Share

5

Penulis: sefti92
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-09 16:21:38

"Assalamualaikum ... selamat malam,"

Oh Allah ...

Suara itu milik istri pertama suamiku. Ya Allah kenapa sekarang? Kulihat wajah Bang Tama semakin merah. Aku yakin saat ini ia tengah emosi. Jadi permintaanku tidak dituruti oleh kakak maduku ini rupanya. Niat sekali ia menghancurkan hari istimewaku. Baiklah Zahwa, suka tidak suka kamu harus mengenalkannya malam ini.

"Waalaikumsalam, eh ada tamu rupanya. Tapi kok dari kamar?" sahut dan tanya Mama membuatku menelan ludah. Hey kemana keberanianku tadi. Ayolah Zahwa cukup kenalkan namanya dan statusnya di rumah ini. Untuk selanjutnya biarkan takdir yang berbicara.

"Emh ... Mama ... Papa ... Ayah ... dan kedua kakak tampanku. Perkenalkan dia ... " oh Allah lidahku kelu untuk menyebut nama dan statusnya. Hatiku perih untuk mengakuinya. Aku menunduk untuk menyembunyikan setetes air mata yang tiba-tiba saja luruh.

"Saya Naraya ... istri pertama Mas Satria," ucapnya lugas memotong perkataanku.

Takut-takut kuangkat kepala, dan kini terlihat ekspresi terkejut dari mereka semua termasuk Bang Tama. Aku sebenarnya cukup terkejut, tak menyangka jika mbak Raya akan seberani itu.

"Akh!" pekikan kesakitan dari Bang Tama membuyarkan lamunanku. Ya Allah, rupanya kak Nando telah memukulnya. Cukup keras aku rasa, sebab sudut bibir Bang Tama mengeluarkan darah.

Tak sampai di situ, Bang Tama kembali mendapat pukulan dari kak Nando. Kali ini perutnya yang menjadi sasaran. Bang Tama hanya diam tak membalas. Aku tahu bukan karena tak bisa, tapi aku rasa ia menerima semuanya sebagai hukuman.

"Hey, sudah cukup jangan kau pukuli lagi suamiku!" teriakan mbak Raya mencoba menghentikan kak Nando.

Percuma saja, disaat kakak sulungku tengah emosi, tak akan ada yang mampu menghentikannya kecuali suaraku. Ya, begitu besarnya pengaruhku pada kedua lelaki itu. Kali ini, aku tak akan menghentikan kak Nando. Biarlah rasa sakitku dibalaskan oleh pukulan-pukulan dari Kakak iparnya itu.

"Aku mohon, jangan pukuli lagi suamiku. Adek, tolong hentikan dia. Suamiku bisa celaka," hiba mbak Raya. Kali ini ia memandangku, namun aku pura-pura tak mengerti arti pandangannya itu. "Dek, aku pikir kamu mencintai Mas Satria," lanjutnya membuatku heran. Tentu saja aku mencintai suamiku itu. Lalu kenapa?

"Aku mencintainya," sahutku malas.

"Bohong! Kalau kamu mencintainya tidak akan kamu biarkan dia dipukuli begitu," ucapnya sinis.

"Ya aku mencintainya tapi aku juga membencinya," sahutku tak kalah sinis.

"Sayang hentikan kakakmu," perintah Ayah yang mungkin merasa khawatir terhadap kondisi menantunya itu. Baiklah, jika ayah sudah bertitah maka aku harus menurutinya.

"Kak Nando cukup, sisanya biar adek yang urus," ujarku sedikit keras agar kakakku itu berhenti memukuli Bang Tama. Tepat seperti biasanya, saat mendengar suaraku kak Nando langsung berhenti.

Masih dengan amarah yang menggebu, ia berbalik menatapku. Ah malam ini aku harus menjinakkan singa liar ini rupanya. Tapi setelah masalah kami selesai terlebih dahulu. Tanpa kata aku mendekati kedua lelaki itu, Bang Tama yang terkapar tak berdaya akibat pukulan yang tidak main-main, dan kak Nando yang berdiri dengan nafas terengah-engah.

"Sudah cukup kakak, adek akan jelaskan semuanya. Tapi adek mohon, mari kita rayakan dulu hari ulang tahun pernikahan adek dan Bang Tama. Anggap saja ini sebagai hari ulang tahun pernikahan kami yang terakhir. Kak Nando biasakan sebentar saja menahan emosi kakak? Biarkan adek merasa jika saat ini hanya adek nyonya di rumah ini. Biasakan kak?" pintaku lembut.

