Sudah sehari Alex pergi meninggalkan Helena bersama dengan Marisa setelah 4 bulan pernikahan mereka.
Helena baru saja keluar dari kamarnya ketika suara seorang pelayan menyambutnya."Selamat pagi, Nyonya. Nyonya besar pesan agar Anda menemuinya di ballkon samping," beritahu pelayan."Baiklah. Dan tolong bawa teh untukku ke sana," perintah Helena.Pelayan itu hanya mengangguk. Ia adalah pelayan baru di rumah besar itu dan ia tidak pernah mendengar ucapan kasar dari Helena yang katanya suka bicara keras.Helena tidak tahu apalagi yang diinginkan oleh ibu mertuanya. Kemarin, Marisa sudah menyuruhnya menyiapkan makan siang yang seharusnya bisa dilakukan oleh pelayan dengan alasan agar Helena mengerti tugas istri yang sebenarnya."Pagi, Mah," sapa Helena."Pagi. Sudah sarapan?" tanya Marisa."Belum. Aku tadi minta pelayan membawa teh ke sini," beritahu Helena.Marisa mengangkat wajahnya dan ia menatap Helena cukup lama seolah baru mengenalnya."Apa yang sudah kau ketahui tentang Alex?" tanya Marisa."Tentang Alex?""Benar. Apa yang kau ketahui tentang dia," jawab Marisa tajam."Aku mengenal Alex sebagai pria yang baik dan ia juga tidak pernah memandang orang dengan picik," sahut Helena."Picik?" Marisa menatap Helena bengis."Benar. Alex tidak suka dengan orang yang picik dan menilai orang lain dengan kaca matanya sendiri," jelas Helena."Lalu, apakah aku perempuan yang mengandalkan kaca mataku sendiri?" decak Marisa.Helena tersenyum lalu menggeleng, "Alex tahu bagaimana dia menilai seseorang sedangkan aku ... aku hanya bisa melihat yang ada di depanku saja.""Dan?""Aku melihat Mama sebagai perempuan yang baik," jawab Helena tenang."Ternyata kau jujur saat mengatakan bahwa kau tidak ahli menilai orang," dengus Marisa.Dari sudut matanya ia melihat pelayan membawa nampan yang diatasnya ada cangkir dan sebuah piring berisi kudapan."Aku tidak ingin mendengar kau mengadu pada Alex karena tidak dikasih makan. Sekarang makanlah karena nanti ada tamu," ujar Marisa."Tamu?" Helena mengerutkan keningnya.Biasanya tamu akan datang setelah ada pemberitahuan sehari sebelumnya dan tidak pernah ada tamu yang datang mendadak. Ia sudah melihat jadwal kegiatan di rumah tersebut."Siapa yang akan datang?""Destiana. Dia adalah adik kelasnya Alex saat kuliah," beritahu Marisa bangga."Oh."Marisa yang mendengar jawaban Helena yang berupa satu kata menjadi tersinggung."Kau tahu siapa Destiana?Dia adalah putri seorang diplomat dan bukan perempuan sembarangan," decak Marisa ketus."Aku tidak kenal dan tidak ada hubungannya denganku. Alex tidak ada di rumah, berarti dia datang sebagai tamu Mama," balas Helena."Kau adalah istrinya Alex, sudah pasti harus menjamunya," perintah Marisa."Aku akan menemuinya tetapi tidak wajib menjamunya,"balas Helena.Setelah memberikan jawabannya Helena pergi meninggalkan Marisa dengan membawa cangkir berisi teh yang belum sempat ia minum."Helena! Kau tahu aku bisa melaporkan tindakanmu ini pada Alex!"ancam Marisa."Mama bisa melaporkan apa pun pada Alex. Aku yakin Alex bukan suami yang hanya bisa mendengar tanpa melihat," jawab Helena.Helena tidak percaya suaminya akan menerima bulat-bulat semua aduan meskipun berasal dari ibunya sendiri.Helena mulai bosan. Sebelumnya ia berharap menikah dengan Alex yang mempunyai ibu perhatian membuatnya bahagia. Nyatanya ia merasa seperti hidup di dalam penjara.Tanpa mengindahkan teguran Marisa, Helena pergi keluar rumah. Keinginannya sekarang adalah mencari hiburan yang kemungkinan sulit ia peroleh.Bagaimana ia bisa mendapatkan hiburan sementara ia tahu segala gerak geriknya diawasi oleh pengawal yang selalu mengikuti kemanapun ia pergi.Marisa biasanya tinggal di pulau pribadi yang dimiliki Alex tetapi, sejak Alex menikah perempuan itu justru memilih tinggal di rumah yang berada di pusat kota.Helena berjalan keluar dan melihat mobilnya tidak ada. Dengan suara sedikit lebih keras, ia memanggil pelayan. “Dimana mobilku?”