Home / Rumah Tangga / Wanita Simpanan CEO / [48] Apa yang Sedang Direncanakan?

Share

[48] Apa yang Sedang Direncanakan?

Author: Kim Meili
last update Last Updated: 2024-11-06 19:30:26

“Sebenarnya apa yang Mama dan Deolinda rencanakan?”

Itulah pertanyaan yang meluncur dari mulut James. Dia sudah mengajak sang mama masuk ke ruangan, tetapi membiarkan Deolinda di depan. Meski dia membenci Deolinda, tetapi percakapannya kali ini James hanya ingin empat mata saja.

Ishana yang ditanya pun dengan santau menjawab, “Tidak ada yang direncanakan, James. Mama hanya ingin Deolinda membantu kamu saja.”

James langsung menaikkan sebelah bibir dan menatap sinis. Dia berkata, “Mama pikir aku percaya?”

Ya, James tidak percaya sedikit pun. Sejak dia menikah dengan Qiana, mamanya selalu berusaha mendekatkannya dengan Deolinda. James akui, Deolinda adalah istri pertamanya, tetapi James tidak memiliki perasaan apa pun. Kalau bukan masalah perjodohan, dia juga pasti akan menolak. Pasalnya Deolinda sudah menorehkan luka yang begitu dalam padanya. Meski kedua orang tuanya memaklumi dan bisa memaafkan, tetapi James tidak sama sekali.

“Katakan deng
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita Simpanan CEO   [49] Tamu Tidak Diundang

    Qiana mendesah kasar dan membuang ponsel ke sembarang arah. Hari ini dia cukup bosan karena terus di rumah. James melarangnya untuk keluar rumah. Sebenarnya tidak melarang juga, tetapi pria itu mengatakan harus membawa pengawal yang membuat Qiana memutuskan untuk tidak keluar sama sekali. Memangnya dia apa sampai keluar pun harus membawa pengawal? Qiana kembali menarik napas dalam dan membuang lirih. Dia harus bisa mengendalikan emosi yang terkadang siap meledak. Dia tidak ingin kalau nantinya hal itu mengganggu kandungannya. Bukan hanya itu, Qiana juga tidak ingin kalau setelah anaknya lahir, kepribadiannya menjadi seperti dirinya. Suka marah-marah. “Terus sekarang mau ngapain?” tanya Qiana dengan diri sendiri. Dia tidak memiliki hobi apa pun yang bisa dikembamgkan untuk saat ini. Memasak? Jelas Qiana tidak ahli. Membuat kue, dia juga bukan jagonya. Selama ini dia hanya tahu makan dan bekerja saja. Dia tidak pernah mengetahui prosesnya sama sekali. Hingga d

    Last Updated : 2024-11-06
  • Wanita Simpanan CEO   [50] Kesabaran yang Kembali Diuji

    “Tante.” Qiana yang merasakan firasat tidak enak pun melangkah pelan. Dia mendekat ke arah kedua orang tuanya yang sudah menunggu dirinya. Jujur, Qiana merasa akan ada hal tidak baik kali ini. Mengingat wanita di hadapannya begitu membenci dirinya, Qiana juga yakin kedatangannya kali ini untuk mengacaukan keluarganya. Namun, Qiana menjadi bertanya-tanya. Siapa yang memberitahu rumah kedua orang tuanya? Apa dia begitu niat ingin menghancurkan kehidupannya? “Untuk apa anda datang ke sini?” tanya Qiana. Dia menatap tajam ke arah Ishana yang masih duduk dan menunjukkan wajah angkuhnya. Ishana yang ditanya pun tersenyum sinis. Dia bangkit, menatap tidak suka ke arah Qiana. Sejak pertama kali melihat, Ishana bahkan sudah membenci wanita di hadapannya. Pasalnya, dia menganggap kalau Qiana adalah perusak rumah tangga anak dan menantunya. “Kamu masih bertanya untuk apa aku ke sini? Aku mau mengatakan dengan kedua orang tuamu agar mengajari anaknya.

