Rara sangat menyesal karena keegoisannya membuat Kania keluar dari rumah, andai saja dia bisa menekan sedikit amarahnya, mungkin kini Kania sudah tidur bersama baby Shane."Aku menyesal mas telah membuat Kania pergi." Wanita itu terus menangis.Raymond mencoba menenangkan sang istri, dia bilang semua ini adalah kesalahannya karena yang membentak Kania adalah dirinya."Semua adalah kesalahanku sayang. Akulah yang membentaknya." Rara dan Raymond terus berebut salah hingga akhirnya mereka lelah dan memutuskan untuk istirahat.Keesokan paginya Raymond dikejutkan dengan beberapa panggilan yang tak terjawab, panggilan itu adalah panggilan dari Reyhan.Raymond menghubungi Reyhan kembali dan ternyata Reyhan ingin melaporkan jika Kania tengah berada di rumah sakit."Bagaimana bisa? apa yang terjadi dengannya? siapa yang membawanya kesana?" Raymond memberondong Reyhan dengan banyak pertanyaan."Anda lihat sendiri tuan," Reyhan sengaja tidak ingin mengatakan apapun lewat sambungan telepon.Raym
Keadaan Kania berangsur membaik sehingga Dokter akan segera melakukan operasi tulang tangannya."Apa operasinya sudah disiapkan Pak Rey?" tanya Rara."Kelihatannya sudah Ra."Selama operasi berlangsung, Rara dan Raymond menunggu di depan ruang operasi, mereka berharap operasinya berjalan lancar dan Kania bisa segera sembuh agar bisa beraktivitas kembali.Tentu setelah operasi tidak bisa langsung beraktivitas tetap butuh proses penyembuhan.Setelah operasi, Rara yang harus bekerja tidak bisa menemani Kania sehingga membuat bocah kecil itu harus ditunggui pengasuh.Suatu hari Kania yang sudah bisa dibawa pulang merasa kesepian tangannya yang sakit membuatnya tidak bisa bermain.Seharian dia hanya berbaring di tempat tidur hal ini membuatnya sangat sangat bosan apalagi pengasuhnya juga pendiam, setelah tugasnya selesai dia akan diam dan membiarkan Kania.Di malam harinya, Rara yang baru pulang segera melihat Kania yang tengah berbaring di kamar."Halo Kania, kamu udah baikan?" tanya Rara
Tak terasa usia Baby Shane sudah menginjak satu tahun dan hari ini adalah hari ulang tahunnya.Rara dan semua pelayan menyiapkan pesta untuk Baby Shane, keluarga Rara dari Jerman juga akan datang semua untuk merayakan satu tahun cucu kesayangan mereka.Keluarga Raymond tidak bisa datang karena mereka tengah perjalanan bisnis ke Amerika."Keponakanku!" Begitu masuk Jessica langsung berteriak memanggil Baby Shane.Melihat sang kakak membuat Rara sangat bahagia tak disangka mereka datang lebih cepat dari yang diperkirakan."Kakak sudah datang?" tanya Rara yang berlari mendekati kakaknya."Iya kami mempercepat keberangkatan kami," jawab Jessica sambil memeluk adiknya.Sesaat kemudian disusul oleh Nyonya dan Tuan Richard, mereka segera memeluk sang anak karena memang sudah sangat rindu."Mama sangat rindu padamu Sayang." Sang Mama terus saja menciumi anaknya.Kini mereka bergantian mengalihkan tatapan pada Baby Shane yang tertidur di strollernya."Astaga Baby Shane." Mama Rara segera menci
Rara merasa risau karena tak biasanya Raymond bersikap seperti ini, biasanya sekali tidak mendapatkan jatahnya dia tidak akan menyerah, terus meminta sampai dapat sedangkan kali ini sampai sebulan dia tidak meminta jatahnya."Apa jangan-jangan...." Rara menggantung kata-katanya, dia merasa ada yang tidak beres dengan sang suami.Di dalam kamar Rara terus menunggu Raymond yang belum juga pulang, hatinya merasa risau dan sangat sedih. Dia tidak bisa membayangkan jika sang suami memiliki wanita lain di luar sana.Hingga tengah malam sang suami belum juga pulang, hal ini membuat Rara terus-menerus menghubungi suaminya tapi tak satupun panggilannya diangkat."Awas saja kalau selingkuh " Air matanya mengalir keluar, tidak sanggup membayangkan jika hal itu terjadi.Satu jam kemudian Raymond datang dengan wajah sangat lelah."Sayang tumben belum tidur?" tanyanya sambil melepas sepatu."Aku menunggumu Mas," jawab Rara ketus."Aku kan sudah pulang, ayo tidur." Tanpa menunggu Rara, Raymond langsu
