Share

Tidak Tidur Bersama

Author: ER_IN
last update Last Updated: 2022-10-04 07:10:53

Kami berkumpul di ruang keluarga, aku duduk di bawah kaki umik, memijat kakinya. Mendengarkan umik bercerita tentang masa kecil Agam sampai kenapa ia pergi meninggalkan rumah empat tahun lamanya. Aku tidak tahu jika Agam pernah meninggalkan rumah, aku pikir ia kembali ke Mesir setelah dipulangkan, sehingga setiap kali berkunjung hanya ada Gus Azam.

“Udah Nduk, nanti kamu capek.” Umik menarik kakinya dari pangkuanku.

“Azam sama Hasna besok akan pindah ke rumah baru mereka, ndak jauh dari sini. Tadinya Abah keberatan karena melihat kondisi Hasna tapi Azam ingin dia yang menempati rumah baru,” terang abah di sela acara ngeteh malam kami.

Mbak Hasna akan pindah, jadi kita tidak tinggal bersama? Rasa khawatir tiba-tiba saja menyelimuti hati.

“Ngapunten Abah, Mbak Hasna akan tinggal berdua dengan Gus Azam?” tanyaku.

“Iya Nduk, ndak baik ipar tinggal satu rumah. Tahu, kan?” kali ini umik yang menjawab.

Benar juga ipar adalah maut, bagaimana bisa bukan muhrim ti
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Sakit Hati Sesungguhnya

    Setelah kejadian malam itu, aku dan Agam sama sekali tak bertegur sapa. Ia semakin sering mengacuhkanku, kami terlihat baik-baik saja jika berkumpul dengan abah dan umik. Kerana Mbak Hasna sudah tinggal di rumah sendiri, aku membantu abah mengajar di pesantren sementara Agam semakin sering keluar entah apa yang ia urus. Aku tidak bertanya ia pun sepertinya enggan berbagi denganku. Aku istrinya, tapi di dalam kamar kami seperti orang lain. Agam selalu sibuk dengan ponsel dan buku-bukunya. Sementara aku mencoba mengalihkan dengan kesibukan lain. Hati terasa sesak saat ia menatapku seperti membenci. Aku sudah berusaha meminta maaf dan menjelaskan semuanya, aku tidak mencintai Gus Azam. Aku hanya kagum dengan segala kebaikannya, tetapi sepertinya semua yang kuucapkan tak ada yang ia dengar. Aku ada di sampingnya, tetapi baginya seperti tak ada, ia sibuk dengan dunianya sendiri, sementara aku tak bisa masuk karena ia menutup pintu dan jalur utama rapat-rapat.Kusiapkan

    Last Updated : 2022-10-04
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Gerogi

    “Hapus air matamu dengan benar, jangan sampai Umik tahu kamu menangis, aku ndak mau Umik berpikir aku nyakitin kamu,” ucapnya, aku tidak sadar ia bahkan sudah berdiri di belakangku.“Nggih Gus,” jawabku singkat, kupercepat langkah berharap tak berpapasan dengan orang lain atau umik.Namun, sayangnya aku tidak beruntung, umik berada di dapur sedang mengisi botol air. Mau tidak mau aku tentu bertemu dengannya karena aku memang masuk melalui pintu belakang. Pikirku lebih dekat masuk ke rumah dari pintu belakang, pun tidak harus memutar ke halaman depan sehingga tidak bertemu orang lain. Gazebo paling ujung dekat dengan kolam ikan memang berada di halaman belakang.“Loh, dari mana kalian? Kenapa lewat pintu belakang?” tanya umik menatapku penuh selidik.“Emm… ini Umik, di kamar gerah banget jadi Halwa cari angin sebentar di gazebo belakang, Gus Agam, eh… maksudnya Mas Agam malah nyariin,” kilahku sedikit gugup.Umik menyipitkan matanya, menatapku dalam. “Halwa habis nangis, Nduk?” tanya u

