Malam berganti pagi, namun orang yang dinantikan belum juga pulang, hal ini membuat Rara kembali menangis, kenapa hanya masalah ranjang menjadi seperti ini.Semua bisa dibicarakan baik-baik tanpa harus tidak pulang."Sudahlah memikirkan Mas Raymond malah membuat aku mengabaikan anak-anak." Rara mencoba bangkit dari tempat tidurnya, dia melenggang pergi ke kamar mandi untuk mengguyur kepalanya yang pening karena kurang tidur.Setelah segar dia merubah mimik wajahnya, tentu Rara tidak ingin sang buah hati mengetahui apa yang dia rasakan."Halo sayang." Rara pergi ke kamar Baby Shane kebetulan Kania juga ada di sana.Kania sudah siap dengan baju sekolahnya, dia ingin berangkat sekolah."Bagaimana kalau mama yang antar." Rara menawarkan diri untuk mengantar Kania, siapa tahu dengan jalan-jalan dia bisa lebih tenang."Mbak biar aku saja yang mengantar Kania." Pengasuh Kania mengangguk, dan memberitahukan jika ada acara di sekolah jadi wali murid harus menunggui anak-anak mereka."Ada aca
Keesokan paginya seperti biasa Rara menyiapkan segala keperluan Raymond meski hatinya masih sakit tapi dia juga tidak bisa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri.Karena Raymond masih tidur Rara memutuskan untuk pergi ke kamar sang anak, memberi ASI baby Shane lalu menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.Meski usianya masih di bawah 30 tahun namun Rara sungguh dewasa, dia tidak banyak drama seperti kebanyakan wanita pada umumnya."Nyonya anda kelihatan pucat sekali, biarkan kami saja yang memasak." salah seorang pelayan nampak kasian melihat keadaan Rara."Nggak papa aku cuma kurang istirahat saja," ujarnya kemudian kembali melakukan aktivitas memasaknya.Entah berapa lama dia berada di dapur dan saat kembali ke kamar dia sudah tidak menemukan suaminya, baju yang disiapkan juga masih di tempatnya."Mas!" Rara mengecek di kamar mandi.Kamar mandi terlihat kosong, kini dia sadar jika sang suami sudah pergi ke kantor tanpa memakai baju pilihannya.Air matanya meluruh kembal
"Mbak aku nitip anak-anak ya." Rara yang ingin menitipkan anak-anaknya pada pengasuh.Melihat mamanya yang ingin pergi membuat Kania sedih tapi Rara segera membuat anaknya mengerti."Kania sayang, Mama ada urusan sebentar. Kamu di rumah sama adik ya, mama janji akan segera pulang."Meski berat ditinggal mamanya tapi Kania mencoba untuk menurut, "Mama janji cepat pulang ya."Rara menunjukkan kelingkingnya, dia berjanji kelingking dengan Kania. "Janji."Tak lupa Rara memeluk dan menciumi baby Shane, anak satu tahun itu nampak ingin ikut sang mama namun pengasuhnya segera mendekapnya."Jaga baik-baik mereka ya mbk."Tak ingin ketinggalan pesawat, Rara segera berangkat, dia melambaikan tangan pada anak-anaknya.Tak tega melihat anak-anak menangis tapi dia juga harus mengikuti Raymond biar semua jelas, karna sulit bagi Raymond menyelesaikan persoalan mereka.Singkat cerita Rara sudah berada di Bandara Internasional ibukota, dia segera naik pesawat karena sebentar lagi pesawat akan lepas la
Raymond sangat shock melihat Rara yang menjadi pelayan, wajahnya memucat ketika Rara menatapnya tajam dengan air mata yang terus mengalir."Jadi ini mas tujuan kamu datang ke pulau ini." meski menangis tapi Rara mencoba untuk tersenyum.Sangat terlihat hati wanita itu begitu terluka melihat suaminya satu kamar dengan wanita lain."Kamu mengikuti aku!""Kalau tidak begini mana mungkin aku tau kecurangan kamu Mas," jawab Rara.Wanita itu menangis sambil terisak, dulu dia telah memberi kesempatan kedua dan berharap Raymond tidak akan menyakitinya, namun untuk sekian kalinya sang suami terus menyakitinya."Yang telah aku lakukan selama ini apa sedikit saja tidak bearti bagimu Mas!"Rara menatap Fera yang terdiam, dia memarahi Fera yang tega menggoda suaminya."Aku tidak menggodanya." Tentu Rara tidak percaya, bahkan saat makan Fera telah berani menyuapi sang suami.Tak ingin berdebat, Rara memutuskan keluar. Perasaannya tak menentu, hatinya benar-benar hancur karena sang suami.Raymond
