"Jadi, apakah kau mau bekerja sama denganku? Pikirkan baik-baik tawaranku yang pasti akan sangat menguntungkan dirimu," ujar Stella yang terus berusaha untuk meyakinkan Julian."Katakan kepadaku, siapa kau dan bagaimana kau bisa mengenal Iris yang sedang ditawan oleh Evan?" Tanya Julian sambil menatap Stella dengan tatapan selidik.Julian terlihat masih sangat ragu dengan Stella akan tetapi di satu sisi ia membutuhkan bantuan wanita bertubuh seksi itu untuk membebaskan Iris dari cengkeraman musuhnya. Manik hijau Julian terlihat sibuk mengamati Stella dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, kaki mulus nan jenjang yang terekspos sempurna membuat tatapan matanya terpaku lama seperti sedang disihir."Kenapa? Apakah identitasku sangat penting bagimu? Bukankah yang terpenting sekarang ini ada kebebasan adikmu?" Tanya Stella tapi ia tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Julian dan beberapa detik berikutnya ia menyadari kalau lawan bicaranya sedang memandangi kaki, payudara sintalnya serta pa
"Evaan, turunkan aku!! Kau pria berengsek," teriak Iris saat dirinya dibawa paksa oleh Evan.Evan membopong dan memasukkan Iris yang masih terbalut selimut tebal ke dalam jet pribadinya, ia memasukkan tawanannya ke dalam kamar pribadinya dan hanya mengeluarkan kepala Iris dari ujung selimut agar sang gadis bisa bernapas dengan lega."Apa kau tidak lelah setelah hampir satu jam berteriak-teriak?" Ujar Evan sembari mengambil minuman di dalam lemari pendingin mini yang berada tepat di samping ranjang.Evan duduk di kursi sambil menatap Iris yang terus berusaha melepaskan diri dari gulungan selimut yang membuatnya tidak bisa bergerak bagai bayi yang sedang dibedong, rambut cokelat panjangnya yang terurai kini terlihat sangat berantakan bahkan menutupi seluruh wajah cantik yang kini terlihat sedikit menyeramkan sekaligus lucu bagi Evan."Kau pria keparat, berengsek!! Kau mau membawaku kemana?! Cepat, lepaskan selimut sialan ini ... sesak sekali, aku tidak bisa bergerak," maki Iris."Apa ka
"Hentikan, hentikan, Evan!! Aku akan menuruti semua perintahmu tapi tolong hentikan," pinta Iris mengiba."Oke," ucap Evan.Evan merapihkan kembali baju Iris sambil menatap wajah cantik tawanannya yang sedang menahan tangis, hatinya merasa sedikit rasa iba melihat air mata sang gadis akan tetapi ia tidak memiliki cara lain untuk bisa mengancam Iris selain menggunakan ancaman vulgar seperti ini yang ia selalu berhasil menaklukkan kesombongan Iris agar mau melakukan semua perintahnya."Menyingkirlah dari tubuhku," pinta Iris.Evan melepaskan cengkeraman tangannya dari tubuh Iris lalu ia turun dari ranjang, kini ia berdiri tegap sambil menatap tajam wajah Iris denganIris menarik selimut kemudian merangkak ke sudut ranjang, ia menutupi tubuhnya dengan selimut sambil menatap Evan dengan tatapan takut."Nanti seorang pelayan akan datang ke sini untuk mengantarkan baju dan kalau kau berani meminta tolong atau mengambil kesempatan ini untuk kabur maka aku akan memberimu--""Aku mengerti, aku
