Share

Bab 23. Apakah Ini Waktunya?

last update Last Updated: 2024-04-13 09:39:23
Dada Veronica berdegup kencang. Pertanyaan Gio belum segera dia jawab. Yang mulai berkelana di kepalanya adalah kisah pedih yang dia mau tinggalkan dengan pindah ke Malang.

Tapi Veronica tidak mungkin tidak menjawab. Gio menunggu Veronica membuka mulut dan memberi alasan pilihan Veronica memulai bisnis di kota kecil yang jauh dari tempat asalnya.

"Malang kota yang sejuk dan tenang. Kota yang sedang berkembang. Saya mencoba peruntungan saja, mungkin saya akan menemukan yang lebih baik di sini." Entah bagaimana kalimat itu mengalir begitu saja dari bibir Veronica.

"Really?" Gio seperti tidak percaya dengan jawaban Veronica. "Bukannya peluang lebih besar jika tetap di Bandung?"

"Ah, Pak Gio benar soal itu. Tapi, hanya saja ..." Veronica mencari kata yang tepat, tapi tidak juga menemukan.

"Apa terlalu pribadi?" Gio melihat aura yang lain saat Veronica mencoba melengkapi kalimatnya.

Wajah Veronica memerah. Sama sekali tidak dia kira sejauh itu Gio akan bisa membaca yang terjadi dengannya.

"
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 24. Bolehkah Aku?

    Baris demi baris bergantian Reggy dan Resita membaca syair indah tentang cinta. Bait demi bait dikumandangkan membahana di seluruh ruangan yang luas dan megah. Semua mata masih terpaku, seolah tak ada yang bergerak menyaksikan keduanya.Detak jantung Reggy terus kencang melaju. Setiap kata yang dia ucap, dia lepas dari hati terdalam. Bukan sekadar menuntaskan permintaan mempelai untuk mengurai cinta dengan pasangannya lewat puisi, tetapi sepenuh hati Reggy ucap, berharap Resita memahami itu isi hati Reggy padanya."Cinta ... Sungguhkah kau cinta padaku?" Resita membaca satu baris."Tidakkah hatimu merasa? Tidakkah sukmamu memahaminya?" Reggy maju satu langkah makin mendekat. "Ya ... cinta ... cinta untukmu."Mata berbinar indah Resita tajam memandang Reggy. Rona merah di pipinya membuat dia makin bersinar. "Bukan aku tak tahu, bukan ... Bukan tidak kurasa ... Mungkinkah? Diriku? Cinta itu buatku?" Semakin dalam tatapan Resita. Kalimat itu memang dalam syair puisi, tetapi seolah-olah

    Last Updated : 2024-04-13
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 25. Pikirkanlah

    Felipe masuk rumah dengan wajah lesu. Dia tampak sangat letih. Ransel besar di punggungnya dia letakkan di sebelah sofa, lalu melemparkan tubuh ke atas sofa besar, ingin melepas lelah. Semua bagian tubuhnya terasa tak ada daya. "Hai, Abangku yang ganteng!!" sapa Maureen. Dia mendekati Felipe. "Kok loyo banget? Rencana ga sukses?" "Yerry udah baikan karena bertapa dua malam di hutan. Aku ini yang perlu vitamin," ujar Felipe. "Kayak patah dan lepas tulang-tulangku." Felipe pergi ke salah satu lokasi wisata alam dengan sahabatnya, Yerry. Ayah Yerry meninggal karena serangan jantung. Tentu saja sangat mengejutkan dan menyakitkan. Yerry sangat kehilangan, begitu juga dengan mama dan kakaknya. Karena ingin membantu Yerry agar bisa kembali tenang dan siap menjalani hari-harinya, Felipe mengajak Yerry camping dua malam. Di sana Yerry bercerita banyak sekali tentang ayahnya, keluarganya, dan bagaimana situasi mereka dengan kepergian sang ayah. Setelah menumpahkan semua sedih di hutan, Feli

    Last Updated : 2024-04-13
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 26. Ana Lagi!