“Maafkan saya, Nyonya. Mobil Nyonya baru saja dibawa ke bengkel,” jawab pelayan dengan wajah menunduk.“Ke bengkel? Setahuku mobil tersebut tidak ada masalah,” katanya curiga.“Tahu apa kamu soal mesin mobil?”Helena berbalik hanya untuk menghadapi Marisa yang melipat tangannya di depan dadanya.“Aku memang tidak mengerti, Mah. Tapi ….”“Seharusnya kau bersyukur kami peduli,” balas Marisa.“Sekarang masuk ke dalam, Destiana sebentar lagi sampai,” perintah Marisa membuat Helena tidak berkutik.Helena jengkel karena tindakan Marisa. Bukan saja Marisa yang berbuat seenaknya tetapi juga barisan pelayan yang tidak pernah melakukan apa pun yang ia perintahkan.Kenapa Destiana begitu istimewa? Siapa dia? Helena tidak percaya bahwa perempuan itu hanya adik kelasnya Alex saja. Helena curiga bahwa Marisa tidak menerimanya sebagai menantu karena Destiana.“Hidup seperti ini bukan yang aku inginkan. Sebaiknya aku minta kerjaan pada Alex saat ia pulang nanti,” ucap Helena dalam hati.Seperti yang dikatakan Marisa tentang Destiana. Wanita itu terlihat sempurna bahkan saat ia duduk sekalipun.Setiap tutur kata yang keluar dari mulutnya seolah sudah disusun dengan sempurna sampai Helena berpikir bahwa Destiana bukan manusia melainkan robot.“Jadi, berapa lama kau ada di sini?” tanya Marisa sambil melirik Helena.“Pekerjaan papa saat ini lebih santai jadi mungkin sedikit lebih lama,” beritahu Destiana.“Lebih santai? Bukankah papamu seolah diplomat?” tanya Marisa cepat.“Benar. Tetapi, seorang diplomat pun memiliki waktu untuk bersantai. Sejujurnya, aku tidak mau papa terlalu lelah bekerja,” jawab Destiana tersenyum.Helena ikut tersenyum. Ia sempat melihat perubahan di wajah Destiana dan berpikir bahwa wanita itu tidak sempurna seperti yang sempat ia pikirkan.“Apa yang kau perhatikan. Ada yang aneh di wajahku?” tanya Destiana karena mata Helena tidak berkedip menatapnya.“Aku berpikir apakah benar ada warna merah di pipimu atau tidak,” jawab Helena.“Warna merah? Maksudmu ada noda di wajahku?”Tanpa menunggu jawaban dari Helena, Destiana langsung bangun dari duduknya menuju cermin besar yang terpasang di dinding dekat ruang makan.Tidak ada noda sedikitpun di wajahnya membuat ia sadar bahwa Helena hanya menggodanya. Kesal dan berbagai macam perasaan marah menguasai hati Destiana membuatnya berniat kembali ke ruang duduk.Tetapi, ia menghentikan langkah kakinya saat telinganya mendengar teguran yang diberikan Marisa pada Helena.Senyum puas tidak dapat ia sembunyikan. Ia tidak mengira Marisa masih berpihak padanya walaupun Alex sudah menolaknya.“Apa yang kau lakukan! Kenapa tidak tutup mulutmu saja,” tegur Marisa jengkel.“Aku hanya kecewa saja,” jawab Helena santai.“Kecewa? Apa yang bikin kau kecewa!” Omel Marisa.“Sebelumnya aku berpikir Destiana adalah perempuan yang sempurna. Tetapi, begitu mama bertanya alasan papanya santai, dia terlihat panic,” sahut Helena.“Bukan urusanmu!”“Memang bukan. Karena itulah aku kecewa karena Destiana tidak sempurna seperti yang aku pikirkan. Apa Mama tidak curiga dengan niatnya datang ke rumah ini?” cetus Helena.