Beberapa hari kemudian berlalu dengan tenang. Setiap hari Lan Xiang mengantarkan bunga dan menghabiskan waktu satu atau dua jam bersama Gao Yiyang.
Kadang dia hanya menemani Gao Yiyang bercakap-cakap sambil merangkai dan merawat bunga-bunga di ruangan itu. Dia telah menambahkan beberapa tanaman lagi untuk menghijaukan ruangan tersebut.
Namun tak jarang percakapan mereka berakhir dengan sesi cumbu rayu yang menghanyutkan. Meski begitu baik Lan Xiang maupun Gao Yiyang selalu bisa berhenti di waktu yang tepat.
Pada dasarnya mereka berdua adalah dua makhluk dewasa yang masuk akal. Mereka bukan dua anak muda yang sedang dimabuk asmara. Mereka Lebih tepat disebut partner yang saling memahami.Lan Xiang selalu bisa membuat Gao Yiyang merasa nyaman. Dia teman yang menyenangkan untuk berbincang-bincang dan berdiskusi.
Dia memiliki wawasan yang luas.Terkadang Gao Yiyang akan menemukan ide dan inspirasi setelah berdiskusi dengannya.
Dia juga pendengar yang baik. Mesti semakin dekat, Lan Xiang hampir tidak pernah usil dengan privasi Gao Yiyang. Dia tak pernah menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi.Dia juga tidak bersikap seperti kekasih di depan orang-orang grup Gao. Dia lebih menempatkan diri sebagai mitra kerja. Sehingga hampir tidak ada yang mendeteksi kedekatannya dengan CEO mereka, kecuali Chen dan Nona Lin.
Dua wanita itu adalah staf yang paling dekat dengan CEO. Bahkan mereka berdualah yang mengatur jadwal Gao Yiyang. Tentu saja mereka juga tahu wanita mana yang tengah dekat dengan CEO mereka. Namun kedua wanita itu tak pernah membocorkan apapun pada orang lain. Keduanya fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Nona Lin sangat menghargai sikap Lan xiang. Sebagai sekretaris Gao Yiyang, dia tahu banyak wanita-wanita di sekelilingnya. Sebagian wanita itu akan bersikap arogan setiap datang ke gedung grup Gao. Seakan-akan mereka telah menjadi Nyonya Gao.
Namun Lan Xiang tidak pernah bersikap seperti itu. Dia bersikap seperti biasanya. Meski saat ini, Lan Xiang satu-satunya orang luar yang bisa keluar masuk ruangan Gao Yiyang tanpa hambatan. Bahkan pria itu sudah memberi perintah jajaran sekretarisnya untuk melayani dengan baik Nyonya Lan Xiang.
Sedangkan Chen tak pernah ambil pusing dengan wanita-wanita di sekeliling Gao Yiyang. Tanpa perintahnya, Chen tidak akan mengambil tindakan apa pun.
Namun khusus untuk Lan Xiang, Gao Yiyang telah memerintahkannya untuk menjaga dan mengawasinya. Juga memeriksa latar belakangnya termasuk pernikahannya dengan Qi Feng.Bagi Gao Yiyang sendiri, hubungannya dengan Lan Xiang tidak seperti hubungannya dengan wanita-wanita sebelumnya. Jika bukan hubungan asmara berorientasi seks dan tidak mengikat, maka itu hubungan kerja yang murni berorientasi keuntungan. Gao Yiyang tidak pernah mencampur aduk antara pekerjaan dengan hubungan pribadi. Dia sangat profesional.
Namun dengan Lan Xiang dia mengembangkan hubungan yang berbeda. Dalam diri Lan Xiang dia menemukan sosok kekasih, sahabat sekaligus rekan kerja.
Sementara itu Lan Xiang memiliki pemikiran sendiri mengenai hubungannya dengan cassanova tampan itu. Dia tidak berharap banyak dengan hubungan ini. Dia hanya mengikuti alur dan menikmatinya.Selama periode ini Lan Xiang dan Gao Yiyang belum menghabiskan banyak waktu bersama. Selain setiap pagi, mereka beberapa kali makan malam bersama atau sekedar menikmati masa libur dengan santai.
Namun kebersamaan yang tak terlalu sering itu betul-betul mendekatkan mereka berdua. Mereka selalu menikmati kebersamaan dan mulai saling memahami satu sama lain.
