Semakin hari hubungan Anya bersama Dirga sudah tak dekat dulu. Dirga sibuk dengan pekerjaannya hingga bahkan memilih untuk lembur dan tidur di kantor. Anya juga tidak ingin terlalu memikirkan suaminya karena ia juga tengah fokus pada pekerjaannya sebagai model. Hari ini, Anya ingin keluar membeli makanan karena ia belum sempat sarapan. Saat ia keluar ke arah parkiran, Ia berpapasan dengan Myeline.“Hai Anya!” sapa Myeline, merasa seolah tak memiliki kesalahan pada Anya setelah tindakan yang ia perlihatkan pada Dirga sangatlah tidak terpuji.Anya tak bergeming dan memilih masuk ke dalam mobil. Namun sebelum ia memutuskan untuk pergi, Anya pun berkata “Aku titip suamiku!” Setelah mengatakan itu Anya pun pergi. Terlihat Myeline tidak terlalu menyukai perkataan Anya barusan.“Gila, mengapa dia terlihat tak bereaksi terhadapku!” gerutunya.Myeline memutuskan untuk masuk ke dalam kantor daripada terus terpaku memikirkan Anya yang telah membuatnya kesal. Sementara itu, dari kejauhan Yuda tel
Taher berjalan menuju ke arah tangga dan berpapasan dengan Anya. Taher menyapa Anya seakan ia tak memiliki rasa bersalah setelah ia pernah melakukan perbuatan-perbuatan yang tak senonoh kepada Anya di dalam kamar mandi.“Mau kemana Anya?” terlihat Taher menatap Anya dengan liar. Membuat Anya sedikit menutupi bagian depan tubuhnya yang terlihat sangat seksi. “Aku mau mencari Myeline” balas Anya.“Oh... Myeline ada di ruanganku dan kebetulan aku akan kesana. Mari kita berjalan bersama-sama untuk mencari Myeline” ujar Taher sembari mengedipkan mata nakal ke arah Anya.Ada rasa tak nyaman di hati Anya namun ia terlihat tak berdaya. Tidak memiliki pilihan maka ia pun menyetujui ajakan Taher. Mereka berjalan ke lantai atas dengan situasi yang lumayan sepi karena saat ini merupakan jam-jam istirahat dan tentunya banyak karyawan dan model lainnya memilih untuk keluar dari kantor menuju ke restoran ataupun warung terdekat untuk sarapan siang.“Nah... Sudah sampai!”“Ayo kita masuk!”Taher ter
Tidak ada yang mengetahui keberadaan Anya hingga kini satu bulan pun telah berlalu. Semenjak kejadian itu, Myeline menjadi berubah menjadi wanita yang lebih baik. Ia juga terus terbayang-bayang pada rasa bersalah. Karena itu, Myeline memperlakukan Dirga dengan baik entah saat berada di lingkup perusahaan ataupun saat di luar pekerjaan.“Myline, sejak kapan kamu berada di sini?” tanya Dirga, ia melihat Myeline di depan pintu. “Sedari tadi” ujarnya.“Aku membawa ini untuk kamu dan aku merasa tak enak bila membangunkan kamu terlalu pagi” ujar Myeline lagi.Dirga melihat seseorang yang di bawa oleh Myeline. Lalu ia mengambilnya dan berterimakasih. Myeline yang telah membawakan makanan pagi memutuskan untuk pulang. Sebenarnya Dirga ingin mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah dan berbincang-bincang namun Myeline menolak karena ia beralasan sedang memiliki urusan lain.Dirga membawa makanan pemberian Myeline, masuk ke dalam ruangan setelah Myeline tidak ada di tempat. Ia menaruhnya ke atas
Dirga membereskan berkas-berkas penting ke atas meja sembari matanya melirik jam yang ada di pergelangan tangan. Terlihat Bunga sudah membuka pintu lalu ia memanggil Dirga dengan sopan. Dirga menolehkan kepalanya, ia yang sudah selesai menaruh berkas itu memutuskan untuk menghampiri Bunga.“Apa semuanya sudah dipersiapkan?” tanya Dirga.“Sudah Pak, semuanya sudah siap digunakan” ujar Bunga.“Baik, terimakasih” Dirga meninggalkan Bunga yang masih berada di depan pintu. Sementara dirinya menghadap ke ruang rapat yang akan segera dilaksanakan. Dirga dan Myeline sudah duduk di meja sembari menunggu rapat, Myeline sempat berbincang-bincang dengan dirinya. Terlihat, Dirga juga merasa nyaman ketika berhadapan dengan Myeline. Beberapa orang pun mulai masuk dan dapat di mulai.Tidak ada yang berbeda dari rapat tersebut namun ada seseorang yang menarik perhatian. Terlihat seorang wanita berambut panjang dan lulus dengan wajah yang sangat cantik. Kecantikan wanita itu membuat Myeline sedikit in
