“Maaf tapi aku menolak ide untuk jamuan makan malam bersama keluarga kita di rumah ini.” Suara Arnav yang bernada melarang tersebut membuat Raellyn di buat bicara lebih banyak.Dia berguling ke sisi pria itu di atas ranjang mereka, sekadar mengagumi keindahan menakjubkan yang pria itu miliki atas tubuhnya sendiri. Arnav sendiri tampak tidak begitu peduli meski di tatap dengan cukup intens. Terlebih arah tatapan Raellyn yang jelas memfokuskan pada bagian perutnya.“Apa aku semenggoda itu? haruskah kita lakukan lagi?” ujaran frontal dari Arnav membuat Raellyn terkesiap. Akal serta kewarasannya mulai berkumpul di satu titik. Arnav membuatnya lupa akan segalanya. Namun alih-alih tergoda dengan ujaran pria itu, Raellyn malah lebih berminat untuk memanjangkan konversasi yang sempat terpotong tadi.“Kenapa tidak? justru bukannya bagus untuk kita merayakannya dalam lingkup terkecil dahulu?” tanya Raellyn, kali ini suaranya terdengar lembut. Aneh baginya untuk bersuara demikian terhadap Arnav.
Rupanya pria itu tidak pulang selama dua hari berturut-turut. Suasana di rumah besar ini terasa begitu sepi ketika Arnav menghilang. Meskipun sebetulnya suasana rumah ini memang selalu sepi setiap harinya, tapi tidak se-sepi hari ini. Terlalu damai membuat Raellyn anehnya tidak terlalu nyaman. Perpisahan sementara yang Raellyn duga karena pekerjaan tersebut sialnya membuat Raellyn agak kesepian. Apakah dia sedang mencoba mengatakan bahwa dia merindukan pria itu? Mungkin saja.Namun terlepas dari apa yang dia rasakan, ada hal lucu setelahnya. Arnav mengirim bunga ke kediamannya sendiri selama dua hari berturut-turut seolah bunga itu berguna untuk menggantikan keabsenan dirinya di rumah. Raellyn yang tidak paham bagaimana pola pikir pria itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Apa selama ini dia selalu bersikap seperti ini? melebihkan sesuatu hanya karena punya uang berlebih di kantongnya. Membuang benda yang bagi semua orang berharga? Orang kaya selalu punya cara untuk bersenang-senang de
Belum sempat Mrs. Maddy melanjutkan ucapannya pintu ruangan terbuka lebar menampilkan Arnav yang masuk dengan jas yang sudah tergantung di kedua jarinya. Apakah itu sejenis gaya baru untuk mendapatkan perhatian semua orang? Jika iya, maka pria itu berhasil sebab Raellyn sempat terpesona padanya barang beberapa detik.“Jadi pembicaraan apa yang sedang kau bicarakan dengan istriku?” tanyanya begitu dia mendekati Raellyn dan Mrs. Maddy. Entah mengapa dalam situasi tersebut sesaat Raellyn dapat melihat ada kecanggungan yang terasa dalam tingkah laku sang kepala pelayan. Alih-alih menjawab dia langsung menundukan kepala menyambutnya.“Maafkan saya, saya akan keluar dan memberi Anda waktu untuk bicara dengan nyonya.”Raellyn yang tidak paham dengan situasi itu ingin sekali mengejar Mrs. Maddy, tapi tangannya di cegat dengan mudah oleh Arnav. Padahal dia sudah hampir mendapatkan sesuatu yang tampaknya adalah informasi yang berharga soal suaminya. Namun apa di kata, dia tidak bisa melarikan d
Secara langsung Arnav memang tidak menggodanya, tapi justru begitu Raellyn tahu kemana mereka pergi. Barulah dia menikmati suguhan terbaik di depan matanya. Arnav adalah seorang pria gila yang membawa istrinya berkencan ke stadion bahkan mengambil kursi di kelas VIP. Tapi kegilaannya cukup sepadan, karena dari tempat ini Raellyn bisa melihat para pemain sibuk melakukan pemanasan di bawah sana.Semua pria bertubuh atletis membuka atasan mereka, memamerkan otot bisep dan trisep di bawah kilauan cahaya lampu. Otot mereka sangat berkilau seperti permata.Raellyn hanya pernah melihatnya dari televisi, tapi menonton langsung seperti ini dan merasakan sorak sorai para pendukung jelas pengalaman yang berbeda. Perempuan itu tidak bisa mengatakan apa-apa selain mengagumi. Tapi belum lama matanya berbinar cerah, Arnav tiba-tiba saja menutupi pandangannya. Membuat penglihatan Raellyn buram seketika.“Apa yang kau lakukan?” sembur Raellyn sambil menghempaskan tangan yang menutupi kedua kelopak mat
