Arnav terlihat berpaling muka, mencoba menyembunyikan dirinya dengan sangat kentara. Untuk beberapa alasan Raellyn merasa jantungnya berdegup terlalu kencang, ekspresi wajahnya sekarang mungkin sudah tidak karu-karuan mendapati wajah Arnav yang sudah seperti di liputi oleh seluruh amarah. Teramat keras dan juga tertutup. Ini adalah ekspresi yang sama yang dia temukan ketika dia membahas soal Arsene beberapa waktu kebelakang. Tapi meski begitu, ekspresinya kali ini bahkan lebih menyeramkan dari yang Raellyn temukan terakhir kali.Padahal belum lama ini mereka sudah sedikit santai dan dia bisa menikmati waktu dengan sangat tenang bersamanya. Sampai pada titik dimana Raellyn merasa hidupnya sudah sangat sempurna dan hampir melupakan alasan dia menikahi pria ini karena terlena akan suasana dan cara pria itu memperlakukannya. Ya, Raellyn sempat berpikir bahwa mungkin pernikahan yang hanya sekadar di atas kertas ini betul-betul akan menjadi pernikahan yang langgeng dan bahagia. Memang dasar
Bedebam pintu yang sekeras selepas dia pergi dari kamarnya membuat pria itu agak tersentak. Dia sempat merasa tidak enak, tapi pria itu memilih bertahan akan egonya. Tempat yang dia tuju sekarang adalah ruang perpustakaan yang merangkap sebagai ruang kerjanya. Mengisolasi diri seperti biasa dengan wiski sebagai teman setia. Setelah menghabiskan waktu bersama Raellyn, pria itu sempat lupa bahwa pernikahan ini untuk tujuan berbeda. Raellyn dengan ambisinya dan Arnav dengan kenikmatan yang bisa dia dapatkan dari perempuan itu. Walau begitu setelah semuanya dia malah terbuai dan mereka terjebak dalam situasi yang tidak mengenakan.Sudah lama sekali Arnav tidak pernah mendapatkan pertanyaan perihal Nyonya Chyntia yang adalah ibu kandungnya sendiri. Itu sudah lama dan dia tidak mengira bahwa Raellyn akan mengangkat topik berdebu itu sebagai bahan bagi mereka untuk memulai pertengkaran. Dia bahkan terkejut mendengar Raellyn menyebut namanya berpikir darimana dia mendapatkan nama itu. Tapi se
Suasana di kediaman suaminya berubah jadi mencekam. Alasannya bukan hanya karena hujan deras yang kerap mengguyur di tiap waktu tak tentu atau karena angin yang berhembus memasuki jendela. Ini lebih di karenakan karena keheningan total yang terjadi diantara Raellyn dan juga Arnav selaku tuan dan nyonya rumah.Raellyn sendiri bukannya tidak ingin mengubah atmosfer diantara mereka. Tentu saja perempuan itu berusaha untuk memutus rantai menyedihkan yang telah dia sulam hanya karena dasar keingitahuan berlebih. Dia memang terbiasa melakukan riset sampai ke dunia nyata. Dia berpikir barangkali bila ada yang bisa dia bantu atau dia ubah di antara hubungan keduanya, Raellyn akan dengan senang hati melakukannya. Tapi rupanya dia salah langkah. Suaminya barangkali memiliki luka batin yang tidak terobati setelah sekian lama. Meski Raellyn tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun sepertinya itu adalah hal yang sulit sampai Arnav rela memecah hubungan mereka yang sempat harmonis belakangan i
“Selamat menempuh hidup baru sayangku!” seru beberapa orang dengan serempak.Kejutan perayaan kecil-kecil yang dilakukan oleh rekan kerjanya setelah Raellyn absen cuti selama satu pekan. Raellyn sedikit tidak menyangka bahwa teman-temannya akan memberikan sebuah sambutan setelah badai di hidupnya. Betapa terharunya pula perempuan itu ketika dia menyadari bahwa ada banyak sekali perhatian yang tercurah untuknya. Terlebih dari Violet, rekan sejawatnya yang pertama kali merangkul dan mengayominya sebagai senior di kantor. Ada pula kekasih Violet, dan ‘rekan kerjanya’ yang ikut bersamanya selepas selesai kerja dan gadis itu minta Raellyn untuk mentraktirnya di restoran khas korea yang menyajikan daging dan miras.“Aku lega juniorku sekarang sudah menikah. Jadi aku tidak usah khawatir lagi kalau kau pulang kerja. Apalagi aku tahu kalau kau tinggal sendirian. Setidaknya sekarang aku merasa jauh lebih baik mendengar kabar itu,” celetuk Violet begitu mereka telah duduk di sebuah meja dengan b
