Saat ini Yuri berada disebuah klub malam, kalau bukan karena pelayan yang menelponnya dari ponsel milik Vladimir, mungkin Yuri takkan mau repot-repot menyusulnya. Pelayan tadi mengabarkan padanya bahwa saat ini sahabatnya itu sedang mabuk berat. Dasar pria gila, baru saja ia lolos dari maut beberapa hari lalu, sekarang malah membuat ulah lagi.Yuri memasuki Klub langganan tempat biasa ia dan Vladimir kadang menghabiskan malam mereka dengan beberapa wanita panggilan. Suara bising yang memekakan telinga mulai terdengar, para wanita mulai menyapanya, tapi tak Yuri hiraukan satu pun. Fokusnya saat ino mencari sosok keberadaan temannya. Yuri melewati lantai dansa dan orang-orang yang sedang meliukkan tubuhnya, kemudian ia terus berjalan menuju ke lantai dua. Sepasang sejoli asyik bertukar saliva disudut ruangan. Yuri hanya melihatnya sekilas, hal o seperti itu lumrah saja terjadi ditempat ini, bahkan ada berani yang lebih dari itu. Mereka melakukannya dengan tidak merasa risih sama sekal
Helen langsung terlonjak bangun dari tempat tidur, ia pikir Yuri masih tidur, wajahnya pasti sekarang sudah semerah tomat. Laki-laki itu malah terlihat cuek lalu ia menguap kemudian tersenyum menatap Helen. Wanita itu pun seketika menjadi salah tingkah."Kenapa kamu yang tidur disampingku?" tanya Helen dengan wajah kesal.Yuri malah menggedikan bahunya, lalu ia berkata." Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti instingku sebagai seorang pria saja," jawab pria sambil menyeriangai."Kamu ... Kamu menyebalkan!" Helen pun meninggalkan Yuri sendirian dikamarnya. Bagaimana bisa tiba-tiba pria itu yang ada disebelahnya, apa ini ulah Isabel? Oh tidak ... gadis kecil itu ...Ya Tuhan ...lama-lama aku bisa gila disini, batin Helen terus bermonolog.Helen membanting pintu kamar Yuri kencang, lalu ia masuk kekamarnya dan mengunci pintunya. Ia melihat Isabel sedang menyisiri bonekanya sambil tersenyum dan mengajaknya berbicara. Gadis kecil itu kemudian mengalihkan perhatiannya pada Helen, dan melihat He
Saat ini Helen dan Leon sedang berada diruang keluarga, yang mana terdapat perapian untuk menghangatkan tubuh, mereka berdua sedang asyik membicarakan keluarga di Dubai, ketika Yuri datang dan menghampiri keduanya."Kamu tahu dulu perjalanan cintaku dan Anin juga tidaklah mudah, ada air mata, perpisahan dan banyak hikmah yang bisa kami ambil dari kejadian-kejadian yang menyakitkan itu." Leon mulai bercerita, sedangkan Helen mendengarkan dengan seksama. Yuri yang merasa tertarik untuk mendengarkan pun ikut duduk. Helen sempat bertanya pada Yuri, apa Isabel mencarinya. Tapi Yuri hanya menggeleng kemudian menjawab bahwa putrinya itu, saat ini sedang menunggu kedatangan kedua orang tua angkatnya.Lalu Leon meneruskan kembali ceritanya tentang kisah cintanya dengan Anin. "Aku bertemu dengannya saat ia masih duduk dibangku sekolah SMA, tahun itu aku sudah kuliah semester dua sedangkan Anin sebagai siswa baru dan aku ditunjuk sebagai salah satu panitia MOS oleh pihak sekolah dari kalangan
Kamu tuh ngapain sih Le, gak biasanya ngisengin cewek, kasian mukanya udah pucet gitu, mana dia lagi halangan ...kalau dia kenapa ..." Airin belum sempat menyelesaikan kata-katanya, keributan terjadi dikelas karena melihat tubuh Anin yang tiba-tiba jatuh saat hendak duduk dikursinya. Darah keluar dari hidung gadis itu. Aku langsung berlari menghampiri Anin dan meninggalkan Airin yang masih terkejut, kulihat darah segar keluar dari hidungnya. Sialan ... Sialan ... Apa gara-gara aku? batinku memaki diri sendiri. Kubersihkan darah dihidungnya dan menyumpalnya dengan tisu agar darah tidak keluar lagi. Lalu aku membopong tubungnya menuju UKS, jangan ditanya seberapa cemasnya aku saat melihat wajahnya yang pucat bagai mayat. "Bu Desi, tolongin dia Bu." ujarku panik pada dokter jaga UKS saat itu. "Kenapa ini Leon?""Pingsan terus mimisan." "Lho, kok bisa? Taruh diranjang, saya periksa dulu." seru wanita berkaca mata itu.Aku pun merebahkan Anin dengan perlahan di atas tempat tidur, kemud
Leon menceritakan pada Helen dan Yuri sambil senyum-senyum sendiri mengingat masa-masa saat ia pertama kali mendekati Anin. "Kakaknya Anin sangat protektif terhadap adiknya, itu tanda bahwa ia sangat menyangi Anin. Sekarang aku pun merasakannya, lalu apa maksud kalian tiba-tiba ingin menikah?" ujar Leon menatap Helen dan Yuri bergantian."Aku ingin memiliki adikmu!" Yuri mengucapkannya dengan tegas dan yakin."Kau pikir adikku barang, hanya untuk dimiliki. Setelah kau memilikinya, apa yang akan kau berikan untuknya? Beri aku alasan yang meyakinkan Yuri, jangan cuma omong kosong saja." "Leon, putriku membutuhkan Helen dan ia ingin adikmu saja yang menjadi ibunya, jika kau ada diposisiku, apa yang akan kau lakukan?" Yuri malah balik bertanya.Leon menghela napas panjang, mungkin jika ia ada di poisis Yuri, ia juga akan melakukan hal yang sama, tapi ini tentang hidup Helen nantinya. Lalu ia pun beralih menatap adiknya, ia belum tahu alasan mengapa adiknya itu mau menerima lamaran Yuri.