    Felipe berdiri agak di belakang Yerry dan kakaknya, Vera. Yerry akhirnya menemukan ke mana Vera pergi. Ke tempat wisata yang menjadi tempat favorit papa mereka jika liburan. Perjalanan ke sana lebih kurang satu jam dari rumah. "Kenapa papa harus meninggalkan kita, Yer?" Suara Vera lirih dan terdengar pilu. "Karena buat Tuhan, sudah cukup waktunya papa di dunia ini." Mengatakan ini sebenarnya sangat berat untuk Yerry. "Tapi Tuhan tahu aku butuh papa. Aku sayang papa." Vera mulai menangis. "Pasti. Tuhan pasti tahu. Tuhan juga sayang papa." Yerry menahan pedih yang menyusup lagi di hatinya. "Kenapa Tuhan biarkan papa meninggal? Kenapa Tuhan ga sembuhkan? Tuhan tahu aku ga bisa tanpa papa. Buat aku papa segalanya." Vera makin keras bicara sambil melepas tangis. Vera memang sangat dekat dengan papanya sejak kecil. "Itulah yang Tuhan tidak suka, Kak Ve." Yerry harus menguatkan hati, agar bisa menguatkan kakaknya. "Maksudmu?" Vera menatap adiknya. "Tuhan juga ingin kita sayang pada-

    Last Updated : 2024-04-14
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 27. Masih Sangat Rapuh

    Veronica cepat-cepat keluar dari mal. Dia naik ke motor dan bergegas pulang. Sepanjang jalan hatinya kembali carut marut. Air mata tak bisa lagi dia bendung. Untuk kesekian kali, dia kembali hancur. “Ana … Ana …” ucap Veronica berulang kali. Tangan terasa gemetar, tubuh terasa oleng. Tidak dia sangka, terjadi lagi. Dia bertemu dengan seorang anak perempuan yang sangat mirip dengan Ana. Kali ini bukan hanya terlihat mirip penampilannya. Tetapi rambut dan wajahnya, posturnya mirip dengan Ana. Walaupun jelas anak perempuan itu lebih tua beberapa tahun dari Ana. “Tuhan, kenapa? Kenapa Kau pertemukan aku dengan anak yang mirip Ana lagi? Kenapa? Aku tidak mampu menahan pedihku. Semua kenangan akan datang dan membuat aku kacau.” Dalam hati Veronica berseru. Jalanan cukup ramai, Veronica seperti tidak melihat apapun. Bayangan anak perempuan itu terus menerjang di pikirannya. “Aku Maureen …” Senyum gadis itu, mirip dengan Ana. Hanya wajahnya sedikit lebih bulat dengan lesung pipi tidak be

    Last Updated : 2024-04-14
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 28. Makanya Cari Istri

    "Ini soal papa." Akhirnya Maureen bicara juga. Natan menunggu Maureen melanjutkan. "Aku rasa kamu benar, Tan. Papa bukan pria seperti Superman. Dia juga punya batas." "Maksudmu?" Natan mengerutkan keningnya. "Papa sedang ada masalah berat di kantor. Dan dia butuh seseorang yang bisa menguatkan papa di situasi begini. Aku, Kak Felipe, dan Kak Reggy ga akan bisa ada di sisinya. Seorang pendamping hidup yang bisa di sana memeluk dan menenangkan papa." Maureen mengusap ujung matanya yang basah. "Ooo ..." Natan agak terkejut mendengar ini. Tentu saja sangat tidak dia kira kalimat itu akan dia dengar dari Maureen. "Jadi ..." Natan sengaja menggantung ucapannya. "Aku mungkin akan rela kalau papa cari istri lagi," kata Maureen. "Kamu serius?" Natan kembali menatap Maureen. Maureen mengangguk. "Reen, kurasa jika benar, pasti papamu juga akan hati-hati memilih pasangan. Bukan hanya buat senang dirinya. Pasti papamu akan memikirkan kalian anak-anaknya. Apakah wanita itu akan cocok dengan

