Secara langsung Arnav memang tidak menggodanya, tapi justru begitu Raellyn tahu kemana mereka pergi. Barulah dia menikmati suguhan terbaik di depan matanya. Arnav adalah seorang pria gila yang membawa istrinya berkencan ke stadion bahkan mengambil kursi di kelas VIP. Tapi kegilaannya cukup sepadan, karena dari tempat ini Raellyn bisa melihat para pemain sibuk melakukan pemanasan di bawah sana.Semua pria bertubuh atletis membuka atasan mereka, memamerkan otot bisep dan trisep di bawah kilauan cahaya lampu. Otot mereka sangat berkilau seperti permata.Raellyn hanya pernah melihatnya dari televisi, tapi menonton langsung seperti ini dan merasakan sorak sorai para pendukung jelas pengalaman yang berbeda. Perempuan itu tidak bisa mengatakan apa-apa selain mengagumi. Tapi belum lama matanya berbinar cerah, Arnav tiba-tiba saja menutupi pandangannya. Membuat penglihatan Raellyn buram seketika.“Apa yang kau lakukan?” sembur Raellyn sambil menghempaskan tangan yang menutupi kedua kelopak mat
“Sayangnya aku bukan tipe yang mudah memberi dan bermurah hati. Bagaimana kalau kita bertaruh dulu untuk pertandingan ini, jika kau menang baru aku akan memberikanmu sebuah ciuman?”“Baiklah, aku tidak pernah takut dengan tantangan. Terlebih untuk menaklukanmu.”“No, bukan kau yang menaklukanmu. Tapi aku yang akan menaklukanmu Tuan Direktur.”“Aku punya satu kondisi yang harus kau terima. Kita akan berciuman sampai aku puas. Pertaruhan yang kau mulai ini tidak merugikan kita berdua.”“Ya, begitulah cara kita menyelesaikan masalah.”“Ladies and Gentlemen, inilah dia pertandingan yang sudah kita tunggu. The Stone Match akan dimulai!” Ketika suara MC berkumandang, saat itu pula sorak sorai penonton mulai riuh di stadion. Permainan di mulai dengan cukup apik. Raellyn telah menentukan kepada siapa dia akan mempertaruhkan pride-nya. Begitu pula Arnav yang sudah memutuskan kepada siapa dia menggantungkan takdirnya.Para peserta mulai memasuki ring, dan bertarung satu sama lain dengan cukup
Saat bibir mereka bersentuhan satu sama lain, Raellyn mengira bahwa itu adalah sebuah ciuman biasa yang hanya berakhir dengan sebuah kecupan. Jadi dia hanya perlu melakukannya seperti biasa, dan sudah. Dia jadi merasa bodoh karena sempat berpikir bahwa barangkali akan terjadi hal yang lebih dari pada ini sebelumnya. Raellyn berharap Arnav segera menyingkir darinya segera dan melepaskan kungkungannya begitu dia puas.Namun, yang terjadi selanjutnya justru mendebarkan. Ketika Arnav tiba-tiba saja menggerakan bibirnya untuk melahap bibir milik Raellyn. Ketika Raellyn berusaha membuat perlawanan karena sempat terkejut, pria itu malah menggigit bibir bawahnya kemudian bergerak seolah sedang mencari sesuatu di dalam sana. Raellyn yang terlampau terkejut langsung berusaha menjauhkan dirinya.“Apa yang sedang kau coba—”Tapi kalimat itu tidak sempat tertuntaskan karena sekali lagi Arnav menyambar bibirnya yang setengah terbuka. Kedua pergelangan tangannya yang semula dia gunakan untuk mendoro