"Evan!! Iris melarikan diri," seru Peter kencang yang langsung membuyarkan konsentrasi Evan serta semua orang yang berada di dalam ruangan."FUCK!!" Umpat Evan yang langsung berdiri dari tempatnya duduk lalu berlari keluar ruangan mengikuti Peter yang telah terlebih dahulu berlari mengejar Iris.Evan dan Peter berlari ke jalanan diikuti beberapa pengawal di belakang. Sebuah mobil SUV hitam melaju dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan dan menghujani Evan beserta anak buahnya dengan timah panas sehingga sang pimpinan mafia Cosa Nostra itu langsung mengambil pistolnya dari balik bajunya."Peter!! Tangani mereka," titah Evan."Aku mengerti!! Cepat kejar Iris dan aku akan melindungimu ," seru Peter dengan suara kencang, ia bertindak cepat menembaki musuh untuk melindungi Evan yang sedang mengejar Iris."Iris, berhenti!!" Seru Evan.Iris terus berlari tanpa menghiraukan seruan Evan yang mengejarnya dari belakang, napasnya mulai habis dan kakinya sudah tidak bertenaga lagi sehingga ke
"Tidak!! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Iris!!" Ujar Evan.Evan terus meninju jendela kaca hingga tangannya luka dan berdarah, ia tidak perduli dengan apapun karena yang terpenting saat ini adalah ia bisa menyelamatkan tawanan wanitanya yang berada dalam bahaya."Evan!! Ayo pergi dari sini, kita tidak memiliki banyak waktu!! Bom akan meledak," ujar Peter."FUCK!! Persetan dengan bom sialan itu, aku tidak mau nasib Iris berakhir tragis seperti Freya!!" Teriak Evan sambil terus meninju jendela kaca. "Apa yang harus aku lakukan untuk menolong Iris, Freya?" Tanyanya di dalam hati.Evan mengumpulkan seluruh tenaga serta kekuatannya yang ia pusatkan di tangan kanannya, ia menarik napas panjang dan memukul kembali kaca jendela dengan sekuat tenaga karena hanya ini satu-satunya kesempatan terakhir yang ia miliki. 30 detik waktu yang tersisa sebelum bom meledak, jika Evan gagal maka nasib Iris akan berakhir seperti Freya yang mati dengan tubuh yang tidak utuh.PRAAANGG!! Kaca berhasil d
"Sssshh, awwh!!" Iris terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa remuk dan tak henti meringis kesakitan merasakan perih di punggungnya yang terluka.Manik biru bulat indah tampak sibuk memindai seluruh ruangan untuk mencari keberadaan pria kejam yang telah mengurungnya selama beberapa bulan di mansion megah, kamar yang ia tempati kini terasa sunyi dan ia merasa sangat lega karena tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Evan di kamar. Iris bangkit perlahan dari ranjang lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi setelah ia mengunci rapat pintu kamarnya agar Evan atau siapapun tidak bisa masuk ke dalam saat ia sedang mandi.Iris melepas satu per satu pakaian yang menempel di tubuhnya seksinya lalu ia berdiri di bawah guyuran pancuran air shower yang hanya membasahi tubuh bagian depannya saja karena luka di punggungnya masih belum boleh terkena air, tubuhnya yang terasa penat dan sakit berangsur membaik berkat air dingin yang membasahi tubuh moleknya.Iris membasuh wajahnya dan tidak lu
"Aku bisa membuatmu mendesah dengan sangat mudah apalagi membuatmu jatuh cinta," ucap Evan sambil menatap manik biru indah yang masih banjir air mata."Kalian semua mengerikan ... kau, paman Henry dan kak Julian. Kalian semua jahat dan aku sangat membenci kalian," ujar Iris."Iris--""Jangan panggil namaku dengan mulut kotormu, Evan!! Aku sangat membencimu," potong Iris dengan nada suara meninggi, ia membuang muka ke samping karena sudah muak melihat wajah Evan."Aku tahu," ucap Evan. " Aku hanya ingin mengatakan bahwa dunia mafia memang sangat gelap dan kejam, semua orang bisa saling mengkhianati bahkan keluarga sekalipun. Kau dan Freya adalah korban dari kekejaman orang-orang bangsat seperti kami," jelasnya.Evan memegang dagu Iris lalu memutar kepala sang gadis ke arahnya agar ia bisa melihat mata biru yang selalu memancarkan sorot kesedihan serta ketakutan setiap kali ia menatapnya."Sekarang kau sendirian, Iris. Kau tidak memiliki rumah untuk kembali pulang ataupun keluarga yang a