    Last Updated : 2024-04-14
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 29. Memeluk Ana

    Gio sudah kembali ke rumah. Kondisi fisiknya cepat sekali pulih. Dan sesuai pesan dr. Haris, dia akan ambil beberapa hari lagi istirahat agar benar-benar sehat sebelum beraktivitas penuh."Papa beneran ga apa-apa sendiri di rumah?" Maureen menaruh minuman di meja sebelah ranjang papanya."Tidak apa-apa. Kamu sudah dua hari izin dari sekolah. Pergilah. Kamu juga siang sudah pulang." Gio membetulkan posisi duduknya yang bersandar pada bantal."Ya, baiklah. Sampai nanti, Pa." Maureen mencium pipi papanya, lalu keluar dari kamar itu.Gio masih memikirkan apa yang Maureen katakan di rumah sakit waktu itu. "Ada yang aku, Kak Felipe, Kak Reggy ga bisa bantu ... Kurasa mama ga akan marah kalau papa punya istri lagi.""Uuhffhhh ..." Gio melipat kedua tangannya di dada.Seketika Gio ingat pada Veronica. Dia tidak bisa berbohong, wanita penuh semangat itu mulai mengisi hatinya yang lama sengaja dia tutup rapat untuk siapapun. Sampai bertingkah dingin dan tak peduli wanita model apapun demi tetap

    Last Updated : 2024-04-16
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 30. Hari yang Aneh

    Maureen masuk kamar papanya. Felipe mengikuti di belakang."Papa ..." sapa Maureen seraya mendekat ke ranjang Gio. "Sudah datang?" Gio tersenyum menyambut kedua anaknya. "Iya. Papa baik-baik?" tanya Felipe. "Baik. Malah bosan cuma duduk, berbaring, ga melakukan apapun." Gio meletakkan buku yang ada di tangannya. "Hehe ..." Felipe terkekeh. "Lapar pasti?" "Sedikit," tandas Gio. "Yuk, kita masak, Kak. Kasihan papa kita dah kelaparan," ajak Maureen. Kedua anak itu pergi ke dapur dan menyiapkan makan siang. Lagi asyik masak, Reggy datang. Dia ikut bergabung dengan kedua adiknya. "Kak, kamu masih berpikir soal papa nggak?" tanya Maureen sementara dia memasukkan sayur ke panci. "Kenapa?" tanya Reggy. "Yang Kak Re pernah bilang, papa butuh pendamping. Aku rasa aku tahu orang yang cocok buat papa," kata Maureen. "Apa, Reen?" Reggy dan Felipe serentak menoleh pada Maureen. Tentu saja mereka terkejut mendengar kata-kata Maureen. "Iya. Tante Veronica, Kak." Mata Maureen melihat Felipe

    Last Updated : 2024-04-16
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 31. Aneh Atau Unik?

    "Sore, Pak," sapa Paulina. Dia datang memang juga ingin menjenguk Gio. Waktu Gio sakit Paulina tidak ada waktu untuk menjenguk. “Pak Gio sudah sehat?”"Sore, Nina," balas papa. "Ya, aku sudah sehat, mulai aktif, tapi masih terbatas. Besok mulai ngantor lagi.”"Senang mendengarnya.” Nina tersenyum ramah, seperti biasa."Weeihhh ... anak anjingnya lucu!" ujar Felipe, begitu me.lihat anjing yang ada di pangkuan Maureen."Namanya Randy, Kak," sahut Maureen sambil dia mengikat rantai anjing kecil itu di kursi di ruang tengah."Oo … Randy ... Randy ..." Felipe mengajak main anjing kecil itu.Lalu mereka duduk bersama di ruang tengah lanjut mengobrol. Papa mengobrol dengan Paulina, biasa soal kerjaan. Sedang para remaja mengobrol juga soal dunia mereka."Ih, kemarin ulangan bahasa Inggris, lumayan, nilaiku bagusan. Dapat 7," kata Mita."Emang biasanya dapat berapa?" tanya Maureen."Kursi terbalik," jawab Mita sambil tertawa."Masa?" Felipe menimpali."Bener. Aku memang lemah belajar Bahasa,"