Niatan hati ingin merasa lebih baik, tapi di tempat kerja malah di pertemukan dengan biang keladi. Kalau boleh jujur Raellyn itu paling tidak suka dengan yang namanya mengingat masa lalu. Bukannya dia berhati dingin, hanya saja hal-hal yang sifatnya tidak relevan untuk di bahas di masa kini ada kalanya di simpan saja sebagai kenangan tanpa harus di angkat ke permukaan lagi. Dia pikir segalanya akan baik-baik saja dan Gilbert punya pemahaman yang sama, tapi rupanya pria itu tidak sepaham dengan apa yang ada di kepalanya.Tiba di rumah Raellyn juga mendapati suasana mencekam yang tak nyaman. Suasana rumah yang harusnya menyambut dia dengan hangat malah lebih mirip perkuburan dari pada tempat orang hidup untuk bercengkrama. Sepertinya Raellyn punya misi khusus untuk ini. Sebagai nyonya rumah dia harus memastikan rumah bisa menjadi tempat yang nyaman untuk bisa berkumpul bersama. Seluruh rencana langsung tersusun di kepala, dan hari esok sepertinya Raellyn akan mulai mengubah segalanya.P
Raellyn untuk pertama kalinya mengambil keputusan yang tidak kalah besar selain menikahi Arnav. Berhenti bekerja setelah kurang lebih sepekan bekerja dan mendapatkan sambutan dari rekan kerja soal pernikahannya benar-benar sebuah kabar mengagetkan bagi semua orang terlebih kepada Violet yang langsung bertanya-tanya mengenai apa gerangan yang mampir ke otak Raellyn kala itu. Violet setengah menyeret Raellyn untuk bicara begitu dia tahu Raellyn telah menyerahkan surat pengunduran diri ke meja kerja bos mereka sebelum jam makan siang.“Jadi, jelaskan tindakan apa ini? Kau bukan tipe seorang perempuan yang ceroboh soal masa depan apalagi tentang financial. Apa terjadi sesuatu?” Cara Violet bertanya sekarang lebih terdengar seperti sebuah introgasi. Tapi Raellyn tidak keberatan karena kawannya yang satu ini akan berubah menjadi seperti itu terkait dengan keputusan penting. Mereka adalah patner yang solid, itu sebabnya Violet agak sedikit keberatan tentang keputusan yang Raellyn buat tanpa
Akhirnya setelah sekian lama Arnav menyuarakan pendapatnya seperti biasa layaknya manusia normal. Bukan hanya bersikap pasif dan defensif setiap kali Raellyn mendekati dan mengajaknya bicara untuk meluruskan masalah mereka. Menyadari bahwa pria itu kini menjadi pusat perhatian dua wanita, cepat-cepat Arnav berlalu dari sana dan sekali lagi mengurung dirinya di ruang perpustakaan.“Mrs. Maddy sepertinya aku akan kembali melakukan tugasku. Jadi aku akan meninggalkanmu sekarang,” tutur Raellyn yang langsung mendapatkan sambutan berupa anggukan kepala dari wanita itu.“Tentu saja, semoga berhasil Nyonya. Saya akan kembali bekerja,” sahut Mrs. Maddy yang langsung membungkukan badannya dan berlalu kembali ke kegiatannya lagi.Setelah di tinggal pergi, Raellyn menghembuskan napasnya secara perlahan dan menariknya dengan cara yang sama pula. Dia merasa bisa menghadapi Arnav dengan baik sekarang. Karena dia memiliki modal yang telah dia pegang. Akhir-akhir ini Raellyn memang memiliki energi ya
Arnav hanya dapat terpaku di kursinya selama beberapa saat setelah mendengar rentetan kata-kata yang Raellyn ucapkan untuknya. Sejujurnya itu hal yang tidak dia perkirakan dan cukup menohok di dada. Seolah jantungnya di remas oleh tangan tak kasat mata, sampai pria itu merasa tidak bisa berkutik untuk jangka waktu singkat. Perasaannya sedikit tergugah, tapi dia kemudian tersadar akan satu hal penting yang tidak cukup meruntuhkan logikanya. Dia perlu meneguhkan hati sehingga tidak terhanyut dalam permainan asmara yang dahulu sempat menjerat dan membodohinya. Dia tidak boleh kembali mendapati kejadian masa lampau semacam itu hanya karena di serbu perasaan bernama cinta dan antek-anteknya itu. Walaupun memang jelas bahwa tidak mudah bagi Raellyn untuk mengungkapkan perasaannya begitu saja di hadapan Arnav dan seluruh ketidakpeduliannya.Merasa tidak akan benar, pria itu mencari mantelnya dan beranjak dari kursi. Dia butuh udara segar malam yang barangkali dapat membantu mengembalikan kew