Beranda / Pernikahan / Wanita Simpanan CEO / [43] Kembali ke Rumah

Share

[43] Kembali ke Rumah

Penulis: Kim Meili
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-03 19:14:00

“Bisa kamu pulang ke rumah, James?”

James yang mendengar hal itu pun langsung mendesah kasar. Beberapa hari ini mamanya terus saja menyuruhnya untuk pulang, tetapi selalu ditolak. Pasalnya dia yakin kalau sang mama pasti memiliki rencana lain untuk mendekatkannya dengan Deolinda. Padahal sudah berulang kali dia mengatakan bahwa dia enggan bersama Deolinda. Meski wanita itu adalah istri sahnya id mata hukum dan agama, tetap saja James enggan bersama. Dia melakukan pernikahan itu hanya karena keluarga yang memaksa.

“James, kenapa diam?”

James yang mendengar teguran itu pun langsung menyahut, “Aku tidak bisa, Ma. Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”

“Pekerjaan? Kamu yakin pekerjaan? Bukan karena wanita murahan itu yang melarang?”

Seketika, James mengeraskan rahang. Tangannya mengepal, menunjukkan otot tangan yang begitu jelas. Qiana bukanlah wanita murahan. Dia adalah istri sah James, meski hanya diakui secara agama. Selain itu, Q
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Simpanan CEO   [44] Qiana Terluka

    “Kamu sudah awasi Qiana, Tomy?” Tomy yang tengah mengemudi pun menganggukkan kepala dan menjawab, “Iya, Tuan. Nona Qiana hanya bertemu dengannya di cafe dan kembali ke rumah sahabatnya itu. Saya juga sudah mengutus salah satu anak buah kita untuk memantau.” James yang mendengar hal itu pun merasa tenang. Setidaknya, masih ada yang menjaga Qiana meski bukan dirinya. Sebenarnya tidak akan ada musuh yang menyerang Qiana, tetapi James cukup takut kalau mamanya dan Deolinda yang akan berulah. Pasalnya hanya kedua orang itu yang memiliki masalah dengan Qiana. Hening. Suasana di dalam mobil kembali sunyi. James hanya sibuk dengan pikirannya. Dia masih mencoba mencari cara untuk meyakinkan sang mama agar bisa menerima Qiana. Bagaimana Qiana adalah istrinya. Anak di kandungannya juga anaknya. Sama seperti Deolinda yang begitu diterima, James pun mau mamanya menerima dan menyayangi Qiana. Tapi bagaimana caranya? “Tuan, ada yang mengganggu pikiran anda?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita Simpanan CEO   [45] Aku Suamimu, Qiana!

    “Haaaah!” Deolinda yang kembali frustasi pun langsung memecahkan barang di atas meja. Air matanya mengalir dengan begitu deras karena James yang tidak jadi ke rumah sang mama. Padahal jelas-jelas pria itu sudah sampai dan tinggal masuk saja, tetapi semua gagal. Beberapa menit yang lalu, James menghubungi sang mama, mengatakan tidak jadi datang karena Qiana yang masuk rumah sakit. Deolinda menarik napas dalam dan membuang perlahan. Sebisa mungkin, dia ingin meredam emosinya, tetapi setiap kali mengingat apa yang James lakukan, rasa benci dan dendamnya langsung membara. Dia tidak terima jika Qiana yang mendapat perhatian dari James. Apa semua ini karena anak di kandungan Qiana? Deolinda yang berpikir demikian pun langsung tersenyum sinis. Rencana jahat mulai terpikir dalam otaknya. Sampai ketukan pintu terdengar, membuat Deolinda mengalihkan pandangan. Itu pasti Mama. Deolinda yang sudah cukup tahu pun langsung duduk di lantai dan menundukkan kepala.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita Simpanan CEO   [46] Cari Tahu Pelakunya

    Hening. James hanya diam, duduk bersebelahan dengan Qiana. Hari ini wanita itu sudah bisa dibawa pulang karena tidak ada luka yang serius. Meski sebelumnya darah mengalir cukup deras, tetapi hal itu tidak menimbulkan luka dalam. James sendiri merasa aneh, kenapa ada orang yang berusaha mencelakai Qiana? Apa ini ulah Mama da Deolinda? Namun, James segera mengusir pikiran itu. Tidak mungkin mamanya melakukan hal semacam itu. Pasalnya meski sang mama membenci Qiana, tetap saja dia masih memiliki hati nurani. Tidak mungkin rasanya kalau menyuruh orang untuk melakukan tindak kriminal. Selain itu, kenapa sang pelaku hanya menyerempet tangan saja? Padahal mereka bisa saja menusuk Qiana di bagian yang lain. “Qiana, kamu memiliki musuh?” tanya James tiba-tiba. Qiana yang mendengar pun mengalihkan pandangan, menatap ke arah James dengan kening berkerut dalam. Dia malah menjawab dengan sinis, “Aku itu bukan kamu yang memiliki banyak musuh, James.” Mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Wanita Simpanan CEO   [47] Sekretaris Tidak Diharapkan