    Last Updated : 2024-04-16

Latest chapter

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 111. Tidak Akan Berubah

    Veronica mendorong Gio agar menjauh. Dengan cepat Veronica bangun dan turun dari ranjang besar itu. Veronica merapikan rambut dan baju yang dia kenakan. “Papa!!” Terdengar lagi teriakan Maureen. “Ah, aku salah strategi. Kenapa aku suruh mereka nyusul ke sini sekarang?” Kesal, Gio berkata. Veronica tersenyum mendengar kalimat itu. Dia mendekati Gio, mengecup pipinya, lalu cepat bergerak menuju ke pintu dan membukanya. Di depan pintu, Maureen berdiri memandang dengan cemas. Di belakangnya Felipe dan Reggy berdiri sama cemasnya, menatap Veronica. “Mama. Mama ga apa-apa?” Maureen mencermati Veronica dengan mata bergerak cepat melihat dari atas ke bawah. “Nggak apa-apa,” kata Veronica. “Papa mana?” tanya Felipe. “Ada di dalam. Masuklah,” jawab Veronica sambil membuka lebih lebar pintu kamar itu. Ketiga anak itu semakin bingung. Veronica terlihat baik-baik saja. Dia tampak tenang dan tidak ada lagi marah meluap seperti yang dia tunjukkan saat masih di rumah. Veronica mendah

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 110. Di-prank?

    Gio mengepalkan tangannya menatap dengan marah pada Veronica. “Oh, kamu mencurigaiku?! Oke! Sekarang, kamu ikut aku. Biar kamu tahu sekalian apa yang aku lakukan tadi malam. Biar kamu puas!” Gio berkata lebih keras dengan wajah juga memerah. “Buat apa? Kamu mau kenalkan aku sama wanita itu? Buat apa!?” sentak Veronica. Geram makin melambung di dadanya yang terasa panas membara. Gio menarik lengan Veronica, tidak memberi kesempatan istrinya menolak. Sekalipun Veronica mencoba melepaskan tangan, Gio tidak melonggarkan pegangan tangannya. “Papa!” Maureen memanggil Gio dengan hati porak poranda. Dia marah, sangat marah papanya bertindak kasar pada Veronica yang tidk lain dan tidak bukan adalah istrinya. Reggy dan Felipe pun bergerak maju dua langkah karena sangat terkejut mendapati orang tuanya sampai ribut di depan mereka. “Kalian juga mau tahu!? Silakan menyusul. Aku akan share lokasinya. Jelas?” Gio melihat pada ketiga anaknya yang melotot dengan pandangan bingung bercampur

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 109. Gio Makin Menakutkan

    “Hmm …” Veronica tersenyum tipis. Ya, kejutan luar biasa! Gio ada main hati dengan wanita lain di belakang Veronica. “Mungkin. Mama belum tahu.”Veronica berusaha tersenyum dengan tatapan tenang, meskipun hatinya terasa pilu.“Tepat banget lagi, Mama ultah di hari Sabtu. Semua ada di rumah,” kata Maureen dengan senyum lebar. “Ah, aku mau masak yang spesial buat Mama, deh, buat sarapan.”“Wah, terima kasih banyak. Tapi Mama mau pergi belanja. Di kulkas tinggal sedikit bahan makanan,” ujar Veronica. Rencananya ingin menenangkan diri harus dia lakukan.“Oke. Pas Mama balik, sarapan sudah siap.” Maureen berucap dengan dua jempol terangkat.Veronica melempar senyum kecil, lalu meninggalkan rumah. Veronica sengaja berjalan saja menuju ke swalayan yang ada di dekat distro. Dia akan ambil waktu di sana menenangkan diri sebelum nanti kembali ke rumah.Lantao 3 di distro memang jadi tempat para karyawan Veronica tinggal sejak Veronica menikah dan tinggal dengan Gio serta anak-anaknya. Ruangan m