“Aku kenal Destiana lebih lama daripada aku mengenalmu. Destiana adalah adik kelas Alex dan asal kau tahu, kampus mereka adalah kampus paling terkenal,” sahut Marisa.“Aku tahu karena aku juga kuliah disana. Hanya saja Destiana sudah keluar saat aku mulai kuliah,” balas Helena tanpa beban.Apakah Marisa berpikir Alex akan meminangnya kalau pria itu tidak tahu pendidikannya? Alex mungkin mencintainya tetapi ia juga pria yang menginginkan pendidikan istrinya seimbang dengan yang ia miliki.Sebagai menantu Helena sadar dirinya tidak bisa membantah ucapan Marisa tetapi ia juga bosan bila terus-terusan tidak dianggap sehingga Helena berencana untuk bekerja.Helena menunggu kesempatan bicara dengan Alex saat suaminya sudah kembali ke rumah dan kesempatan tersebut ia peroleh ketika mereka sudah berada di atas tempat tidur.“Alex, boleh aku minta sesuatu?” bisik Helena.“Katakan saja,” balas Alex dengan tangan terulur menyentuh pipi Helena.“Kau tahu bahwa mama tidak menyukaiku,” ujar Helena mengadu.“Lalu? Kau tidak bermaksud menyuruhku menegurnya, kan?” cetus Alex tertawa.“Tentu saja tidak. Aku hanya ingin kau memperbolehkan aku bekerja. Aku tidak ingin mama terus-terusan sakit hati setiap kali melihatku di rumah,” jawab Helena memberikan alasan.“Bekerja? Kerja dimana?” Alex mengerutkan keningnya.Dia adalah pengusaha kaya dan sangat tidak masuk akal bila istrinya bekerja. Bekerja buat apa? “Aku belum tahu. Aku berencana mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu y
Juli terbangun dengan sakit kepala yang membuatnya merintih pelan. Sudah lama Juli tidak merasakan sakit pada kepalanya tetapi setelah semalam, Juli memutuskan pagi ini dia harus ke dokter agar bisa mendapatkan obat untuk sakit kepalanya.Dan kepalanya semakin bertambah sakit ketika pesawat telepon di mejanya memperdengarkan bunyi yang memekakkan telinga.“Halo.”“Juli, kau tidak akan percaya!”Juli duduk di atas kursi mendengar suara bibiknya yang sangat nyaring. “Aku memang sudah lama tidak percaya, Bik. Tidak percaya sejak kapan bibik bisa bersuara lembut dan merdu setiap kali bicara di telepon.”“Tidak pernah,” bibiknya mengaku. “Tetapi aku tidak peduli apalagi kalau kau tahu mengapa aku meneleponku sekarang!”“Bik, kepalaku saat ini begitu sakit dan aku tidak bisa menebak mengapa bibik telepon sepagi ini,” keluhnya.Juli mengangkat sebelah tangannya untuk memberikan pijitan yang diperlukan pada keningnya. “Dengar, Juli! Kita akan dapat untung besar dan aku pastikan kita tidak ak
Dengan tekad penuh, Darla dan Juli mendatangi Kristin di ruang kerjanya. Setelah bicara dengan salah satu pelayan, mereka diterima Kristin di ruang kerjanya dan secara kebetulan di ruangan tersebut ada 2 orang wanita dengan penampilan yang sangat luar biasa dan terlihat kesan sebagai wanita terhormat.“Selamat siang, Nyonya, saya Darla dan keponakan saya Juli, ingin bicara dengan Kristin.”“Darla? Apakah kalian pengusaha catering yang akan memasak hidangan penutup?” Marisa memperhatikan Darla dan Juli yang lebih banyak menunduk untuk menghormati mereka secara bergantian begitu juga dengan wanita muda yang duduk di kursi yang ada di depannya.“Benar, Nyonya. Kami dari perusahaan catering itu.”“Ada apa?”Dengan singkat dan lugas, Darla menyampaikan keluhannya dan dia sempat melihat wajah wanita yang lebih muda terlihat memandangi mereka dengan curiga.“Apakah kalian sengaja mengatakannya karena permintaanku terlalu tinggi?” tanyanya.“Bukan maksud kami seperti itu, Nona. Setiap kali s
