Di hari libur musim panas, Anya mengunjungi toko barang bekas favoritnya di salah satu toko yang tidak terlalu jauh dari tempat ia tinggal. Saat menjelajahi rak-rak yang penuh dengan barang-barang bersejarah, matanya tertarik pada sebuah buku diary tua yang terlihat sangat kuno. Namun, ketika dia membukanya, bukan hanya usia diari itu yang menarik perhatiannya, tetapi juga nama di dalamnya: "Eleanor."Anya penasaran dan membawa diari itu pulang. Di rumah, dia membaca setiap halaman dengan penuh antusiasme. Diari itu berisi kisah-kisah kehidupan seorang gadis bernama Eleanor, yang tampaknya hidup pada abad ke-19. Eleanor adalah seorang gadis yang cerdas, penuh semangat, dan penuh keingintahuan, sangat berbeda dengan Anya.Namun, semakin Anya membaca, semakin dia merasa terhubung dengan Eleanor. Mereka berdua memiliki ketertarikan yang sama pada seni, musik klasik, dan juga cinta pada petualangan. Namun, yang paling mengejutkan Anya adalah menemukan bahwa Eleanor secara jelas mencintai
Anya dan Rangga adalah pasangan yang telah lama menantikan kehadiran buah hati dalam keluarga mereka. Mereka adalah dua pribadi yang penuh kasih, dan impian mereka menjadi orangtua akhirnya terwujud ketika Anya hamil dengan bayi kembar.Kehamilan Anya penuh dengan kegembiraan dan antisipasi. Setiap bulan, mereka pergi ke dokter untuk memeriksa kesehatan dan perkembangan bayi kembar mereka. Anya dan Rangga tak pernah lelah menyuarakan kebahagiaan mereka kepada si kembar di dalam rahim Anya.Namun, pada suatu pagi yang cerah, tiba-tiba Anya merasakan kontraksi yang kuat. Mereka segera bergegas ke rumah sakit, di mana dokter memastikan bahwa persalinan sedang berlangsung. Dalam waktu yang singkat, Anya melahirkan dua bayi kembar yang sehat.Ketika Anya dan Rangga mendengar tangisan pertama kedua bayi mereka, air mata kebahagiaan pun berlinang. Mereka dipenuhi oleh rasa syukur dan keberuntungan atas kelahiran kedua anak mereka.Anak kembar mereka diberi nama Adit dan Nadia. Adit adalah ba
Anya adalah seorang ibu yang penuh kasih dan perhatian. Namun, ketika putrinya, Elera, tak kunjung pulang dari sekolah pada waktunya seperti biasa, gelombang kekhawatiran mulai melanda hatinya.Semua dimulai ketika Anya menunggu dengan gelisah di depan pintu rumah mereka, menatap jam dengan hati yang semakin gelisah. Waktu terus berjalan, tetapi Elera belum juga muncul. Ketika bel sekolah berbunyi untuk yang kedua kalinya, Anya merasa detak jantungnya semakin cepat dan napasnya semakin sesak.Dengan cepat, Anya menghubungi teman-teman Elera, tetapi tidak ada yang tahu di mana dia berada. Gelombang kekhawatiran semakin memenuhi pikirannya saat dia membayangkan berbagai kemungkinan yang mengerikan.Tanpa ragu, Anya segera melaporkan kehilangan Elera ke polisi, berharap agar mereka segera menemukan putrinya. Tetapi setiap detik terasa seperti jam, dan kegelisahan Anya semakin memuncak seiring berjalannya waktu.Dalam kegelapan malam, Anya duduk sendiri di ruang tamu, menangis dan berdoa
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, Myline duduk sendirian di ruang tamu yang sunyi, merenung dalam keheningan yang menyelimuti dirinya. Wajahnya terlihat tegang, dan matanya dipenuhi dengan ekspresi penyesalan yang mendalam. Dia merasakan beban yang berat di pundaknya, menyadari bahwa dia telah membuat kesalahan yang besar yang menghantui hatinya.Myline memikirkan kembali semua pilihan yang telah dia buat dalam hidupnya, dan setiap kata yang telah dia ucapkan. Dia merasakan rasa sesal yang tak terbendung saat dia menyadari akibat dari tindakannya. Kesalahannya telah menyakiti orang-orang yang dicintainya, dan dia merasa terjebak dalam belenggu penyesalan yang tak terlupakan.Dia merenung tentang saat-saat ketika dia bertindak tanpa berpikir, terbawa emosi dan keinginan untuk membalas dendam atau mendapatkan keuntungan pribadi. Dia merasakan setiap keputusan yang salah, seperti sebatang duri yang menusuk hatinya, meninggalkan luka yang dalam dan tak terobati.Di tengah-tengah penyesalan