Seperti sore hari ini, Gao Yiyang mengunjungi toko bunga milik Lan Xiang. Dia datang saat toko hampir tutup. Lin Che maupun Duo Duo tidak heran dengan kehadiran pria itu. Mereka mengira itu berkaitan dengan kerjasama toko ini dengan Grup Gao.
Lan Xiang menyambut kedatangannya seperti dia menyambut para pelanggan toko bunganya. Dia mempersilakan Gao Yiyang, yang kali ini tidak ditemani Chen, untuk berkeliling toko dan kebun bunganya.
Pria itu nampak sangat tertarik dengan bunga-bunga koleksi Lan Xiang. Terutama beberapa bunga yang tergolong langka dan cukup sulit perawatannya, seperti anggrek, azalea, anthurium dan aneka bonsai. Selain itu ada beberapa buket bunga bergaya ikebana yang juga menarik perhatiannya.
Hingga menjelang toko tutup, Gao Yiyang tidak berniat untuk segera beranjak. Dia justru duduk dengan santai di kursi yang ada di kebun bunga itu.
Lan Xiang meminta Lin che dan Duo Duo untuk menutup toko seperti biasanya dan menyilakan mereka untuk segera pulang. Keduanya mengangguk setuju dan segera melaksanakan perintahnya.
Kini toko telah sepi. Hanya ada Lan Xiang yang tengah merapikan beberapa berkas. Biasanya setelah toko tutup, Lan xiang akan menghabiskan waktunya untuk menemani Rou'er.
Sementara itu Qi Feng beberapa kali mendatangi toko Lan Xiang untuk menyerahkan sebagian uang dari penjualan rumah mereka. Selain itu ada juga keputusan pengadilan mengenai hak berkunjung Qi Feng atas putri mereka.
Lan Xiang dan Qi Feng sepakat untuk berbagi pengasuhan Rou'er, setelah orangtua Qi Feng menegur sikapnya yang mengabaikan bocah cilik itu. Setiap akhir pekan Qi Feng akan membawa Rou'er tinggal bersamanya.
Begitulah hari-hari berlalu. Semua sepertinya telah berjalan sesuai jalurnya. Seharusnya periode penuh gejolak dalam hidup Lan Xiang telah berakhir.
Namun ada orang-orang tertentu yang justru tidak merasa nyaman dengan hari-hari yang tenang. Ketenangan pun mulai terganggu dengan berbagai insiden.
Sudah dua bulan berlalu dari perceraiannya dengan Qi feng. Setiap akhir pekan Qi feng akan menjemput Rou'er dan membawanya menginap di kediaman keluarga Qi.
Meski sudah berpisah, hubungan Lan xiang dengan keluarga Qi masih sangat baik. Mantan ibu mertuanya adalah seorang wanita yang tidak pernah ikut campur masalah anak-anaknya. Namun dia tidak segan untuk membantu jika mereka dalam kesulitan.
Ketika Lan xiang dan Qi feng memutuskan untuk bercerai, wanita itu mengingatkan mereka untuk tidak mengabaikan perasaan dan masa depan Rou'er. Selama masa kacau dalam rumah tangganya, ibu mertuanya menjadi teman diskusi Lan xiang. Ibu mertuanya selalu mendukung ketenangan Lan xiang, namun disatu sisi dia juga tidak bisa memusuhi putranya.
Meski begitu dia selalu mencoba bersikap adil. Ketika akhirnya mereka berpisah, dia lebih memilih untuk mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya pada Rou'er cucunya.
Dan hari ini Lan xiang dikejutkan dengan kunjungan mantan ibu mertuanya. Wanita itu sedang minum teh dan mengobrol dengan bibi Li, ketika Lan xiang kembali dari gedung grup Gao.
"Bibi Qi kapan kamu datang? Kenapa tidak mengabariku terlebih dahulu? " Lan xiang duduk di depan wanita yang masih terlihat cantik itu.
"Xiang'er aku tidak berani mengganggumu. Kau sudah cukup sibuk mengurus toko juga Rou'er," wanita itu tampak canggung.
"Bibi Qi aku tidak sesibuk itu, aku masih punya banyak waktu bi. Bagaimana kabar paman dan Qi Xuan?" Lan xiang menanyakan kabar mantan ayah mertua dan juga adik iparnya.
"Mereka baik. Xiang'er, bulan depan Qi feng akan menikahi Gao Jingyan," Bibi Qi berbicara dengan hati-hati. Dia takut menyinggung perasaan mantan menantunya itu.