Di pagi hari mereka meninggalkan hotel dalam kondisi yang berantakan. Sebagai orang dengan rasa malu yang tinggi dia sempat mencoba untuk menutupi wajahnya ketika berjalan di dekat suaminya Arnav. Dia tahu bahwa staff hotel mungkin akan menjadikannya bulan-bulanan karena semalam mereka terlalu parah atau mungkin mereka tidak peduli sama sekali karena hal-hal seperti itu memang sudah menjadi rutinitas yang terjadi di sebuah kamar hotel? Ya, kenapa pula Raellyn harus merasa pusing terhadap satu hal kecil.Arnav tidak mengatakan sepatah kata pun setelahnya, dia langsung memasuki dunia yang seperti berbeda dari dunia yang mereka lewati kemarin. Mungkin pria itu telah masuk dalam mode professional. Semua orang langsung menyadari kehadiran dan mengenalnya tapi Arnav hanya memberi mereka sebuah senyum kecil dan berlalu dengan sopan. Bagaimana dia menjalani hari seperti ini, tampak seperti Raellyn merasa kecil bersamanya. Dia tersadar bahwa dunia dia dan Arnav memang sangatlah berbeda.Itu se
Arnav terlihat berpaling muka, mencoba menyembunyikan dirinya dengan sangat kentara. Untuk beberapa alasan Raellyn merasa jantungnya berdegup terlalu kencang, ekspresi wajahnya sekarang mungkin sudah tidak karu-karuan mendapati wajah Arnav yang sudah seperti di liputi oleh seluruh amarah. Teramat keras dan juga tertutup. Ini adalah ekspresi yang sama yang dia temukan ketika dia membahas soal Arsene beberapa waktu kebelakang. Tapi meski begitu, ekspresinya kali ini bahkan lebih menyeramkan dari yang Raellyn temukan terakhir kali.Padahal belum lama ini mereka sudah sedikit santai dan dia bisa menikmati waktu dengan sangat tenang bersamanya. Sampai pada titik dimana Raellyn merasa hidupnya sudah sangat sempurna dan hampir melupakan alasan dia menikahi pria ini karena terlena akan suasana dan cara pria itu memperlakukannya. Ya, Raellyn sempat berpikir bahwa mungkin pernikahan yang hanya sekadar di atas kertas ini betul-betul akan menjadi pernikahan yang langgeng dan bahagia. Memang dasar
Bedebam pintu yang sekeras selepas dia pergi dari kamarnya membuat pria itu agak tersentak. Dia sempat merasa tidak enak, tapi pria itu memilih bertahan akan egonya. Tempat yang dia tuju sekarang adalah ruang perpustakaan yang merangkap sebagai ruang kerjanya. Mengisolasi diri seperti biasa dengan wiski sebagai teman setia. Setelah menghabiskan waktu bersama Raellyn, pria itu sempat lupa bahwa pernikahan ini untuk tujuan berbeda. Raellyn dengan ambisinya dan Arnav dengan kenikmatan yang bisa dia dapatkan dari perempuan itu. Walau begitu setelah semuanya dia malah terbuai dan mereka terjebak dalam situasi yang tidak mengenakan.Sudah lama sekali Arnav tidak pernah mendapatkan pertanyaan perihal Nyonya Chyntia yang adalah ibu kandungnya sendiri. Itu sudah lama dan dia tidak mengira bahwa Raellyn akan mengangkat topik berdebu itu sebagai bahan bagi mereka untuk memulai pertengkaran. Dia bahkan terkejut mendengar Raellyn menyebut namanya berpikir darimana dia mendapatkan nama itu. Tapi se
Suasana di kediaman suaminya berubah jadi mencekam. Alasannya bukan hanya karena hujan deras yang kerap mengguyur di tiap waktu tak tentu atau karena angin yang berhembus memasuki jendela. Ini lebih di karenakan karena keheningan total yang terjadi diantara Raellyn dan juga Arnav selaku tuan dan nyonya rumah.Raellyn sendiri bukannya tidak ingin mengubah atmosfer diantara mereka. Tentu saja perempuan itu berusaha untuk memutus rantai menyedihkan yang telah dia sulam hanya karena dasar keingitahuan berlebih. Dia memang terbiasa melakukan riset sampai ke dunia nyata. Dia berpikir barangkali bila ada yang bisa dia bantu atau dia ubah di antara hubungan keduanya, Raellyn akan dengan senang hati melakukannya. Tapi rupanya dia salah langkah. Suaminya barangkali memiliki luka batin yang tidak terobati setelah sekian lama. Meski Raellyn tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun sepertinya itu adalah hal yang sulit sampai Arnav rela memecah hubungan mereka yang sempat harmonis belakangan i