    “Mulai hari ini, kalau kamu pergi kemana saja, aku akan suruh pengawal untuk mengawasi, Qiana.” Qiana yang mendengar ucapan James pun hanya diam dengan mulut yang terus mengunyah. Dia masih duduk di ranjang dengan James yang setia menyuapi. Entah kenapa, pria itu begitu perhatian dengannya. Qiana bahkan berpikir, apakah perhatian itu karena dia yang mengandung anaknya? Atau memang dia begitu perhatian karena Qiana istrinya? “Qiana, kamu mendengarku?” tanya James dan langsung dijawab gumaman dari arah Qiana. James yang melihat tingkah Qiana pun hanya diam. Dia sudah mulia terbiasa menghadapi sikap cuek sang istri yang selalu menguji kesabarannya. Terkadang Qiana bersifat membangkang, tetapi terkadang menurut dengan keterpaksaan. Sedangkan saat ini, Qiana seperti tidak peduli. Berapa kali James menyuapi Qiana, tetap saja wanita itu tidak melakukan protes. Sampai di suapan terakhir, James semakin memperhatikan dalam. Cantik. Itulah kata pertama yang mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Wanita Simpanan CEO   [48] Apa yang Sedang Direncanakan?

    “Sebenarnya apa yang Mama dan Deolinda rencanakan?” Itulah pertanyaan yang meluncur dari mulut James. Dia sudah mengajak sang mama masuk ke ruangan, tetapi membiarkan Deolinda di depan. Meski dia membenci Deolinda, tetapi percakapannya kali ini James hanya ingin empat mata saja. Ishana yang ditanya pun dengan santau menjawab, “Tidak ada yang direncanakan, James. Mama hanya ingin Deolinda membantu kamu saja.” James langsung menaikkan sebelah bibir dan menatap sinis. Dia berkata, “Mama pikir aku percaya?” Ya, James tidak percaya sedikit pun. Sejak dia menikah dengan Qiana, mamanya selalu berusaha mendekatkannya dengan Deolinda. James akui, Deolinda adalah istri pertamanya, tetapi James tidak memiliki perasaan apa pun. Kalau bukan masalah perjodohan, dia juga pasti akan menolak. Pasalnya Deolinda sudah menorehkan luka yang begitu dalam padanya. Meski kedua orang tuanya memaklumi dan bisa memaafkan, tetapi James tidak sama sekali. “Katakan deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Wanita Simpanan CEO   [49] Tamu Tidak Diundang

    Qiana mendesah kasar dan membuang ponsel ke sembarang arah. Hari ini dia cukup bosan karena terus di rumah. James melarangnya untuk keluar rumah. Sebenarnya tidak melarang juga, tetapi pria itu mengatakan harus membawa pengawal yang membuat Qiana memutuskan untuk tidak keluar sama sekali. Memangnya dia apa sampai keluar pun harus membawa pengawal? Qiana kembali menarik napas dalam dan membuang lirih. Dia harus bisa mengendalikan emosi yang terkadang siap meledak. Dia tidak ingin kalau nantinya hal itu mengganggu kandungannya. Bukan hanya itu, Qiana juga tidak ingin kalau setelah anaknya lahir, kepribadiannya menjadi seperti dirinya. Suka marah-marah. “Terus sekarang mau ngapain?” tanya Qiana dengan diri sendiri. Dia tidak memiliki hobi apa pun yang bisa dikembamgkan untuk saat ini. Memasak? Jelas Qiana tidak ahli. Membuat kue, dia juga bukan jagonya. Selama ini dia hanya tahu makan dan bekerja saja. Dia tidak pernah mengetahui prosesnya sama sekali. Hingga d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Wanita Simpanan CEO   [50] Kesabaran yang Kembali Diuji