"Itu berita bagus bi. Aku senang mendengarnya meski itu tidak bagus untuk Rou'er," Lan xiang mendesah, entah dia merasa lega atau justru cemas.
Sepertinya pernikahan mantan suaminya dengan Gao Jingyan memiliki dua sisi yang sama tajamnya. Pernikahan itu mungkin akan menjadi awal yang bagus untuk mereka bertiga atau justru akan semakin memperburuk situasi.
"Kau benar, Rou'er masih terlalu kecil untuk mengerti masalah ini. Apalagi Jingyan bersikeras untuk mengundangmu dan Rou'er di pesta pernikahannya," raut wajah bibi Qi terlihat muram.
"Haiya sungguh kekanak-kanakan. Untuk apa dia mengundangku bi." Lan xiang memijit pelipisnya pelan.
"Aku juga merasa seperti itu. Tapi dia memaksa Qi feng untuk mengundangmu untuk membuktikan kalian benar-benar sudah selesai." Bibi Qi terlihat sangat kesal.
"Bukankah aku dan Qi feng memang sudah selesai? Jika mengenai Rou'er tentu berbeda bi. Aku memang mantan istri Qi feng namun Rou'er bukan mantan anak Qi feng tentunya." Lan xiang menggelengkan kepalanya, dia tidak mengerti jalan pemikiran Gao Jingyan.
"Aku juga tidak mengerti. Qi feng sepertinya akan menyetujui setiap permintaan perempuan itu," Bibi Qi menghela nafas, tampak ada banyak keluhan dimatanya.
"Bibi tidak perlu khawatir aku punya cara untuk menghadapinya. Bibi tidak perlu melakukan apapun, anggap saja bibi tidak tahu apa-apa," Lan xiang menenangkan mantan mertuanya.
Bibi Qi mengangguk setuju. Dia tahu kepribadian mantan menantunya ini. Tenang dan terkendali. Terkadang dia menyesali keputusan putranya untuk menceraikan Lan xiang.
Mereka berbincang-bincang sampai sore. Bibi Qi pulang tanpa diantar Lan xiang. Wanita itu tidak mau merepotkannya. Lan xiang pun tidak memaksanya.
Setelah kepulangan bibi Qi, Lan xiang kembali meneruskan kesibukannya mengurus toko bunganya. Akhir-akhir ini tokonya mulai ramai seperti dulu lagi.
Pagi ini seperti biasa, Lan xiang mengantarkan bunga untuk Gao Yiyang. Saat tiba di lobi, dia dihentikan seseorang yang tidak ingin dia temui."Lan jiejie kebetulan kita bertemu disini," Gao Jingyan menyapanya dengan ramah. Gadis itu mengulurkan sesuatu padanya."Lan jiejie ini undangan pernikahanku dengan Qi feng. Aku harap anda dan Rou 'er bisa hadir dalam pesta pernikahan kami."Gao Jingyan tampak begitu bahagia saat memberikan undangan itu. Apalagi dia melihat ekspresi tidak senang diwajah Lan Xiang."Nona Gao anda sepertinya senang sekali bercanda. Saya dan Rou'er sudah pasti tidak akan menghadiri pesta pernikahan anda. Anda tidak perlu repot-repot mengundang kami."Lan xiang tidak menerima undangan itu. Dia berniat untuk mengabaikan Gao Jingyan dan meneruskan langkahnya menuju lantai atas.Namun Gao Jingyan tidak berniat melepaskannya. Sepertinya gadis itu bertekat untuk membuatnya menerima undangan dan hadir di
Sementara itu setelah membawa Gao Jingyan kembali ke ruangannya, Qi Feng pun kembali ke ruangannya sendiri. Qi Feng merasa ada yang salah dalam hubungan asmaranya dengan Gao Jingyan.Entah mengapa dia merasakan kebosanan dan hambar. Belum lagi sikap manja dan arogannya kerap membuat Qi Feng sakit kepala.Kejadian hari ini membuat Qi Feng sadar perbedaan besar diantara Gao Jingyan dan Lan Xiang.Harus dia akui Gao Jingyan memang masih muda, cantik, seksi juga kaya. Namun semakin lama bersama gadis itu dia semakin merasa biasa-biasa saja.Sementara Lan Xiang adalah seorang wanita dewasa yang matang dan tenang. Dan pastinya Qi Feng juga pernah menikmati kemudaan bahkan keremajaan Lan Xiang.Mereka saling mengenal semenjak sekolah menengah dan menjalin hubungan saat di universitas. Mereka dianggap sebagai pasangan emas yang sangat serasi.Pernikahan mereka murni berdasarkan cinta. Selama enam tahun pernikahan, mereka hamp