    Last Updated : 2024-11-08
  • Wanita Simpanan CEO   [51] Tidak Tahu Apa pun

    “Bagaimana kondisinya, Dok?” tanya Siska dengan wajah cemas. Sang dokter yang baru selesai memeriksa pun kembali ke meja kerja. Di sana dia menatap ke arah Siska yang tampak cemas. Ada juga Romeo yang menunggu penjelasan sang dokter. Sedangkan Qiana hanya berbaring dengan kedua mata terpejam. “Apa ada hal serius?” tanya Siska yang mulai tidak sabar. “Ibu dan Bapak tenang saja. Ibu dan bayinya sehat, tapi tolong diusahakan supaya ibunya tidak terlalu stres. Kalau ibu hamil terus mengalami stres, itu akan berakibat tidak baik untuk kandungan dan juga janinnya. Untuk sekarang, biarkan dia istirahat dulu. Saya juga sudah meresepkan obat yang bisa ditebus di apotik. Dua minggu lagi, kalau masih ada keluhan, bisa dibawa ke sini lagi,” jelas sang dokter. Romeo dan Siska pun langsung membuang napas lirih. Dia merasa lega karena tidak terjadi apa pun dengan anak dan calon cucunya, tetapi Siska yang sudah terlanjur kesal pun membuang napas kasar. “Ak

    Last Updated : 2024-11-08
  • Wanita Simpanan CEO   [52] Jangan Temui Dia Lagi

    Beberapa tahun yang lalu. James memarkirkan mobil di depan sebuah rumah dengan lantai satu. Rumah tersebut tampak sederhana, tetapi memiliki desain yang begitu indah. Tanaman di luar pun cukup memukau karena tertata dengan rapi dan termasuk tanaman yang mahal. Dengan tenang, dia melangkah keluar dan menuju ke arah rumah yang tampak sepi. Tidak ada siapa pun di sana, membuat James terus saja melangkah. Rumah itu adalah rumah miliknya yang didapatkan karena usaha sendiri. Sengaja, hari ini dia mengunjungi karena ada yang tinggal di sana. James membuka pintu dan masuk. Rumah masih kosong dan hanya diisi dengan perabotan seperlunya. Selain karena jarang digunakan, rumah itu juga belum ditinggali James. Dia hanya datang di saat butuh. Hari ini dia datang untuk menjemput calon istri yang sudah dipilihkan orang tuanya. Ya, James memang sudah akan menikah dengan wanita yang dijodohkan. Alasan keduanya karena keluarga saling mengenal dan dekat. Apalagi orang tua wanita itu

    Last Updated : 2024-11-09
  • Wanita Simpanan CEO   [53] Kemarahan Seorang Ibu

    James memberhentikan mobil di depan rumah sang mertua. Dia penasaran, kenapa sang istri bisa ada di rumah kedua orang tuanya. Apalagi mendengar sang mertua yang marah, membuat James semakin bingung. Padahal James merasa tidak melakukan kesalahan apa pun. Jadi, sebenarnya apa yang sebenarnya terjadi? “Apa yang kamu lakukan disini, James?” James yang baru akan melangkah pun berhenti. Di depannya sudah ada Siska yang menghadang di depan pintu. Tampak kemarahan dari arah sang mertua, membuat James memelankan langkah dan menatap penuh waspada. “Di sini tidak menerima kamu lagi, James,” kata Siska dengan tatapan sinis. Kali ini James berhenti dan berkata, “Aku mau bertemu dengan Qiana, Ma.” “Aku bukan mamamu. Jadi, jangan panggil aku mama. Selain itu, aku tidak akan membiarkan Qiana bertemu dengan kamu,” sahut Siska. James yakin ada yang salah di sini. Siska memang sempat kesal saat tahu dirinya sudah memiliki istri, tetapi hati wanita

    Last Updated : 2024-11-09
  • Wanita Simpanan CEO   [54[ Kamu Egois!