Mungkinkah? Mengapa bayangan tersebut begitu nyata kalau memang yang dia lihat adalah bayangan? Tetapi mengapa baru sekarang dia bisa melihat bayangan Helena setelah 5 tahun berlalu dalam kesunyian yang sepi.“Alex, ayo, mereka semua sudah menunggu!” ajak Destiana.Destiana berusaha tenang dan sabar. Walaupun hatinya sakit karena nama pertama yang keluar dari mulut Alex adalah nama Helena tetapi Destiana sedikit lega karena nama tersebut sudah tidak memiliki bentuk lagi tetapi Destiana juga sadar bahwa dia harus berusaha lebih keras lagi untuk memenangkan hati Alex.Tidak ada ketenengan di dalam diri Alex setelah dia melihat bayangan Helena. Matanya selalu mencari diantara banyaknya pelayan catering yang memakai seragam sama seperti yang dia lihat pada Helena. Para pelayan mondar-mandir membawa berbagai macam minuman serta makanan yang sangat lezat tetapi Alex tidak melihat lagi pelayan yang dia cari. Satu-satunya yang dia temukan adalah wajah mertuanya yang sangat berseri-seri seola
Helena adalah wanita manja yang selalu membutuhkan pelayan untuk membantunya. Semua orang terkejut ketika Alex, seorang lelaki muda yang baru mulai membuktikan kepada keluarganya bahwa dia mambu meneruskan perusahaan sangat terkejut begitu mengetahui dia menikahi Helena Roland, wanita manja yang dia kenal sejak kecil.Apa yang menarik dari Helena? Helena memang wanita cantik tetapi dia tidak bisa menjadi istri yang baik. Yang dilakukan Helena hanya bersenang-senang tetapi Alex tetap mencintai dan terus membelanya pada saat Marisa menyuruhnya menceraikannya.“Mungkinkah Helena kembali begitu dia tahu Alex sudah tidak mengenangnya lagi? Dasar perempuan tidak tahu diri. Aku yakin dugaanku benar bahwa dia memang sengaja menghilang bersama kekasihnya setelah bosan menjadi isrinya Alex. Aku tidak akan membiarkan Alex menemuinya lagi bahkan untuk membuktikan kalau dia adalah Helana.”Marissa berdiri bersama Kristin sebagai pengamat dan bersama dengan semua mata yang memandangai kejadian ters
Penolakan Darla dengan memberikan surat perjanjian membuat Marisa tidak bisa mengusir Juli tetapi bisa melarangnya keluar dan cara tersebut yang mereka lakukan sampai pesta resepsi tersebut selesai setelah 3 hari berlalu walaupun sudah tidak ada pengantin prianya.Setelah 3 hari berlalu, Destiana mendatangi Alex di rumah pantai. Bulan purnama menerangi pantai dengan semburat cahaya remang-remang. Meskipun Destiana tidak sabar menghampiri Alex, Destiana dengan tenang mendekati lelaki yang kini lebih mirip patung batu yang menjaga pantai saat ombak menghantam.Dengan lengan bersilang di dada, kedua kaki terentang dan rahang kaku, Alex bahkan tidak melirik sedikitpun pada saat Destiana sudah berdiri di sampingnya.“Ternyata dugaanku tepat bahwa aku bisa menemukanmu di sini,” ujar Destiana sambil lalu.“Kenapa kau mencariku? Apakah pesta tersebut sudah selesai?” Destiana tidak mengerut mendengar suara Alex. Bukan dirinya yang langsung lari begitu mendengar suara tajam dan dingin yang dim
Tidak seperti dugaan Marisa maupun Desnita yang berpikir Alex bergegas pergi menemui Juli. Alex justru kembali ke rumah mewahnya yang berada di pusat kota London.Ia perlu waktu untuk sendiri untuk merenung tanpa gangguan dari Destiana atau siapa pun juga.“Setelah sekian lama, kenapa dia harus muncul sekarang.” Alex menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang empuk.“Kenapa dia baru muncul sekarang?” Alex bertanya pada dirinya sendiri."Lima tahun aku menanti tetapi tidak ada kabar berita darinya sampai hari ini. Aku tidak percaya kalau dia bukan Helena,” katanya sambil memejamkan mata. Ia sudah punya masa depan bersama dengan Destianat dan ia tidak akan menukarnya dengan hidup dalam bayangan Helena kembali.“Seharusnya aku tidak perlu memikirkannya lagi … tapi, aku tetap tidak bisa.” Alex mengeluh dan ia seperti bukan dirinya.Tubuhnya bergetar menahan marah. Emosi bergolak di dalam dadanya saat cerita tentang Helena disampaikan oleh orang-orang terdekatnya.Helena bukan oran