Qi Feng dan Gao Jingyan meninggalkan ruangan itu dengan pikiran yang berantakan. Gao Jingyan jelas mengkhawatirkan rencana pesta pernikahannya dan juga masa depannya.Tanpa nama keluarga Gao melekat pada namanya dia bukanlah apa-apa dan juga bukan siapa-siapa. Dia tidak mengerti bagaimana bisa ibunya terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan ini. Dia mengira ibunya telah mengamankan posisinya di hati Gao Zhuang maupun di tengah keluarga Gao.Sedangkan Qi Feng juga tengah berkutat dengan banyak hal yang berkecamuk dalam hatinya. Dia tidak mengira skandalnya dengan Gao Jingyan hampir membuatnya terjebak dalam masalah yang tak ada hentinya.Pada mulanya dia hanya menganggap hubungannya dengan gadis itu sebagai intermezo saja. Namun pada akhirnya dia terlibat semakin dalam dan semakin sulit untuk melepaskan diri.Qi Feng mendesah pelan. Ditatapnya gadis yang berdiri di sebelahnya dengan linglung. Mer
Gao Ling mengajak Gao Yiyang untuk makan siang di salah satu restoran favorit mereka. Bukan termasuk restoran mahal yang menjadi langganan kaum kaya seperti umumnya.Hanya sebuah restoran kecil yang menyajikan berbagai jenis dimsum dan makanan tradisional lainnya. Meski begitu hidangan di restoran ini terkenal dengan kelezatan dan autentiknya. Mengingatkan masakan dari kota asal mereka. Itulah sebabnya mereka berlangganan di restoran kecil ini meski bukan restoran mewah."Gege, akhir-akhir ini Jingyan kerap menjadi berita utama di media massa, terutama media sosial," Gao Ling membuka percakapan disela-sela menikmati makan siangnya."Ehhmm, begitukah? Aku kurang memperhatikan gosip murahan semacam itu," Gao Yiyang menjawab asal-asalan pertanyaan sepupunya itu."Ya, dia sepertinya memanfaatkan media sosial untuk membangun citranya, dan dia bekerja keras untuk itu," Gao Ling tersenyum penuh arti."Citra? Citra seperti apa yang diharapkan dari seorang
Semenjak ditegur kakak tirinya, Gao Jingyan tidak berulah lagi. Dia juga tidak pernah mengganggu Lan Xiang seperti biasanya. Dan media sosialnya pun tidak lagi dipenuhi dengan aneka status yang biasanya selalu terupdate setiap beberapa jam."Ibu apakah benar yang dikatakan Yang Gege?" Kini gadis cantik itu tengah duduk berhadapan dengan Nyonya Gao, ibunya, di depan meja makan selepas menghabiskan sarapan mereka."Jingyan, ibu rasa itu hanya bualan Yang'er saja. Ayahmu tidak pernah berkata seperti itu," Nyonya Gao menghibur putrinya."Tapi ibu, tidak mungkin Yang Gege berani berucap seperti itu padaku jika memang tidak ada penyebabnya." Kembali rasa cemas menghinggapi hati Gao Jingyan."Tentu saja dia berusaha menekanmu. Dia memang tidak menyukai kita," Nyonya Gao berkata dengan tenang.Perempuan paruh baya itu tahu benar kebencian putra tirinya itu terhadap mereka berdua. Tak dipungkirinya, ada sedikit takut dan cemas akan masa depan mereka jika Ga
Lan Xiang gemetar menatap surat di tangannya. Dia tak percaya setelah membaca isi surat itu. Surat keputusan pengadilan. Surat perceraian dari Qi Feng suaminya. Dia bisa menerima perceraian itu. Namun, dia tidak percaya suaminya menjual rumah tempat tinggal mereka dan mengharuskannya keluar dari rumah saat ini juga. Dia tidak bisa menolak atau mengulur waktu lagi. Meski sakit hati, bingung dan marah, Lan Xiang memutuskan untuk segera berkemas. Dengan dibantu putrinya, Qi Rou, dia mengemas barang-barang dan membawanya ke mobil bak terbuka. "Ibu, kita mau ke mana? Rou'er tidak mau pergi, aku mau Ayah." Putrinya merengek kebingungan. Dia hanya bocah berumur lima tahun. Dia tidak mengerti yang sedang terjadi. Lan Xiang hanya bisa membujuknya dengan lembut agar anak itu berhenti menangis. "Rou'er, kita harus pindah. Mulai hari ini kita tidak akan tinggal di sini, juga tidak tinggal bersama ayah." Lan Xiang berjongkok di depan putrinya dan membujuknya dengan lembut. "Kenapa ibu? apakah