"Untuk apa merayakan hari pernikahan kalian? Suamimu telah berkhianat dek," sahut Kak Nando ketus.

"Adek mohon," lagi aku mencoba untuk meluluhkan hatinya dengan suara lembutku.

"Baiklah," sahutnya kemudian meninggalkan Bang Tama begitu saja. Kubantu Bang Tama untuk bangun. Karena aku yakin ia tak akan sanggup bangun sendiri. Perlahan aku tuntun ia menuju tempat duduknya kembali, melewati kedua mertuaku.

Kulihat Mama yang menangis dipelukan papa. Sedangkan ayah terduduk lesu di tempatnya. Kak Randi? Dia hanya diam saja, tapi aku tahu persis jika kakakku itu tengah menahan amarahnya.

Setelah Bang Tama duduk dengan nyaman, kulangkahkan kaki mendekati mertuaku itu. Kuambil tangan mama lalu kucium dengan takzim. Mama semakin terisak dan aku mencoba untuk tersenyum. Hal yang sama kulakukan pada papa. Senyum sendu papa berikan setelah tangannya kucium.

"Ma ... Pa ... Mari kita anggap jika hanya aku menantu Mama dan Papa. Hanya untuk malam ini saja," pintaku sembari tersenyum.

"Tidak Nak ... Sampai kapanpun menantu Mama hanya kamu. Tidak peduli berapa istri anak lelaki Mama itu, hanya kamulah menantu bagi mama. Tidak hanya malam ini, tapi selama kamu bergelar istri dari Tama, maka kamulah satu-satunya menantu Mama," ujarnya disela tangisan.

Lantas ku ajak mereka untuk kembali duduk dan menikmati makan malam ini. Kulihat mbak Raya hanya diam mematung. Mungkin merasa sungkan atau bersalah? Siapa peduli. Untuk kali ini saja aku ingin egois.

"Duduklah Raya," ujar Bang Tama mengagetkanku. Oh rupanya ia ingin istri pertamanya itu turut serta.

"Tidak bisa. Ini khusus keluarga kita saja," tolak Mama ketus.

"Ma dia juga istriku," bantah Bang Tama. Oh sesak sekali dada ini. Ternyata benar, aku tak lagi menjadi satu-satunya wanita di hati suamiku itu.

"Mama tidak peduli. Malam ini dia tidak boleh ikut makan malam," sahut Mama lagi.

"Tapi Ma ..."

"Mas, biar Raya makan malam di kamar saja," ucap Mbak Raya kemudian. "Mohon maaf telah mengacaukan acara ini," ujarnya lagi kemudian ia melangkah pergi.

"Ingat urusan kita belum selesai. Setelah makan malam aku ingin mendengar semuanya," ujar kak Randi.

"Baiklah," sahut Bang Tama. Masih dengan lebam yang belum diobati, ia turut serta duduk untuk makan malam bersama.

"Bismillahirrahmanirrahim ... Sebelum makan malam dimulai, Zahwa ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga Zahwa karena telah bersedia datang dan mendoakan kebaikan untuk pernikahan kami. Teruntuk Bang Tama suamiku, terima kasih banyak untuk semuanya. Adek sungguh mencintai Abang. Cinta yang sama, dan insyaallah bertambah setiap harinya. Maafkan adek karena belum bisa memberikan putra dan putri untuk Abang. Maafkan adek jika selama kita bersama banyak khilaf yang telah adek lakukan. Insyaallah adek akan terus menjadi istri Abang," ujarku panjang lebar. Lalu tanpa ragu kuambil tangan Bang Tama, kemudian aku cium dengan takzim sebagai tanda baktiku padanya. "Terima kasih telah memberikan nafkah halal untukku,"

"Sayang, maafkan Abang," ujarnya lirih kemudian ia mendaratkan kecupan manis di keningku. Kurentangkan tangan sebagai tanda jika ingin dipeluk. "Maaf sayang ... maaf," ucapnya dipelukanku.

"Insyaallah adek maafkan Abang," sahutku tenang.

"Sudah ayo kita mulai makan malamnya," ujar Ayah tak seramah tadi. Ya, mana mungkin ayahku itu akan tetap bersikap baik pada Bang Tama saat ia mengetahui jika putrinya ini telah dimadu.

