Share

Bab 30. Hari yang Aneh

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-16 16:01:29
Maureen masuk kamar papanya. Felipe mengikuti di belakang.

"Papa ..." sapa Maureen seraya mendekat ke ranjang Gio.

"Sudah datang?" Gio tersenyum menyambut kedua anaknya.

"Iya. Papa baik-baik?" tanya Felipe.

"Baik. Malah bosan cuma duduk, berbaring, ga melakukan apapun." Gio meletakkan buku yang ada di tangannya.

"Hehe ..." Felipe terkekeh. "Lapar pasti?"

"Sedikit," tandas Gio.

"Yuk, kita masak, Kak. Kasihan papa kita dah kelaparan," ajak Maureen.

Kedua anak itu pergi ke dapur dan menyiapkan makan siang. Lagi asyik masak, Reggy datang. Dia ikut bergabung dengan kedua adiknya.

"Kak, kamu masih berpikir soal papa nggak?" tanya Maureen sementara dia memasukkan sayur ke panci.

"Kenapa?" tanya Reggy.

"Yang Kak Re pernah bilang, papa butuh pendamping. Aku rasa aku tahu orang yang cocok buat papa," kata Maureen.

"Apa, Reen?" Reggy dan Felipe serentak menoleh pada Maureen. Tentu saja mereka terkejut mendengar kata-kata Maureen.

"Iya. Tante Veronica, Kak." Mata Maureen melihat Felipe
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 31. Aneh Atau Unik?

    "Sore, Pak," sapa Paulina. Dia datang memang juga ingin menjenguk Gio. Waktu Gio sakit Paulina tidak ada waktu untuk menjenguk. “Pak Gio sudah sehat?”"Sore, Nina," balas papa. "Ya, aku sudah sehat, mulai aktif, tapi masih terbatas. Besok mulai ngantor lagi.”"Senang mendengarnya.” Nina tersenyum ramah, seperti biasa."Weeihhh ... anak anjingnya lucu!" ujar Felipe, begitu me.lihat anjing yang ada di pangkuan Maureen."Namanya Randy, Kak," sahut Maureen sambil dia mengikat rantai anjing kecil itu di kursi di ruang tengah."Oo … Randy ... Randy ..." Felipe mengajak main anjing kecil itu.Lalu mereka duduk bersama di ruang tengah lanjut mengobrol. Papa mengobrol dengan Paulina, biasa soal kerjaan. Sedang para remaja mengobrol juga soal dunia mereka."Ih, kemarin ulangan bahasa Inggris, lumayan, nilaiku bagusan. Dapat 7," kata Mita."Emang biasanya dapat berapa?" tanya Maureen."Kursi terbalik," jawab Mita sambil tertawa."Masa?" Felipe menimpali."Bener. Aku memang lemah belajar Bahasa,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 32. Kekasih Papa?

    "Itu karena papa ga kasih kita pacaran sampai umur 17 tahun. Coba boleh," sahut Maureen sambil melirik Felipe. "Kamu pasti udah jadi playboy, Kak!""Mana ada?" tukas Felipe. "Cewek-cewek itu yang suka sama aku. Karena mereka buka pintu, aku mendekatlah. Bukan salahku kalau ganteng dan keren." "Ihh, dasar!" Maureen ngakak seraya meninju lengan Felipe, pelan."Hehehe ..." Felipe ikut tertawa.Felipe memang periang dan suka menonjol. Dia pasti jadi pusat perhatian jika ada di suatu tempat. Walau begitu dia ramah dan tidak pilih-pilih teman. Dia akan bantu siapa saja yang butuh. Tapi usilnya, kadang bisa kelewatan dan membuat orang lain kesal.Sangat bertolak belakang dengan Reggy yang kalem dan tenang. Terkesan pemalu, tapi sebenarnya Reggy memang tidak ingin tampil. Dia lebih senang bekerja di belakang layar."Natan gimana? Kalian masih kontak biar ga satu sekolah lagi?" Reggy mengalihkan percakapan."Natan baik. Dia enjoy di sekolah barunya. Kalau kontak ga sering-sering juga. Udah mul