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Lan Xiang terbangun. Dia langsung mengurusi bunga-bunga di tokonya. Selain bunga potong, yang setiap tiga hari sekali didatangkan dari perkebunan bunga langganannya, ada juga bunga hidup di tokonya. Karena itu tokonya memiliki lahan yang cukup luas. Di belakang toko ada kebun dan juga rumah kaca. Ada banyak bunga koleksinya. Dari bunga yang umum tumbuh di daerah itu sampai bunga langka dan bunga dari luar negeri ada di toko bunganya. Semua terawat dan terlihat indah. Itu sebabnya banyak pelanggan yang setia pada toko ini. Meski relatif lebih mahal, tapi bunga di toko ini memang berkualitas bagus. Selain itu Lan Xiang tak pernah pelit berbagi tip dalam merawat bunga. Pagi ini Lan Xiang merapikan toko dan menyiapkan beberapa rangkaian bunga pesanan pelanggan terlebih dahulu. Dia memiliki bakat alami dalam merangkai bunga, selain itu dia juga kursus untuk mendalami seni ikebana dan merangkai bunga klasik cina. Setelah itu dia melanjutkan dengan meraw
Setelah Chen meninggalkan toko, Lan Xiang mulai merangkai buket untuk pesanan wanita tadi. Dia merangkai bunga lily of valley, dan beberapa bunga lain disertai beberapa ranting.Dia tidak tahu selera Tuan Muda Gao, namun yang pasti dia adalah pria. Jadi Lan Xiang memutuskan merangkainya dengan gaya minimalis dengan sentuhan maskulin namun indah.Lan Xiang mencurahkan kemampuannya untuk merangkai bunga pesanan Tuan Muda Gao. Entah mengapa dia ingin memberikan perhatian lebih pada buket bunga itu.Mungkin itu terpengaruh dengan perceraiannya dengan Qi Feng. Dia ingin menghibur dirinya sendiri dengan merangkai bunga yang benar-benar sesuai untuk Tuan Muda Gao. Bukankah pria itu adalah calon kakak ipar mantan suaminya?Lan Xiang tersenyum, "Qi Feng dan Gao Jingyan, anda belum tahu sisi liarku bukan? Mari kita lihat apakah kalian bisa menghentikan keliaranku?" Ada sekilas dingin di senyuman indahnya.
Semenjak ditegur kakak tirinya, Gao Jingyan tidak berulah lagi. Dia juga tidak pernah mengganggu Lan Xiang seperti biasanya. Dan media sosialnya pun tidak lagi dipenuhi dengan aneka status yang biasanya selalu terupdate setiap beberapa jam."Ibu apakah benar yang dikatakan Yang Gege?" Kini gadis cantik itu tengah duduk berhadapan dengan Nyonya Gao, ibunya, di depan meja makan selepas menghabiskan sarapan mereka."Jingyan, ibu rasa itu hanya bualan Yang'er saja. Ayahmu tidak pernah berkata seperti itu," Nyonya Gao menghibur putrinya."Tapi ibu, tidak mungkin Yang Gege berani berucap seperti itu padaku jika memang tidak ada penyebabnya." Kembali rasa cemas menghinggapi hati Gao Jingyan."Tentu saja dia berusaha menekanmu. Dia memang tidak menyukai kita," Nyonya Gao berkata dengan tenang.Perempuan paruh baya itu tahu benar kebencian putra tirinya itu terhadap mereka berdua. Tak dipungkirinya, ada sedikit takut dan cemas akan masa depan mereka jika Ga
