Home / CEO / Wanita Pilihan Mafia / Bab 03. DTA003

Share

Bab 03. DTA003

Author: Aleena
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Salwa membuka jendela kamarnya ketika langit telah menurunkan hujan dengan debit air yang tidak terlalu deras. 

Salwa mengapit sebuah koran yang baru dibeli kemarin, yaitu ketika perjalanan menjemput orang tuanya pulang dari rumah sakit. Dia sudah melingkari beberapa lowongan pekerjaan yang tertera pada surat kabar itu.

Keputusannya untuk bekerja sudah bulat. Dia akan berjuang demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Berharap dengan pengorbanannya ini, adik-adiknya akan tetap bisa bersekolah tanpa memusingkan biaya yang harus dibayarkan.

Dia mengamati perusahaan-perusahaan yang membutuhkan karyawan lulusan Sekolah Menengah Atas. Ada Officegirl, kasir, Waiters, dan Babysitter. Salwa memutuskan melamar sebagai kasir di sebuah supermarket, karena jika dilihat dari gaji pekerjaan tersebut lebih menghasilkan.

Namun, saat dia beralih ke halaman lain, sebuah artikel menggiurkan membuat gadis berbulu mata lentik itu mengurungkan niatnya. Ya, sebuah artikel yang menunjukkan jalan keluar bagi permasalahannya untuk segera mendapatkan banyak uang dengan hanya bermodal ijazah Sekolah Menengah Atas.

Sebuah yayasan penyalur tenaga kerja resmi telah membuka kesempatan bagi siapa saja yang mau mengubah nasib dengan berkarier di negera asing. Senyum seketika mengembang di bibir Salwa. Doa-doanya terjawab sudah, dia sudah memutuskan untuk segera mengambil kesempatan itu demi masa depan keluarganya.

Salwa memutuskan menjadi seorang tenaga kerja wanita yang akan bekerja di sebuah negara yang belum pernah sekali pun terbayangkan olehnya meski hanya dalam mimpi saja.

***

Peluh membasahi pipi, Salwa tak menghiraukannya. Dengan sepeda usang, dia mengayuh roda dua itu untuk menuju tempat yayasan penyalur tenaga kerja. Tas dia panggul di punggung, mengenakan celana bahan yang warnanya telah pudar di berbagai sisi, perempuan itu bersemangat untuk menjemput impian mengubah nasibnya juga keluarga.

Hingga ketika tepat berada di lampu merah, kakinya mengerem di jalan beraspal. Sepeda roda dua yang dikenakannya memang remnya tak berfungsi dengan baik, sehingga membutuhkan kaki yang dipijakkan ke tanah untuk menambah gaya gesekan.

Nahansnya, sebuah mobil yang mengerem mendadak mencipratkan genangan air bekas hujan mengenai pakaian Salwa. Dia ingin memaki pemilik mobil tersebut, tetapi begitu kaca jendela mobil itu menurun dengan melihat siapa pemiliknya membuat hati Salwa berubah sedih.

Seorang pria berkacamata hitam yang di sebelahnya duduk dengan anggun wanita cantik berpakaian tanpa lengan menatap sinis ke arahnya. Pria itu berada di kursi kemudi yang mana posisinya agak jauh dengan Salwa, sementara perempuan cantik itu lebih dekat posisinya dengan Salwa.

Pria itu adalah Alvaro, cowok populer di sekolah Salwa yang secara diam-diam disukai oleh gadis itu. Perbedaan terlalu senjang membuat Salwa tak berani mengungkapkan perasaannya, sehingga dia lebih memilih memendam rasa untuk memutuskan menyukai pria itu dalam diam.

Salwa masih menatap ke arah dalam mobil dan tanpa sengaja lelaki itu pun turut menatapnya. Ada raut terkejut di mimik muka lelaki itu, melihat Salwa basah kuyup yang tak lain karena ulahnya.

Dia ingin menyapa, meminta maaf, tetapi melihat penampilan Salwa yang berantakan dengan wajah berpeluh karena sengatan matahari membuat lelaki itu urung melakukannya. Ada rasa malu yang membelenggu, menangkup dirinya agar tak perlu memedulikan sosok Salwa. Hingga ketika lampu lalu lintas berubah hijau, lelaki itu bergegas melajukan mobilnya tanpa menatap Salwa.

