helaan napas panjang dan lelah Luna bahkan tak membuat Laksa menoleh laki-laki itu masih fokus dengan kemudinya. Luna tak tahu apa sebenarnya kesalahannya sehingga Laksa berubah dingin seperti ini. Apa karena Luna menemui mantan kekasih suaminya itu? Atau karena di pergi ke sanggar? Tapi Luna sudah minta Izin dan kalau ternyata Laksa terlambat membukanya itu bukan salahnya kan. Kenapa Laksa marah? "Kakak sudaah makan siang?" tanya Luna mencoba untuk membuka pembicaraan dengan suaminya meski dia sedikit ngeri sendiri dengan sikap Laks

  • Wanita Yang Kau Pilih   172. Pengalihan 2

    "Maaf, kak. Aku kira tidak ada orang," kata Luna tak enak hati. "Masuklah, sudah lama kamu tidak kemari." Luna bimbang di dalam sana hanya ada Vano yang sedang melakukan entah apa, tapi kalau dia langsung pergi rasanya juga tidak sopan bagaimanapun Vano juga orang yang sangat berjasa untuknya. "Apa kabar kak?" sapa Luna sedikit sungkan. Vano mengangkat alisnya dengan senyum mengejek. "Baik. Setidaknya aku tidak menangis hari ini," kata Vano menyebalkan. Luna mengerucutkan bibirnya, Vano masih tetap sama menyebalkanya seperti dulu."Aku tidak menangis." "Percaya." Jawaban yang makin mempertegas kalau laki-laki itu hanya sedang ingin mengejek Luna. "Kakak ngapain di ruangan Vira?" tanya Luna sebal sendiri. "Bumil habis nangis otaknya ikut eror juga. Kamu tidak lupa kan kalau aku pemilik tempat ini dna bisa bebas berada di mana saja yang aku suka." Ish sebel banget Luna dikatain seperti itu, dia yang sudah duduk di sofa langsung bangkit dan melangkah pergi. Lebih baik dia jalan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status