Gao Ling mengajak Gao Yiyang untuk makan siang di salah satu restoran favorit mereka. Bukan termasuk restoran mahal yang menjadi langganan kaum kaya seperti umumnya.Hanya sebuah restoran kecil yang menyajikan berbagai jenis dimsum dan makanan tradisional lainnya. Meski begitu hidangan di restoran ini terkenal dengan kelezatan dan autentiknya. Mengingatkan masakan dari kota asal mereka. Itulah sebabnya mereka berlangganan di restoran kecil ini meski bukan restoran mewah."Gege, akhir-akhir ini Jingyan kerap menjadi berita utama di media massa, terutama media sosial," Gao Ling membuka percakapan disela-sela menikmati makan siangnya."Ehhmm, begitukah? Aku kurang memperhatikan gosip murahan semacam itu," Gao Yiyang menjawab asal-asalan pertanyaan sepupunya itu."Ya, dia sepertinya memanfaatkan media sosial untuk membangun citranya, dan dia bekerja keras untuk itu," Gao Ling tersenyum penuh arti."Citra? Citra seperti apa yang diharapkan dari seorang
Qi Feng dan Gao Jingyan meninggalkan ruangan itu dengan pikiran yang berantakan. Gao Jingyan jelas mengkhawatirkan rencana pesta pernikahannya dan juga masa depannya.Tanpa nama keluarga Gao melekat pada namanya dia bukanlah apa-apa dan juga bukan siapa-siapa. Dia tidak mengerti bagaimana bisa ibunya terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan ini. Dia mengira ibunya telah mengamankan posisinya di hati Gao Zhuang maupun di tengah keluarga Gao.Sedangkan Qi Feng juga tengah berkutat dengan banyak hal yang berkecamuk dalam hatinya. Dia tidak mengira skandalnya dengan Gao Jingyan hampir membuatnya terjebak dalam masalah yang tak ada hentinya.Pada mulanya dia hanya menganggap hubungannya dengan gadis itu sebagai intermezo saja. Namun pada akhirnya dia terlibat semakin dalam dan semakin sulit untuk melepaskan diri.Qi Feng mendesah pelan. Ditatapnya gadis yang berdiri di sebelahnya dengan linglung. Mer
Sementara itu setelah membawa Gao Jingyan kembali ke ruangannya, Qi Feng pun kembali ke ruangannya sendiri. Qi Feng merasa ada yang salah dalam hubungan asmaranya dengan Gao Jingyan.Entah mengapa dia merasakan kebosanan dan hambar. Belum lagi sikap manja dan arogannya kerap membuat Qi Feng sakit kepala.Kejadian hari ini membuat Qi Feng sadar perbedaan besar diantara Gao Jingyan dan Lan Xiang.Harus dia akui Gao Jingyan memang masih muda, cantik, seksi juga kaya. Namun semakin lama bersama gadis itu dia semakin merasa biasa-biasa saja.Sementara Lan Xiang adalah seorang wanita dewasa yang matang dan tenang. Dan pastinya Qi Feng juga pernah menikmati kemudaan bahkan keremajaan Lan Xiang.Mereka saling mengenal semenjak sekolah menengah dan menjalin hubungan saat di universitas. Mereka dianggap sebagai pasangan emas yang sangat serasi.Pernikahan mereka murni berdasarkan cinta. Selama enam tahun pernikahan, mereka hamp
Pagi ini seperti biasa, Lan xiang mengantarkan bunga untuk Gao Yiyang. Saat tiba di lobi, dia dihentikan seseorang yang tidak ingin dia temui."Lan jiejie kebetulan kita bertemu disini," Gao Jingyan menyapanya dengan ramah. Gadis itu mengulurkan sesuatu padanya."Lan jiejie ini undangan pernikahanku dengan Qi feng. Aku harap anda dan Rou 'er bisa hadir dalam pesta pernikahan kami."Gao Jingyan tampak begitu bahagia saat memberikan undangan itu. Apalagi dia melihat ekspresi tidak senang diwajah Lan Xiang."Nona Gao anda sepertinya senang sekali bercanda. Saya dan Rou'er sudah pasti tidak akan menghadiri pesta pernikahan anda. Anda tidak perlu repot-repot mengundang kami."Lan xiang tidak menerima undangan itu. Dia berniat untuk mengabaikan Gao Jingyan dan meneruskan langkahnya menuju lantai atas.Namun Gao Jingyan tidak berniat melepaskannya. Sepertinya gadis itu bertekat untuk membuatnya menerima undangan dan hadir di
