Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, Myline duduk sendirian di ruang tamu yang sunyi, merenung dalam keheningan yang menyelimuti dirinya. Wajahnya terlihat tegang, dan matanya dipenuhi dengan ekspresi penyesalan yang mendalam. Dia merasakan beban yang berat di pundaknya, menyadari bahwa dia telah membuat kesalahan yang besar yang menghantui hatinya.Myline memikirkan kembali semua pilihan yang telah dia buat dalam hidupnya, dan setiap kata yang telah dia ucapkan. Dia merasakan rasa sesal yang tak terbendung saat dia menyadari akibat dari tindakannya. Kesalahannya telah menyakiti orang-orang yang dicintainya, dan dia merasa terjebak dalam belenggu penyesalan yang tak terlupakan.Dia merenung tentang saat-saat ketika dia bertindak tanpa berpikir, terbawa emosi dan keinginan untuk membalas dendam atau mendapatkan keuntungan pribadi. Dia merasakan setiap keputusan yang salah, seperti sebatang duri yang menusuk hatinya, meninggalkan luka yang dalam dan tak terobati.Di tengah-tengah penyesalan
Di dalam kamar yang sunyi, Ajun duduk sendirian di ujung tempat tidur, terdiam dalam kesedihan yang memenuhi hatinya. Wajahnya terlihat muram, dan matanya terpejam rapat, mencerminkan penderitaan yang mendalam yang merasuk ke dalam jiwanya. Dia merasa seperti dunia ini runtuh di atas bahunya, dan dia terjebak dalam gelombang kesedihan yang tak tertahankan.Di dalam hatinya yang hancur, Ajun merenungkan kehilangan yang baru saja dia alami. Dia merasa seperti sepotong dari dirinya telah diambil, meninggalkannya dalam kekosongan dan kehampaan yang tak terlukiskan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti beban yang tak tertahankan, dan dia merindukan kehangatan dan cinta yang telah hilang dari hidupnya.Meskipun berusaha untuk tetap tegar, setiap ingatan tentang kehilangan itu menyulut api kesedihan yang menyala di dalam hatinya. Dia merenungkan kenangan indah yang dia bagikan dengan orang yang dicintainya, dan betapa sulitnya baginya untuk menerima kenyataan bahwa mereka telah pergi unt
“Kamu yakin mau menikah dengan anak saya? Apa jaminan kamu terhadap anak saya!” terlihat, seorang wanita paruh baya tengah berdiri sambil kedua tangannya memegangi pinggang. Dengan mata melotot seakan sedang meluapkan emosi terhadap lawan bicaranya.“Saya sangat mencintai putri Tante dan saya akan menjaga Anya dengan baik” ujar Dirga yang merupakan kekasih dari Anya, putri Puji.“Kamu Pikir cinta bakalan membuat perut Anak saya kenyang? Eh... Saya ini Mamanya dan Saya tahu persis berapa biaya perawatan yang dibutuhkan oleh anak saya dalam waktu sebulan tidaklah sedikit! Mengeluarkan uang puluhan juta, apa kamu siap membiayainya ah?!” tanya Puji dengan nada meremehkan. Tidak ingin istrinya berkata seperti itu dengan Dirga, Broto pun menengahi. Namun apa daya, Broto hanyalah suami yang berlindung di pundak istri bisa dikatakan suami takut istri. Puji malah berbanding terbalik memaki-maki suaminya dengan kalimat pedas yang keluar dari mulut wanita paruh baya itu.Sambil terisak-isak Anya
Dirga merasa terkejut ketika mama mertuanya menampar pipi kanannya dengan sangat keras. Tidak sampai disitu, Puji pun memaksa putrinya untuk ikut pulang bersamanya. Namun, Anya berlutut di kaki ibunya sambil memohon agar dirinya tidak dipaksa untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya karena sudah sah menjadi istri orang lain.“Kamu ini melawan sama Mama? Sayang! Kamu bisa mati kelaparan kalau bersama dia!” seru Puji dengan emosional.Dirga pun juga berlutut dan memohon untuk diberi kesempatan untuk menunjukkan bahwa dirinya mampu menjaga dan menafkahi Anya sebagaimana mestinya. Puji terlihat tertawa meremehkan menantunya.“Eh... Dirga! Apa jaminan kamu? Lihat fakta yang terjadi bahwa kamu punya banyak hutang!” seru Puji.“Atau jangan... Jangan kamu menikahi anak saya karena ingin memeras kekayaan saya ya!” seru Puji.Broto hanya bisa terdiam karena malu harus menyaksikan keributan di anggota keluarganya. Beberapa orang mencoba mererai mereka hingga puji pun mengajak suaminya untuk pergi