Rombongan pelayan yang sejak awal sudah menerima perintah dari Marisa saling berpandangan. Mereka seolah ragu karena semua orang tahu selama ini Marisa yang berkuasa di rumah besar tersebut "Aku tidak menyuruh kalian menolak perintah ibuku tetapi, sekarang kalian harus ingat bahwa di rumah ini sudah ada perempuan lain yang bisa memiliki kekuasaan tersebut,” ujar Alex tegas.“Sekarang pergilah dan lakukan yang aku perintahkan. Tidak ada alasan lagi kecuali kalian memang sudah tidak berminat kerja disini,” kata Alex.“Mereka pasti patuh pada perintahmu tetapi tidak pada perempuan manja yang kau jadikan sebagai istrimu.”Suara perempuan terdengar dari belakang Alex dan Helena menyela perintah Alex.Tidak perlu berbalik untuk melihat siapa yang baru saja bicara karena Alex sangat mengenal suara ibunya.“Memang sudah selayaknya. Bagaimanapun penilaian Mama, Helena adalah istriku dan aku tidak mau keberadaannya di rumah ini diabaikan,” cetus Alex.Tidak ada tawaran kompromi karena Alex buk
Sebagai menantu Helena sadar dirinya tidak bisa membantah ucapan Marisa tetapi ia juga bosan bila terus-terusan tidak dianggap sehingga Helena berencana untuk bekerja.Helena menunggu kesempatan bicara dengan Alex saat suaminya sudah kembali ke rumah dan kesempatan tersebut ia peroleh ketika mereka sudah berada di atas tempat tidur.“Alex, boleh aku minta sesuatu?” bisik Helena.“Katakan saja,” balas Alex dengan tangan terulur menyentuh pipi Helena.“Kau tahu bahwa mama tidak menyukaiku,” ujar Helena mengadu.“Lalu? Kau tidak bermaksud menyuruhku menegurnya, kan?” cetus Alex tertawa.“Tentu saja tidak. Aku hanya ingin kau memperbolehkan aku bekerja. Aku tidak ingin mama terus-terusan sakit hati setiap kali melihatku di rumah,” jawab Helena memberikan alasan.“Bekerja? Kerja dimana?” Alex mengerutkan keningnya.Dia adalah pengusaha kaya dan sangat tidak masuk akal bila istrinya bekerja. Bekerja buat apa? “Aku belum tahu. Aku berencana mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu y
Sudah sehari Alex pergi meninggalkan Helena bersama dengan Marisa setelah 4 bulan pernikahan mereka.Helena baru saja keluar dari kamarnya ketika suara seorang pelayan menyambutnya."Selamat pagi, Nyonya. Nyonya besar pesan agar Anda menemuinya di ballkon samping," beritahu pelayan."Baiklah. Dan tolong bawa teh untukku ke sana," perintah Helena.Pelayan itu hanya mengangguk. Ia adalah pelayan baru di rumah besar itu dan ia tidak pernah mendengar ucapan kasar dari Helena yang katanya suka bicara keras.Helena tidak tahu apalagi yang diinginkan oleh ibu mertuanya. Kemarin, Marisa sudah menyuruhnya menyiapkan makan siang yang seharusnya bisa dilakukan oleh pelayan dengan alasan agar Helena mengerti tugas istri yang sebenarnya."Pagi, Mah," sapa Helena."Pagi. Sudah sarapan?" tanya Marisa."Belum. Aku tadi minta pelayan membawa teh ke sini," beritahu Helena.Marisa mengangkat wajahnya dan ia menatap Helena cukup lama seolah baru mengenalnya."Apa yang sudah kau ketahui tentang Alex?" tan