Di dalam kamar yang sunyi, Ajun duduk sendirian di ujung tempat tidur, terdiam dalam kesedihan yang memenuhi hatinya. Wajahnya terlihat muram, dan matanya terpejam rapat, mencerminkan penderitaan yang mendalam yang merasuk ke dalam jiwanya. Dia merasa seperti dunia ini runtuh di atas bahunya, dan dia terjebak dalam gelombang kesedihan yang tak tertahankan.Di dalam hatinya yang hancur, Ajun merenungkan kehilangan yang baru saja dia alami. Dia merasa seperti sepotong dari dirinya telah diambil, meninggalkannya dalam kekosongan dan kehampaan yang tak terlukiskan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti beban yang tak tertahankan, dan dia merindukan kehangatan dan cinta yang telah hilang dari hidupnya.Meskipun berusaha untuk tetap tegar, setiap ingatan tentang kehilangan itu menyulut api kesedihan yang menyala di dalam hatinya. Dia merenungkan kenangan indah yang dia bagikan dengan orang yang dicintainya, dan betapa sulitnya baginya untuk menerima kenyataan bahwa mereka telah pergi unt
“Kamu yakin mau menikah dengan anak saya? Apa jaminan kamu terhadap anak saya!” terlihat, seorang wanita paruh baya tengah berdiri sambil kedua tangannya memegangi pinggang. Dengan mata melotot seakan sedang meluapkan emosi terhadap lawan bicaranya.“Saya sangat mencintai putri Tante dan saya akan menjaga Anya dengan baik” ujar Dirga yang merupakan kekasih dari Anya, putri Puji.“Kamu Pikir cinta bakalan membuat perut Anak saya kenyang? Eh... Saya ini Mamanya dan Saya tahu persis berapa biaya perawatan yang dibutuhkan oleh anak saya dalam waktu sebulan tidaklah sedikit! Mengeluarkan uang puluhan juta, apa kamu siap membiayainya ah?!” tanya Puji dengan nada meremehkan. Tidak ingin istrinya berkata seperti itu dengan Dirga, Broto pun menengahi. Namun apa daya, Broto hanyalah suami yang berlindung di pundak istri bisa dikatakan suami takut istri. Puji malah berbanding terbalik memaki-maki suaminya dengan kalimat pedas yang keluar dari mulut wanita paruh baya itu.Sambil terisak-isak Anya
Dirga merasa terkejut ketika mama mertuanya menampar pipi kanannya dengan sangat keras. Tidak sampai disitu, Puji pun memaksa putrinya untuk ikut pulang bersamanya. Namun, Anya berlutut di kaki ibunya sambil memohon agar dirinya tidak dipaksa untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya karena sudah sah menjadi istri orang lain.“Kamu ini melawan sama Mama? Sayang! Kamu bisa mati kelaparan kalau bersama dia!” seru Puji dengan emosional.Dirga pun juga berlutut dan memohon untuk diberi kesempatan untuk menunjukkan bahwa dirinya mampu menjaga dan menafkahi Anya sebagaimana mestinya. Puji terlihat tertawa meremehkan menantunya.“Eh... Dirga! Apa jaminan kamu? Lihat fakta yang terjadi bahwa kamu punya banyak hutang!” seru Puji.“Atau jangan... Jangan kamu menikahi anak saya karena ingin memeras kekayaan saya ya!” seru Puji.Broto hanya bisa terdiam karena malu harus menyaksikan keributan di anggota keluarganya. Beberapa orang mencoba mererai mereka hingga puji pun mengajak suaminya untuk pergi
Pagi hari pun telah tiba. Semua orang mulai melakukan aktivitasnya masing-masing. Tak kecuali dengan Anya. Dirinya telah selesai berpakaian rapih dengan atasan kemeja berwarna putih sedangkan bawahan memakai rok pendek berwarna hitam. Terlihat jelas bagaimana putih dan mulusnya paha Anya yang sebelum-sebelumnya hanya memakai daster saat berada di dalam rumah.Dirga yang baru masuk ke dalam kamar tidur merasa heran melihat istrinya berpakaian seragam hitam putih. Dengan polosnya Dirga mulai bertanya dengan istrinya itu. “Kamu mau kemana?” tanya Dirga.“Kamu lupa?” tanya Anya heran.“Iya, aku lupa” ujar Dirga sembari memegang kepalanya.Anya yang tidak ingin naik darah mencoba untuk tenang. Ia pun kembali menjelaskan tujuannya untuk melamar pekerjaan. Mendengar hal itu, Dirga langsung menyadarinya. Dengan tegas Dirga tidak mengizinkannya untuk kesana. “Aku yang kerja dan kamu cukup disini jaga rumah” ujar Dirga.“Aku jaga rumah? Terus, bagaimana dengan hutang-hutang itu?” tanya Anya de