Malam berganti pagi, namun orang yang dinantikan belum juga pulang, hal ini membuat Rara kembali menangis, kenapa hanya masalah ranjang menjadi seperti ini.Semua bisa dibicarakan baik-baik tanpa harus tidak pulang."Sudahlah memikirkan Mas Raymond malah membuat aku mengabaikan anak-anak." Rara mencoba bangkit dari tempat tidurnya, dia melenggang pergi ke kamar mandi untuk mengguyur kepalanya yang pening karena kurang tidur.Setelah segar dia merubah mimik wajahnya, tentu Rara tidak ingin sang buah hati mengetahui apa yang dia rasakan."Halo sayang." Rara pergi ke kamar Baby Shane kebetulan Kania juga ada di sana.Kania sudah siap dengan baju sekolahnya, dia ingin berangkat sekolah."Bagaimana kalau mama yang antar." Rara menawarkan diri untuk mengantar Kania, siapa tahu dengan jalan-jalan dia bisa lebih tenang."Mbak biar aku saja yang mengantar Kania." Pengasuh Kania mengangguk, dan memberitahukan jika ada acara di sekolah jadi wali murid harus menunggui anak-anak mereka."Ada aca
Keesokan paginya seperti biasa Rara menyiapkan segala keperluan Raymond meski hatinya masih sakit tapi dia juga tidak bisa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri.Karena Raymond masih tidur Rara memutuskan untuk pergi ke kamar sang anak, memberi ASI baby Shane lalu menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.Meski usianya masih di bawah 30 tahun namun Rara sungguh dewasa, dia tidak banyak drama seperti kebanyakan wanita pada umumnya."Nyonya anda kelihatan pucat sekali, biarkan kami saja yang memasak." salah seorang pelayan nampak kasian melihat keadaan Rara."Nggak papa aku cuma kurang istirahat saja," ujarnya kemudian kembali melakukan aktivitas memasaknya.Entah berapa lama dia berada di dapur dan saat kembali ke kamar dia sudah tidak menemukan suaminya, baju yang disiapkan juga masih di tempatnya."Mas!" Rara mengecek di kamar mandi.Kamar mandi terlihat kosong, kini dia sadar jika sang suami sudah pergi ke kantor tanpa memakai baju pilihannya.Air matanya meluruh kembal
"Mbak aku nitip anak-anak ya." Rara yang ingin menitipkan anak-anaknya pada pengasuh.Melihat mamanya yang ingin pergi membuat Kania sedih tapi Rara segera membuat anaknya mengerti."Kania sayang, Mama ada urusan sebentar. Kamu di rumah sama adik ya, mama janji akan segera pulang."Meski berat ditinggal mamanya tapi Kania mencoba untuk menurut, "Mama janji cepat pulang ya."Rara menunjukkan kelingkingnya, dia berjanji kelingking dengan Kania. "Janji."Tak lupa Rara memeluk dan menciumi baby Shane, anak satu tahun itu nampak ingin ikut sang mama namun pengasuhnya segera mendekapnya."Jaga baik-baik mereka ya mbk."Tak ingin ketinggalan pesawat, Rara segera berangkat, dia melambaikan tangan pada anak-anaknya.Tak tega melihat anak-anak menangis tapi dia juga harus mengikuti Raymond biar semua jelas, karna sulit bagi Raymond menyelesaikan persoalan mereka.Singkat cerita Rara sudah berada di Bandara Internasional ibukota, dia segera naik pesawat karena sebentar lagi pesawat akan lepas la
Raymond sangat shock melihat Rara yang menjadi pelayan, wajahnya memucat ketika Rara menatapnya tajam dengan air mata yang terus mengalir."Jadi ini mas tujuan kamu datang ke pulau ini." meski menangis tapi Rara mencoba untuk tersenyum.Sangat terlihat hati wanita itu begitu terluka melihat suaminya satu kamar dengan wanita lain."Kamu mengikuti aku!""Kalau tidak begini mana mungkin aku tau kecurangan kamu Mas," jawab Rara.Wanita itu menangis sambil terisak, dulu dia telah memberi kesempatan kedua dan berharap Raymond tidak akan menyakitinya, namun untuk sekian kalinya sang suami terus menyakitinya."Yang telah aku lakukan selama ini apa sedikit saja tidak bearti bagimu Mas!"Rara menatap Fera yang terdiam, dia memarahi Fera yang tega menggoda suaminya."Aku tidak menggodanya." Tentu Rara tidak percaya, bahkan saat makan Fera telah berani menyuapi sang suami.Tak ingin berdebat, Rara memutuskan keluar. Perasaannya tak menentu, hatinya benar-benar hancur karena sang suami.Raymond