"SHIT!! IRIS!!" Evan kehilangan Iris dan tidak berhasil menyeret tawanannya yang kini telah berhasil keluar dari celah tembok."Simon dan kalian semua berpencar, cari Iris sampai dapat!!" Titah Peter cepat."Baik, Tuan." Simon dan puluhan orang lainnya langsung berlari menuju gerbang belakang mansion yang menuju ke hutan dan mereka juga membawa anjing-anjing pelacak yang terlatih untuk mengejar Iris.Evan marah besar bahkan wajahnya terlihat merah padam dengan rahang yang mengeras, tangannya meremas sepatu flat yang Iris yang berhasil ia raih. "FUCK!! Kenapa bisa ada celah sebesar itu di taman bunga?!" Makinya."Aku tidak tahu, Evan. Nanti akan aku tanyakan kepada penjaga taman," jawab Peter asal."Berengsek!!" Maki Evan sambil membanting sepatu milik Iris ke tanah, ia berjalan cepat menuju ke hutan menyusul anak buahnya yang sudah terlebih dahulu mengejar ke sana.Evan memulai pencariannya dengan menyusuri jalan yang terlihat tidak pernah dilalui manusia, ia berjalan mengikuti feelin
"Aku sudah melamar Zoe, aku ingin hidup tenang dan menghabiskan sisa waktuku bersama dengannya karena itulah aku ingin mengundurkan diri dari dunia mafia," ucap Peter.Evan terkejut dan ia tidak bisa berkata-kata, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Peter akan mengacapkan hal ini kepadanya. Meskipun ia tidak rela kehilangan Peter yang sudah dianggapnya sebagai saudara namun ia juga tidak memiliki hak untuk melarang Peter mencari kebahagiaan sendiri."Baik, aku hormati keputusanmu dan jika kau ingin kembali maka pintu rumahku selalu terbuka untukmu. Jaga Zoe baik-baik dan kau harus sering-sering datang mengunjungiku," ucap Evan."Terima kasih dan maafkan aku," ucap Peter yang kembali memeluk erat Evan.Klan Marchetti kini telah runtuh dan wilayah kekuasaan Evan semakin luas dan kuat setelah merampas semua harta kekayaan Julian. Dan sebagai tanda terima kasih karena sudah membantunya untuk mengalahkan Julian dan Kiyoka, Evan memberikan wilayah kekuasaan Kiyoka kepada Ruben sehingga m
Melihat Evan sudah tidak lagi bergerak Julian berpikir kalau dirinya sudah benar-benar menang dan bisa merebut semua yang menjadi milik Evan baik itu harta, kekuasaan, wilayah dan lain sebagainya. Julian bermimpi kalau dirinya bisa menguasai dunia setelah kematian musuh bebuyutannya hari dan tanpa mau membuang waktu untuk mengecxek kondisi lawannya, ia memutuskan untuk menghentikan peperangan dengan melakukan ikrar."EVAN TELAH MATI!! MULAI DETIK INI JUGA KLAN LUCIANO SUDAH TIDAK ADA LAGI, SEMUA YANG MASIH TERSISA ADALAH MILIKKU, MILIK KLAN MARCHETTI!!" Teriak Julian yang membuat semua orang terhenti.Simon yang tadinya sedang terpojok dan masih semangat untuk melakukan perlawanan sengit tiba-tiba terdiam mematung saat mendengarkan teriakan Julian yang menggema sampai ke seluruh penjuru arah. Simon masih tidak percaya dengan pengumuman yang disampaikan oleh Julian barusan kalau pemimpinnya yang kuat nan perkasa kini telah gugur dan nasibnya sebagai pengawal sang pimpinan Cosa Nostra