Melihat sosok itu telah pergi dan tak memedulikannya, Salwa kembali mengayuh sepedanya. Ada rasa sakit di sudut hatinya melihat seorang yang dia sukai hanya menatapnya sambil lalu, tak menghiraukan apalagi menegurnya kendati mereka saling mengenal. Rasa ngilu di sudut hatinya telah dipendamnya rapat-rapat, tak perlu dipertunjukkan karena perasaannya dianggap hal yang tidak penting oleh orang lain. Kini, tujuannya hanya satu, yaitu mendapatkan pekerjaan agar bisa mengubah kehidupan keluarganya yang penuh akan kekurangan menjadi lebih baik dan tercukupi.

***

Di ruangan itu, Salwa menunggu dengan tenang setelah sebelumnya meminta izin membersihkan diri di toilet. Perempuan itu duduk di salah satu kursi tunggu yang mana di sebelahnya terdapat beberapa orang yang juga sedang menunggu dipanggil namanya.

Segala persyaratan yang tertera di surat kabar sudah dipersiapkan olehnya, sehingga Salwa tinggal menunggu semua dikumpulkan. Tekadnya sudah bulat, meskipun rasa takut untuk pergi merantau ke negeri orang begitu tinggi, tetapi keinginan mengubah nasib keluarganya lebih besar daripada rasa takut itu. Dia akan menekan kuat perasaan gelisah itu, mengubahnya menjadi sebuah spirit demi keluarga tercinta.

***

Segala proses telah dilewati Salwa setelah dua bulan berada di asrama Yayasan. Pendidikan singkat terkait pekerjaan yang akan dilakukannya di sana telah dengan baik dilewati. Otak cerdasnya sangat berguna ketika harus menghafal dan mempraktekkan percakapan bahasa asing yang mungkin akan dia gunakan nanti di tempat kerja.

Sempat tebersit keraguan ketika dirinya meminta izin Pak Samsul, ayahnya saat itu untuk merantau mendapatkan pekerjaan yang bagus, tetapi semuanya sirna setelah niatnya tercurahkan dengan baik.

Meskipun sebelumnya kedua orang tua Salwa menentang keras, tetapi akhirnya Salwa bisa meyakinkan mereka dan mendapatkan izin serta restu walau dengan hati yang tak rela.

Bagaimanapun kedua orang tua Salwa tak bisa melihat putri sulungnya itu mencari penghidupan di tempat yang jauh tak tersentuh. Bayangan seorang TKW yang disiksa, diperkosa, bahkan dibunuh oleh majikannya membuat rasa cemas dan khawatir mereka akan kehidupan Salwa di sana. Apakah anaknya itu akan baik-baik saja selama di perantauan?

Hanya doa yang mampu mereka panjatkan demi keselamatan dan keberhasilan Salwa, karena mereka hanya bisa memasrahkan semua takdir kepada Yang Kuasa.

Dan kini, ketika semua telah siap dengan sebuah koper di tangan. Salwa dan rekan-rekannya hari ini melakukan jadwal penerbangan menuju negara tujuan, yaitu Hong Kong.

Dia memejamkan mata begitu pesawat melakukan lepas landas. Bayangan kedua orang tuanya tersenyum sambil menangis ketika melepaskan kepergiannya terbayang kembali dalam ingatannya.

Senyum teduh mereka menjadi sebuah amunisi bagi Salwa, bahwa dia mampu untuk memperjuangkan hidupnya dan hidup keluarganya. Ya, bismillah, hanya niat yang tulus dengan tekad yang kuatlah sebagai modal serta pondasinya dalam berjuang di negara orang.

***

Hampir lima jam perjalanan yang cukup banyak drama, di mana teman-temannya yang baru sekali naik pesawat membingungkan dirinya. Dari salah menduduki kursi penumpang lain, hingga mabuk udara, membuat perjalanan ke Bandar Udara Internasional Hong Kong menjadi lebih berwarna. Beruntung Salwa tak mengalami kesusahan yang berarti kendati dirinya juga kali pertama menaiki pesawat terbang.

Pengetahuan yang didapatkan ketika di asrama cukup membantunya tetap tenang selama berada dalam pesawat. Dari mulai proses pemeriksaan tiket, pemeriksaan barang bawaan, pembayaran pajak, hingga sampai berada dalam pesawat sudah dia hafal diluar kepala sehingga sekalipun untuk pertama kalinya Salwa tak banyak melakukan kesalahan.