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 33. It's Shocking

    "Kak Andika, dia anak angkat keluarga. Tapi sebenarnya, dia anak dari keluarga jauh dari papa. Aku tidak tahu bahwa dia bukan kakak kandungku sampai setahun yang lalu.” Resita mulai bercerita. Dia berusaha tenang, meskipun suaranya sendu dan sedikit bergetar.“Awalnya semua baik-baik saja. Dia baik, menurut pada papa dan mama. Berprestasi di sekolah dan menyenangkan di rumah. Sampai ..." Sampai pada kalimat itu, Resita berhenti dan menggantung kata-katanya.Reggy memandang Resita. Setiap kata yang terucap Reggy Simak baik-baik. Bahkan, dia tidak menyela atau mendorong Resita terus bercerita. Dia tetap diam mendengar dan menunggu.Resita melanjutkan kisahnya. "Sampai suatu kali ada saudara yang bilang sama Kak Andika … kalau dia, dia bukan anak papa mama. Kak Andika akhirnya bisa berkomunikasi dengan orang tua kandungnya. Lalu orang tua kandungnya ingin kak Andika balik dengan mereka. Tapi papa tidak mau, karena dia tahu... keluarga kandung Kak Andika hidupnya sangat sulit. Papa memper

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 34. Tragedi adalah Tragedi

    Makan malam. Rumah terasa sepi. Semua duduk di tempat masing-masing, tapi tidak ada yang semangat bercerita dan bicara. Maureen merasa aneh dengan orang-orang di rumahnya. Dia memandangi para pria yang duduk di sekelilingnya.Gio, sang ayah, fokus dengan ayam saus padang di piringnya. Reggy, anak sulung, dia masih menikmati buah melon dan semangka di mangkuknya. Sedang Felipe, dia menambah sambal dan ayam lagi. Tapi tidak ada yang ingin membuka suara.“Semua sehat, kan?!” Maureen tidak tahan, akhirnya dia yang bicara.Para pria itu menoleh pada Maureen dan menghentikan gerakan tangan mereka. Bahkan Reggy berhenti mengunyah dengan mulut masih penuh.“Papa baik, Reen. Sehat, jangan kuatir,” kata Gio. Sedikit heran dia melihat Maureen.“Kak Reggy? Kak Felipe?” tanya Maureen.“Aku? Lagi makan,” jawab Felipe.“Kok pada diem, sih? Kayak ga saling kenal aja,” tukas Maureen. Mata gadis itu mencermati tiga pria kesayangannya. Benar-benar tidak seperti biasanya. Pasti ada apa-apa dengan mereka.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 35. Mengejar Hatimu

    Gio mendesah. Sekilas masih ada rasa seperti dia akan mengkhianati mendiang istrinya. Tapi juga muncul Victoria dengan senyum dan berkata, it is okay. "Vicky, buat aku yakin, langkahku sekarang tidak salah." Lagi batin Gio bergulat. Gio memejamkan matanya. "Tuhan, jika ini waktuku untuk mengejar cinta yang baru, beri aku damai. Dan mudahkan jalanku bersama Veronica." Setelah beberapa lama, Gio berdiri dan meninggalkan kantornya. Masuk ke mobil dan melaju menuju Dame Resto. Resto yang cukup besar dan dikenal di kota ini. Salah satu juga tempat favorit dia dan keluarga jika makan bersama di luar rumah. Jam 7 kurang 10 menit, Gio sampai. Dia langsung mencari tempat yang strategis untuk dia bicara dengan nyaman nanti. Agak sebelah belakang, dekat taman yang ada kolam ikannya. Hm, tempat yang pas. Gio baru memilih menu dan belum memutuskan makan apa selain minum, Veronica datang. "Selamat malam, Pak Gio," sapa Veronica. Gio menoleh. Veronica berdiri dengan senyum manisnya. Cantik. Te

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 36. Harus Menjawab Apa?

