Berbagai pengasuh silih berganti, David dan Reyhan nampak bingung menghadapi Kania yang selalu mencari Mamanya, setiap hari selalu menangis sehingga sering keluar masuk rumah sakit."Reyhan bagaimana ini?" David sangat khawatir dan cemas dengan keadaan Kania."Anak ini Malang sekali, seandainya aku sudah berkeluarga aku akan mengadopsinya." Raut wajahnya begitu sedih.Reyhan yang seorang dokter bedah penyakit dalam harus mengurusi Kania yang seharusnya urusan dokter anak.Kehilangan orang tua memang sangat menyedihkan, dia yang sudah besar saja masih teringat sampai sekarang, apalagi Kania yang usianya masih sangat kecil."Meski papamu tidak mau merawatmu, masih ada om disini," bisiknya.#####Hari-hari berlalu begitu cepat, anak Rara yang sudah tiga bulan sudah bisa ditinggal ke rumah sakit, dia mempercayakan anak kesayangannya kepada pengasuh.Untuk keselamatan sang buah hati, Rara dan Raymond memasang CCTV dimana-mana, dia tidak ingin kecolongan sedikit pun."Jaga anak kami dengan
David memutuskan untuk kembali ke kantor begitu pula dengan Reyhan akan kembali mengurusi pasien, mereka tidak bisa terus mencari Kania di saat mereka masih harus bekerja.Di kantor David melaporkan apa yang terjadi kepada Raymond, ada rasa cemas dan khawatir namun Raymond cukup gengsi untuk mengakui hal itu sehingga dia mengekspresikan wajahnya secara datar."Besok juga pasti akan ketemu," ktanya yang seolah tidak peduli."Apa perlu kita melaporkan kepada pihak kepolisian tuan?"Spontan Raymond menatap personal asistennya tersebut dengan tajam, jika mereka melapor polisi otomatis berita ini akan tersebar dan akhirnya setiap orang akan tau jika Raymond memiliki anak lahi dari wanita yang bukan istrinya."Kamu ingin orang mengetahui semuanya?" Suaranya begitu dingin dan tegas membuat David menunduk."Tidak Tuan, maafkan saya." Suara lirih mencuat dari bibirnya."Perintahkan anak buah kita saja yang mencari, bukankah akan buah kamu sangat banyak," sahutnya.David mengangguk paham, dia i
Karena lelah, Raymond langsung tidur saja tanpa melihat anak yang berada di sampingnya.Di pagi harinya, Rara terbangun karena baby Shane menangis, dia segera bangun untuk mengeceknya."Kamu buang air ya sayang." Rara segera mengganti pokok sang buah hati.Pergerakan Rara membuat Kania membalikkan badan, hingga bocah kecil ini memeluk Raymond yang tidur di sampingnya."Pemandangan yang indah, besok kalau Shane udah besar pasti seperti ini." Rara memberikan baby Shane ke pengasuhnya karna dia harus menyiapkan sarapan untuk suami tercintanya.Ketika Rara di dapur, Kania terbangun dia sungguh terkejut melihat seorang pria memeluknya.Bocah kecil itu mengucek matanya sekali lagi mencoba melihat Raymond dengan waktu yang cukup lama."Bukannya ini om waktu itu," gumamnya.Kania menjadi takut karena memang sikap Raymond selama ini begitu ketus padanya apalagi sikapnya begitu dingin berbeda dengan David dan Reyhan yang cukup hangat terhadapnya.Kania turun dari ranjang, dia berusaha dengan k
David bingung ingin menjawab apa jelas tidak mungkin memberitahu yang sebenarnya kepada Rara.Asisten itu menatap atasannya, sangat terlihat jelas bila sang atasan merasa takut jika rahasianya terbongkar."Aku pernah bertemu dengannya di rumah sakit Nyonya, anak ini keluar masuk rumah sakit," jawab David."Oh, begitu," sahut Rara yang percaya saja dengan jawaban David.Tak ingin ditanyai oleh sang istri, Raymond mengajak David berangkat terlebih dahulu dan meminta Rara untuk berangkat dengan sopir."Iya Mas, kamu hati-hati ya." Pikiran Raymond berkecamuk tak karuan, anak yang ingin dia rahasiakan kini malah akrab dengan istrinya."Segera perintahkan pengasuh itu ke rumah sakit!" "Baik Tuan." Setibanya di kantor David segera menghubungi Reyhan dan menceritakan ke mana Kania kemarin.Mendengar cerita-cerita David membuat Reyhan tak menyangka jika Rara lah yang membawa Kania."Aku sungguh tak menyangka." Setelah menghubungi Reyhan, David menghubungi pengasuh Kania dia minta pengasuh