Dan kini, ketika kakinya sudah menjejak di negara orang, menghirup udara yang jauh dari keluarga, rasa takut mulai menyelimuti. Dia mencengkeram tali tas punggunggungnya dengan erat sambil merapal doa untuk meyakinkan diri bahwa keputusan yang dia ambil ini akan bisa mengubah kehidupan keluarganya.

Related chapters

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 04. DTA004

    Sebuah unit rusun dijadikan tempat bernaung sementara. Sebelum sang majikan menjemput para pekerja wanita, mereka tinggal di rusun sempit yang dihuni oleh beberapa calon pekerja.Salwa merapikan barang-barangnya, menatanya dengan efisien, menggunakan area yang sempit itu agar tak memakan banyak tempat. Setelah dirasa semua barang-barangnya telah rapi tersusun, perempuan itu mengistirahatkan tubuhnya dengan berbaring di ranjang.Belum sempat matanya terpejam, seseorang di luar kamar mengetuk pintu sembari memanggil namanya membuat perempuan itu urung mengistirahatkan tubuh. Sebuah kepala menyembul dari pintu yang terbuka dari luar, lalu bertanya kepada Salwa. "Salwa, kamu sudah selesai?"Dia adalah Anis, teman seperjuangan Salwa di yayasan, tetapi berangkat lebih dulu beberapa minggu yang lalu. Dia belum dijemput sang majikan sehingga harus menunggu di rusun yang sama dengan Salwa."Sudah, Mbak. Apa ada yang bisa kubantu?" Salwa segera memosisikan dirinya yang sebelumnya terbaring menj

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 05. Pertemuan Kedua

    "Salwa, kamu udah ditungguin di bawah." Anis meletakkan kuncir rambutnya di atas nakas, lalu menyisir rambutnya agar lebih rapi.Salwa mengangguk, ada rasa ragu menerpa begitu mendapatkan pemberitahuan bahwa hari ini calon majikannya akan menjemput. Namun, dia harus tetap datang karena untuk inilah dirinya jauh-jauh datang ke Hong Kong, yaitu demi mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi.Salwa menarik kopernya, berpamitan kepada penghuni rusun yang biasa bercengkerama dengannya. "Mbak Anis, nanti kalau aku sudah punya ponsel, aku akan menghubungimu."Satu per satu penghuni rusun itu memeluk Salwa. Tinggal beberapa hari bersama di tempat asing membuat ikatan mereka sudah seperti saudara. Apalagi Salwa adalah gadis yang suka membantu, baik pekerjaan rumah maupun hal lain terkait asmara. Menaiki elevator, Salwa turun ke lantai bawah di mana tempat calon majikannya menunggu. Dia sedikit gugup ketika pandangannya mengarah kepada dua orang berpakaian formal serba hitam, kacamata hitam den

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 06. Ujian Pertama

    "Saya ... Salwa pembantu baru di sini." Salwa berucap dengan gugup, wajahnya masih menengadah karena tangan lelaki itu memaksanya untuk tetap dalam posisi itu.Di saat tangan lelaki itu menurun, melepaskan dagu Salwa, perempuan itu segera mundur ke belakang. Namun, pergerakannya justru terhalang oleh pantry dapur membuatnya hanya bisa menundukkan kepala. Sejenak ia terpaku di tempat, wajahnya sudah memerah karena di depannya lelaki itu tidak mengenakan pakaian atas, hanya menyisakan celana panjangnya saja.Salwa semakin menunduk, tetapi sesuatu yang menempel di tangannya membuat perempuan itu terkejut dengan membelalakkan mata."Da-da-darah?"Napasnya tiba-tiba memburu melihat darah segar menempel di tangan."Iya, darah." Suara dingin yang terdengar santai itu membuat Salwa semakin tak percaya.Seketika Salwa menatap pria tersebut, tubuhnya yang tak berpenghalang menempel banyak darah di sana. Barulah ia menyadari siapa pria di depannya itu begitu ingatan tentang pria malang yang dipu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 07. Bayangan Mengganggu