    Lelah mendera setelah sepanjang hari beraktivitas. Veronica sebenarnya ingin segera berbaring dan tidur lelap agar tubuhnya kembali segar esok hari. Tetapi apa daya, pertemuannya dengan Gio membuat dia kepikiran. Perkataan Gio makin jelas. CEO dingin yang mulai menghangat itu, punya maksud lain selain ingin berteman. Awalnya Veronica tidak mau terlalu memperhatikan itu. Dia memang sempat menduga, tetapi Veronica tepis jauh-jauh. Tidak. Dia tidak mau memulai hubungan dengan pria manapun. Dia masih sayang Leon. Kehilangan Leon tidak berarti dia akan dengan gampang mencari cinta baru. “Ahh … kenapa ternyata Pak Gio malah membuka pintu? Aku harus menjawab apa?” ucap Veronica lirih. Terdengar ponselnya berdering. Veronica turun dari ranjang dan mengambil benda pipih di meja. Mama tersayang menelpon. “Ma, malam begini menelpon? Mama sedang tidak sehat?” Veronica kaget karena tidak biasa mamanya akan menghubungi apalagi hari sudah malam. “Aku mimpi kamu, Nak. Kamu sedang takut dan menang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 37. Pengakuan Felipe

    "Apalagi, Fasta?" Wuri menoleh, lalu kembali melihat ke depan, tidak menghentikan langkahnya."Fasta?" Felipe menatap Wuri. Dia mempercepat kakinya agar bisa menjajari Wuri."Aku hanya ingat bagian itu dari namamu." Wuri terus berjalan, kasir sudah tidak jauh lagi."Tidak apa-apa. Dipanggil Fasta juga bagus kukira." Felipe tersenyum. "Ambil ini untukmu. Sudah aku bayar." Felipe menyodorkan coklat di depan Wuri."Tidak usah. Jadi temanku tidak harus beli coklat untukku." Wuri tegas menolak."Bukan. Aku memang ingin memberimu. Aku tahu kamu mau jadi temanku." Coklat masih terulur di depan Wuri."Baiklah. Terima kasih." Wuri menerima coklat itu dan memasukkan ke saku roknya. Lalu dia meneruskan langkah menuju ke kasir.Tak lama Wuri sudah dilayani dan mereka keluar supermarket. Di depan supermarket mereka berpisah."Sampai jumpa minggu depan," kata Felipe. Dia meyakinkan Wuri, mereka akan bertemu lagi minggu berikutnya.Wuri tersenyum tipis.Melihat itu, Felipe menaikkan kedua alisnya.A

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 38. Pembelaan untuk Wuri

    "Waktu kakek masih ada, aku masih cukup senang. Kakek sangat sayang aku. Dia melindungi aku setiap kali ibu marah padaku. Setelah kakek meninggal, ibu makin tak terkendali. Sepertinya dia ingin menyiksaku seumur hidup."Felipe hanya mendengarkan tidak mau berkomentar apa-apa. Dia tunggu Wuri menyelesaikan semua kisahnya. Hatinya pedih mendapati kenyataan ada seorang anak harus mengalami kehidupan seburuk itu."Kakek yang memberiku nama. Pernah pamanku ingin mengajakku supaya aku tinggal dengannya. Tapi ibu mengancam akan membunuhku jika sampai aku dibawa. Sejak itu paman tidak pernah lagi memintaku tinggal dengan keluarganya. Hanya sesekali paman datang, memberiku uang. Karena kami hidup hanya dari pensiunan kakek. Ibu tidak pernah memberi aku uang lebih kecuali untuk belanja. Kalau ibu tahu paman memberiku uang, dia akan ambil uang itu dan ludes di meja judi.""Fasta, mungkin setelah mendengar ini kamu jadi tidak suka lagi denganku. Lalu kamu memilih pergi, aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19