Rombongan pelayan yang sejak awal sudah menerima perintah dari Marisa saling berpandangan. Mereka seolah ragu karena semua orang tahu selama ini Marisa yang berkuasa di rumah besar tersebut "Aku tidak menyuruh kalian menolak perintah ibuku tetapi, sekarang kalian harus ingat bahwa di rumah ini sudah ada perempuan lain yang bisa memiliki kekuasaan tersebut,” ujar Alex tegas.“Sekarang pergilah dan lakukan yang aku perintahkan. Tidak ada alasan lagi kecuali kalian memang sudah tidak berminat kerja disini,” kata Alex.“Mereka pasti patuh pada perintahmu tetapi tidak pada perempuan manja yang kau jadikan sebagai istrimu.”Suara perempuan terdengar dari belakang Alex dan Helena menyela perintah Alex.Tidak perlu berbalik untuk melihat siapa yang baru saja bicara karena Alex sangat mengenal suara ibunya.“Memang sudah selayaknya. Bagaimanapun penilaian Mama, Helena adalah istriku dan aku tidak mau keberadaannya di rumah ini diabaikan,” cetus Alex.Tidak ada tawaran kompromi karena Alex buk
Tidak seperti dugaan Marisa maupun Desnita yang berpikir Alex bergegas pergi menemui Juli. Alex justru kembali ke rumah mewahnya yang berada di pusat kota London.Ia perlu waktu untuk sendiri untuk merenung tanpa gangguan dari Destiana atau siapa pun juga.“Setelah sekian lama, kenapa dia harus muncul sekarang.” Alex menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang empuk.“Kenapa dia baru muncul sekarang?” Alex bertanya pada dirinya sendiri."Lima tahun aku menanti tetapi tidak ada kabar berita darinya sampai hari ini. Aku tidak percaya kalau dia bukan Helena,” katanya sambil memejamkan mata. Ia sudah punya masa depan bersama dengan Destianat dan ia tidak akan menukarnya dengan hidup dalam bayangan Helena kembali.“Seharusnya aku tidak perlu memikirkannya lagi … tapi, aku tetap tidak bisa.” Alex mengeluh dan ia seperti bukan dirinya.Tubuhnya bergetar menahan marah. Emosi bergolak di dalam dadanya saat cerita tentang Helena disampaikan oleh orang-orang terdekatnya.Helena bukan oran
Penolakan Darla dengan memberikan surat perjanjian membuat Marisa tidak bisa mengusir Juli tetapi bisa melarangnya keluar dan cara tersebut yang mereka lakukan sampai pesta resepsi tersebut selesai setelah 3 hari berlalu walaupun sudah tidak ada pengantin prianya.Setelah 3 hari berlalu, Destiana mendatangi Alex di rumah pantai. Bulan purnama menerangi pantai dengan semburat cahaya remang-remang. Meskipun Destiana tidak sabar menghampiri Alex, Destiana dengan tenang mendekati lelaki yang kini lebih mirip patung batu yang menjaga pantai saat ombak menghantam.Dengan lengan bersilang di dada, kedua kaki terentang dan rahang kaku, Alex bahkan tidak melirik sedikitpun pada saat Destiana sudah berdiri di sampingnya.“Ternyata dugaanku tepat bahwa aku bisa menemukanmu di sini,” ujar Destiana sambil lalu.“Kenapa kau mencariku? Apakah pesta tersebut sudah selesai?” Destiana tidak mengerut mendengar suara Alex. Bukan dirinya yang langsung lari begitu mendengar suara tajam dan dingin yang dim