    “Papa harap kamu tidak memasukkan ke hati mengenai ucapan Mama Siska, James.” James yang tengah melangkah ke arah tangga bersama Romeo pun menganggukkan kepala. Dia menyahut, “Aku tahu, Pa. Seharusnya aku yang meminta maaf karena mamaku datang dan membuat masalah di sini. Aku benar-benar malu.” Romeo tahu perasaan James. Dia mengulurkan tangan, menepuk pundak sang menantu dan kembali berucap, “Mamamu juga tidak bisa disalahkan, James. Dia pasti terkejut karena tiba-tiba putra tunggalnya menikah lagi dengan wanita yang tidak dikenalnya sama sekali. Mamamu juga pasti takut kalau Qiana itu adalah gadis nakal yang akan membuat susah atau memanfaatkanmu. Jadi, papa harap kamu bisa memberikan pengertian yang baik dengan orang tuamu.” James hanya diam. Dia cukup terkejut dengan reaksi yang diberikan Romeo. Dia pikir papa mertuanya akan marah dan ikut memaki dirinya, tetapi di sini Romeo malah menenangkannya. Pria itu benar-benar memberikan pengertian meski James y

    Last Updated : 2024-11-11
  • Wanita Simpanan CEO   [55] Jangan Menyerah

    Hening. Ishana hanya diam, duduk di sofa dengan sebelah kaki disilangkan. Manik matanya menatap majalah fashion. Beberapa kali dia membolak-balik majalah tersebut, mencoba memilih mana yang akan dibelinya. Hingga suara mobil terdengar, membuat Ishana mengalihkan pandangan. Ishana menatap ke arah pintu rumah dan tersenyum saat melihat siapa yang baru saja datang. Dia menutup majalah tersebut, menunggu Deolinda yang mendekat ke arahnya. “Sore, Ma,” sapa Deolinda. “Kamu kenapa baru pulang, Sayang?” tanya Ishana dengan nada lembut. “Ada banyak kerjaan yang harus diselesaikan, Ma,” jawab Deolinda dengan wajah masam. Tidak ada semangat sama sekali. Namun, Ishana mengabaikan hal itu. Dia malah menarik Deolinda agar mendekat ke arahnya dan berkata, “Gak apa. Malah bisa berduaan sama James, kan?” Sayangnya Deolinda yang digoda langsung membuang napas kasar. Dia menyandarkan tubuh dengan punggung kursi. Dengan wajah sedih dia mengatakan, “J

    Last Updated : 2024-11-11
  • Wanita Simpanan CEO   [56] Biarkan Mengalir

    Qiana menggeliat pelan saat merasakan tubuhnya yang terasa kaku. Sejak tadi dia tidur meringkuk, membuat bagian punggungnya mulai tidak nyaman. Perlahan, Qiana membenarkan posisi berbaringnya dan membuka mata secara perlahan. Hal pertama yang ditatapnya adalah langit kamar yang membuat keningnya berkerut dalam. Apalagi badannya seperti menyentuh sesuatu yang empuk, membuatnya mengalihkan pandangan. Hening. Qiana semakin bingung saat melihat dirinya yang berbaring di ranjang. Seingatnya, semalam dia tidur di sofa dekat jendela. Dia sedang menunggu takdirnya yang mulai tidak karuan. Hingga perlahan, Qiana duduk dan menyandarkan tubuh dengan kepala ranjang. “Siapa yang memindahkan aku tadi malam?” tanya Qiana dengan diri sendiri. Dia menatap sekitar. Tidak ada siapa pun di sana. Dia menjadi bertanya-tanya, kemana James? Apa semalam pria itu benar-benar tidak masuk ke kamarnya? Tapi, Qiana mencium bau tubuh pria tiu di sekeliling, membuat Qiana yakin kalau James