Beberapa hari kemudian berlalu dengan tenang. Setiap hari Lan Xiang mengantarkan bunga dan menghabiskan waktu satu atau dua jam bersama Gao Yiyang.Kadang dia hanya menemani Gao Yiyang bercakap-cakap sambil merangkai dan merawat bunga-bunga di ruangan itu. Dia telah menambahkan beberapa tanaman lagi untuk menghijaukan ruangan tersebut.Namun tak jarang percakapan mereka berakhir dengan sesi cumbu rayu yang menghanyutkan. Meski begitu baik Lan Xiang maupun Gao Yiyang selalu bisa berhenti di waktu yang tepat.Pada dasarnya mereka berdua adalah dua makhluk dewasa yang masuk akal. Mereka bukan dua anak muda yang sedang dimabuk asmara. Mereka Lebih tepat disebut partner yang saling memahami.Lan Xiang selalu bisa membuat Gao Yiyang merasa nyaman. Dia teman yang menyenangkan untuk berbincang-bincang dan berdiskusi.Dia memiliki wawasan yang luas.Terkadang Gao Yiyang akan menemukan ide dan i
Keesokan harinya, seperti biasanya Lan Xiang merawat bunga dan merapikan tokonya. Kemudian dia menyiapkan sarapan.Setelah para karyawannya datang, dia mengajak mereka sarapan dan membicarakan beberapa hal mengenai kondisi toko mereka.Karena sempat kehilangan beberapa klien besar mereka, Lan Xiang sempat mengurangi pemesanan bunga potong dari para petani bunga. Namun kini dia harus menambah pasokan untuk memenuhi permintaan dari Gao grup.Dia memerintahkan Lin Che untuk menghubungi petani bunga yang telah menjadi rekanan mereka sejak lama. Sedangkan Duo Duo dimintanya untuk menghubungi beberapa orang di grup Gao yang berhubungan dengan pemesanan bunga untuk penjadwalan pengantaran bunga. Dan dia juga meminta Duo Duo memanggil kembali karyawan serabutan mereka untuk bekerja Lagi.Lan Xiang sempat hampir menutup tokonya, ketika Gao Jingyan memutuskan kontrak grup Gao dengan tokonya. Dia hampir kehilangan toko yang merupakan warisan dari orangtuanya. Kalau
Toko bunga tutup pukul lima sore. Kecuali ada pesanan yang harus mereka selesaikan, mereka akan tutup lebih malam.Setelah toko tutup, Lan Xiang memutuskan untuk mempelajari kontrak kerja yang baru dengan Gao grup. Kontrak itu mirip dengan yang lama, hanya ada beberapa perubahan yang disesuaikan seperti nominal harga bunga dan hal-hal yang dapat memutuskan atau membatalkan kontrak.Salah satunya adalah jika ada kelalaian atau unsur penipuan yang dapat mengakibatkan kerugian di salah satu atau kedua pihak. Di kontrak itu juga tercantum pemutusan atau pembatalan kontrak harus sepengetahuan CEO Gao grup dan Lan Xiang sebagai pemilik toko.Lan Xiang puas membaca kontrak itu. Adil dan menguntungkan dua belah pihak. Kontrak itu sangat berarti bagi Lan Xiang. Karena Violet Florist & garden akan memasok kebutuhan bunga untuk gedung perkantoran, event, pesta dan gala dinner, hotel, villa dan resort, serta rumah
Begitu keluar, dia disambut tatapan kebencian Gao Jingyan. Sementara Qi Feng mengerutkan kening menatapnya. Namun Lan Xiang mengabaikannya.Mereka berdua masuk ke dalam ruangan CEO. Sedangkan Lan Xiang yang hendak meninggalkan tempat itu dihentikan Chen."Nyonya Lan ini kontrak kerja yang baru, silakan anda pelajari. Jika ada yang kurang dimengerti, anda bisa menghubungi saya." Chen mengulurkan sebuah map padanya dan Lan Xiang menerimanya dengan senang."Terimakasih. Nyonya Chen anda sudah lama bekerja bersama Tuan Muda Gao bukan?" Lan Xiang bertanya dengan santai pada asisten Gao Yiyang itu."Betul Nyonya Lan. Apakah ada masalah?" Chen terlihat bingung dengan pertanyaannya."Apakah dia pernah menawari seorang wanita untuk menjadi wanitanya?" Lan Xiang berbisik di telinga Chen."Itu …. Setahu saya tidak pernah. Apakah anda ditawari oleh Tuan Muda Gao?" tanpa