Helena adalah wanita manja yang selalu membutuhkan pelayan untuk membantunya. Semua orang terkejut ketika Alex, seorang lelaki muda yang baru mulai membuktikan kepada keluarganya bahwa dia mambu meneruskan perusahaan sangat terkejut begitu mengetahui dia menikahi Helena Roland, wanita manja yang dia kenal sejak kecil.Apa yang menarik dari Helena? Helena memang wanita cantik tetapi dia tidak bisa menjadi istri yang baik. Yang dilakukan Helena hanya bersenang-senang tetapi Alex tetap mencintai dan terus membelanya pada saat Marisa menyuruhnya menceraikannya.“Mungkinkah Helena kembali begitu dia tahu Alex sudah tidak mengenangnya lagi? Dasar perempuan tidak tahu diri. Aku yakin dugaanku benar bahwa dia memang sengaja menghilang bersama kekasihnya setelah bosan menjadi isrinya Alex. Aku tidak akan membiarkan Alex menemuinya lagi bahkan untuk membuktikan kalau dia adalah Helana.”Marissa berdiri bersama Kristin sebagai pengamat dan bersama dengan semua mata yang memandangai kejadian ters
Mungkinkah? Mengapa bayangan tersebut begitu nyata kalau memang yang dia lihat adalah bayangan? Tetapi mengapa baru sekarang dia bisa melihat bayangan Helena setelah 5 tahun berlalu dalam kesunyian yang sepi.“Alex, ayo, mereka semua sudah menunggu!” ajak Destiana.Destiana berusaha tenang dan sabar. Walaupun hatinya sakit karena nama pertama yang keluar dari mulut Alex adalah nama Helena tetapi Destiana sedikit lega karena nama tersebut sudah tidak memiliki bentuk lagi tetapi Destiana juga sadar bahwa dia harus berusaha lebih keras lagi untuk memenangkan hati Alex.Tidak ada ketenengan di dalam diri Alex setelah dia melihat bayangan Helena. Matanya selalu mencari diantara banyaknya pelayan catering yang memakai seragam sama seperti yang dia lihat pada Helena. Para pelayan mondar-mandir membawa berbagai macam minuman serta makanan yang sangat lezat tetapi Alex tidak melihat lagi pelayan yang dia cari. Satu-satunya yang dia temukan adalah wajah mertuanya yang sangat berseri-seri seola
Dengan tekad penuh, Darla dan Juli mendatangi Kristin di ruang kerjanya. Setelah bicara dengan salah satu pelayan, mereka diterima Kristin di ruang kerjanya dan secara kebetulan di ruangan tersebut ada 2 orang wanita dengan penampilan yang sangat luar biasa dan terlihat kesan sebagai wanita terhormat.“Selamat siang, Nyonya, saya Darla dan keponakan saya Juli, ingin bicara dengan Kristin.”“Darla? Apakah kalian pengusaha catering yang akan memasak hidangan penutup?” Marisa memperhatikan Darla dan Juli yang lebih banyak menunduk untuk menghormati mereka secara bergantian begitu juga dengan wanita muda yang duduk di kursi yang ada di depannya.“Benar, Nyonya. Kami dari perusahaan catering itu.”“Ada apa?”Dengan singkat dan lugas, Darla menyampaikan keluhannya dan dia sempat melihat wajah wanita yang lebih muda terlihat memandangi mereka dengan curiga.“Apakah kalian sengaja mengatakannya karena permintaanku terlalu tinggi?” tanyanya.“Bukan maksud kami seperti itu, Nona. Setiap kali s
Juli terbangun dengan sakit kepala yang membuatnya merintih pelan. Sudah lama Juli tidak merasakan sakit pada kepalanya tetapi setelah semalam, Juli memutuskan pagi ini dia harus ke dokter agar bisa mendapatkan obat untuk sakit kepalanya.Dan kepalanya semakin bertambah sakit ketika pesawat telepon di mejanya memperdengarkan bunyi yang memekakkan telinga.“Halo.”“Juli, kau tidak akan percaya!”Juli duduk di atas kursi mendengar suara bibiknya yang sangat nyaring. “Aku memang sudah lama tidak percaya, Bik. Tidak percaya sejak kapan bibik bisa bersuara lembut dan merdu setiap kali bicara di telepon.”“Tidak pernah,” bibiknya mengaku. “Tetapi aku tidak peduli apalagi kalau kau tahu mengapa aku meneleponku sekarang!”“Bik, kepalaku saat ini begitu sakit dan aku tidak bisa menebak mengapa bibik telepon sepagi ini,” keluhnya.Juli mengangkat sebelah tangannya untuk memberikan pijitan yang diperlukan pada keningnya. “Dengar, Juli! Kita akan dapat untung besar dan aku pastikan kita tidak ak