    Last Updated : 2022-10-07
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Tak Berarti

    Agam beranjak setelah membenarkan selimutku. Ia kembali ke tempat semula, aku menghembuskan nafas lega. Aku pikir, ia akan meminta yang lain, tentu saja aku belum siap. Aku dan dia sama-sama belum siap, aku pikir sih begitu.Malam ini aku tidur dengan nyenyak, aku harap ini bukan mimpi. Konyol sekali, padahal dulu aku sangat tidak suka dengannya, tetapi sekarang mendapat perhatian kecil darinya saja membuatku tidur dalam senyuman.….Seperti biasa, sebelum adzan Subuh aku lebih dulu membersihkan diri, aku terbiasa mandi sebelum Subuh, shalat dalam keadaan bersih dan segar. Setelah sembahyang bersama Agam, seperti hari hari sebelumnya, ia menyimak hafalan Qur'an dan hadits yang kubacakan. Ini yang tidak kusangka darinya, di balik tato-tato di tangan, ia bisa menghafal Al-Qur'an dengan sempurna, dan menjaga shalatnya. Memang benar pepatah mengatakan jika kita menilai seseorang jangan hanya dari sampulnya, belum tentu sampul buruk di dalamnya tidak ada sebuah informasi yang tidak penting

    Last Updated : 2022-10-10
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Pergi

    Dadaku terasa sesak, nafas serasa berhenti bersama saraf otak yang tak lagi bisa berpikir normal. “Tidak usah menangis, aku merangkai kata menjadi lagu bersama Ana, dan sekarang kamu merusaknya, apa kamu puas?” ucapnya lagi, kali ini ia menatapku begitu dekat, bahkan kami nyaris tak berjarak. Kami saling pandang, sesaat kemudian ia berbalik membelakangiku melepas pecinya dan melemparkan kasar, “Arh!” Ia memukul dinding, tangan putihnya terlihat merah dan tergores.“Ngapunten Gus, Halwa memang salah, tetapi ndak sepantasnya Gus Agam mengatakan itu, jika memang bukan Halwa yang Gus Agam inginkan... njenengan bisa kembalikan Halwa dengan baik-baik.” Aku menyeka air mata yang semakin deras mengalir. “Halwa masih punya Abi dan Ami, kalapun bagi njenengan Halwa ndak berarti… Halwa bisa pulang ke rumah mereka,” ucapku lirih.Aku mengambil tote bag yang ada di ranjang, ponsel sengaja kutinggal. Aku akan pergi karena aku tak berarti untuknya. Aku tahu dan paham wanita haram meninggalkan rumah

    Last Updated : 2022-10-10
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Kemana Aku akan Pergi?

    “Kita akan kemana Mbak?” tanya Pak Ahmad.Aku tak menjawabnya dan masih terus memandang tepi jalan. Pohon besar yang berdiri kokoh di pinggir jalan, melambai pelan tertiup angin.“Mbak kita sudah jalan dua jam, tanpa tujuan cuma muter-muter. Kita mau pergi kemana?” tanya Pak Ahmad lagi. “Antar halwa ke Masjid Agung saja Pak,” jawabku.Pak Ahmad hanya mengangguk, kemudian mengantar menuju Masjid Agung. Aku bisa istirahat sejenak dan sembahyang Zuhur sebelum kembali berpikir akan kemana. Sampai di Masjid Agung aku meminta Pak Ahmad untuk pulang lebih dulu. Dia menolak, tetapi aku tetap memaksa. Akhirnya Pak Ahmad meninggalkanku sendiri di depan Masjid Agung Lamongan.Masjid yang menjadi ikon kota Lamongan, kota tempat aku tinggal, kota penuh dengan kesan religi dan julukan sebagai kota pesantren. Aku menatap masjid besar yang berdiri dengan kokoh itu, Masjid Agung Lamongan punya cerita sejarah yang tak kalah menarik dengan makam peninggalan tokoh-tokoh Islam terdahulu. Masjid yang bera

    Last Updated : 2022-10-10
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    GUS AGAM

    Hari semakin petang, tetapi aku masih setia duduk di depan Masjid Agung Lamongan menatap dua gentong yang berdampingan. Pikiran mulai kembali teringat Mbak Hasna, ia sedang apa? Apa dia baik-baik saja? Perasaan khawatir mulai menyelimuti, tetapi saat kembali mengingat ucapan Agam, hatiku sakit, sakit sekali. Aku tidak ingin kembali.Ponsel tak kubawa, lalu bagaimana aku akan memesan grab atau taksi online? Aku terlalu gegabah, meninggalkan benda itu tanpa pikir panjang, rutukku dalam hati.“Loh Nduk Halwa.” Aku menoleh melihat sumber suara.“Kang Hanan? Nggih Kang,” jawabku ramah.Kang Hanan santri kesayangan abi, ia seniorku. Selalu mengajari aku dan Mbak Hasna saat kami belajar di rumah, perangainya seperti kakak bagi kami. Sudah lama kami tidak bertemu saat beliau memilih mengajar di pesantren milik keluarganya di daerah Gresik, dekat dengan rumah Mbah Putri.“Nduk Halwa ngapain di sini? Kok sendirian?”“Emm… anu Kang, sedang pengen keluar saja?” jawabku sedikit ragu.Melihat dari

    Last Updated : 2022-10-10
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Apa Arti Maaf?

    Selama perjalan aku hanya diam membisu, menyandarkan kepala di jok mobil, menutup wajah dengan bantal yang memang tersedia di mobil. Menyembunyikan tangisku dari lelaki yang sama sekali tak memiliki rasa bersalah meski sudah menusuk hati dengan pisau beracun, membuat detak cinta ini berubah kekecewaan, cinta yang baru saja tumbuh seperti layu karena tercabut paksa.Kami sampai di rumah, umik berada di gazebo depan bersama Mbak Hasna menungguku, di susul abah dan Gus Azam yang berjalan beriringan menyambut kami.“Ya Allah Nduk, dari mana kamu?” Umik meraih tubuhku dalam pelukannya.“Ngapunten Umik, sampun buat cemas, Halwa cuma jalan-jalan sebentar,” kilahku.“Kenapa ndak bilang, Umik tak nelpon Amimu dulu, ini mesti Amimu marah sama Umik, kalian ini dibawa kesini kok malah Umik nelpon sana kamu ndak ada,”“Agam, ikut Abah,” ucap abah kepada Agam dan berlalu pergi diikuti Agam.“Nduk kalau ada masalah bilang,jangan pergi sendiri,” sambung umik.“Umik ini ngomong apa, wong Halwa cuma ke

    Last Updated : 2022-10-14
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Tidak Penting

    Tak ada percakapan antara aku dan Agam meski kami duduk bersama, ia hanya mendengar aku mengulang hafalan hadis dan menyimak bacaan Qu'ranku. Setelah selesai kutinggalkan dia untuk menyiapkan baju gantinya, sementara ia bersiap ke pesantren seperti biasa.Kembali dengan aktivitas, aku membantu bibik untuk menyiapkan makanan, membuatkan jamu untuk umik dan abah. Selesai memasak kubersihkan kamar yang cukup berantakan, meja Agam yang tercecer buku-buku yang tidak ditutup sama sekali tak kusentuh lagi. Aku hanya membersihkan sofa tempat ia tidur, aroma parfumnya sejenak menghipnotis, aroma yang lembut. Andai tubuh itu bisa kupeluk, andai tubuh itu berbaring di sampingku pasti aku akan sangat bahagia. Dulu, aku sempat menolaknya, mungkin ini karma yang Allah berikan padaku karena aku sempat meremehkannya. Ah, sudahlah mau bagaimana lagi. Kubawa baju kotor Agam ke sudut kamar, pikirku akan mencuci sore nanti, hari ini aku harus gegas ke pesantren untuk memulai rapat perpisahan santri. Mem

    Last Updated : 2022-10-14

Latest chapter

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Kedatangan Ana

    Mendengar penjelasan Mbak Ida aku tak dapat lagi bisa protes. Memang bukan salahnya semuanya karena Guss Azam, ia serakah memulai hubungan dengan kebohongan. Meski Mbak Ida dan Mbak Hasna sama-sama menerima, tetapi itu tidak benar, yang masih kusayangkan kenapa mereka berbohong? Jika mereka saling cinta harusnya mereka jujur sejak dulu.“Ngapunten Mbak, Dik Halwa. Mbak tahu diri, karena orang tua kalian Mbak bisa hidup lebih baik seperti sekarang, karena itu Mbak siap menebus semuanya, kalaupun ada yang harus mengalah itu Mbak,” ucap Mbak Ida lirih.“Mbak, kita udah bahas ini. Kita akan jelaskan perlahan dengan Abi dan Abah. Ndak ada yang berubah,” tungkas Mbak Hasna tak setuju dengan ucapan Mbak Ida.Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Mbak Hasna, sebaik-baiknya wanita mereka tetap tidak ingin dimadu, mereka pasti ingin menjalani cinta yang sempurna, tetapi tidak dengan kakakku itu, entah apa yang salah dengannya.“Sekarang sampun jelas, ndak

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    LUKA DAN TABAH

    HASNA POV“Jika sudah takdir, kemanapun kamu pergi ia akan datang. Jika sudah takdir jangankan kilometer, pulau saja akan mudah dilalui untuk memberikan kemenangan pada pertemuan.” Hasna Qaieren Eleanor.Gus Azam, begitulah aku dan adikku Halwa memanggil lelaki tinggi semampai yang selalu memakai sarung dan peci. Baju koko yang selalu digulung hingga ke siku, selalu menyapa dengan senyuman, kumis tipis membuatnya bertambah manis.Lelaki yang menjadi idola santriwati termasuk adikku Halwa, aku tak bohong jika memandangnya saja kita akan terhipnotis. Aku pun menyimpan hati untuknya, tetapi ketika adikku selalu menyebut namanya, bercerita tentang kebaikannya dan sikap santunya aku menyimpan rasa ini sendiri. Tidak mungkin aku akan bersaing dengan adikku meski kami tahu dia pun sudah dijodohkan dengan kami. Tidak hanya Gus Azam, ada Gus Agam yang tak kalah tampan, tetapi sikap mereka berbanding terbalik. Gus Agam pemuda dengan segala kebebasannya. Di

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Jangan Salahkan Takdir bagian 2

    IDA POVTiga hari menjelang pernikahan mereka aku menyibukan diri di madrasah, mengalihkan semua panggilan dari Gus Azam, tak ingin menemuinya. Hingga datang hari di mana ia mengucap ijab kabul untuk Hasna, tatapan matanya seolah memohon untuk bicara, tetapi aku mengalihkan pandangan dan memilih pergi meninggalkan tempat yang menjadi saksi mereka telah halal.Hatiku sakit, aku seolah tak percaya dengan semua ini, tetapi ini nyata. Aku tidak bisa berpaling dari kenyataan ini, mau tidak mau aku harus menerima semua ini. Aku menangis seorang diri setiap malam, menahan derita lara ini, hingga aku tahu aku mengandung. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sementara abi berniat menjodohkanku dengan seorang pemuda yang ia anggap sangat baik dan pantas untukku. Aku ingin jujur, tetapi takut jika abi akan murka, aku ingin diam tetapi jelas ini akan semakin membuat masalah besar.Kuputuskan untuk pergi dari rumah abi, mengatakan ingin membantu teman di sebuah panti jompo yang butuh bantuan p

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Jangan Salahkan Takdir bagian 1

    IDA POV "Cinta hanya tentang bagaimana kamu harus menerima tanpa menyakiti." Ida Humaira.Ingatan itu membawaku dalam sebuah rasa bersalah yang teramat dalam, aku tidak tahu jika kedua orang tua angkatku yang telah membawaku dari kejamnya dunia pinggir jalan kedalam sebuah rumah penuh kenyamanan dan kedamaian akan menjodohkan putrinya dengan lelaki yang telah meminangku. Lelaki yang terang terangan mengatakan suka dan ingin menikah denganku, lelaki anak Kyai pimpinan pesantren. Bagus rupa dan akhlaknya, aku tidak menyangka pria yang kukagumi itu memiliki rasa kepadaku.Semua bermula saat aku sering ikut abi pergi ke pesantren Abah Habib, kami tak sengaja bertemu. Pemuda dengan panggilan Gus Azam, lelaki yang membantuku menghafal Al-Qur'an, lelaki yang selalu tersenyum kepadaku. Lama kami menyimpan rasa. Sempat abi melarang aku untuk ikut dengannya dan lebih fokus ke pelajaran madrasah, tetapi aku menolak aku tetap ingin membantu di pesantren Abah Habib, meski hanya sekedar membantu m

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Jangan Bertahan Dalam Lara

    Pagi ini aku berniat pergi ke rumah abi, sebelum itu kusempatkan untuk menemui Mbak Hasna mengingat ucapan Agam semalam setidaknya aku akan mendengarkan alasannya tetap diam meski tahu ia telah dikhianati oleh Gus Azam. Baru saja hendak beranjak dari gazebo tempat aku duduk, Mbak Ida datang mendorong kursi roda Mbak Hasna. Aku diam mematung menatap keduanya, apa umik tahu tentang mereka, kenapa Mbak Ida dengan sesuka hati bisa datang ke sini? Apa di madrasah tidak sedang sibuk?“Dik,” panggil Mbak Hasna lirih.Aku menghampirinya, berlutut di depannya agar tinggi lebih rendah.“Apapun keputusan Mbak Hasna, Halwa selalu ada untuk Mbak. Jangan takut.” Kupegang tangan Mbak Hasna, dan sejenak menatap Mbak Ida yang terus menunduk.“Ngapunten Dik Halwa,” ucap Mbak Ida lirih. Aku tak menghiraukanya, bahkan tak sedikit pun berniat untuk menjawab ucapannya. Kuambil kursi roda dari tangan Mbak Ida dan membawa Mbak Hasna menjauh darinya. Meninggalkan Mbak Ida yang masih berdiri tak protes.“Dik

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Perjanjian Agung

    “Ngapunten Gus, bagi Halwa sepuluh ribu itu sampun cukup. Halwa bukan wanita yang sempurna akhlaknya, Halwa bukan menantu yang bisa segalanya. Halwa sangat bersyukur bisa mendapat mertua seperti Umik, yang menerima Halwa dengan baik, menyayangi Halwa selayaknya putrinya sendiri. Memberikan kepercayaan besar saat Halwa ndak bisa menahan tangis. Apa pantas Halwa minta lebih dari sepuluh ribu lha wong Halwa saja masih banyak kurangnya.” Aku menghela nafas, sementara Agam masih setia di depanku menunggu aku kembali mengungkap alasan meminta mahar yang terbilang sedikit itu. “Lebih dari itu Halwa hanya ingin menjadi wanita yang diingat tak pernah meminta mahar neko-neko, karena syarat utama dari mahar pernikahan sebenarnya adalah mahar yang tidak memberatkan. Dalam hadis riwayat Ahmad Al-Hakim dan Al-Baihaqi 'Wanita yang paling besar berkahnya adalah wanita yang paling mudah (murah) maharnya.' Itu menyiratkan bahwa wanita yang berhak meminta mahar sebaiknya minta mahar pernikahan yang mer

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Kenapa Mahar Sepuluh Ribu?