    Last Updated : 2024-11-12

Latest chapter

  • Wanita Simpanan CEO   [77] Melakukan Pemeriksaan

    “Bayi dalam kandunganmu baik-baik saja, Qiana. Dia juga sehat dan tumbuh dengan baik.”Qiana yang mendengar ucapan sang dokter pun tersenyum lebar. Dia merasa bahagia dengan kabar yang diterimanya. Harapannya supaya yang anak tumbuh di rahimnya dengan baik pun seakan terwujud. Dia yang bahagia membuat bayi dalam kandungannya bisa berkembang dengan cukup baik.“Aku akan berikan resep obat buat kamu,” ucap sang dokter kembali.Qiana hanya menganggukkan kepala. Bibirnya masih tersenyum lebar, menatap ke arah gambar janin di depannya. Sudah terbentuk kepala dan bagian tubuh yang lain. Beratnya juga sudah tampak. Terlihat di sana bayinya mulai bergerak, membuat Qiana yang begitu menantikan semakin tidak sabar. Padahal dia tahu setelah ini dia akan berpisah dengan James.Namun, Qiana seakan tidak peduli sama sekali. Dia tetap mengharapkan anaknya segera lahir. Rasanya tidak sabar untuk menggendong bocah mungil yang saat ini hanya bisa melihatnya melalui monitor USG. Hingga sang dokter membe

  • Wanita Simpanan CEO   [76] Membuat Cemburu

    Qiana mengenakan dress panjang semata kaki dan mengatur rambutnya. Dia menatap beberapa kali, takut kalau sampai ada yang salah dengan penampilannya. Make up tipis membuatnya tampak semakin menawan. Entah kenapa, Qiana merasa kalau setelah kehamilan ini, dia terasa jauh lebih cantik dari sebelumnya.Qiana mulai melangkahkan kaki setelah merasa sudah puas dengan penampilannya. Dia menuju ke arah pintu dan keluar. Kakinya menuruni satu per satu anak tangga. Sebelah tangannya memegang pembatas tangga, takut kalau dia kenapa-kenapa. Perutnya sudah lebih besar dari sebelumnya, tetapi masih bisa untuk melihat kakinya melangkah. Hingga Qiana yang sudah sampai di bawah pun segera menuju ke arah pintu depan.“Qiana, kamu mau kemana?” tanya Siska dengan tatapan lekat.Qiana pun berhenti dan menjawab, “Aku mau periksa kandungan, Ma. Hari ini memang sudah jadwalnya.”“Loh, kok gak bilang sama James,” ucap Siska.Qiana yang ditanya pun diam. Dia memang sengaja tidak mengatakan hal ini dengan James

  • Wanita Simpanan CEO   [75] Siasat Deolinda

    “Diminum dulu, Jessica.”Jessica yang mendengar hal itu pun terdiam. Dia menatap ke arah Qiana dan Emily yang ada di depannya. Ada perasaan canggung saat melihat keduanya yang sudah menolong dirinya. Padahal jelas kalau dia sudah berbuat buruk dengan Qiana. Hingga dia menelan saliva pelan dan mengambil gelas di depannya. Jessica mulai meneguk pelan, berusaha menghilangkan ketakutan dan perasaan canggung yang tiba-tiba muncul.“Bagaimana kamu bisa berurusan dengan mereka, Jes? Kamu memiliki masalah atau memiliki hutang?” tanya Emily.Jessica baru saja selesai menghabiskan minuman yang ditawarkan Emily. Dia mulai meletakkan gelas di meja dan balik bertanya, “Bukannya itu orang suruhan kalian?” Sebenarnya Jessica tahu kalau tidak mungkin mereka menyuruh orang untuk menyakitinya, tetapi Jessica sudah terlanjur malu. Dia enggan mengakui kesalahannya yang sudah berbuat jahat dengan Qiana. Mendengar itu, emosi Emily pun langsung meningkat. Dengan tegas dia berkata, “Jaga omonganmu, Jessica.