Seorang pria tewas dan susul oleh beberapa pria lainnya yang kini mati tertembus peluru, samar-samar suara gelak tawa ditengah deru kebisingan deru suara baling-baling helikopter yang memekakkan telinga."Hey, whatssap, dok!!" Seru Kade sambil memakan wortel dan meniru tokoh kartun Bugs bunny yang membuat Peter dan Iris tercengang."Shit!! Dasar bodoh, kau membuatku kaget saja," gumam Peter yang terkejut sekaligus lega dengan kedatangan Kade yang tepat waktu.Bantuan memang telah datang akan tetapi masalah lain juga ikut datang karena anak buah Kiyoka dan Julian mulai menembaki helikopter dan menyulut emosi Kade yang tanpa pikir panjang langsung menyambar granat lalu melepaskan pin kemudian melemparkannya ke sebuah bangunan kecil yang biasa digunakan untuk gudang penyimpanan senjata.DHUUAAAR!! Bangunan kecil meledak dan helikopter yang ditumpangi Kade terbang meninggi agar tidak terkena dampak ledakan yang bisa menyebabkan masalah pada baling-baling saat serpihan-serpihan bangunan be
Malam tiba, Peter dan beberapa anak buahnya bersembunyi di balik semak-semak yang berada di seberang mansion Marchetti untuk mengintai musuh serta mencari waktu yang tepat untuk menyerang akan tetapi hal aneh terjadi saat mobil-mobil hitam keluar dari gerbang mansion Marchetti termasuk mobil milik Julian."Apa-apaan ini? Mau kemana mereka semua?" Gumam Peter dengan ekspresi wajah yang tampak bingung.Drrtt drrt!! Ponsel salah satu anak buah Peter bergetar menerima sebuah pesan singkat dari mata-mata mereka di dalam mansion."Julian dan Kiyoka pergi menuju ke kediaman Luciano untuk melakukan penyerangan besar-besaran, mansion kosong hanya ada nona Iris yang dijaga 60 bodyguard." Ucap anak buah Peter yang membacakan pesan singkat dari mata-mata mereka."FUCK!! Jadi ... Julian dan Kiyoka bergerak menyerang Evan makanya mereka mengosongkan mansion?! Ini ... kenapa mereka bisa tiba-tiba merubah rencana seperti ini?!" Ujar Peter gusar. "Apakah Evan mengetahui rencana serangan ini?" Ucapnya
"Kata perawat, besok siang aku akan menjalani tes pertamaku dan aku ingin kau berada di sampingku. Aku ingin kau yang menemaniku," ucap Zoe sembari memeluk erat pinggang Peter dari belakang.Tangan Peter yang sedang memegang ponsel merosot dan dengan gerakan jempol yang meraba-raba ia memutuskan sambungan teleponnya dengan Jeremy, mulutnya terkatup rapat tak mampu mengiyakan permintaan Zoe meskipun ia telah berjanji untuk selalu berada di sisi sang model cantik saat sedang menjalani pengobatan."Zoe, ada yang ingin aku katakan kepadamu." Ucap Peter seraya melepaskan tautan tangan Zoe yang melingkar di pinggangnya lalu berbalik ke belakang hingga ia dan Zoe saling berhadapan agar ia bisa berbicara dengan nyaman."Tentang apa?" Tanya Zoe sambil mendongakkan kepalanya agar ia bisa menatap wajah Peter dengan sangat jelas.Ya, meskipun Zoe bertubuh tinggi akan tetapi masih kalah tinggi dengan tubuh Peter makanya setiap kali ia ingin menatap wajah lelaki pujaan hatinya maka ia harus mendong
"Jangan tendang!! Aku sedang hamil, tolong kasihani aku dan janin di dalam perutku, Kak. Aku mohon," pinta Iris sambil menahan kaki kakaknyta dengan menggunakan satu tangan sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk melindungi perutnya agar tidak terkena tendangan kakaknya.Iris reflek mengaku bahwa ia sedang mengandung agar ia bisa melindungi janin yang sedang dikandungnya dari kemarahan sang kakak, mungkin ini terdengar sangat konyol mengingat kakaknya sangatlah membenci pria yang menanamkan benih di rahimnya akan tetapi sekarang ini keadaan sedang mendesak dan ia akan segera mencari cara untuk bisa meloloskan diri dari cengekeraman kakaknya setelah lolos dari siksaan yang ini tentunya."Apa? Hamil ...?!! Apa kau sudah gila, huh?!" Teriak Julian hingga urat-urat di lehernya mencuat ke permukaan kulitnya. "Aku tidak akan membiarkan hal ini!! Janin kotor itu harus mati sebelum hari pernikahanmu dengan Kiyoka," imbuhnya.Mata Julian melotot, wajahnya menjadi merah padam dengan bib