Bab terbaru

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 111. Tidak Akan Berubah

    Veronica mendorong Gio agar menjauh. Dengan cepat Veronica bangun dan turun dari ranjang besar itu. Veronica merapikan rambut dan baju yang dia kenakan. “Papa!!” Terdengar lagi teriakan Maureen. “Ah, aku salah strategi. Kenapa aku suruh mereka nyusul ke sini sekarang?” Kesal, Gio berkata. Veronica tersenyum mendengar kalimat itu. Dia mendekati Gio, mengecup pipinya, lalu cepat bergerak menuju ke pintu dan membukanya. Di depan pintu, Maureen berdiri memandang dengan cemas. Di belakangnya Felipe dan Reggy berdiri sama cemasnya, menatap Veronica. “Mama. Mama ga apa-apa?” Maureen mencermati Veronica dengan mata bergerak cepat melihat dari atas ke bawah. “Nggak apa-apa,” kata Veronica. “Papa mana?” tanya Felipe. “Ada di dalam. Masuklah,” jawab Veronica sambil membuka lebih lebar pintu kamar itu. Ketiga anak itu semakin bingung. Veronica terlihat baik-baik saja. Dia tampak tenang dan tidak ada lagi marah meluap seperti yang dia tunjukkan saat masih di rumah. Veronica mendah

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 110. Di-prank?

    Gio mengepalkan tangannya menatap dengan marah pada Veronica. “Oh, kamu mencurigaiku?! Oke! Sekarang, kamu ikut aku. Biar kamu tahu sekalian apa yang aku lakukan tadi malam. Biar kamu puas!” Gio berkata lebih keras dengan wajah juga memerah. “Buat apa? Kamu mau kenalkan aku sama wanita itu? Buat apa!?” sentak Veronica. Geram makin melambung di dadanya yang terasa panas membara. Gio menarik lengan Veronica, tidak memberi kesempatan istrinya menolak. Sekalipun Veronica mencoba melepaskan tangan, Gio tidak melonggarkan pegangan tangannya. “Papa!” Maureen memanggil Gio dengan hati porak poranda. Dia marah, sangat marah papanya bertindak kasar pada Veronica yang tidk lain dan tidak bukan adalah istrinya. Reggy dan Felipe pun bergerak maju dua langkah karena sangat terkejut mendapati orang tuanya sampai ribut di depan mereka. “Kalian juga mau tahu!? Silakan menyusul. Aku akan share lokasinya. Jelas?” Gio melihat pada ketiga anaknya yang melotot dengan pandangan bingung bercampur

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 109. Gio Makin Menakutkan

    “Hmm …” Veronica tersenyum tipis. Ya, kejutan luar biasa! Gio ada main hati dengan wanita lain di belakang Veronica. “Mungkin. Mama belum tahu.”Veronica berusaha tersenyum dengan tatapan tenang, meskipun hatinya terasa pilu.“Tepat banget lagi, Mama ultah di hari Sabtu. Semua ada di rumah,” kata Maureen dengan senyum lebar. “Ah, aku mau masak yang spesial buat Mama, deh, buat sarapan.”“Wah, terima kasih banyak. Tapi Mama mau pergi belanja. Di kulkas tinggal sedikit bahan makanan,” ujar Veronica. Rencananya ingin menenangkan diri harus dia lakukan.“Oke. Pas Mama balik, sarapan sudah siap.” Maureen berucap dengan dua jempol terangkat.Veronica melempar senyum kecil, lalu meninggalkan rumah. Veronica sengaja berjalan saja menuju ke swalayan yang ada di dekat distro. Dia akan ambil waktu di sana menenangkan diri sebelum nanti kembali ke rumah.Lantao 3 di distro memang jadi tempat para karyawan Veronica tinggal sejak Veronica menikah dan tinggal dengan Gio serta anak-anaknya. Ruangan m