    “Tante.” Qiana yang merasakan firasat tidak enak pun melangkah pelan. Dia mendekat ke arah kedua orang tuanya yang sudah menunggu dirinya. Jujur, Qiana merasa akan ada hal tidak baik kali ini. Mengingat wanita di hadapannya begitu membenci dirinya, Qiana juga yakin kedatangannya kali ini untuk mengacaukan keluarganya. Namun, Qiana menjadi bertanya-tanya. Siapa yang memberitahu rumah kedua orang tuanya? Apa dia begitu niat ingin menghancurkan kehidupannya? “Untuk apa anda datang ke sini?” tanya Qiana. Dia menatap tajam ke arah Ishana yang masih duduk dan menunjukkan wajah angkuhnya. Ishana yang ditanya pun tersenyum sinis. Dia bangkit, menatap tidak suka ke arah Qiana. Sejak pertama kali melihat, Ishana bahkan sudah membenci wanita di hadapannya. Pasalnya, dia menganggap kalau Qiana adalah perusak rumah tangga anak dan menantunya. “Kamu masih bertanya untuk apa aku ke sini? Aku mau mengatakan dengan kedua orang tuamu agar mengajari anaknya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Wanita Simpanan CEO   [51] Tidak Tahu Apa pun

    “Bagaimana kondisinya, Dok?” tanya Siska dengan wajah cemas. Sang dokter yang baru selesai memeriksa pun kembali ke meja kerja. Di sana dia menatap ke arah Siska yang tampak cemas. Ada juga Romeo yang menunggu penjelasan sang dokter. Sedangkan Qiana hanya berbaring dengan kedua mata terpejam. “Apa ada hal serius?” tanya Siska yang mulai tidak sabar. “Ibu dan Bapak tenang saja. Ibu dan bayinya sehat, tapi tolong diusahakan supaya ibunya tidak terlalu stres. Kalau ibu hamil terus mengalami stres, itu akan berakibat tidak baik untuk kandungan dan juga janinnya. Untuk sekarang, biarkan dia istirahat dulu. Saya juga sudah meresepkan obat yang bisa ditebus di apotik. Dua minggu lagi, kalau masih ada keluhan, bisa dibawa ke sini lagi,” jelas sang dokter. Romeo dan Siska pun langsung membuang napas lirih. Dia merasa lega karena tidak terjadi apa pun dengan anak dan calon cucunya, tetapi Siska yang sudah terlanjur kesal pun membuang napas kasar. “Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08

Bab terbaru

  • Wanita Simpanan CEO   [74] Jalan-jalan Pagi

    Qiana membuang napas lirih. Pagi ini dia memilih berjalan-jalan di taman yang jauh dari rumahnya. Tidak lupa Qiana mengenakan masker, takut kalau ada yang mengenali dirinya. Dia takut kalau kejadian beberapa hari yang lalu membuat banyak orang mengenal dirinya. Ditambah dengan perutnya sudah sedikit lebih membesar, membuat Qiana mau tidak mau harus lebih giat dalam melakukan aktivitas. Padahal kalau dulu dia hanya akan berbaring cantik dan tidak melakukan apa pun.Qiana yang sudah berjalan beberapa putaran pun membuang napas lirih. Dia memilih untuk duduk di tanah dan menyelonjorkan kedua kaki. Manik matanya menatap sekitar. Ada beberapa ibu hamil juga yang tengah berjalan-jalan seperti dirinya. Bedanya, mereka ditemani suami. Sedangkan Qiana harus berjalan-jalan sendiri. Ada rasa iri setiap kali melihat pasangan yang begitu bahagia. Qiana juga menginginkan hal yang sama.Namun, Qiana harus cukup sadar diri. Dia tidak mungkin mendapatkan hal semacam itu. Kalau sampai dia mendapatkanny

  • Wanita Simpanan CEO   [73] Peringatan Awal

    Hening. Alvan dan James hanya diam. Keduanya duduk saling berhadapan, tetapi tidak ada yang membuka suara sama sekali. Keduanya seperti tengah asyik menikmati pikiran masing-masing. Hingga Alvan yang tidak sabar menunggu pun membuang napas lirih. Dia mendongakkan kepala, menatap ke arah James dan bertanya, “Kenapa kamu kesini, James?”James yang awalnya dia pun langsung mendongak. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk diam. Dia juga tidak takut dengan Alvan. Hanya saja, sejak tadi dia diam tengah memikirkan kalimat yang pas untuk melarang Alvan selain karena Qiana adalah istrinya. Dia ingin membuat Alvan takut dan menurut dengannya.“Tidak biasanya kamu datang ke rumahku,” imbuh Alvan karena tidak juga mendapat jawaban.James membuang napas lirih dan berkata, “Aku kesini karena aku melihat kamu bersama dengan Qiana beberapa hari yang lalu, Alvan.”Mendengar itu, Alvan terdiam sejenak. Dia merasa bahagia karena James yang ternyata terpancing dengan rencananya. Dia yakin, James pasti ten