  • Wanita Simpanan CEO   [74] Jalan-jalan Pagi

    Qiana membuang napas lirih. Pagi ini dia memilih berjalan-jalan di taman yang jauh dari rumahnya. Tidak lupa Qiana mengenakan masker, takut kalau ada yang mengenali dirinya. Dia takut kalau kejadian beberapa hari yang lalu membuat banyak orang mengenal dirinya. Ditambah dengan perutnya sudah sedikit lebih membesar, membuat Qiana mau tidak mau harus lebih giat dalam melakukan aktivitas. Padahal kalau dulu dia hanya akan berbaring cantik dan tidak melakukan apa pun.Qiana yang sudah berjalan beberapa putaran pun membuang napas lirih. Dia memilih untuk duduk di tanah dan menyelonjorkan kedua kaki. Manik matanya menatap sekitar. Ada beberapa ibu hamil juga yang tengah berjalan-jalan seperti dirinya. Bedanya, mereka ditemani suami. Sedangkan Qiana harus berjalan-jalan sendiri. Ada rasa iri setiap kali melihat pasangan yang begitu bahagia. Qiana juga menginginkan hal yang sama.Namun, Qiana harus cukup sadar diri. Dia tidak mungkin mendapatkan hal semacam itu. Kalau sampai dia mendapatkanny

  • Wanita Simpanan CEO   [73] Peringatan Awal

    Hening. Alvan dan James hanya diam. Keduanya duduk saling berhadapan, tetapi tidak ada yang membuka suara sama sekali. Keduanya seperti tengah asyik menikmati pikiran masing-masing. Hingga Alvan yang tidak sabar menunggu pun membuang napas lirih. Dia mendongakkan kepala, menatap ke arah James dan bertanya, “Kenapa kamu kesini, James?”James yang awalnya dia pun langsung mendongak. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk diam. Dia juga tidak takut dengan Alvan. Hanya saja, sejak tadi dia diam tengah memikirkan kalimat yang pas untuk melarang Alvan selain karena Qiana adalah istrinya. Dia ingin membuat Alvan takut dan menurut dengannya.“Tidak biasanya kamu datang ke rumahku,” imbuh Alvan karena tidak juga mendapat jawaban.James membuang napas lirih dan berkata, “Aku kesini karena aku melihat kamu bersama dengan Qiana beberapa hari yang lalu, Alvan.”Mendengar itu, Alvan terdiam sejenak. Dia merasa bahagia karena James yang ternyata terpancing dengan rencananya. Dia yakin, James pasti ten

  • Wanita Simpanan CEO   [72] Tamu tidak Diharapkan

    Alvan melangkah pelan, keluar dari mobil dan memasang wajah datar. Sorot matanya menunjukkan keseriusan. Tidak ada senyum yang terlintas di bibirnya. Bahkan beberapa sapaan dari karyawan tidak dibalasnya sama sekali. Hari ini mood-nya tidaklah baik, membuat Alvan tidak mau bersikap ramah dengan siapa pun.Alvan terus melangkahkan kaki, menuju ke arah lift yang akan membawa ke ruangannya. Mulutnya masih bungkam. Padahal biasanya dia masih mau menyapa para karyawan yang bersikap baik dengannya. Hingga pintu lift terbuka, membuat Alvan kembali melanjutkan langkah.Alvan segera memasuki ruangan, sesekali menatap ke arah sang sekretaris yang belum datang. Padahal sudah siang, tetapi sekretarisnya malah tidak berniat untuk bekerja sama sekali. Bahkan dia yang merupakan atasan malah jauh lebih dulu sampai di kantor. Hingga Alvan memasuki ruangan dan siap melangkah ke arah meja kerja.Namun, niatnya terhenti karena manik matanya melihat seseorang yang cukup dikenalnya. Menyadari kesabarannya