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 108. Dikhianati

    Veronica menoleh ke jam dinding di kamar, hampir setengah sepuluh malam. Gio belum juga pulang. Ke mana sebenarnya pria itu? Biasanya, dia akan memberitahu dengan jelas ke mana pergi, ada urusan apa, dan dengan siapa. Tapi kali itu, dia bukan hanya bersikap dingin, tetapi juga tidak mau bicara apapun pada Veronica. Bagi Veronica, sikap Gio itu kembali menjadi CEO tampan sedingin kulkas.Sekali lagi Veronica mengirimkan pesan pada Gio. Tentu saja berharap Gio akan membalasnya.- Kak, belum bisa pulang? Aku tunggu atau aku tidur lebiih dulu?Gio akhirnya membalas pesan itu, setelah hampir sepuluh menit berlalu.- terserahJawaban itu membuat Veronica kesal. Sedang sibuk apa, sih, sampai membalas pesan saja tidak bisa dengan kata-kata yang melegakan? Tidak sabar, Veronica menelpon suaminya. Beberapa kali mencoba, Gio pun menerima panggilan itu.“Kenapa?” tanya Gio datar.“Kakak ada apa? Beritahu aku yang jelas. Aku bingung dengan sikap Kak Gio,” kata Veronica tanpa basa-basi.“Jangan leb

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 107. Apa Salahku?

    Hari hampir malam saat Gio tiba di rumah. Empat hari di luar kota, sangat melelahkan. Dia ingin sekali segera istirahat, bertemu keluarga, dan menikmati waktu untuk menyegarkan penat dirinya. Maureen menyambut Gio di depan pintu. Dengan senyum lebar dia memeluk kuat Gio. Meskipun sudah menjadi gadis dewasa, Maureen tetap saja manja. “Senang Papa pulang. Kak Reggy juga sudah di rumah. Lengkap keluarga kita,” kata Maureen masih bergelayut manja pada ayahnya. “Gimana Reggy? Dia baik?” tanya Gio sambil berjalan menuju ke kamarnya. “Baik. Lagi keluar sama Kak Sita. Biasalah, kangen-kangenan, hee … abis LDR,” jawab Maureen. “Reen masak apa buat makan malam? Papa lapar.” Gio meletakkan koper di dekat lemari pakaiannya. “Ada, udah siap. Tapi mama belum pulang,” kata Maureen. “Ga apa-apa. Ga usah tunggu, keburu sakit perut,” ujar Gio. “Oya, Pa, tiga hari lagi mama ultah. Mau bikin acara, ga?” tanya Maureen. “Oya?” Gio menatap Maureen. Bagaimana bisa dia tidak ingat? “Yaa … Papa sama

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 106. Memandangmu, Memelukmu

    Pasak melangkah menjauh, Randy dan Maureen menuju motor. Tak lama mereka sudah di jalanan yang cukup ramai. Randy mengantar Maureen pulang. Di jalan dia cerita tentang Pasak. Dia pembalap yang sangat lihai dan tajam menyerang lawan. Kayak pasak menghujam tanah dengan dalam. Karena itu dia dipanggil Pasak. Satu lagi Maureen bertemu teman lama Randy. Dan dia mengatakan sesuatu yang memang Randy akui pada Maureen. Randy dulu suka balapan liar tapi dia sudah berhenti. Maureen tersenyum. Dia makin yakin, Randy sungguh-sungguh mau mengubah hidupnya. "Senangnya Kakak di rumah lagi. Kangen banget aku." Maureen memeluk Reggy yang baru masuk rumah. "Aku juga lega akhirnya kembali ke rumah. Kangen masakan kamu sama mama," ucap Reggy dengan senyum. khasnya. "Udah, Reggy istirahat dulu, nanti aja ceritanya," kata Veronica. "Bawa oleh-oleh ga, Kak?" tanya Maureen mengikuti Reggy ke kamarnya. "Ada. Pasti aku bawa buat adikku yang cantik ini." Reggy mengusap kepala Maureen. "Biar aku belum pern