Tibalah saatnya Yuda menghadapi langkah yang lebih serius. Melihat hubungan yang tak pernah ia impikan bersama dengan wanita yang tak ia cintai. Namun alasan ia menerima pertunangan itu karena Yuda juga tidak ingin membuat mama yang ia hormati tidak menganggapnya sebagai anaknya. Dalam kemeriahan itu, Yuda tak merasakan hari pertunangannya sendiri.“Wahh akhirnya kita bisa bertunangan ya!” seru Anita, tangannya memeluk tubuh Yuda di hadapan banyak tamu. Yuda sedikit mendorongnya dan meminta Anita untuk tidak memeluknya seperti itu.Anita hanya cengar-cengir dan tidak memperdulikan larangan dari Yuda, merasa telah mendapatkan lampu hijau dari calon mertua adalah hal yang ia pentingkan ketimbang dengan Yuda sendiri.Beberapa temannya baik dari Pihak Yuda maupun dari pihak Anita datang menghampiri mereka dan meminta foto bersama. Sebenarnya Yuda enggan untuk berfoto namun ia menatap wajah mamanya dengan tatapan mengancam hingga Yuda pasrah. Saat berfoto Yuda menunjukkan ekspresi tak menye
Myeline mengambil secangkir teh hangat yang ia buat sendiri. Sambil mengaduk dengan menggunakan sendok teh, ia juga tak lupa mengambil roti yang ada di dalam kulkas. Setelah dirasa sudah selesai mengaduk, ia memilih untuk bersantai di teras rumah.“Ah... Apa ini?” matanya teralihkan ketika membuka pintu. Ia melihat secarik kertas putih yang sengaja di taruh oleh orang lain di depan pintunya. Myeline mencoba menoleh ke arah kiri dan kanan namun situasinya sangat sepi. Sedikit termenung dengan pikirannya, ia memilih untuk meraihnya lalu duduk di kursi kayu yang terbuat dari kayu jati.“Um, aku coba buka” gumamnya.Matanya tak berkedip seakan menunjukkan keseriusan isi dari surat itu. Terlihat Myeline meremasnya lalu melemparkan kertas itu ke tanah. Suara nafasnya mulai tak beraturan, “Sialan! Siapa yang berani mengancamku seperti itu!” pekiknya.Merasa situasi tak kondusif, ia memilih untuk kembali masuk ke dalam ruangan dan membiarkan teh yang ia buat masih di kursi teras rumah. Myeli
Tidak ingin terus menerus merasa terpuruk dalam masalah yang pasti akan ada solusinya. Yuda bertekad untuk membatalkan pertunangannya menuju ke pelaminan. Ia hanya butuh waktu untuk bisa memberanikan diri mengatakan itu pada semua pihak yang ikut terlibat. Ketika berpikir keras mengenai masa depan, Yuda mendadak teringat kembali dengan foto yang mirip dengan dirinya.“Ah... Gara-gara Anita aku jadi melupakan rasa penasaranku tentang dia!” gumam Yuda dengan geregetan.Yuda yang tadinya duduk di depan Indomaret kini berdiri sambil melirik jam yang tetap setia menemaninya. Jam tangan berwarna hitam dengan jarum jam berwana putih memanglah kesayangan Yuda. Hal itu terbukti ketika usia dari jam tersebut sudah cukup lama. Bulan depan genaplah usia tujuh tahun.Yuda membayar uang parkir dengan uang seratus ribu lalu segera masuk ke dalam mobil. Terlihat tukang parkir sedang menghitung uang kembalian lalu karena melihat Yuda yang mau pergi, kakek tersebut pun berteriak “Nak, ini sisa uang kem
“Arghhhh!” terdengar suara teriakan dari bawah gedung. Membuat orang yang ada di gedung langsung berhamburan keluar mencari sumber suara tersebut. Mata mereka melotot ketika melihat pemandangan yang mengerikan. Terlihat seorang wanita telah bersimbah darah. Beberapa orang yang melihatnya langsung muntah-muntah dan ada juga sampai ingin pingsan.Myeline dan Dirga juga merasa penasaran lalu mereka keluar dari gedung dan menyaksikannya dengan mata telanjang. “Apa-apaan ini? Siapa yang melakukannya!” teriak Myeline dengan syok.Tak ada yang berani menyentuh wanita yang sudah bersimbah darah. Mereka tidak ingin berurusan dengan polisi dan hanya bisa menonton dari jarak yang cukup jauh. Melihatnya tak ada yang maju, Dirga pun memutuskan untuk maju. “Kamu mau apa Dirga?” tanya Myeline namun tak di gubris.Dirga berjongkok tepat dari wanita tersebut dan mencoba meraih pergelangan tangannya. Merasa penasaran, Myeline pun bertanya “Apa dia masih hidup?” Dirga menghela nafasnya, “Tidak... Dia t