Pagi hari pun telah tiba. Semua orang mulai melakukan aktivitasnya masing-masing. Tak kecuali dengan Anya. Dirinya telah selesai berpakaian rapih dengan atasan kemeja berwarna putih sedangkan bawahan memakai rok pendek berwarna hitam. Terlihat jelas bagaimana putih dan mulusnya paha Anya yang sebelum-sebelumnya hanya memakai daster saat berada di dalam rumah.Dirga yang baru masuk ke dalam kamar tidur merasa heran melihat istrinya berpakaian seragam hitam putih. Dengan polosnya Dirga mulai bertanya dengan istrinya itu. “Kamu mau kemana?” tanya Dirga.“Kamu lupa?” tanya Anya heran.“Iya, aku lupa” ujar Dirga sembari memegang kepalanya.Anya yang tidak ingin naik darah mencoba untuk tenang. Ia pun kembali menjelaskan tujuannya untuk melamar pekerjaan. Mendengar hal itu, Dirga langsung menyadarinya. Dengan tegas Dirga tidak mengizinkannya untuk kesana. “Aku yang kerja dan kamu cukup disini jaga rumah” ujar Dirga.“Aku jaga rumah? Terus, bagaimana dengan hutang-hutang itu?” tanya Anya de
Hati resah mengkhawatirkan suami yang sangat ia cintai. Dalam kesedihan itu akhirnya ia sampai di depan kantor polisi. Dengan cepat Anya memberikan selembaran uang hijau pada tukang ojek pengkolan tersebut. Sebelum pergi, Toyib menyemangatinya namun Anya tidak membalas dan langsung masuk ke dalam.“Permisi Pak, saya ingin bertemu dengan Dirga atas pelaporan x” ujar Anya pada salah satu polisi.Polisi tersebut mengajaknya bertemu dengan Dirga yang sudah di kurung ke sel penjara. Anya menangis dan kedua tangannya memegang besi dingin yang dengan tega menghalanginya lebih dekat dengan Dirga.“Sayang hiks... Mengapa kamu menjadi seperti ini? Apa yang terjadi Sayang hiks” Isak tangis Anya tidak bisa ia bendung. Karena saat ini yang diutamakan adalah suaminya harus bebas dari sana.Meskipun Andra berada didalam sel tahanan namun ia berusaha mungkin untuk tidak terlihat lemah apalagi berhadapan dengan istri tercinta. Andra berusaha mungkin terlihat tenang yang seakan-akan tidak terjadi apa-a
Desiran angin kencang dimalam hari dengan disertai hujan deras membuat suasana hati Anya ikut terombang-ambing. Anya menatap jendela tanpa tertutup tirai jendela. Terlihat, jendela tersebut dibasahi oleh aliran air hujan hingga berembun.Huf....Suara nafas panjang kini terdengar. Anya menangis sesenggukan. Suasana rumah yang sederhana tidak membuatmu merasa minder asalkan ia merasa bahagia bersama Dirga. Namun apalah daya? Dirga tidak ada, hatinya pun terluka dengan rasa di balut kerinduan.“Mengapa ini bisa terjadi pada pernikahan aku?” lirih Anya sambil matanya tetap tertuju ke arah jendela.Pernikahan yang baru seumur jagung yang hanya merasakan menjadi istri selama dua hari kini seperti belum sempurna merasakan momen pernikahan itu. Dalam kesendiriannya, ia pun teringat sesuatu.“Ah... Apa aku curhat saja sama teman agar aku bisa melegakan hati aku?” Anya meraih ponsel yang sedari tadi ada di atas meja rias. Lalu ia mulai mencari kontak yang bisa di hubungi.“Aku telepon Eleanor
Anya menatap gedung yang begitu megah. Wajahnya yang cantik namun seperti tidak terlihat aura bahagia. Memang mana mungkin seorang istri bisa berbahagia ketika suaminya dalam masalah? Anya menarik nafas dalam-dalam sebelum ia memutuskan untuk masuk ke dalam gedung.“Hi Anya!” teriak seorang wanita yang berparas blasteran. Putih kemerahan dan juga tinggi semampai. Ia merupakan salah satu model senior di pekerjaan baru Anya.“Hi Myeline!” sapa Anya seramah mungkin.“Nanti jam istirahat kita nongkrong yuk di kafe!” seru myeline.Sebenarnya Anya tidak berpikir untuk ke kafe. Selain itu, ia juga tidak menegang banyak uang di dalam dompetnya. Mungkin uang yang ada di dompet Anya sekitar tiga puluhan ribu rupiah. Dengan wajah polosnya Anya pun berkata dengan jujur.“Maaf Myeline, aku tidak punya uang untuk singgah ke kafe” ujar Anya sambil menundukkan kepalanya yang mungkin sedang menyembunyikan rasa malunya.Myeline sempat terprlongo mendengar pengakuan Anya yang terlalu jujur. Lalu kemudia