    Sean Arthur berjalan melewati depan kubikel-kubikel para staf kantor yang sedang menunduk, menekuri berkas-berkas di atas meja kerja mereka. Tak berani menengadahkan kepala, semua begitu sibuk atau sepertinya pura-pura sibuk, mengerjakan apa saja agar tetap terlihat sibuk karena ada sang atasan tiba-tiba datang melewati area kerja mereka.Sebuah gebrakan di pintu itu terdengar memekakkan telinga, membuat semua orang yang berada dalam satu lantai itu terkejut, mendongakkan kepala, melihat hal apa yang terjadi. Sean dengan aura gelapnya menatap tajam ke arah seseorang yang sedang berada di dalam ruangan itu. "Maafkan saya, Tuan!" Seorang laki-laki terlihat mengiba, membungkuk kepada Sean dengan menyentuh kaki lelaki itu."Leon!" Sean memanggil asistennya. "Aku tidak ingin melihatnya!"Leon mengangguk, dia mengedikkan dagu ke arah belakang di mana pengawal Sean yang mengenakan stelan formal serba hitam berada. Mereka beranjak mendekat, menyeret pria menyedihkan itu menjauh dari majikann

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 08. Feromon Memabukkan

    Sean Arthur memilih pulang setelah gagal menyalurkan hasrat biologisnya. Ia masih bingung dengan dirinya sendiri. Bagaimana wajah seorang pembantu justru melintas di kepalanya ketika dia sedang berhubungan badan?Tidak mungkin dia tertarik dengan perempuan dari kasta rendah seperti Salwa. Apa kata dunia jika mengetahui seorang pengusaha yang merajai bisnis di banyak bidang justru tertarik kepada pembantu sendiri. Tidak, itu tidak boleh terjadi.Sean menggelengkan kepala, memastikan jika apa yang ia bayangkan baru saja adalah hal yang tak mungkin terjadi. Meskipun ia tak menampik jika sampai saat ini, perempuan itu sempat membuat perhatiannya teralihkan.Hampir pukul dua belas malam, Sean baru sampai di penthouse. Pandanganya menyapu sekeliling, semuanya masih sama, sepi seperti biasa.Sean memilih langsung masuk ke dalam kamarnya, untuk segera mengistirahatkan diri. Namun, rasa kantuk belum juga merengkuh dirinya lantaran hasrat belum bisa tertuntaskan. "Sial!" Ia mengacak rambutnya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 09. Tergoda

    Ketika pagi menjelang di hari Minggu, Salwa sudah selesai menata sarapan pagi di atas meja makan. Dari arah depan, ia bisa melihat Sean Arthur baru saja masuk dengan mengenakan pakaian olahraga. Sepertinya lelaki itu menyempatkan diri untuk melakukan lari pagi sebentar di area jogging park di mana penghuni apartemen melakukan aktivitas olahraga santai. Melirik sekilas ke arah Salwa, Sean mengabaikan perempuan itu yang tampak memperhatikannya seolah ingin menyampaikan sesuatu. Untuk saat ini, sebaiknya menghindari Salwa adalah jalan yang terbaik. Ia masih tidak bisa menerima kenyataan akan apa yang dilakukannya semalam, yaitu memilih menggendong perempuan itu daripada membangunkannya agar bisa kembali ke kamarnya. Seharusnya ia tidak perlu merendahkan diri dengan membawa tubuh Salwa yang berstatus sebagai pembantu dengan menggunakan kedua tangannya sendiri. Lantaran takut jika tidur perempuan itu terusik, Sean sangat berhati-hati ketika menggendongnya.Kejadian semalam masih tidak bi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 10. Membayar dengan Tubuhmu

    Sorot mata Sean Arthur seolah-olah sedang menelanjangi Salwa. Perempuan itu kian beringsut melindungi diri, merasa ada yang tidak beres dengan sang majikan."Tu-an, apa yang Anda lakukan di kamar saya?" Salwa terlihat ketakutan begitu Sean menutup pintu kamarnya, kemudian mengunci dari dalam.Malam ini Salwa terlupa mengunci pintu kamar lagi sehingga membuat lelaki itu lebih leluasa masuk ke dalam. Karena terlampau lelah, ia langsung tidur tanpa mengecek pintu, apakah sudah terkunci atau belum.Sean Arthur melangkah mendekat. Lelaki bertubuh jangkung tak ubahnya seperti predator kelaparan yang hendak memangsa kelinci kecil tak berdaya. Perasaan Salwa semakin tidak enak di saat melihat lelaki itu mulai melepaskan kancing-kancing kemejanya."Tuan, apa ... yang Anda lakukan?" Tangan Salwa mencengkeram selimut yang membalut tubuhnya, seolah selimut itu mampu menamenginya dari bahaya yang mengintai seorang Sean Arthur.Lelaki itu tak menjawab. Ia melemparkan kemejanya ke lantai, lantas men

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 11. Nikahi Saya secara Agama

    Salwa mundur satu langkah ke belakang, menggelengkan kepala menanggapi perkataan mesum Sean Arthur. Mengapa pria kaya dan dewasa justru menganggap rendah kaum rakyat jelata sepertinya?"Saya tidak mau."Dia menunduk lagi. Air mata yang sebelumnya sempat diseka, kini berderai kembali. Sesak, itulah yang ia rasakan saat ini. Kehormatan dan harga diri adalah hal terpenting baginya. Ia memang bukanlah seorang agamis yang suci dan tidak berlumur dosa, tetapi ia cukup paham jika memberikan tubuh kepada seseorang yang bukan mahramnya adalah hal yang salah, dosa besar. Bahkan, agama memberikan hukuman cambuk seratus kali bagi wanita dan pria single yang nekat melakukannya."Uang pun tidak ada. Kau bisa keluar sekarang. Aku tidak akan menahanmu lagi. Jika terjadi sesuatu terhadap ayahmu, maka ... kau yang akan disalahkan."Sean menyeringai tatkala melihat gurat ketakutan di wajah Salwa. Perempuan itu mendadak ragu setelah mendapatkan jawaban dingin dari Sean Arthur. Nyawa ayahnya benar-benar d

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 128. Tamat

    Alan kembali tertawa. Tawa renyah tanpa takut Sean akan menghajarnya setelah itu."Tentu saja tidak. Kau sangat menggemaskan, Tuan Arthur.""Kau!"Sean beranjak berdiri, ingin mencekik Alan yang kembali mentertawainya. Namun, Alan segera menghindar, ikut berdiri dengan menghadapkan ke depan kedua telapak tangannya yang terbuka lebar."Ayolah, Sean. Aku hanya bercanda.""Bercandamu tidak lucu. Pulang saja ke negaramu!" ucap Sean menahan kesal kepada sahabatnya itu.***Malam ini adalah minggu ke dua setelah tragedi mualnya Salwa yang anti didekati oleh Sean. Sean terpaksa menahan diri agar tidak menyentuh Salwa, padahal dia termasuk lelaki yang tidak sanggup menahan kebutuhan hasrat biologisnya dalam waktu lama.Dia terpaksa tidur di ruang kerja yang berada tepat di samping kamar tidur utama. Dia berusaha memejamkan mata, mengatasi rasa menggigil ingin dihangatkan oleh tubuh wanita yang dicintainya.Suara derit pintu terdengar lirih, dengan langkah kaki yang menapak lantai marmer di ru

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 127. Ngidamnya Salwa

    Jelas perhatian semua tamu undangan kini beralih pada sosok tegap yang wajahnya terlihat meradang. Lelaki tinggi dengan berbalut tuxedo mahal berjalan di atas karpet merah menuju panggung di mana Salwa dan Angela berdiri di sana.Langkah kakinya terdengar tegas begitu berada di atas panggung. Tangannya mengambil paksa microphone di tangan Angela, lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku celana untuk digunakan mengelap kepala serta gagang microphone tersebut. Hal itu sengaja ia pertontonkan di hadapan Angela, menunjukkkan bahwa perempuan itu lebih menjijikkan dari dugaannya.Sementara sebelah tangan Sean memeluk pinggang Salwa, menarik perempuan itu agar lebih mendekat ke arahnya. Tatapannya tertuju pada semua tamu undangan yang sebelumnya tampak riuh karena ulah Angela, kini tiba-tiba hening dan senyap."Dia memang pernah menjadi pelayanku. Dia juga pernah mengandung anakku." Air mata Salwa seketika menetes mendengar perkataan Sean. Ada apa ini? Apakah ia datang ke sini hanya untuk dip

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 126. Pesta Pernikahan

    Tidak ada kata terlambat untuk menciptakan kehidupan yang diinginkan. Semua akan berjalan sesuai dengan apa yang sedang kita perjuangkan.Pria bermata biru mengusap kepala sang istri yang baru saja tersadar setelah pemeriksaan dokter dilewati beberapa menit yang lalu. Bibirnya menyunggingkan senyum ketika memandang bulu mata lentik mengerjap ringan. Mata bulat itu memandang dengan sayu, buliran air pun menggenang di pelupuk mata, lantas menetes dengan aliran ringan membasahi pipi."Syukurlah kau sudah sadar." Sean menyeka air mata di pipi Salwa dengan ibu jari kanannya secara bergantian. Pria itu tak menanyakan hal yang sesungguhnya ingin sekali ia tanyai, terkait apa saja yang sudah Salwa lakukan dengan Ramunsen di kamar mereka."Mas, ...." Suara Salwa terdengar serak, mungkin karena terlalu banyak menangis. Menyadari hal itu, Sean mengambilkan minum untuknya, membantu Salwa duduk dari pembaringan.Sedikit demi sedikit air di dalam gelas itu berpindah ke mulut Salwa, membasahi tenggo

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 125. Mengejar Ramunsen

    Mobil sport yang memiliki kecepatan lintasan di atas rata-rata digunakan Sean untuk mengejar Edward dan Salwa. Zoe bertugas mengendarai, sementara Sean duduk di sampingnya sembari berpikir dan mendengar segala laporan anak buahnya yang telah memata-matai Ramunsen dari atas ketinggian.Mobil mewah berwarna metalic itu menerobos apa saja yang ada di depan mata, memacu secepat yang ia bisa di tengah keramaian. Kepiawaian Zoe dalam mengendarai mobil tersebut sudah tidak diragukan lagi. Lelaki itu mengernyit ketika titik koordinat yang akan mereka lewati menuju daerah dataran tinggi."Tuan, mobil mereka ...."Sean hanya diam, meski Zoe tidak melanjutkan kalimatnya. Lelaki itu terlihat berpikir serius, tentang apa yang dilakukan Ramunsen di tempat seperti itu. Benar-benar tidak masuk akal.Sekelebat bayangan seorang wanita hamil dari kejauhan tampak tertatih-tatih dalam menahan kesakitan dan di sebelahnya dirangkul oleh seorang laki-laki yang kemungkinan besar adalah suaminya, menjadi perh

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 124. Datang Tepat Waktu

    Salwa bernapas lega melihat siapa yang datang. Air mata yang sejak tadi mengalir terus saja berlinang tiada henti. Dia terisak, tetapi tetap membungkam mulutnya.Pria itu adalah Sean Arthur bersama Zoe sang asisten yang berdiri di belakangnya. Rasa lega bukan hanya karena Salwa merasa aman sebab ada yang menyelamatkannya, tetapi juga melihat sang suami masih hidup dan dalam keadaan sehat. Padahal sebelumnya ia sudah sangat putus asa karena informasi akan keadaan Sean yang sedang bertaruh nyawa dengan bahan peledak, tetapi ternyata Tuhan memberinya secercah harapan."Jangan bergerak! Tetap di tempat." Ramunsen membuang gelas tersebut hingga pecah dan membasahi karpet bulu yang membentang di hampir seluruh permukaan lantai. Tangannya merogoh sesuatu di balik saku celana, lalu menunjukkan benda itu kepada semua orang. Sebuah suntikan berukuran mikro kini berada dalam genggaman lelaki itu."Ini adalah zat afrodisiak. Aku sudah memasukkan afrodisiak ini dalam konsentrasi tinggi. Bayangkan,

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 123. Ramuan Laknat

    Lima jam berlalu setelah melakukan penerbangan kembali ke Indonesia. Baru saja Sean menyalakan mode data smarphone, sebuah email masuk dari Zoe sang asisten mengharuskan Sean menatap layar digital tipis miliknya untuk memeriksa. Di sana, Zoe mengirimkan file attachment di mana berisi foto-foto dan potongan berita khusus yang membuat Sean tercengang. Segera ia hubungi lelaki itu untuk mengetahui kejelasan lebih dalam dari email yang baru saja dikirimkan kepadanya."Tuan Arthur," ucap Zoe begitu menghormati Sean sesaat lelaki itu menjawab panggilan."Katakan, apa maksud semua ini? Mayat siapa itu?" Sean tak kuasa menahan diri. Semua yang terpampang di depan mata seperti sebuah teka-teki.Namun, Zoe di seberang sana terdengar menghela napas panjang sebelum pada akhirnya menjawab, "Polisi telah menemukan jenazah hancur kepalanya sekitar tiga bulan yang lalu. Jika dilihat dari kondisi jenazah itu, kemungkinan besar dia adalah korban pembunuhan sadis dan kejam. Dia ditemukan di sebuah alir