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 105. Kesempatan Berdua Lagi

    Mobil merah keren itu masuk halaman rumah keluarga Hendrick. Randy memarkir mobil dan turun dari mobil. Maureen juga keluar dari mobil itu. Lalu mengeluarkan beberapa belanjaannya dari bagasi. Randy membantu membawakan juga. Mereka masuk dalam ruang tamu, menaruh tas belanjaan di sana. "Terima kasih buat hari ini," kata Randy. Dia tersenyum, hatinya sangat lega. "Aku minta maaf." Maureen melihat Randy. "Untuk apa? Aku seharusnya yang minta maaf karena kejadian tadi." Randy memandang heran pada Maureen. "Aku sengaja minta yang aneh-aneh sama kamu." Maureen melihat tas-tas belanjaan yang tergelak di sofa. "Aku hanya ingin melihat bagaimana sikapmu kalau menghadapi perempuan bawel dan banyak maunya." "Jadi ..." Randy mengerutkan keningnya. Maureen tersenyum lebih lebar. "Aku bukan tipe perempuan yang suka shopping banget. Apalagi yang ga dibutuhkan. Tapi, aku akan jaga baik-baik barang-barang ini. Janji." "Aku lulus tes?" tanya Randy. Maureen lagi melebarkan bibirnya. Dia menga

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 104. Hati Terdalam Randy

    Randy memandang Maureen. Rasanya Randy seperti sedang dikuliti. "Ga ada," jawab Randy. "Setelah papa mama cerai, lalu papa menikah dengan wanita itu, aku mulai malas dengan perempuan. Maksudku, aku menilai perempuan lebih negatif. Hanya memanfaatkan pria untuk kesenangannya. Tentu kecuali mamaku. Makanya aku ga dekat sama siapapun, hampir setahun ini." "Kebiasaan yang lain?" Maureen ingin semua dia tahu, tanpa ada yang Randy sembunyikan. "Tinggal merokok. Meski makin jarang. Sejak kecelakaan, mama tegas bilang ga mau aku celaka. Dan balapan sangat beresiko. Aku ga melakukannya lagi. Minum, sudah lama aku ga lakukan. Pernah Sandy tahu dan dia sangat marah. Dia ga suka kakaknya jadi kayak orang gila. Karena aku sampai mabuk waktu itu." Randy menjawab panjang lebar. Mulai nyaman mengatakan semuanya, walaupun Maureen sangat mungkin akan memilih mundur setelah itu. "Apa yang kamu pikirkan ketika ingin mendekati aku? Jalan dengan cara seperti dengan semua mantan kamu itu?" Tajam dan sin

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 103. Masa Lalu yang Mengikuti

    "Omongan Nesti ga usah didengarin, Reen. Cewek tomboy ini rada sableng emang." Randy melotot karena jengkel."Hati-hati, Reen! Dia suka makan cewek, hehe ..." Nesti makin jadi."Sudah sana jauh-jauh, hari sial aku ketemu kamu." Randy mendorong Nesti agar pergi dari situ."Bye, Maureen! Bye, ex babe, hee ... hee ..." Masih sempat juga Nesti berceloteh.Maureen makin masam mukanya. Hatinya tidak karuan melihat pemandangan tak terduga di depannya."Reen ..." panggil Randy. Randy bisa membaca tatapan Maupun yang berubah tidak secerah tadi."Oo ... iya. Kita masuk?" kata Maureen. Dia langsung melangkah duluan ke gedung bioskop mencari tempat duduknya.Randy mengikuti dan duduk di sisi Maureen. Dia menaruh popcorn di antara mereka. Dia beli satu tapi yang jumbo.Maureen tidak lagi konsentrasi dengan situasi. Tidak juga bisa memperhatikan film yang mulai ditayangkan. Dia memikirkan Nesti dan kata-katanya. Yang Maureen tangkap, Randy biasa bebas dengan cewek. Entah kenapa perasaannya jadi kur

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status