Raymond menggeleng sekali lagi dia menjelaskan jika dia dan fera tidak ada hubungan apa-apa, memang dia mengakui satu kamar dengan fera tapi mereka tidak melakukan apa-apa.Tujuannya ke Pulau Bali karena ingin membuka Resort di sana, kebetulan fera memiliki tanah yang sangat luas di wilayah yang strategis oleh karena itu Raymond pun diajak kerjasama untuk membangun Resort tersebut."Itulah alasan kenapa aku akhir-akhir ini pulang malam dan pergi ke Pulau dewata." "Kamu juga tidak mengejarku Mas!" Alasannya dia tidak segera mengejar karena dia ingin Rara tenang, terlebih dahulu, berbicara ketika emosi akan semakin membuat sakit hati.Rara terdiam mendengar penjelasan dari Raymond, hatinya sulit percaya dengan ucapan sang suami. Sikap Raymond selama ini sudah cukup menyakiti hatinya dan ditambah kejadian kemarin dirinya benar-benar kecewa dan sakit hati.Pria itu berbeda dengan sebelumnya, raut wajahnya begitu sedih, bahkan dia meminta Rara agar tidak meninggalkannya.Begitulah pria,
Beberapa saat kemudian Raymond datang dengan David, Nyonya Richard yang kebetulan di ruang depan pergi menyambut sang menantu."Rara mana Ma?" Dia begitu cemas takut jika sang Mama melarangnya untuk bertemu sang istri."Berani sekali kamu membiarkan anakku ke sini sendiri!" Sang Mama protes karena menantunya membiarkan sang anak datang ke Jerman sendirian."Saya mau minta maaf Ma, saya tidak bermaksud membiarkan Rara datang ke Jerman sendirian." "Aneh!" kerutan mulai bermunculan.Karena belum tahu masalah anaknya Nyonya Richard menyuruh Raymond untuk pergi ke kamar. "Pergilah ke kamar mungkin dia tengah istirahat."Dengan buru-buru Raymond pergi ke kamar dan meninggalkan David di ruang tamu bersama Nyonya Richard.Begitu melihat Rara, Raymond segera memeluk istrinya, dia meminta penjelasan kenapa tiba-tiba pulang ke Jerman."Apa salahku sayang, kenapa kamu tiba-tiba pulang ke Jerman sendirian?" Rara menatap suaminya dengan tatapan tajam, "Pura-pura nggak tahu kamu Mas." Katanya deng
"Aku pulang sayang." Raymond berpamitan pada Rara.Melihat suaminya hendak kembali ke tanah air membuat Rara sedih tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Raymond.Melihat ekspresi Rara yang nampak biasa membuat Raymond sedih. "Sayang apa kamu masih marah?"Rara tidak menjawab pertanyaan sang suami, tatapan yang tajam membuat Raymond yakin jika istrinya masih belum mau memaafkannya."Sayang aku mohon." Pria itu terus memohon."Aku ingin melihat kesungguhan kamu Mas! karena jika aku dengan mudah memaafkan kamu maka kamu akan mengulanginya lagi."Pria yang biasanya berkuasa kini menunduk lemah di hadapan istrinya. "Baiklah Sayang." Dia pasrah.Ketika semua berkumpul untuk mengantar kepulangan Raymond dan David di depan, Rara berpura-pura jika tidak ada apa-apa, dia senyum semanis mungkin bahkan dia mencium tangan sang suami."Hati-hati ya Mas, cepat kesini lagi," katanya.Raymond melongo menatap sang istri, andai ini tidak sandiwara pasti dia akan senang."Tuan David titip Mas Ra
Nyonya Richard terus memantau Fera, dia sangat murka setelah tahu Fera merencanakan hal buruk kepada Raymond.Menantunya yang saat ini tidak tenang karena masalahnya dengan Rara jadi kurang fokus. Dia tidak menyadari jika Fera tengah merencanakan hal untuk menjebak Raymond."Kelihatannya dia cukup meresahkan." Nyonya Richard ingin anak buahnya segera bertindak."Kita jebak balik saja Nyonya," sahut asistennya.Senyuman tersungging di bibir wanita itu, wanita yang ingin menghancurkan anaknya harus mendapatkan balasan yang setimpal.Fera malam itu meminta Raymond untuk bertemu di rumahnya, dia berbohong jika dirinya kurang enak badan.Awalnya Raymond enggan tapi Fera bilang jika urusan dengan mantan kliennya harus segera diselesaikan agar dia bisa mendapatkan klien yang lain.Fera meminta pelayan untuk menyiapkan minuman, di dalam minuman itu dia memasukkan obat tidur."Malam ini kamu akan menjadi milikku Ray, dan foto-foto kamu bersamaku akan aku kirim pada istri kamu yang bodoh itu!"