BOOOM!! DHUUAAAARR!! Gudang-gudang senjata serta obat-obatan yang berada di area mansion Fabrisio satu per satu meledak dan percikan api langsung menjalar lalu membakar semua area perkebunan anggur milik pimpinan Al-Capone tersebut.Asap hitam pekat membumbung tinggi ke langit dan mulai membakar semua benda hingga menjadi abu, Fabrisio menggila melihat barang-barang bernilai ratusan juta dollar miliknya telah musnah dalam sekejap mata akibat serangan balasan Evan yang sangat telak."FUUUUUCK!! FUUUCKK!! CEPAT PADAMKAN APINYA," teriak Fabrisio sambil berlari mendekati area gudang. "APA YANG KALIAN LAKUKAN?! CEPAT PADAMKAN APINYA, BODOH!!" Teriaknya kepada anak buahnya.Sementara itu ...."Pemandangan yang sangat indah," gumam Evan sambil tersenyum penuh kepuasan saat melihat api membakar seluruh kebun serta gudang senjata milik Fabrisio dari jendela kaca mobilnya.Ponsel Evan bergetar dan di layar muncul nama Peter sehingga ia langsung menjawabnya.[Evan: Hmm ....Peter: Jangan cuma hm
"Pergilah ke neraka menyusul istri seksimu yang tubuhnya telah diledakkan oleh Julian, berengsek!!""Hahaha!! Hei bodoh!! Bagaimana mereka berdua bisa bertemu di neraka? Tubuh istrinya 'kan hancur berkeping-keping, mungkin si berengsek ini hanya akan menemukan kepala atau satu kaki istrinya saja di neraka," timpal pria lainnya lalu keduanya tertawa terbahak-bahak setelah puas menghina Evan.Darah Evan seketika mendidih dan emosinya tersulut setelah mendengar ejekan anak buah Fabrisio, tenaga yang sudah terkuras habis seketika terisi penuh sehingga ia bisa melakukan perlawanan balik. Evan mengambil pisau lipat dari dalam saku celananya yang ia gunakan untuk melukai tangan pria bertubuh kekar lalu ia menyerang dua anak buah Fabrisio dengan pisau lipatnya dengan menancapkannya ke leher serta dada musuh hingga kedua pria bertubuh kekar akhirnya terjatuh di lantai lalu sekarat."FUCK YOU!! FOCK YOU!! Berani sekali kalian menghina istriku dan memanggilnya dengan panggilan yang menjijikkan,"
"Jadi, apakah kau mau bekerja sama denganku? Pikirkan baik-baik tawaranku yang pasti akan sangat menguntungkan dirimu," ujar Stella yang terus berusaha untuk meyakinkan Julian."Katakan kepadaku, siapa kau dan bagaimana kau bisa mengenal Iris yang sedang ditawan oleh Evan?" Tanya Julian sambil menatap Stella dengan tatapan selidik.Julian terlihat masih sangat ragu dengan Stella akan tetapi di satu sisi ia membutuhkan bantuan wanita bertubuh seksi itu untuk membebaskan Iris dari cengkeraman musuhnya. Manik hijau Julian terlihat sibuk mengamati Stella dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, kaki mulus nan jenjang yang terekspos sempurna membuat tatapan matanya terpaku lama seperti sedang disihir."Kenapa? Apakah identitasku sangat penting bagimu? Bukankah yang terpenting sekarang ini ada kebebasan adikmu?" Tanya Stella tapi ia tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Julian dan beberapa detik berikutnya ia menyadari kalau lawan bicaranya sedang memandangi kaki, payudara sintalnya serta pa
"Evaan, turunkan aku!! Kau pria berengsek," teriak Iris saat dirinya dibawa paksa oleh Evan.Evan membopong dan memasukkan Iris yang masih terbalut selimut tebal ke dalam jet pribadinya, ia memasukkan tawanannya ke dalam kamar pribadinya dan hanya mengeluarkan kepala Iris dari ujung selimut agar sang gadis bisa bernapas dengan lega."Apa kau tidak lelah setelah hampir satu jam berteriak-teriak?" Ujar Evan sembari mengambil minuman di dalam lemari pendingin mini yang berada tepat di samping ranjang.Evan duduk di kursi sambil menatap Iris yang terus berusaha melepaskan diri dari gulungan selimut yang membuatnya tidak bisa bergerak bagai bayi yang sedang dibedong, rambut cokelat panjangnya yang terurai kini terlihat sangat berantakan bahkan menutupi seluruh wajah cantik yang kini terlihat sedikit menyeramkan sekaligus lucu bagi Evan."Kau pria keparat, berengsek!! Kau mau membawaku kemana?! Cepat, lepaskan selimut sialan ini ... sesak sekali, aku tidak bisa bergerak," maki Iris."Apa ka