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 108. Dikhianati

    Veronica menoleh ke jam dinding di kamar, hampir setengah sepuluh malam. Gio belum juga pulang. Ke mana sebenarnya pria itu? Biasanya, dia akan memberitahu dengan jelas ke mana pergi, ada urusan apa, dan dengan siapa. Tapi kali itu, dia bukan hanya bersikap dingin, tetapi juga tidak mau bicara apapun pada Veronica. Bagi Veronica, sikap Gio itu kembali menjadi CEO tampan sedingin kulkas.Sekali lagi Veronica mengirimkan pesan pada Gio. Tentu saja berharap Gio akan membalasnya.- Kak, belum bisa pulang? Aku tunggu atau aku tidur lebiih dulu?Gio akhirnya membalas pesan itu, setelah hampir sepuluh menit berlalu.- terserahJawaban itu membuat Veronica kesal. Sedang sibuk apa, sih, sampai membalas pesan saja tidak bisa dengan kata-kata yang melegakan? Tidak sabar, Veronica menelpon suaminya. Beberapa kali mencoba, Gio pun menerima panggilan itu.“Kenapa?” tanya Gio datar.“Kakak ada apa? Beritahu aku yang jelas. Aku bingung dengan sikap Kak Gio,” kata Veronica tanpa basa-basi.“Jangan leb

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 107. Apa Salahku?

    Hari hampir malam saat Gio tiba di rumah. Empat hari di luar kota, sangat melelahkan. Dia ingin sekali segera istirahat, bertemu keluarga, dan menikmati waktu untuk menyegarkan penat dirinya. Maureen menyambut Gio di depan pintu. Dengan senyum lebar dia memeluk kuat Gio. Meskipun sudah menjadi gadis dewasa, Maureen tetap saja manja. “Senang Papa pulang. Kak Reggy juga sudah di rumah. Lengkap keluarga kita,” kata Maureen masih bergelayut manja pada ayahnya. “Gimana Reggy? Dia baik?” tanya Gio sambil berjalan menuju ke kamarnya. “Baik. Lagi keluar sama Kak Sita. Biasalah, kangen-kangenan, hee … abis LDR,” jawab Maureen. “Reen masak apa buat makan malam? Papa lapar.” Gio meletakkan koper di dekat lemari pakaiannya. “Ada, udah siap. Tapi mama belum pulang,” kata Maureen. “Ga apa-apa. Ga usah tunggu, keburu sakit perut,” ujar Gio. “Oya, Pa, tiga hari lagi mama ultah. Mau bikin acara, ga?” tanya Maureen. “Oya?” Gio menatap Maureen. Bagaimana bisa dia tidak ingat? “Yaa … Papa sama

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 106. Memandangmu, Memelukmu

    Pasak melangkah menjauh, Randy dan Maureen menuju motor. Tak lama mereka sudah di jalanan yang cukup ramai. Randy mengantar Maureen pulang. Di jalan dia cerita tentang Pasak. Dia pembalap yang sangat lihai dan tajam menyerang lawan. Kayak pasak menghujam tanah dengan dalam. Karena itu dia dipanggil Pasak. Satu lagi Maureen bertemu teman lama Randy. Dan dia mengatakan sesuatu yang memang Randy akui pada Maureen. Randy dulu suka balapan liar tapi dia sudah berhenti. Maureen tersenyum. Dia makin yakin, Randy sungguh-sungguh mau mengubah hidupnya. "Senangnya Kakak di rumah lagi. Kangen banget aku." Maureen memeluk Reggy yang baru masuk rumah. "Aku juga lega akhirnya kembali ke rumah. Kangen masakan kamu sama mama," ucap Reggy dengan senyum. khasnya. "Udah, Reggy istirahat dulu, nanti aja ceritanya," kata Veronica. "Bawa oleh-oleh ga, Kak?" tanya Maureen mengikuti Reggy ke kamarnya. "Ada. Pasti aku bawa buat adikku yang cantik ini." Reggy mengusap kepala Maureen. "Biar aku belum pern