“Selamat menempuh hidup baru sayangku!” seru beberapa orang dengan serempak.Kejutan perayaan kecil-kecil yang dilakukan oleh rekan kerjanya setelah Raellyn absen cuti selama satu pekan. Raellyn sedikit tidak menyangka bahwa teman-temannya akan memberikan sebuah sambutan setelah badai di hidupnya. Betapa terharunya pula perempuan itu ketika dia menyadari bahwa ada banyak sekali perhatian yang tercurah untuknya. Terlebih dari Violet, rekan sejawatnya yang pertama kali merangkul dan mengayominya sebagai senior di kantor. Ada pula kekasih Violet, dan ‘rekan kerjanya’ yang ikut bersamanya selepas selesai kerja dan gadis itu minta Raellyn untuk mentraktirnya di restoran khas korea yang menyajikan daging dan miras.“Aku lega juniorku sekarang sudah menikah. Jadi aku tidak usah khawatir lagi kalau kau pulang kerja. Apalagi aku tahu kalau kau tinggal sendirian. Setidaknya sekarang aku merasa jauh lebih baik mendengar kabar itu,” celetuk Violet begitu mereka telah duduk di sebuah meja dengan b
Satu pekan kemudian, resepsi pernikahan digelar. Tidak banyak persiapan yang dilakukan, karena Arnav telah menyerahkan seluruh urusan tersebut kepada wedding orgaziner terkemuka dan professional dibidangnya. Sehingga, meskipun serba dadakan tapi hasilnya terkesan seperti sebuah pesta yang telah direncanakan jauh-jauh hari dan ini lebih seperti pertama kalinya Raellyn dinikahi. Belum lagi keramaian ini juga karena ada beberapa wartawan yang meliput acara pesta dan bahkan disiarkan secara langsung. Memang benar pengaruh seorang Arnav bisa mengguncangkan layar kaca dan semua orang. Padahal ini hanyalah acara resepsi tapi makna yang terkandung di dalamnya terasa seperti sebuah pernikahan yang memang selalu Raellyn impikan. Seolah Arnav memang memahami betul dirinya dan Raellyn terkejut karena detail-detailnya sesuai sekali dengan pernikahan impiannya. Padahal obrolan mengenai acara resepsi hanya berlangsung sekali dan itu pun tidak terlalu mendalam karena mereka berdua langsung sibuk deng
“Tolong jangan merusak itikad baikku malam ini. Aku tidak memanggil kalian kemari untuk berdebat dan menuding istriku dengan sesuatu yang tidak masuk akal,” ujar Arnav yang seketika menghentikan perdebatan hanya dalam sekejap mata.Pandangan mata Sylvia berubah, wanita itu langsung menunduk begitu pula dengan adik Arnav yang baru Raellyn ingat bernama Louisa. Keduanya tidak mampu mengatakan sepatah kata pun dan kondisi meja kembali tertib.Raellyn memang sangat menyangkan situasi yang berjalan tidak seharusnya. Sebagai satu keluarga dan di dominasi oleh orang dewasa semestinya mereka memiliki pemikiran yang matang dan bisa menentukan mata yang pantas dan tidak pantas di lakukan. Toh, untuk apa pula berdebat dan mempermasalhkan hal yang tidak benar adanya? Menunjukan siapa yang paling benar dan pantas mendapatkan dukungan dan simpati? Cerita lama.“Nyonya Chyntia alasan aku memanggilmu kemari karena aku ingin minta maaf.”Semua orang di meja langsung menatap Arnav dengan pandangan tida