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 122. Penyesalan Seorang Anak

    Hingga beberapa waktu mereka menunggu, tiada sesuatu yang terjadi. Semua pasang mata terbuka hampir bersamaan. Ketakutan dan kepasrahan kini berubah menjadi rasa penasaran. Dilihatnya bom itu telah berhenti di angka 00.01 yang artinya, terlambat hanya dalam satu detik saja, mereka semua akan lenyap dari muka bumi.Terdengar helaan napas dari bibir semua orang. Rasa lega belum sepenuhnya terobati, Fang Yi melihat sinar merah di kepala Abust. Dia menyeret lelaki itu, tetapi dirinya justru terjatuh dengan tubuh Abust menimpa dirinya."Cih, minggir! Kau bau." Abust segera berguling ketika kedua tangan Fang Yi menolaknya. Sementara sinar itu tetap mengarah kepadanya."Kau sendiri yang menyeretku. Kalau suka bilang saja."Fang Yi melihat sosok dari balik pagar sedang bersiap menarik pelatuk, dia segera menarik kembali tubuh Abust, membiarkan pria itu menimpanya sekali lagi dan ....Suara lesatan peluru itu terdengar, menerbangkan debu-debu yang ada di puncak gedung rumah sakit itu. Semua or

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 121. Terselamatkan

    Fang Yi menuruni anak tangga darurat sembari mengatur frekuensi di earpiece yang tersemat di telinganya. Ia lebih yakin untuk membuntuti empat pria bertubuh kekar dengan orang tua berwajah mencurigakan daripada langsung menuju ruang bawah tanah. Instingnya bekerja cepat, merasa ada hal tidak beres dengan sekelompok mereka tadi. Meskipun Abust tidak memercayai perkataannya, tetapi ia sangat yakin dengan keyakinannya.Dia kehilangan jejak mereka, tetapi terus saja melangkah karena merasa mendengar suara sayup-sayup di lorong tangga darurat. Suara itu menggema, mungkin karena tiada benda-benda yang memantulkan suara dengan sembarang arah, sehingga lebih terdengar jelas di indra pendengaran.Langkah kaki Fang Yi menapak hati-hati, mengurangi suara pantulan sepatu agar tidak membuat kecurigaan seseorang yang mungkin sedang bersembunyi tanpa sepengetahuannya.Tepat ketika kaki Fang Yi melangkah melewati kelokan, menuruni anak tangga berikutnya, sebuah tangan mendekap kepalanya.Dia berontak

  • Wanita Pilihan Mafia   Bab 120. Love at The Darkness

    Abust menoleh ke arah sumber suara, melihat sosok berpakaian putih dengan badan tegap membawa troli dengan kain-kain putih ternoda. Tampaknya lelaki itu adalah petugas rumah sakit.Merasa tidak ada waktu berbasa-basi, Abust segera menodongkan senjata ke dahi lelaki itu. Mata pria berpakaian putih membukat, tak menyangka akan mendapatkan serangan mendadak seperti itu. Kedua tangan ia angkat ke atas dengan telapak tangan membuka lebar."Jongkok!" perintah Abust.Pria itu mengangguk hati-hati, menurut dengan merendahkan diri sembari melipat kaki."Katakan! Di mana ruang rahasia itu?"Lelaki itu menggeleng. "Ruang rahasia apa? Aku hanya petugas pembersih.""Sudah berapa lama kau bekerja?""Empat tahun. Tolong, aku tidak tahu apa-apa. Biarkan aku bekerja dengan tenang."Abust tak menuruti. Dia masih meletakkan ujung senjata di dahi pria itu. Empat tahun lamanya menjadi petugas di ruangan itu, mana mungkin tidak menyadari sesuatu."Jika kau masih mencintai pekerjaanmu, kau harus menunjukkan

DMCA.com Protection Status