  • Wanita Simpanan CEO   [71] Perasaan yang Sedikit Berbeda

    “Kamu masih bekerja dengan James kan, Deolinda?” tanya Ishana.Deolinda yang hendak menyendok makanan pun menghentikannya. Dia menatap ke arah sang mertua dan menjawab, “Iya, Ma.”“Kamu harus memanfaatkan momen ini, Deolinda. Kalau dulu Qiana bisa mendekati James saat menjadi sekretarisnya, seharusnya kamu juga bisa. Kamu harus bisa menaklukan James dan membuat dia bertekuk lutut denganmu. Jangan biarkan wanita murahan itu mengalahkanmu,” ucap Ishana serius.Deolinda terdiam. Manik matanya menatap lekat ke arah sang mertua yang menurutnya tampak aneh. Biasanya Ishana tidak memaksanya seperti ini. Wanita itu lebih sering melakukan dengan cara yang santai. Kali ini, Deolinda menjadi heran. Dia pun meraih jemari sang mertua dna bertanya, “Mama sedang ada masalah?” Ishana yang ditanya pun membuang napas lirih. Dia menatap lekat ke arah sang menantu dan menggelengkan kepala. “Tidak sama sekali, Deolinda. Mama baik-baik saja,” jawab Ishana dengan santai.“Terus, kenapa tiba-tiba Mama mem

  • Wanita Simpanan CEO   [70] Sedikit Lebih Dekat

    Qiana menyembunyikan dalam wajahnya di dalam bantal. Dia merasakan kenyamanan saat mendekap benda yang selalu menemaninya tidur, tetapi entah kenapa kalau kali ini dia merasa jauh lebih nyaman. Dia seakan enggan meninggalkan tersebut dan malah mendekap semakin erat. Bau maskulin yang melekat membuat Qiana enggan meninggalkannya. Belum lagi elusan lembut di bagian punggung yang semakin menambah rasa nyamannya.Sejenak, Qiana menikmati semua hal tersebut. Dia bahkan terus mengusel masuk, berusaha mencari titik ternyaman yang enggan untuk ditinggalkan. Sampai dia yang mulai kembali meraih kesadarannya pun terdiam. Wanita itu mencoba mengingat semuanya. Dia yang tengah mendekap guling, tetapi kenapa merasakan elusan? Dengan cepat, Qiana membuka mata dan mendongakkan kepala. Tepat saat itu, Qiana melebarkan kedua mata.‘Astaga,’ batin Qiana.“Pagi,” sapa James.Qiana yang menyadari kalau sejak tadi bukan bantal guling yang didekap pun semakin diam. Mulutnya tertutup dengan raut wajah kaku.

  • Wanita Simpanan CEO   [69] Tidur di Kamar yang Sama

    Hening. Qiana hanya diam, menatap ke arah langit kamar dengan raut wajah berpikir. Dia masih mengingat semua ucapan James padanya. Ada perasaan berbeda setiap kali dia mengingatnya. Pasalnya dia tidak pernah mempercayai pria itu sama sekali. Qiana bahkan selalu bertingkah buruk dengan James, tetapi pria itu masih begitu percaya dengannya.Apakah menjauh dan memusuhi James bukanlah hal yang benar? Qiana mulai memikirkan hal tersebut. Dia mulai merasa kalau semua perlakuannya dengan sang suami adalah salah. Pikirannya benar-benar semakin kacau sejak beberapa menit yang lalu. Qiana merasa kalau dia tidak bisa berpikir dengan benar. Hingga pintu kamar mandi terbuka, membuat Qiana mengalihkan pandangan.Deg.Qiana yang melihat James sudah keluar kamar mandi pun hanya diam. Mulutnya setengah terbuka saat melihat sang suami yang tidak mengenakan pakaian. Kali ini James hanya menggunakan celana panjang dan membiarkan bagian dadanya terbuka. Otot yang terbentuk sempurna membuat Qiana menelan s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status