"Jangan sentuh aku, dasar berengsek!!" Seru Iris memaki Kiyoka."Ayolah, Iris. Aku adalah calon suamimu dan aku memiliki hak untuk menikmati tubuhmu sebelum hari pernikahan kita," ucap Kiyoka dengan entengnya.Dengan ekspresi wajah tidak bersalah, Kiyoka kembali melecehkan Iris untuk memuaskan hasratnya saat melihat kemolekan tubuh serta kecantikan paras sang calon istri. Lelaki bertubuh tinggi nan kekar itu melumat bibir lalu kembali melumat kasar puting payudara sintal yang sangat menggugah hasratnya tanpa mau mengindahkan rintihan atau jeritan kesakitan Iris."TOLONG, KAK JULIAN!! KAK JULIAAAN!! TOLONG," teriak Iris sejadi-jadinya.Tak ada pilihan lain bagi Iris selain selain berteriak dan meminta pertolongan kepada sang kakak yang pastinya tidak akan mau membelanya akan tetapi ia tidak mau begitu saja menyerah dan membiarkan tubuhnya dinikmati oleh pria berengsek macam Kiyoka.Terlebih sekarang ini Iris sedang berbadan dua dan ia tidak ingin terjadi hal buruk menimpa janin yang s
"Kiyoka Kudou? Jadi sekarang ini Julian ingin memperkuat dan memperluas kekuasannya dengan cara menikahkan Iris dengan Kiyoka," gumam Peter dengan tangan mengepal kuat."Lalu apa yang akan anda lakukan untuk menebus kesalahan anda kepada tuan Evan?! Anda tidak akan pernah bisa merebut kembali nona Iris sekalipun anda harus mengorbankan nyawa," ketus Simon."TUTUP MULUTMU, SIMON!! Apa kau pikir tuan Peter tidak menderita dengan kejadian ini?!" Hardik Jeremy."Lalu bagaimana dengan tuan Evan?! Apa kau pikir tuan Evan tidak menderita, huh?! Setelah kehilangan nyonya Freya akhirnya tuan Evan bisa sedikit melupakan kesedihannya tapi dia malah menghancurkan kebahagiaan tuan Evan dengan pengkhianatan yang dia lakukan," sengit Simon sambil menunjuk Peter."Dasar kau berengsek!!" Jeremy mendorong dada Simon dengan sangat kasar hingga tubuh rekannya terdorong ke belakang beberapa langkah, ia benar-benar tidak terima dengan penghinaan Simon kepada orang yang sangat ia hormati makanya ia tidak ra
"Jangan lakukan ini lagi, Zoe. Tubuhmu terlalu berharga untuk sia-siakan hanya untuk memuaskan hasrat pria-pria berengsek sepertiku," ucap Peter.Peter menarik tangannya dari payudara Zoe kemudian berjalan mendekati ranjang lalu menarik selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuh seksi yang model cantik yang telanjang bulat. Ia mengangkat tubuh Zoe lalu membawanya ke ranjang dan dengan sangat hati-hati ia merebahkan tubuh Zoe yang masih terbungkus selimut ke ranjang."Kau bukan lagi kupu-kupu malam yang harus menjual tubuhmu untuk membiayai pengobatanmu, Zoe. Kau adalah seorang wanita terhormat dan kau harus berjanji kepadaku untuk tidak lagi menggunakan tubuhmu hanya untuk membayar kebaikanku," ucap Peter seraya mengusap lembut pipi Zoe."Aku tidak sedang membayar kebaikanmu dengan menggunakan tubuhku, aku hanya ingin memberikan tubuhku untuk pria yang aku cintai," ungkap Zoe dengan sorot mata penuh cinta."Zoe ... ada yang harus aku sampaikan kepadamu tentang perasaanku terhadap se