“Sayangnya aku bukan tipe yang mudah memberi dan bermurah hati. Bagaimana kalau kita bertaruh dulu untuk pertandingan ini, jika kau menang baru aku akan memberikanmu sebuah ciuman?”“Baiklah, aku tidak pernah takut dengan tantangan. Terlebih untuk menaklukanmu.”“No, bukan kau yang menaklukanmu. Tapi aku yang akan menaklukanmu Tuan Direktur.”“Aku punya satu kondisi yang harus kau terima. Kita akan berciuman sampai aku puas. Pertaruhan yang kau mulai ini tidak merugikan kita berdua.”“Ya, begitulah cara kita menyelesaikan masalah.”“Ladies and Gentlemen, inilah dia pertandingan yang sudah kita tunggu. The Stone Match akan dimulai!” Ketika suara MC berkumandang, saat itu pula sorak sorai penonton mulai riuh di stadion. Permainan di mulai dengan cukup apik. Raellyn telah menentukan kepada siapa dia akan mempertaruhkan pride-nya. Begitu pula Arnav yang sudah memutuskan kepada siapa dia menggantungkan takdirnya.Para peserta mulai memasuki ring, dan bertarung satu sama lain dengan cukup
Saat bibir mereka bersentuhan satu sama lain, Raellyn mengira bahwa itu adalah sebuah ciuman biasa yang hanya berakhir dengan sebuah kecupan. Jadi dia hanya perlu melakukannya seperti biasa, dan sudah. Dia jadi merasa bodoh karena sempat berpikir bahwa barangkali akan terjadi hal yang lebih dari pada ini sebelumnya. Raellyn berharap Arnav segera menyingkir darinya segera dan melepaskan kungkungannya begitu dia puas.Namun, yang terjadi selanjutnya justru mendebarkan. Ketika Arnav tiba-tiba saja menggerakan bibirnya untuk melahap bibir milik Raellyn. Ketika Raellyn berusaha membuat perlawanan karena sempat terkejut, pria itu malah menggigit bibir bawahnya kemudian bergerak seolah sedang mencari sesuatu di dalam sana. Raellyn yang terlampau terkejut langsung berusaha menjauhkan dirinya.“Apa yang sedang kau coba—”Tapi kalimat itu tidak sempat tertuntaskan karena sekali lagi Arnav menyambar bibirnya yang setengah terbuka. Kedua pergelangan tangannya yang semula dia gunakan untuk mendoro
Di pagi hari mereka meninggalkan hotel dalam kondisi yang berantakan. Sebagai orang dengan rasa malu yang tinggi dia sempat mencoba untuk menutupi wajahnya ketika berjalan di dekat suaminya Arnav. Dia tahu bahwa staff hotel mungkin akan menjadikannya bulan-bulanan karena semalam mereka terlalu parah atau mungkin mereka tidak peduli sama sekali karena hal-hal seperti itu memang sudah menjadi rutinitas yang terjadi di sebuah kamar hotel? Ya, kenapa pula Raellyn harus merasa pusing terhadap satu hal kecil.Arnav tidak mengatakan sepatah kata pun setelahnya, dia langsung memasuki dunia yang seperti berbeda dari dunia yang mereka lewati kemarin. Mungkin pria itu telah masuk dalam mode professional. Semua orang langsung menyadari kehadiran dan mengenalnya tapi Arnav hanya memberi mereka sebuah senyum kecil dan berlalu dengan sopan. Bagaimana dia menjalani hari seperti ini, tampak seperti Raellyn merasa kecil bersamanya. Dia tersadar bahwa dunia dia dan Arnav memang sangatlah berbeda.Itu se
Arnav terlihat berpaling muka, mencoba menyembunyikan dirinya dengan sangat kentara. Untuk beberapa alasan Raellyn merasa jantungnya berdegup terlalu kencang, ekspresi wajahnya sekarang mungkin sudah tidak karu-karuan mendapati wajah Arnav yang sudah seperti di liputi oleh seluruh amarah. Teramat keras dan juga tertutup. Ini adalah ekspresi yang sama yang dia temukan ketika dia membahas soal Arsene beberapa waktu kebelakang. Tapi meski begitu, ekspresinya kali ini bahkan lebih menyeramkan dari yang Raellyn temukan terakhir kali.Padahal belum lama ini mereka sudah sedikit santai dan dia bisa menikmati waktu dengan sangat tenang bersamanya. Sampai pada titik dimana Raellyn merasa hidupnya sudah sangat sempurna dan hampir melupakan alasan dia menikahi pria ini karena terlena akan suasana dan cara pria itu memperlakukannya. Ya, Raellyn sempat berpikir bahwa mungkin pernikahan yang hanya sekadar di atas kertas ini betul-betul akan menjadi pernikahan yang langgeng dan bahagia. Memang dasar