  • Wanita Simpanan CEO   [72] Tamu tidak Diharapkan

    Alvan melangkah pelan, keluar dari mobil dan memasang wajah datar. Sorot matanya menunjukkan keseriusan. Tidak ada senyum yang terlintas di bibirnya. Bahkan beberapa sapaan dari karyawan tidak dibalasnya sama sekali. Hari ini mood-nya tidaklah baik, membuat Alvan tidak mau bersikap ramah dengan siapa pun.Alvan terus melangkahkan kaki, menuju ke arah lift yang akan membawa ke ruangannya. Mulutnya masih bungkam. Padahal biasanya dia masih mau menyapa para karyawan yang bersikap baik dengannya. Hingga pintu lift terbuka, membuat Alvan kembali melanjutkan langkah.Alvan segera memasuki ruangan, sesekali menatap ke arah sang sekretaris yang belum datang. Padahal sudah siang, tetapi sekretarisnya malah tidak berniat untuk bekerja sama sekali. Bahkan dia yang merupakan atasan malah jauh lebih dulu sampai di kantor. Hingga Alvan memasuki ruangan dan siap melangkah ke arah meja kerja.Namun, niatnya terhenti karena manik matanya melihat seseorang yang cukup dikenalnya. Menyadari kesabarannya

  • Wanita Simpanan CEO   [71] Perasaan yang Sedikit Berbeda

    “Kamu masih bekerja dengan James kan, Deolinda?” tanya Ishana.Deolinda yang hendak menyendok makanan pun menghentikannya. Dia menatap ke arah sang mertua dan menjawab, “Iya, Ma.”“Kamu harus memanfaatkan momen ini, Deolinda. Kalau dulu Qiana bisa mendekati James saat menjadi sekretarisnya, seharusnya kamu juga bisa. Kamu harus bisa menaklukan James dan membuat dia bertekuk lutut denganmu. Jangan biarkan wanita murahan itu mengalahkanmu,” ucap Ishana serius.Deolinda terdiam. Manik matanya menatap lekat ke arah sang mertua yang menurutnya tampak aneh. Biasanya Ishana tidak memaksanya seperti ini. Wanita itu lebih sering melakukan dengan cara yang santai. Kali ini, Deolinda menjadi heran. Dia pun meraih jemari sang mertua dna bertanya, “Mama sedang ada masalah?” Ishana yang ditanya pun membuang napas lirih. Dia menatap lekat ke arah sang menantu dan menggelengkan kepala. “Tidak sama sekali, Deolinda. Mama baik-baik saja,” jawab Ishana dengan santai.“Terus, kenapa tiba-tiba Mama mem

  • Wanita Simpanan CEO   [70] Sedikit Lebih Dekat

    Qiana menyembunyikan dalam wajahnya di dalam bantal. Dia merasakan kenyamanan saat mendekap benda yang selalu menemaninya tidur, tetapi entah kenapa kalau kali ini dia merasa jauh lebih nyaman. Dia seakan enggan meninggalkan tersebut dan malah mendekap semakin erat. Bau maskulin yang melekat membuat Qiana enggan meninggalkannya. Belum lagi elusan lembut di bagian punggung yang semakin menambah rasa nyamannya.Sejenak, Qiana menikmati semua hal tersebut. Dia bahkan terus mengusel masuk, berusaha mencari titik ternyaman yang enggan untuk ditinggalkan. Sampai dia yang mulai kembali meraih kesadarannya pun terdiam. Wanita itu mencoba mengingat semuanya. Dia yang tengah mendekap guling, tetapi kenapa merasakan elusan? Dengan cepat, Qiana membuka mata dan mendongakkan kepala. Tepat saat itu, Qiana melebarkan kedua mata.‘Astaga,’ batin Qiana.“Pagi,” sapa James.Qiana yang menyadari kalau sejak tadi bukan bantal guling yang didekap pun semakin diam. Mulutnya tertutup dengan raut wajah kaku.