Seminggu berlalu sejak moment dimana Arnav bilang ingin meminta maaf pada Nyonya Chyntia dan ingin melepaskan beban masa lalu. Raellyn memang senang mendengarnya, tapi ketika hari dimana suaminya mengajaknya untuk melakukan sebuah pertemuan dengan sang ibu mertua saat itu pula pikiran Raellyn malah tidak tenang.Restaurant mewah yang mereka datangi malah membuat Raellyn dejavu. Suasana ini nyaris serupa dengan saat pertama kali dia bertemu dengan sang ibu mertua. Yang berbeda adalah dia tidak begitu mengenal ibu mertuanya saat itu dan punya tujuan untuk ikut campur bak super hero bijaksana. Tapi sekarang Raellyn hanya menjadi seorang pengamat dan dia tidak di perkenankan ikut campur sebelum Arnav menyelesaikan urusannya. Raellyn sekarang memang sudah berubah, dia sudah bisa memahami posisinya dan tidak lagi keras kepala seperti dulu. Maka beginilah yang terjadi dia menanti dengan sabar sebelum keluarga baru suaminya tiba.Kemarin, Arnav kembali menyinggung soal niatannya dan saat itu
Suara pintu dibuka dan sedikit mengejutkan bagi kedua insan di dalam ruangan ketika seorang pria paruh baya masuk kesana.“Paman,” panggil Raellyn begitu menyadari orang yang datang berkunjung adalah sang paman. Dia melirik kearah Arnav yang tersenyum kearahnya. Raellyn benar-benar terharu, dia pikir pria itu tidak akan membagi kabar ini kepada kerabat ataupun keluarga. Raellyn juga tidak memaksanya karena dia tahu pria itu sudah cukup sibuk dan lelah selama seharian kemarin. Makanya ketika dia melihat pamannya datang Raellyn senang bukan main. Keluarganya menjadi yang pertama mengetahui soal kelahiran putranya.“Dimana cucuku, Raellyn? Aku ingin melihatnya,” ujar sang paman dengan penuh pancaran kebahagiaan. Dia benar-benar menampakan sebuah ekspresi tak sabar untuk melihat cucunya. Perasaan bahagia itu tidak bisa dia sembunyikan setelah mendengar bahwa keponakannya baru saja melahirkan. Tentu saja pria itu langsung melesat ke rumah sakit tanpa perlu memikirkan apapun.“Ini cucumu, p
Operasi caesar telah usai dan berjalan dengan sangat lancar. Kini Raellyn dibawa menuju ke ruang pemulihan khusus dan dia berada di bawah pantauan tim dokter dengan sangat teratur. Tentu saja hal ini tidak lepas dari kuasa sang suami yang memberikan seluruh akses istimewa sehingga Raellyn mendapatkan perawatan secara paripurna. Infus masih terpasang di lengan kiri Raellyn selama istrinya itu masih belum bisa makan dan juga minum dengan sempurna.Arnav, dengan seluruh kuasa yang dia miliki juga meminta agar anaknya berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Raellyn. Hal itu tidak terlalu banyak menyita waktu karena memang bayinya sehat dan tidak membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.“Berapa lama masa penyembuhan istri saya, dok?” tanya Arnav, saat ini dia berada di ruangan sang dokter muda yang menangani persalinan istrinya.“Kurang lebih sekitar empat sampai dengan enam minggu untuk sembuh total dan bisa beraktifitas seperti biasa. Saya sangat menyarankan istri anda jangan sampa
Memasuki jadwal kontrol bulanan, di fase bulan ke sembilan. Raellyn seperti biasa di dampingi oleh Arnav kembali mengunjungi sebuah klinik yang telah di percayai untuk berkonsultasi mengenai kelahiran buah hati mereka pada dokter yang menanganinya. Bahkan Arnav sendiri juga sudah sampai pada titik melakukan reservasi sebuah kamar VVIP di sebuah rumah sakit untuk berjaga-jaga, karena dari yang dia ketahui melalui pengalaman asisten pria-nya terkadang kelahiran dapat terjadi secara tiba-tiba dan melenceng dari hari yang sudah di jadwalkan. Dalam hati terutama untuk Raellyn sendiri, tentu saja dia terkadang kerap kali di hantui oleh rasa cemas dan juga takut yang berlebih selama menantikan hari persalinan.“Arnav, aku tiba-tiba jadi merasa takut.”Arnav sendiri biar pun tampangnya terlihat tenang, tapi jauh di lubuk hati dia juga cemas bukan kepalang. Dia sangat khawatir kepada istri dan juga calon buah hati mereka. “Tenanglah, sayangku. Apapun yang terjadi nanti aku ada disampingmu.”Ra