'Yang kamu umpat suami kamu sendiri Ra' batin Reyhan sambil menahan tawa.Rara benar-benar tak habis pikir dengan ayah Kania, bisa-bisanya meninggalkan anak seimut dan secantik Kania.Karena sudah tidak ada pekerjaan Rara memutuskan menunggui Kania, dia tidak tega melihat Kania yang sakit seperti ini."Sadarlah Kania, ibu Dokter disini." Rara terus mengelus pipi Kania.Seolah merasakan elusan Rara, bocah kecil itu membuka matanya, melihat Rara dia langsung tersenyum."Ibu Dokter." Dia begitu antusias."Sudah jangan bangun, tiduran saja." Rara menahan tubuh Kania yang hendak bangun.Kania bercerita jika dia sangat sedih ketika pengasuhnya tak membawanya kemari, padahal dia ingin bertemu dengan Rara."Mama pergi meninggalkan Kania, dan sekarang ibu pengasuh tidak membawa Kania kemari." Rara segera melemparkan tatapannya pada pengasuh Kania.Pengasuh Kania hanya menunduk, dia hanya melakukan perintah dari orang yang membayarnya."Kenapa? aku tahu kamu hanya pengasuh tapi kenapa tega memb
PlakSebuah gamparan mendarat sempurna di wajah David, kekesalan Raymond berada dipuncaknya setelah mendengar cerita dari pengasuh Kania."Kamu ingin membuat rumah tanggaku hancur, hah!" Personal asisten itu digampar dan disemprot habis-habisan oleh Tuannya."Maafkan saya Tuan, keadaan Kania begitu mengkhawatirkan, dia terus memanggil mamanya dan juga Nyonya."Raymond menatap tajam David seolah tidak peduli dengan ucapannya."Masih banyak Dokter lain, masih banyak rumah sakit lain, bila perlu bisa dibawa keluar negeri kenapa malah didekatkan ke istriku!" Dia terus menghardik asistennya."Maaf Tuan."Raymond membanting tubuhnya ke sofa, dia bingung memikirkan cara agar melepaskan Kania dari Rara.Meski dalam hati kecilnya dia memiliki rasa sayang kepada anaknya namun ketakutan kehilangan anak serta istrinya saat ini membuatnya menjadi manusia kejam dengan merenggut kebahagiaan sang anak."Pikirkan cara untuk membuat istriku dan Kania jauh."David membolakan matanya, anak baru saja semb
"Tuan ada masalah."Raymond nampak menghentikan jari-jemarinya yang menari di atas keyboard dan segera mengalihkan tatapannya."Ada apa?" tanyanya dengan dingin."Nyonya Rara sudah tahu Tuan, jika Kania adalah anak kandung anda."Dua bola mata Raymond membulat sempurna, raut wajahnya perlahan memucat, rasa takut yang sempat hilang kini mencuat kembali."Bagaimana bisa?" ucapnya dengan begitu shock."Entah bagaimana ceritanya Tuan, Reyhan tadi melaporkan hal itu pada saya." "Lalu di mana Rara sekarang?" tanyanya kemudian."Nyonya Rara masih di rumah sakit tapi keadaannya tidak baik-baik saja, Reyhan mengatakan jika Nyonya terus menangis.Tanpa berpikir panjang Raymond beranjak dari tempat duduknya, dia meminta David untuk mengantarnya ke rumah sakit karena bagaimanapun juga dia harus menjelaskan semua kepada Rara.David meminta Raymond untuk tenang lebih baik berbicaranya di rumah saja daripada di rumah sakit, apalagi saat ini keadaannya mungkin lagi sakit hati."Lebih baik anda pikir
Rara sangat menyesal karena keegoisannya membuat Kania keluar dari rumah, andai saja dia bisa menekan sedikit amarahnya, mungkin kini Kania sudah tidur bersama baby Shane."Aku menyesal mas telah membuat Kania pergi." Wanita itu terus menangis.Raymond mencoba menenangkan sang istri, dia bilang semua ini adalah kesalahannya karena yang membentak Kania adalah dirinya."Semua adalah kesalahanku sayang. Akulah yang membentaknya." Rara dan Raymond terus berebut salah hingga akhirnya mereka lelah dan memutuskan untuk istirahat.Keesokan paginya Raymond dikejutkan dengan beberapa panggilan yang tak terjawab, panggilan itu adalah panggilan dari Reyhan.Raymond menghubungi Reyhan kembali dan ternyata Reyhan ingin melaporkan jika Kania tengah berada di rumah sakit."Bagaimana bisa? apa yang terjadi dengannya? siapa yang membawanya kesana?" Raymond memberondong Reyhan dengan banyak pertanyaan."Anda lihat sendiri tuan," Reyhan sengaja tidak ingin mengatakan apapun lewat sambungan telepon.Raym