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 105. Kesempatan Berdua Lagi

    Mobil merah keren itu masuk halaman rumah keluarga Hendrick. Randy memarkir mobil dan turun dari mobil. Maureen juga keluar dari mobil itu. Lalu mengeluarkan beberapa belanjaannya dari bagasi. Randy membantu membawakan juga. Mereka masuk dalam ruang tamu, menaruh tas belanjaan di sana. "Terima kasih buat hari ini," kata Randy. Dia tersenyum, hatinya sangat lega. "Aku minta maaf." Maureen melihat Randy. "Untuk apa? Aku seharusnya yang minta maaf karena kejadian tadi." Randy memandang heran pada Maureen. "Aku sengaja minta yang aneh-aneh sama kamu." Maureen melihat tas-tas belanjaan yang tergelak di sofa. "Aku hanya ingin melihat bagaimana sikapmu kalau menghadapi perempuan bawel dan banyak maunya." "Jadi ..." Randy mengerutkan keningnya. Maureen tersenyum lebih lebar. "Aku bukan tipe perempuan yang suka shopping banget. Apalagi yang ga dibutuhkan. Tapi, aku akan jaga baik-baik barang-barang ini. Janji." "Aku lulus tes?" tanya Randy. Maureen lagi melebarkan bibirnya. Dia menga

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 104. Hati Terdalam Randy

    Randy memandang Maureen. Rasanya Randy seperti sedang dikuliti. "Ga ada," jawab Randy. "Setelah papa mama cerai, lalu papa menikah dengan wanita itu, aku mulai malas dengan perempuan. Maksudku, aku menilai perempuan lebih negatif. Hanya memanfaatkan pria untuk kesenangannya. Tentu kecuali mamaku. Makanya aku ga dekat sama siapapun, hampir setahun ini." "Kebiasaan yang lain?" Maureen ingin semua dia tahu, tanpa ada yang Randy sembunyikan. "Tinggal merokok. Meski makin jarang. Sejak kecelakaan, mama tegas bilang ga mau aku celaka. Dan balapan sangat beresiko. Aku ga melakukannya lagi. Minum, sudah lama aku ga lakukan. Pernah Sandy tahu dan dia sangat marah. Dia ga suka kakaknya jadi kayak orang gila. Karena aku sampai mabuk waktu itu." Randy menjawab panjang lebar. Mulai nyaman mengatakan semuanya, walaupun Maureen sangat mungkin akan memilih mundur setelah itu. "Apa yang kamu pikirkan ketika ingin mendekati aku? Jalan dengan cara seperti dengan semua mantan kamu itu?" Tajam dan sin

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 103. Masa Lalu yang Mengikuti

    "Omongan Nesti ga usah didengarin, Reen. Cewek tomboy ini rada sableng emang." Randy melotot karena jengkel."Hati-hati, Reen! Dia suka makan cewek, hehe ..." Nesti makin jadi."Sudah sana jauh-jauh, hari sial aku ketemu kamu." Randy mendorong Nesti agar pergi dari situ."Bye, Maureen! Bye, ex babe, hee ... hee ..." Masih sempat juga Nesti berceloteh.Maureen makin masam mukanya. Hatinya tidak karuan melihat pemandangan tak terduga di depannya."Reen ..." panggil Randy. Randy bisa membaca tatapan Maupun yang berubah tidak secerah tadi."Oo ... iya. Kita masuk?" kata Maureen. Dia langsung melangkah duluan ke gedung bioskop mencari tempat duduknya.Randy mengikuti dan duduk di sisi Maureen. Dia menaruh popcorn di antara mereka. Dia beli satu tapi yang jumbo.Maureen tidak lagi konsentrasi dengan situasi. Tidak juga bisa memperhatikan film yang mulai ditayangkan. Dia memikirkan Nesti dan kata-katanya. Yang Maureen tangkap, Randy biasa bebas dengan cewek. Entah kenapa perasaannya jadi kur

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status