Sayangnya sejak hari itu Arnav tidak pernah buka suara tentang apa yang terjadi. Arsene juga sudah tidak pernah terlihat lagi batang hidungnya. Raellyn memang penasaran dengan apa yang terjadi, tapi untuk sekarang dia merasa tidak perlu mengulik atau pun mencari tahu. Dia sudah mempercayai Arnav dan tidak lagi meragukan dirinya yang dulu. Kedua pria itu pasti punya alasan, dan Raellyn tidak akan mengusik hal tersebut.Waktu sudah berlalu, menginjak bulan ke sembilan dari kehamilannya. Raellyn makin hari makin di manjakan saja. Sesungguhnya Raellyn hanya bisa berdoa agar dia tidak meleleh setiap paginya karena pria itu selalu saja punya cara untuk memanjakannya dengan penuh cinta. Apalagi saat perutnya dibelai sambil dibisiki kata-kata mesra. Ah… sungguh, apakah Arnav memang seperti ini? rasanya dia benar-benar seperti tokoh pria fiksi idamannya jika begini terus.“Raellyn sayang, bangun.”“Tidak mau.” Raellyn masih merasa sangat berat, semalam mereka bermain cukup lama. Ini karena Arn
Lita dan Raellyn kini asyik berceloteh ria di ruang tamu kediaman sang paman. Sepupunya itu langsung melonjak gembira begitu membuka pintu dan mendapati Raellyn ada disana dengan perut buncitnya. Padahal sedari tadi dia kata Sharon, Lita hanya menatap ponselnya tanpa memiliki niatan beranjak sedikit pun. Raellyn hanya terkikik mendengarkan celotehan adik sepupunya itu sambil sesekali Lita akan angkat bicara untuk menyanggah apa yang adiknya katakan. Reuni kecil setelah sekian lama memang membawa sedikit rasa nostalgia.Kini setelah ditinggal oleh Sharon, kedua wanita itu mulai bercerita banyak hal. Terutama topik mengenai kehamilan Raellyn yang sejak tadi selalu diungkit oleh Lita.“Kau sudah siapkan nama untuk calon anakmu belum?”Raellyn hanya menggeleng. “Aku belum punya nama untuk bayiku, tapi aku rasa Arnav sudah punya beberapa. Dia sangat antusias sejak dokter bilang bahwa calon bayi kami akan lahir sebagai bayi laki-laki.” Raellyn mengujar seraya mengusap perut besarnya dengan
Mendengar suara Mrs. Maddy dari balik pintu Raellyn tersedak saliva-nya sendiri dan terbatuk-batuk. Muka wanita itu langsung merah padam tak tertahankan ketika melihat ke arah pintu kamar yang sudah terbuka dan menampakan si kepala pelayan. Sementara Arnav susah payah untuk menggeram menahan hasratnya yang harus dia tenangkan. Kehadiran Mrs. Maddy benar-benar sangat tidak tepat.“A-ah ya Mrs. Maddy ada apa?” Raellyn menghampiri wanita itu untuk mengurangi kecanggungan meskipun tentu saja kesalah tingkahannya tidak benar-benar bisa dia sembunyikan.“Maaf bila saya mengganggu aktivitas pagi Anda. Tapi ada tamu.”Mati aku! Raellyn sempat merutuk sebelum akhirnya dia terhenti dan menatap Mrs. Maddy dengan tatapan tidak percaya.“Tamu? Pagi-pagi begini?” tanya Raellyn yang sekarang benar-benar murni telah melepaskan seluruh kecanggungannya beberapa saat lalu menjadi sebuah tanda tanya besar di kepala.Mrs. Maddy diam sejenak, wanita itu bergantian memandangi wajah Raellyn yang ada di hadap