"Hentikan, hentikan, Evan!! Aku akan menuruti semua perintahmu tapi tolong hentikan," pinta Iris mengiba."Oke," ucap Evan.Evan merapihkan kembali baju Iris sambil menatap wajah cantik tawanannya yang sedang menahan tangis, hatinya merasa sedikit rasa iba melihat air mata sang gadis akan tetapi ia tidak memiliki cara lain untuk bisa mengancam Iris selain menggunakan ancaman vulgar seperti ini yang ia selalu berhasil menaklukkan kesombongan Iris agar mau melakukan semua perintahnya."Menyingkirlah dari tubuhku," pinta Iris.Evan melepaskan cengkeraman tangannya dari tubuh Iris lalu ia turun dari ranjang, kini ia berdiri tegap sambil menatap tajam wajah Iris denganIris menarik selimut kemudian merangkak ke sudut ranjang, ia menutupi tubuhnya dengan selimut sambil menatap Evan dengan tatapan takut."Nanti seorang pelayan akan datang ke sini untuk mengantarkan baju dan kalau kau berani meminta tolong atau mengambil kesempatan ini untuk kabur maka aku akan memberimu--""Aku mengerti, aku
"Evan!! Iris melarikan diri," seru Peter kencang yang langsung membuyarkan konsentrasi Evan serta semua orang yang berada di dalam ruangan."FUCK!!" Umpat Evan yang langsung berdiri dari tempatnya duduk lalu berlari keluar ruangan mengikuti Peter yang telah terlebih dahulu berlari mengejar Iris.Evan dan Peter berlari ke jalanan diikuti beberapa pengawal di belakang. Sebuah mobil SUV hitam melaju dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan dan menghujani Evan beserta anak buahnya dengan timah panas sehingga sang pimpinan mafia Cosa Nostra itu langsung mengambil pistolnya dari balik bajunya."Peter!! Tangani mereka," titah Evan."Aku mengerti!! Cepat kejar Iris dan aku akan melindungimu ," seru Peter dengan suara kencang, ia bertindak cepat menembaki musuh untuk melindungi Evan yang sedang mengejar Iris."Iris, berhenti!!" Seru Evan.Iris terus berlari tanpa menghiraukan seruan Evan yang mengejarnya dari belakang, napasnya mulai habis dan kakinya sudah tidak bertenaga lagi sehingga ke
"Tidak!! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Iris!!" Ujar Evan.Evan terus meninju jendela kaca hingga tangannya luka dan berdarah, ia tidak perduli dengan apapun karena yang terpenting saat ini adalah ia bisa menyelamatkan tawanan wanitanya yang berada dalam bahaya."Evan!! Ayo pergi dari sini, kita tidak memiliki banyak waktu!! Bom akan meledak," ujar Peter."FUCK!! Persetan dengan bom sialan itu, aku tidak mau nasib Iris berakhir tragis seperti Freya!!" Teriak Evan sambil terus meninju jendela kaca. "Apa yang harus aku lakukan untuk menolong Iris, Freya?" Tanyanya di dalam hati.Evan mengumpulkan seluruh tenaga serta kekuatannya yang ia pusatkan di tangan kanannya, ia menarik napas panjang dan memukul kembali kaca jendela dengan sekuat tenaga karena hanya ini satu-satunya kesempatan terakhir yang ia miliki. 30 detik waktu yang tersisa sebelum bom meledak, jika Evan gagal maka nasib Iris akan berakhir seperti Freya yang mati dengan tubuh yang tidak utuh.PRAAANGG!! Kaca berhasil d
"Sssshh, awwh!!" Iris terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa remuk dan tak henti meringis kesakitan merasakan perih di punggungnya yang terluka.Manik biru bulat indah tampak sibuk memindai seluruh ruangan untuk mencari keberadaan pria kejam yang telah mengurungnya selama beberapa bulan di mansion megah, kamar yang ia tempati kini terasa sunyi dan ia merasa sangat lega karena tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Evan di kamar. Iris bangkit perlahan dari ranjang lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi setelah ia mengunci rapat pintu kamarnya agar Evan atau siapapun tidak bisa masuk ke dalam saat ia sedang mandi.Iris melepas satu per satu pakaian yang menempel di tubuhnya seksinya lalu ia berdiri di bawah guyuran pancuran air shower yang hanya membasahi tubuh bagian depannya saja karena luka di punggungnya masih belum boleh terkena air, tubuhnya yang terasa penat dan sakit berangsur membaik berkat air dingin yang membasahi tubuh moleknya.Iris membasuh wajahnya dan tidak lu