Helen kini tengah bersama Isabel didalam kamarnya, ia melihat gadis kecil itu tengah merengut saat ia dengan wajah sedih."Kenapa bersedih Isabel?" tanya Helen seraya mengusap rambut panjangnya."Kakek dan Nenek tidak jadi datang kerumah," gerutu bocah itu dengan wajah murung."Mungkin kakek dan nenek ada keperluan lain, kalau mereka tidak bisa kesini, nanti kita bisa pergi mengunjungi mereka bukan," hibur Helen pada Isabel yang seketika membuat mata cantik gadis itu berbinar kembali."Yaa ...itu ide yang sangat bagus Aunti, kapan kita akan kesana?" tanya nya dengan semringah."Kita bicarakan hal ini dulu pada Papahmu dulu ,oke. Biar papahmu yang putuskan waktunya, karena aunti juga tidak tahu kapan ia punya waktu untuk menemani kita kesana.” ucapan Helen menenagkan calon putrinya itu.Tok ... Tok ... Tok ..."Permisi, apa aku mengganggu!" Yuri membuka pintu tanpa kamar Helen."Papah, nenek dan kakek tidak jadi datang." adu gadis kecil itu pada Sang Ayah."Badai diluar semakin kencang
Helen kini tengah bersama Isabel didalam kamarnya, ia melihat gadis kecil itu tengah merengut saat ia dengan wajah sedih."Kenapa bersedih Isabel?" tanya Helen seraya mengusap rambut panjangnya."Kakek dan Nenek tidak jadi datang kerumah," gerutu bocah itu dengan wajah murung."Mungkin kakek dan nenek ada keperluan lain, kalau mereka tidak bisa kesini, nanti kita bisa pergi mengunjungi mereka bukan," hibur Helen pada Isabel yang seketika membuat mata cantik gadis itu berbinar kembali."Yaa ...itu ide yang sangat bagus Aunti, kapan kita akan kesana?" tanya nya dengan semringah."Kita bicarakan hal ini dulu pada Papahmu dulu ,oke. Biar papahmu yang putuskan waktunya, karena aunti juga tidak tahu kapan ia punya waktu untuk menemani kita kesana.” ucapan Helen menenagkan calon putrinya itu.Tok ... Tok ... Tok ..."Permisi, apa aku mengganggu!" Yuri membuka pintu tanpa kamar Helen."Papah, nenek dan kakek tidak jadi datang." adu gadis kecil itu pada Sang Ayah."Badai diluar semakin kencang,
Entah mengapa dada Yuri bergemuruh melihat Helen menangis dipelukan Leon, harusnya ia tidak boleh cemburu, berulang kali ia juga mengingatkan dirinya akan hal itu. Yuri sendiri tidak mengerti mengapa ia begini? Setelah menghela napas dan menenangkan dirinya, pria itu menghampiri kedua kakak beradik itu. "Ehem ... apa terjadi sesuatu yang buruk?" tanya Yuri menyadarkan keduanya.Helen pun kemudian melepaskan diri dari pelukan Leon, dan menghapus air matanya sambil memalingksn wajah dari Yuri, karrna ia tidak mau dianggap wanita yang lemah dan cengeng oleh Yuri. "Tidak ... Helen hanya bersedih mengingat mendiang ayah kami." Leon menjawab pertanyaan Yuri dengan tenang."Sudahlah kalian tidur, esok akad pernikahan kalian akan dilakukan jam 10 pagi bukan?" "Baiklah, Kak. Aku permisi dulu kalau begitu, selamat beristirahat." ucap wanita itu kemudian ia meninggalkan Yuri dan Leon yang masih berdiri berhadapan.Leon hendak masuk kedalam kamarnya, tapi kemudian Yuri memanggilnya."Leon, set
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind