Share

LUKA DAN TABAH

Author: ER_IN
last update Last Updated: 2023-07-15 08:08:12

HASNA POV

“Jika sudah takdir, kemanapun kamu pergi ia akan datang. Jika sudah takdir jangankan kilometer, pulau saja akan mudah dilalui untuk memberikan kemenangan pada pertemuan.” Hasna Qaieren Eleanor.

Gus Azam, begitulah aku dan adikku Halwa memanggil lelaki tinggi semampai yang selalu memakai sarung dan peci. Baju koko yang selalu digulung hingga ke siku, selalu menyapa dengan senyuman, kumis tipis membuatnya bertambah manis.

Lelaki yang menjadi idola santriwati termasuk adikku Halwa, aku tak bohong jika memandangnya saja kita akan terhipnotis. Aku pun menyimpan hati untuknya, tetapi ketika adikku selalu menyebut namanya, bercerita tentang kebaikannya dan sikap santunya aku menyimpan rasa ini sendiri. Tidak mungkin aku akan bersaing dengan adikku meski kami tahu dia pun sudah dijodohkan dengan kami.

Tidak hanya Gus Azam, ada Gus Agam yang tak kalah tampan, tetapi sikap mereka berbanding terbalik. Gus Agam pemuda dengan segala kebebasannya. Di
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Kedatangan Ana

    Mendengar penjelasan Mbak Ida aku tak dapat lagi bisa protes. Memang bukan salahnya semuanya karena Guss Azam, ia serakah memulai hubungan dengan kebohongan. Meski Mbak Ida dan Mbak Hasna sama-sama menerima, tetapi itu tidak benar, yang masih kusayangkan kenapa mereka berbohong? Jika mereka saling cinta harusnya mereka jujur sejak dulu.“Ngapunten Mbak, Dik Halwa. Mbak tahu diri, karena orang tua kalian Mbak bisa hidup lebih baik seperti sekarang, karena itu Mbak siap menebus semuanya, kalaupun ada yang harus mengalah itu Mbak,” ucap Mbak Ida lirih.“Mbak, kita udah bahas ini. Kita akan jelaskan perlahan dengan Abi dan Abah. Ndak ada yang berubah,” tungkas Mbak Hasna tak setuju dengan ucapan Mbak Ida.Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Mbak Hasna, sebaik-baiknya wanita mereka tetap tidak ingin dimadu, mereka pasti ingin menjalani cinta yang sempurna, tetapi tidak dengan kakakku itu, entah apa yang salah dengannya.“Sekarang sampun jelas, ndak

    Last Updated : 2023-07-15
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Lamaran Berujung Lara

    “Kami itu datang niatnya mau lamar putri Mbakyu sama Ustaz Husein buat anak-anak.” Aku tersenyum dalam hati mendengar ucapan umik. Pasalnya umik datang bersama Gus Azam dan abah membawa lamaran. Tentulah wanita mana yang tak bahagia mendapat lamaran dari Gus Azam yang terkenal dengan wajah tampannya. Lebih dari itu, tutur bahasa dan akhlaknya begitu lembut, kesopanan yang membuatku terkagum dengan sosok gus muda tersebut. Aku mengintip dari balik tembok melihat Gus Azam duduk di lantai beralaskan karpet. Dia selalu seperti itu setiap datang ke rumah kami, duduk di bawah sementara di kursi ada orang yang lebih tua, padahal ami dan abi sudah menyuruhnya untuk duduk di atas, ia selalu menolak.“Ya Allah Dik Farrah, ini beneran to? Ndak mimpi?” Ami begitu antusias, senyum merekah dari kedua wanita yang sangat kusayangi itu.“Loh ya beneran to, Mbak. Lha wong ini udah direncanain ana sama Kang Husein lama.” Abah ikut menimpali.Persahabatan mereka memang terjalin sejak dulu. Abah dan abi

    Last Updated : 2022-09-14
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Dia Datang Bukan Untukku

    Ternyata bukan untukku lamarannya, mungkin aku yang terlalu kepedean saat Gus Azam memberikan perhatian dan senyuman saat kami berkunjung ke rumah abah dan umik. Apa yang aku pikirkan? Harusnya aku bahagia kakak tercintaku mendapat seorang pemuda yang baik dan soleh tentunya. Untuk perasaan mungkin aku bisa memangkasnya. Namun, itu artinya aku akan disandingkan dengan pemuda degil itu, Ilahi ya Rabb.Mbak Hasna memandangku sendu. “Dik,” ucapnya lirih.Kutahan air mata yang hendak mentes dan memaksa senyum di bibir. Ami dan Abah terlihat begitu bahagia.“Umik, Abah, Ngapunten tapi—”Aku memegang lengan Mbak Hasna. “Alhamdulilah, Mbak pantas dapat imam seperti Gus Azam.” Sakit sih, terasa nyeri di dada, tetapi mana mungkin aku meminta Gus Azam memilihku.“Ada apa Nduk? Apa kamu ndak suka sama Azam?” tanya ami sedikit khawatir, senyumnya memudar ketika melihat raut wajah Mbak Hasna.“Ami ndak usah khawatir, Mbak Hasna mungkin nervous, mana mungkin nolak Gus Azam, bisa ndak tidur nanti M

    Last Updated : 2022-09-14
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Aku Harus Kuat

    “Ada apa Hasna?” tanya ami penuh selidik.“Ngapunten Umik, Abah, tapi Halwa—”“Mbak!” pekikku memotong ucapan Mbak Hasna. "Ngapunten, Halwa kalih Mbak Hasna ke belakang sebentar, nggih." Aku mendorong kursi roda Mbak Hasna membawanya kembali ke dapur.“Mbak, apa yang Mbak lakukan? Jangan merusak kebahagian Ami sama Abah," sungutku ketika kami telah berada di dapur.“Dik, ndak bisa Mbak menikah sama Gus Azam sementara Mbak tahu kamu itu sukanya sama Gus Azam.”“Jangan keras-keras Mbak.” Aku berlutut di depan Mbak Hasna, agar lebih rendah darinya. “Gus Azam mau Mbak Hasna jadi pendampingnya, Halwa seneng ada laki-laki soleh yang bisa jagain Mbak Hasna. Ndak usah pikirin Halwa, kalau Halwa nikah sama Gus Agam kita bisa terus sama-sama, iya tha?”“Dik, ndak bisa gitu.”“Udah, pokoknya Halwa ndak mau Mbak Hasna bicara apapun sama Ami kalih Abi.”Aku kembali mendorong kursi roda Mbak Hasna menuju ruang tamu, tetapi ami datang menghadang kami.“Halwa, Hasna, apa yang kalian sembunyikan dari

    Last Updated : 2022-09-14
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Kotak Hitam

    “Ami, jangan bicara seperti itu. Halwa ndak salah.” Mbak Hasna memegang gamis Ami dan menariknya pelan.“Ngapunten Mi, Halwa ndak akan merebut Gus Azam. Halwa ndak ada pikiran seperti itu.”“Ami tahu, Halwa anak Ami yang soleha memang ndak mungkin berpikir seperti itu, Ami ndak mau dengar lagi kalian bahas ini. Hasna akan menikah dengan Azam dan Halwa dengan Agam. Ami ndak ingin sampai Abi dengar masalah ini. Dengar kata Ami kan, Nduk?”Ami menatapku bergantian dengan Mbak Hasna.“Nggih Mi,” jawabku serentak Mbak Hasna.“Ya sudah sekarang kalian mandi, anak gadis ndak boleh mandi sore-sore udah hampir Magrib, bada Magrib Ami sama Abi mau antar Mbak Hasna ke rumah Bu Hajjah lagi,” ucap ami sebelum pergi keluar kamarku dan Mbak Hasna.Mbak Hasna sudah beberapa kali terapi pijat di rumah Pak Yai kenalan Abi. Bu Hajjah sendiri yang mengobati kaki Mbak Hasna meskipun kata dokter sudah tidak ada kemungkinan untuk sembuh, tetapi abi dan mi tetap berusaha. Mereka bilang tidak ada yang tidak m

    Last Updated : 2022-09-14
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Ada Apa dengan Mbak Ida

    Selesai berjamaah kami mengaji sejenak, abi menyimak hafalan Qu'ranku dan Mbak Hasna, sementara Ami membantu Mbak Ida menyiapkan makanan. Mbak Ida gadis yang Ami rawat sejak ia berusia sepuluh tahun, siang dia ikut mengajar di madrasah dan akan kembali ke rumah sore hari sama sepertiku dan Mbak Hasna. Kami sudah berkumpul di meja makan menyantap hidangan makan malam sederhana yang dimasak oleh Ami. Di rumah kami tak ada pembantu semua dikerjakan oleh ami kadang aku membantu dan Mbak Hasna sebisanya, setelah mengajar di madrasah.“Mbak, bagaimana?” tanya abi setelah selesai menyantap makanannya.“Apanya Bi?” Mbak Hasna balik bertanya.Ia masih sibuk mengupas jeruk, buah kesukaannya. Di meja makan harus ada jeruk karena Mbak Hasna akan mencari buah itu setiap selesai makan. Sementara aku tidak menyukai buah. Jika ami tidak memaksaku selalu minum jus buah aku tak akan menyentuh yang namanya 'buah', entahlah buah apapun terasa tak menarik untukku. Ami akan selalu mengomel setiap pagi jik

    Last Updated : 2022-09-14
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Mbak Ida

    “Pelan-pelan Nduk.” Ami mengusap pelan bahu Mbak Ida.“Pelan-pelan aja Mbak, Halwa ndak minta, kok. Habisin aja, habisin. Kalau kurang tambah lagi,” ucapku meledek.“Halwa,” panggil abi lirih,Aku tersenyum dan menutup mulut.“Anak Abi yang satu itu memang suka banget kalau meledek.” Mbak Hasna kembali melempar bantal.“Entah Halwa ini.” Ami mencubit pelan pipiku.“Ida ke kamar dulu, Abi, Ami. Pengen rebahan bentar.”“Iya, Nduk. Istirahat, kamu pasti capek,” jawab ami.Aku masih memandang bahu yang bergoyang menjauh milik Mbak Ida, hingga ia menghilang di balik tangga. Entah mengapa aku merasa ada yang aneh dengan Mbak Ida, seperti ada yang disembunyikan. Ah, sudahlah, aku tidak ingin suudzon. Dosaku saja sudah banyak ditambah pikiran buruk, bisa tertimbun di arang neraka nanti aku.“Mi, sepertinya Abi sudah dapat calon buat Ida,” ucap Abi.“Iya tha? Siapa Bi?” tanya ami antusias.“Itu loh anaknya Yai Salman, si Maher.”“Maher Fauzan lulusan Kairo itu, ya Allah beneran dia mau ta'aruf

    Last Updated : 2022-09-14
  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Berbeda

    Kusiapkan segelas susu dan biskuit lalu mengantar ke atas, ke kamar Mbak Ida. Ami dan abi tak pernah membedakan kami, kamar Mbak Ida tak jauh berbeda denganku dan Mbak Hasna. Tadinya kami bertiga tidur di lantai dua. Sekarang kamar tempat kami di lantai dua kosong dan digunakan abi untuk menyimpan buku-buku juga berkas-berkas, lebih tepatnya menjadi kamar kerja milik abi saat ia menghitung hasil peternakan sapi perah miliknya yang dikelola Paman Adam, adik abi. Abi mempercayakan semuanya termasuk kebun peninggalan Mbah Kung kepada Paman Adam dan Paman Faiz yang tinggal di desa bersama Mbah Putri dan Mbah Kung, sementara abi fokus mengurus dan mengabdi mengembangkan madrasah.Selain mengurus madrasah abi juga menjual keterampilan karya anak-anak yang nantinya hasil jualan akan dimasukan untuk keperluan madrasah. Mbak Ida yang mengajar mereka untuk melukis, sementara Mbak Hasna mengajar mereka membuat kerajinan tangan dan menjahit agar mereka memiliki keterampilan lain. Madrasah milik a

    Last Updated : 2022-09-14

Latest chapter

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Kedatangan Ana

    Mendengar penjelasan Mbak Ida aku tak dapat lagi bisa protes. Memang bukan salahnya semuanya karena Guss Azam, ia serakah memulai hubungan dengan kebohongan. Meski Mbak Ida dan Mbak Hasna sama-sama menerima, tetapi itu tidak benar, yang masih kusayangkan kenapa mereka berbohong? Jika mereka saling cinta harusnya mereka jujur sejak dulu.“Ngapunten Mbak, Dik Halwa. Mbak tahu diri, karena orang tua kalian Mbak bisa hidup lebih baik seperti sekarang, karena itu Mbak siap menebus semuanya, kalaupun ada yang harus mengalah itu Mbak,” ucap Mbak Ida lirih.“Mbak, kita udah bahas ini. Kita akan jelaskan perlahan dengan Abi dan Abah. Ndak ada yang berubah,” tungkas Mbak Hasna tak setuju dengan ucapan Mbak Ida.Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Mbak Hasna, sebaik-baiknya wanita mereka tetap tidak ingin dimadu, mereka pasti ingin menjalani cinta yang sempurna, tetapi tidak dengan kakakku itu, entah apa yang salah dengannya.“Sekarang sampun jelas, ndak

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    LUKA DAN TABAH

    HASNA POV“Jika sudah takdir, kemanapun kamu pergi ia akan datang. Jika sudah takdir jangankan kilometer, pulau saja akan mudah dilalui untuk memberikan kemenangan pada pertemuan.” Hasna Qaieren Eleanor.Gus Azam, begitulah aku dan adikku Halwa memanggil lelaki tinggi semampai yang selalu memakai sarung dan peci. Baju koko yang selalu digulung hingga ke siku, selalu menyapa dengan senyuman, kumis tipis membuatnya bertambah manis.Lelaki yang menjadi idola santriwati termasuk adikku Halwa, aku tak bohong jika memandangnya saja kita akan terhipnotis. Aku pun menyimpan hati untuknya, tetapi ketika adikku selalu menyebut namanya, bercerita tentang kebaikannya dan sikap santunya aku menyimpan rasa ini sendiri. Tidak mungkin aku akan bersaing dengan adikku meski kami tahu dia pun sudah dijodohkan dengan kami. Tidak hanya Gus Azam, ada Gus Agam yang tak kalah tampan, tetapi sikap mereka berbanding terbalik. Gus Agam pemuda dengan segala kebebasannya. Di

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Jangan Salahkan Takdir bagian 2

    IDA POVTiga hari menjelang pernikahan mereka aku menyibukan diri di madrasah, mengalihkan semua panggilan dari Gus Azam, tak ingin menemuinya. Hingga datang hari di mana ia mengucap ijab kabul untuk Hasna, tatapan matanya seolah memohon untuk bicara, tetapi aku mengalihkan pandangan dan memilih pergi meninggalkan tempat yang menjadi saksi mereka telah halal.Hatiku sakit, aku seolah tak percaya dengan semua ini, tetapi ini nyata. Aku tidak bisa berpaling dari kenyataan ini, mau tidak mau aku harus menerima semua ini. Aku menangis seorang diri setiap malam, menahan derita lara ini, hingga aku tahu aku mengandung. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sementara abi berniat menjodohkanku dengan seorang pemuda yang ia anggap sangat baik dan pantas untukku. Aku ingin jujur, tetapi takut jika abi akan murka, aku ingin diam tetapi jelas ini akan semakin membuat masalah besar.Kuputuskan untuk pergi dari rumah abi, mengatakan ingin membantu teman di sebuah panti jompo yang butuh bantuan p

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Jangan Salahkan Takdir bagian 1

    IDA POV "Cinta hanya tentang bagaimana kamu harus menerima tanpa menyakiti." Ida Humaira.Ingatan itu membawaku dalam sebuah rasa bersalah yang teramat dalam, aku tidak tahu jika kedua orang tua angkatku yang telah membawaku dari kejamnya dunia pinggir jalan kedalam sebuah rumah penuh kenyamanan dan kedamaian akan menjodohkan putrinya dengan lelaki yang telah meminangku. Lelaki yang terang terangan mengatakan suka dan ingin menikah denganku, lelaki anak Kyai pimpinan pesantren. Bagus rupa dan akhlaknya, aku tidak menyangka pria yang kukagumi itu memiliki rasa kepadaku.Semua bermula saat aku sering ikut abi pergi ke pesantren Abah Habib, kami tak sengaja bertemu. Pemuda dengan panggilan Gus Azam, lelaki yang membantuku menghafal Al-Qur'an, lelaki yang selalu tersenyum kepadaku. Lama kami menyimpan rasa. Sempat abi melarang aku untuk ikut dengannya dan lebih fokus ke pelajaran madrasah, tetapi aku menolak aku tetap ingin membantu di pesantren Abah Habib, meski hanya sekedar membantu m

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Jangan Bertahan Dalam Lara

    Pagi ini aku berniat pergi ke rumah abi, sebelum itu kusempatkan untuk menemui Mbak Hasna mengingat ucapan Agam semalam setidaknya aku akan mendengarkan alasannya tetap diam meski tahu ia telah dikhianati oleh Gus Azam. Baru saja hendak beranjak dari gazebo tempat aku duduk, Mbak Ida datang mendorong kursi roda Mbak Hasna. Aku diam mematung menatap keduanya, apa umik tahu tentang mereka, kenapa Mbak Ida dengan sesuka hati bisa datang ke sini? Apa di madrasah tidak sedang sibuk?“Dik,” panggil Mbak Hasna lirih.Aku menghampirinya, berlutut di depannya agar tinggi lebih rendah.“Apapun keputusan Mbak Hasna, Halwa selalu ada untuk Mbak. Jangan takut.” Kupegang tangan Mbak Hasna, dan sejenak menatap Mbak Ida yang terus menunduk.“Ngapunten Dik Halwa,” ucap Mbak Ida lirih. Aku tak menghiraukanya, bahkan tak sedikit pun berniat untuk menjawab ucapannya. Kuambil kursi roda dari tangan Mbak Ida dan membawa Mbak Hasna menjauh darinya. Meninggalkan Mbak Ida yang masih berdiri tak protes.“Dik

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Perjanjian Agung

    “Ngapunten Gus, bagi Halwa sepuluh ribu itu sampun cukup. Halwa bukan wanita yang sempurna akhlaknya, Halwa bukan menantu yang bisa segalanya. Halwa sangat bersyukur bisa mendapat mertua seperti Umik, yang menerima Halwa dengan baik, menyayangi Halwa selayaknya putrinya sendiri. Memberikan kepercayaan besar saat Halwa ndak bisa menahan tangis. Apa pantas Halwa minta lebih dari sepuluh ribu lha wong Halwa saja masih banyak kurangnya.” Aku menghela nafas, sementara Agam masih setia di depanku menunggu aku kembali mengungkap alasan meminta mahar yang terbilang sedikit itu. “Lebih dari itu Halwa hanya ingin menjadi wanita yang diingat tak pernah meminta mahar neko-neko, karena syarat utama dari mahar pernikahan sebenarnya adalah mahar yang tidak memberatkan. Dalam hadis riwayat Ahmad Al-Hakim dan Al-Baihaqi 'Wanita yang paling besar berkahnya adalah wanita yang paling mudah (murah) maharnya.' Itu menyiratkan bahwa wanita yang berhak meminta mahar sebaiknya minta mahar pernikahan yang mer

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Kenapa Mahar Sepuluh Ribu?

    “Halwa ada apa Nduk? Kenapa nangis?” tanya umik, ia menundukan wajah bermaksud melihat wajahku yang tertunduk.“Agam ada apa?” tanya umik kepada Agam yang berdiri di belakangku,“Halwa kangen Ami, Umik,” ucapku lirih.“Ya Allah, kenapa ndak bilang.” Umik meraih tubuhku dalam dekapannya, air mata kian deras mengalir.Kenapa jadi begini? Kenapa aku dan Mbak Hasna harus bernasib seperti ini? Tak bisakah satu diantara kita hidup bahagia dan saling mencintai dengan pasangannya bukan harus berbagi hati dengan wanita lain?Kita berharap surga dalam pernikahan ini, berharap ridho dalam menjalin sebuah ibadah, nyatanya hubungan ini banyak mengandung dosa dan dusta, kekecewaan dan luka. Jika begini haruskah kami bertahan sementara kami tahu bukan kami yang mereka inginkan. Gus Agam dan Gus Azam, mereka memiliki wanita lain yang telah singgah di hatinya. Pernikahan ini sudah tak sempurna sejak awal, sudah tidak ada kejujuran sejak awal. Pernikahan ini berlandaskan keterpaksaan, lalu bagaimana ka

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Yang Tak Kukira

    Setelah tenang, aku meraih pundak Mbak Hasna menatapnya yang masih menunduk.“Ada apa mbak?” tanyaku sekali lagi.“Dik, janji jangan sampai Ami sama Abi tahu,” ucapnya memohon.“Kenapa, ada apa?” aku tak mengerti, kenapa aku harus berjanji.“Janji dulu,” paksanya.“Iya, iya Halwa janji,” ucapku terpaksa.“Mas Azam….” Mbak Hasna diam, menatap piringnya yang penuh.“Mas Azam kenapa?” tanyaku tak sabar, “Jangan katakan ia juga menyakiti Mbak Hasna?”“Ndak, bukan gtu. Mas Azam sudah menikah dengan Mbak Ida,” ucap Mbak Hasna lirih.Aku terperanjat, menikah dengan Mbak Ida? Apa Mbak Hasna sedang mengigau? “Mbak njenengan ndak salah? Mbak Hasna ndak sedang bercanda tha? Jangan ngeprank Halwa, ih. Ndak lucu.” Aku masih mencoba berpikir positif meski melihat Mbak Hasna menangis sepertinya ia sama sekali tak bergurau.Mbak Hasna tidak menjawab justru kembali menangis.“Mbak ini serius tha?”

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Lelaki Sama Saja

    “Assalamualaikum, Mbak?” Kuketuk pintu.Tak lama jawaban salam terdengar, bibik membuka pintu bersama Mbak Hasna.“Tumben,” ucapnya.“Kenapa? Apa ndak boleh adik njenengan yang cantik ini main,” ucapku.Mbak Hasna tertawa dan mengajakku masuk.“Dari Umik.” aku menyodorkan paper bag yang kubawa.“Apa ini?” tanya Mbak Hasna.“Jamu biar cepet kasih cucu,” bisikku tepat di samping telinga Mbak Hasna.Aneh, Mbak Hasna justru diam dengan wajah menunduk, apa ia tak senang Umik memberi jamu itu?“Ada apa Mbak?” tanyaku penasaran.“Ah, ndak papa, udah maem?” tanya Mbak Hasna seolah mengalihkan pertanyaanku yang tak ingin ia lanjutkan.“Sudah,” jawabku berbohong. “Mbak sendiri?”“He’eum… Mas Azam ke pesantren, Mbak buat oseng kembang kates kesukaanmu.”“Benarkah.” Aku memanyunkan bibir, terlanjur mengatakan jika aku sudah makan, mana mungkin aku mengajaknya makan.“Ayuk mae

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status