    “Halwa ada apa Nduk? Kenapa nangis?” tanya umik, ia menundukan wajah bermaksud melihat wajahku yang tertunduk.“Agam ada apa?” tanya umik kepada Agam yang berdiri di belakangku,“Halwa kangen Ami, Umik,” ucapku lirih.“Ya Allah, kenapa ndak bilang.” Umik meraih tubuhku dalam dekapannya, air mata kian deras mengalir.Kenapa jadi begini? Kenapa aku dan Mbak Hasna harus bernasib seperti ini? Tak bisakah satu diantara kita hidup bahagia dan saling mencintai dengan pasangannya bukan harus berbagi hati dengan wanita lain?Kita berharap surga dalam pernikahan ini, berharap ridho dalam menjalin sebuah ibadah, nyatanya hubungan ini banyak mengandung dosa dan dusta, kekecewaan dan luka. Jika begini haruskah kami bertahan sementara kami tahu bukan kami yang mereka inginkan. Gus Agam dan Gus Azam, mereka memiliki wanita lain yang telah singgah di hatinya. Pernikahan ini sudah tak sempurna sejak awal, sudah tidak ada kejujuran sejak awal. Pernikahan ini berlandaskan keterpaksaan, lalu bagaimana ka

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Yang Tak Kukira

    Setelah tenang, aku meraih pundak Mbak Hasna menatapnya yang masih menunduk.“Ada apa mbak?” tanyaku sekali lagi.“Dik, janji jangan sampai Ami sama Abi tahu,” ucapnya memohon.“Kenapa, ada apa?” aku tak mengerti, kenapa aku harus berjanji.“Janji dulu,” paksanya.“Iya, iya Halwa janji,” ucapku terpaksa.“Mas Azam….” Mbak Hasna diam, menatap piringnya yang penuh.“Mas Azam kenapa?” tanyaku tak sabar, “Jangan katakan ia juga menyakiti Mbak Hasna?”“Ndak, bukan gtu. Mas Azam sudah menikah dengan Mbak Ida,” ucap Mbak Hasna lirih.Aku terperanjat, menikah dengan Mbak Ida? Apa Mbak Hasna sedang mengigau? “Mbak njenengan ndak salah? Mbak Hasna ndak sedang bercanda tha? Jangan ngeprank Halwa, ih. Ndak lucu.” Aku masih mencoba berpikir positif meski melihat Mbak Hasna menangis sepertinya ia sama sekali tak bergurau.Mbak Hasna tidak menjawab justru kembali menangis.“Mbak ini serius tha?”

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Lelaki Sama Saja

    “Assalamualaikum, Mbak?” Kuketuk pintu.Tak lama jawaban salam terdengar, bibik membuka pintu bersama Mbak Hasna.“Tumben,” ucapnya.“Kenapa? Apa ndak boleh adik njenengan yang cantik ini main,” ucapku.Mbak Hasna tertawa dan mengajakku masuk.“Dari Umik.” aku menyodorkan paper bag yang kubawa.“Apa ini?” tanya Mbak Hasna.“Jamu biar cepet kasih cucu,” bisikku tepat di samping telinga Mbak Hasna.Aneh, Mbak Hasna justru diam dengan wajah menunduk, apa ia tak senang Umik memberi jamu itu?“Ada apa Mbak?” tanyaku penasaran.“Ah, ndak papa, udah maem?” tanya Mbak Hasna seolah mengalihkan pertanyaanku yang tak ingin ia lanjutkan.“Sudah,” jawabku berbohong. “Mbak sendiri?”“He’eum… Mas Azam ke pesantren, Mbak buat oseng kembang kates kesukaanmu.”“Benarkah.” Aku memanyunkan bibir, terlanjur mengatakan jika aku sudah makan, mana mungkin aku mengajaknya makan.“Ayuk mae

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status