"Evaan, turunkan aku!! Kau pria berengsek," teriak Iris saat dirinya dibawa paksa oleh Evan.Evan membopong dan memasukkan Iris yang masih terbalut selimut tebal ke dalam jet pribadinya, ia memasukkan tawanannya ke dalam kamar pribadinya dan hanya mengeluarkan kepala Iris dari ujung selimut agar sang gadis bisa bernapas dengan lega."Apa kau tidak lelah setelah hampir satu jam berteriak-teriak?" Ujar Evan sembari mengambil minuman di dalam lemari pendingin mini yang berada tepat di samping ranjang.Evan duduk di kursi sambil menatap Iris yang terus berusaha melepaskan diri dari gulungan selimut yang membuatnya tidak bisa bergerak bagai bayi yang sedang dibedong, rambut cokelat panjangnya yang terurai kini terlihat sangat berantakan bahkan menutupi seluruh wajah cantik yang kini terlihat sedikit menyeramkan sekaligus lucu bagi Evan."Kau pria keparat, berengsek!! Kau mau membawaku kemana?! Cepat, lepaskan selimut sialan ini ... sesak sekali, aku tidak bisa bergerak," maki Iris."Apa ka
"Hentikan, hentikan, Evan!! Aku akan menuruti semua perintahmu tapi tolong hentikan," pinta Iris mengiba."Oke," ucap Evan.Evan merapihkan kembali baju Iris sambil menatap wajah cantik tawanannya yang sedang menahan tangis, hatinya merasa sedikit rasa iba melihat air mata sang gadis akan tetapi ia tidak memiliki cara lain untuk bisa mengancam Iris selain menggunakan ancaman vulgar seperti ini yang ia selalu berhasil menaklukkan kesombongan Iris agar mau melakukan semua perintahnya."Menyingkirlah dari tubuhku," pinta Iris.Evan melepaskan cengkeraman tangannya dari tubuh Iris lalu ia turun dari ranjang, kini ia berdiri tegap sambil menatap tajam wajah Iris denganIris menarik selimut kemudian merangkak ke sudut ranjang, ia menutupi tubuhnya dengan selimut sambil menatap Evan dengan tatapan takut."Nanti seorang pelayan akan datang ke sini untuk mengantarkan baju dan kalau kau berani meminta tolong atau mengambil kesempatan ini untuk kabur maka aku akan memberimu--""Aku mengerti, aku
"Evan!! Iris melarikan diri," seru Peter kencang yang langsung membuyarkan konsentrasi Evan serta semua orang yang berada di dalam ruangan."FUCK!!" Umpat Evan yang langsung berdiri dari tempatnya duduk lalu berlari keluar ruangan mengikuti Peter yang telah terlebih dahulu berlari mengejar Iris.Evan dan Peter berlari ke jalanan diikuti beberapa pengawal di belakang. Sebuah mobil SUV hitam melaju dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan dan menghujani Evan beserta anak buahnya dengan timah panas sehingga sang pimpinan mafia Cosa Nostra itu langsung mengambil pistolnya dari balik bajunya."Peter!! Tangani mereka," titah Evan."Aku mengerti!! Cepat kejar Iris dan aku akan melindungimu ," seru Peter dengan suara kencang, ia bertindak cepat menembaki musuh untuk melindungi Evan yang sedang mengejar Iris."Iris, berhenti!!" Seru Evan.Iris terus berlari tanpa menghiraukan seruan Evan yang mengejarnya dari belakang, napasnya mulai habis dan kakinya sudah tidak bertenaga lagi sehingga ke
"Tidak!! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Iris!!" Ujar Evan.Evan terus meninju jendela kaca hingga tangannya luka dan berdarah, ia tidak perduli dengan apapun karena yang terpenting saat ini adalah ia bisa menyelamatkan tawanan wanitanya yang berada dalam bahaya."Evan!! Ayo pergi dari sini, kita tidak memiliki banyak waktu!! Bom akan meledak," ujar Peter."FUCK!! Persetan dengan bom sialan itu, aku tidak mau nasib Iris berakhir tragis seperti Freya!!" Teriak Evan sambil terus meninju jendela kaca. "Apa yang harus aku lakukan untuk menolong Iris, Freya?" Tanyanya di dalam hati.Evan mengumpulkan seluruh tenaga serta kekuatannya yang ia pusatkan di tangan kanannya, ia menarik napas panjang dan memukul kembali kaca jendela dengan sekuat tenaga karena hanya ini satu-satunya kesempatan terakhir yang ia miliki. 30 detik waktu yang tersisa sebelum bom meledak, jika Evan gagal maka nasib Iris akan berakhir seperti Freya yang mati dengan tubuh yang tidak utuh.PRAAANGG!! Kaca berhasil d
"Sssshh, awwh!!" Iris terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa remuk dan tak henti meringis kesakitan merasakan perih di punggungnya yang terluka.Manik biru bulat indah tampak sibuk memindai seluruh ruangan untuk mencari keberadaan pria kejam yang telah mengurungnya selama beberapa bulan di mansion megah, kamar yang ia tempati kini terasa sunyi dan ia merasa sangat lega karena tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Evan di kamar. Iris bangkit perlahan dari ranjang lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi setelah ia mengunci rapat pintu kamarnya agar Evan atau siapapun tidak bisa masuk ke dalam saat ia sedang mandi.Iris melepas satu per satu pakaian yang menempel di tubuhnya seksinya lalu ia berdiri di bawah guyuran pancuran air shower yang hanya membasahi tubuh bagian depannya saja karena luka di punggungnya masih belum boleh terkena air, tubuhnya yang terasa penat dan sakit berangsur membaik berkat air dingin yang membasahi tubuh moleknya.Iris membasuh wajahnya dan tidak lu
"Aku bisa membuatmu mendesah dengan sangat mudah apalagi membuatmu jatuh cinta," ucap Evan sambil menatap manik biru indah yang masih banjir air mata."Kalian semua mengerikan ... kau, paman Henry dan kak Julian. Kalian semua jahat dan aku sangat membenci kalian," ujar Iris."Iris--""Jangan panggil namaku dengan mulut kotormu, Evan!! Aku sangat membencimu," potong Iris dengan nada suara meninggi, ia membuang muka ke samping karena sudah muak melihat wajah Evan."Aku tahu," ucap Evan. " Aku hanya ingin mengatakan bahwa dunia mafia memang sangat gelap dan kejam, semua orang bisa saling mengkhianati bahkan keluarga sekalipun. Kau dan Freya adalah korban dari kekejaman orang-orang bangsat seperti kami," jelasnya.Evan memegang dagu Iris lalu memutar kepala sang gadis ke arahnya agar ia bisa melihat mata biru yang selalu memancarkan sorot kesedihan serta ketakutan setiap kali ia menatapnya."Sekarang kau sendirian, Iris. Kau tidak memiliki rumah untuk kembali pulang ataupun keluarga yang a
"SHIT!! IRIS!!" Evan kehilangan Iris dan tidak berhasil menyeret tawanannya yang kini telah berhasil keluar dari celah tembok."Simon dan kalian semua berpencar, cari Iris sampai dapat!!" Titah Peter cepat."Baik, Tuan." Simon dan puluhan orang lainnya langsung berlari menuju gerbang belakang mansion yang menuju ke hutan dan mereka juga membawa anjing-anjing pelacak yang terlatih untuk mengejar Iris.Evan marah besar bahkan wajahnya terlihat merah padam dengan rahang yang mengeras, tangannya meremas sepatu flat yang Iris yang berhasil ia raih. "FUCK!! Kenapa bisa ada celah sebesar itu di taman bunga?!" Makinya."Aku tidak tahu, Evan. Nanti akan aku tanyakan kepada penjaga taman," jawab Peter asal."Berengsek!!" Maki Evan sambil membanting sepatu milik Iris ke tanah, ia berjalan cepat menuju ke hutan menyusul anak buahnya yang sudah terlebih dahulu mengejar ke sana.Evan memulai pencariannya dengan menyusuri jalan yang terlihat tidak pernah dilalui manusia, ia berjalan mengikuti feelin
"Selidiki si tua bangka itu, aku ingin tahu apa yang sedang direncanakannya bersama dengan keluarga Fabrisio," titah Julian kepada anak buahnya. "Jalan," titahnya kemudian."Baik, Tuan."Saat mobil Julian hendak berjalan pergi, gerbang rumah kediaman Fabrisio terbuka dan mobil Porche merah berjalan meninggalkan rumah megah. Julian sekilas melihat Stella yang mengendarai mobil mewah tersebut dan ia seketika berubah pikiran."Ikuti mobil itu," titah Julian.Mobil Julian langsung berputar arah mengejar mobil Stella yang melaju dengan kecepatan sedang menuju ke tengah kota."Hadang mobil Porche itu," titah Julian kepada sang sopir."Baik, Tuan."Mobil Cadillac CTS-V melaju kencang mendahului mobil Porche yang dikendarai Stella dan tiba-tiba berhenti dengan posisi melintang menghalangi jalan yang kebetulan sedang sepi, Julian terlihat sangat tenang meski mobil Porche melaju kencang ke arahnya dan tidak mengurangi kecepatan sama sekali hingga ....CKKIIIIIIIIT!! Mobil Porche berhenti tepat