  • Wanita Simpanan CEO   [69] Tidur di Kamar yang Sama

    Hening. Qiana hanya diam, menatap ke arah langit kamar dengan raut wajah berpikir. Dia masih mengingat semua ucapan James padanya. Ada perasaan berbeda setiap kali dia mengingatnya. Pasalnya dia tidak pernah mempercayai pria itu sama sekali. Qiana bahkan selalu bertingkah buruk dengan James, tetapi pria itu masih begitu percaya dengannya.Apakah menjauh dan memusuhi James bukanlah hal yang benar? Qiana mulai memikirkan hal tersebut. Dia mulai merasa kalau semua perlakuannya dengan sang suami adalah salah. Pikirannya benar-benar semakin kacau sejak beberapa menit yang lalu. Qiana merasa kalau dia tidak bisa berpikir dengan benar. Hingga pintu kamar mandi terbuka, membuat Qiana mengalihkan pandangan.Deg.Qiana yang melihat James sudah keluar kamar mandi pun hanya diam. Mulutnya setengah terbuka saat melihat sang suami yang tidak mengenakan pakaian. Kali ini James hanya menggunakan celana panjang dan membiarkan bagian dadanya terbuka. Otot yang terbentuk sempurna membuat Qiana menelan s

  • Wanita Simpanan CEO   [68] Memercayaimu Sepenuhnya

    Alvan turun dari mobil dan melangkah ke arah perusahaan. Hari ini dia cukup puas. Langkah pertamanya untuk memisahkan Qiana dan James pasti akan berhasil. Dia benar-benar begitu percaya diri dan yakin bisa mendapatkan Qiana lagi. Bagaimanapun dia pernah bersama dengan Qiana dan dia cukup tahu apa yang akan dilakukan untuk mendapatkan hati wanita itu.Alvan terus melangkah dan berhenti saat berada di depan lift. Dia menunggu, tetapi tidak terlalu lama, pintu terbuka. Dia pun segera masuk. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana dan memasang raut wajah sinis. Hingga pintu lift kembali terbuka, membuat Alvan segera keluar. Tujuannya kali ini ada ruang kerja yang terletak di ujung.Alvan yang sudah sampai di ruangan pun membuka dengan tenang sembari berkata, “Lihat saja. Aku pasti bisa mengalahkan egonya.”“Ego siapa?”Alvan menghentikan langkah dan langsung mengalihkan pandangan. Dia menatap ke asal suara, dimana Jessica sudah duduk di sofa. Wanita itu menyilangkan kaki. Kepalanya dimi

  • Wanita Simpanan CEO   [67] Bukti Perselingkuhan

    “Aww,” desis Alvan dengan wajah menahan sakit.Qiana yang mendengar hal itu pun menatap ke arah Alvan dengan wajah memelas. Dia merasa kasihan dengan pria yang baru saja mendapatkan tamparan dari sang mama. Padahal saat di dalam tadi dia pikir mamanya tidak akan melakukan hal semacam ini. Ya, Qiana tahu Alvan datang, tetapi tidak pernah terpikir kalau sang mama akan mengamuk dengannya. Bagaimanapun mamanya pernah sesayang itu dengan Alvan.“Maafin Mama ya, Alvan. Aku yakin, Mama gak sengaja tadi,” ucap Qiana. Dia benar-benar tidak enak hati atas semua yang dilakukan mamanya. Dia dan Alvan memang berpisah dengan cara yang buruk, tetapi dia sudah memaafkan semuanya. Dia sudah ikhlas dengan semua yang terjadi.Alvan yang mendengar pun tersenyum kecil dan menganggukkan kepala. Dia menyahut, “Gak masalah, Qiana. Aku juga tahu alasan Tante Siska marah. Dia pasti kesal karena anaknya dulu aku permainkan. Maaf untuk semua, Qiana.”Qiana hanya tersenyum tipis saat mendengar apa yang Alvan kata

  • Wanita Simpanan CEO   [66] Memilih Menurut

    Hening. James yang mendengar hal itu pun diam. Permintaan sang mama benar-benar sulit. Dia sendiri tidak yakin bisa melakukannya. Pasalnya dia begitu membenci Deolinda. Sedangkan Qiana juga membutuhkan dirinya. Dia tidak mungkin meninggalkan istrinya yang tengah mengandung. Kali ini, sang mama benar-benar memberikan keputusan yang menurutnya sulit.“Bagaimana, James? Kamu sepakat?” tanya Ishana dengan tatapan mengamati.Sejenak, James hanya diam dan tidak mengatakan apa pun. Dia memperhatikan sang mama lekat. Terlihat jelas sekali senyum sinis di bibir sang mama yang menandakan kemenangan. Hingga James yang sudah membuat keputusan membuang napas lirih dan berkata, “Aku bisa tinggal dengan Deolinda, memperlakukannya dengan baik. Tapi kalau aku tidak datang ke rumah Qiana, aku tidak bisa.”Seketika, kedua mata Ishana melebar. Rahangnya mengeras dengan kedua tangan mengepal. Tanpa sadar, dia bangkit dan berkata, “James, mama hanya meminta kamu tidak ke rumahnya lagi. Apa sesulit itu? Ter

DMCA.com Protection Status