Makan malam berjalan dengan sunyi. Biasanya, walaupun masih pada batas wajar, kami akan mengobrol disela-sela kegiatan makan. Bukan tidak sopan, hanya saja pada saat makan malam kami bisa berkumpul dan bercerita. Jadi, baik ayah ataupun papa akan mengajak kami mengobrol santai.

Hanya butuh waktu 30 menit saja untuk menyelesaikan makan malam kami. Setelahnya, ayah dan papa beranjak keruang keluarga. Tiba saatnya untuk menceritakan segalanya. Kulihat Bang Tama yang nampak tegang, berkali-kali ia menghela nafas kasar. Kebiasaannya ketika tengah gugup dan takut.

"Bang tenanglah, insyaallah semua akan baik-baik saja." Ujarku menenangkan dirinya.

"Tidak mungkin dek, Abang yakin semua tidak akan baik-baik saja. Abang tak masalah jika dipukuli kembali. Abang hanya takut jika ayah dan kak Nando membawamu pergi dari Abang," ujarnya lirih.

Bisa jadi sih, apa lagi kesalahan bang Tama kali ini sangat fatal. Jika benar ayah meminta untuk berpisah dari suamiku ini, apa yang harus aku lakukan?

"Sayang, berjanjilah jika benar itu yang terjadi tolong pilihlah Abang. Abang tak bisa jika adek pergi dari sisi Abang,"

"Adek lekas kemari," teriakan dari kak Nando mengurungkan niatku untuk menjawab permintaannya.

"Ayo bang, kita sudah ditunggu,"

Bab terkait

  • Wanita Kedua Suamiku    6

    Ruang keluarga yang biasanya terasa hangat, malam ini begitu dingin. Tak ada canda tawa, yang terlihat hanya gurat marah dan kecewa."Panggil wanita itu!" perintah Papa."Untuk apa Pa?" pertanyaan aneh itu terlontar dari mulut Bang Tama."Panggil saja, tak usah banyak tanya!" sahut Papa tegas, terlihat jelas jika beliau tak ingin dibantah.Bang Tama pun ke kamar untuk memanggil Mbak Raya. Kini aku tengah menyiapkan hati. Apapun yang terjadi nanti, aku akan mempertahankan apa yang sudah aku miliki. Bagiku, sedari awal dia adalah milikku. Wanita itulah yang merebut suamiku."Assalamualaikum ..." salam dari Mbak Raya membuyarkan lamunanku. Kulihat dengan sopan ia berusaha untuk mencium tangan mama dan papa yang sayangnya ditolak secara halus oleh mertuaku itu. Wajah sendu tak dapat disembunyikan olehnya, tapi hal itu justru membuatku bahagia. Jahat? Biarlah."Duduk kamu!" perintah mama ketus.Setelah semuanya duduk, seperti biasa aku menyuguhkan teh sebagai teman mengobrol. Sayangnya mal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Wanita Kedua Suamiku    7

    Malam semakin larut, masih dengan hati yang remuk aku mencoba untuk memejamkan mata. Sekedar mengistirahatkan badan, walaupun kantuk tak kunjung menghampiri.Tak lama setelah aku memejamkan mata, pintu kamarku terbuka. Dapat aku pastikan jika itu adalah Bang Tama. Sengaja tidak mengunci pintu kamar, aku membiarkan lelaki yang masih menyandang status sebagai suamiku itu untuk masuk."Sayang, sudah tidur?" tanyanya setelah duduk di tepi ranjang kami. Dengan malas aku membuka mata, memandang wajah yang sedari dulu mampu membuatku terpesona."Menurut Abang, dalam kondisi saat ini bisakah aku tidur secepat itu?" sarkasku tak menyembunyikan sedikitpun amarahku padanya."Sayang, bisa kita bicara?" pintanya lirih."Apa yang akan kita bicarakan Bang? Tentang istri pertamamu atau tentang kehamilannya? Ah atau justru tentang hubungan kita?""Semua dek. Banyak hal yang ingin Abang bicarakan denganmu." sahutnya mantap."Untuk apa bang? Untuk apa bicara jika tak akan ada jalan keluarnya?""Menurut

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Wanita Kedua Suamiku    8

    "Emh jadi bagaimana Mas? Dasinya aku yang ambil atau dek Zahwa saja?" pertanyaan yang meluncur dari mbak Raya membuat Bang Tama menjauh sedikit dariku. Tak mengapa, aku sudah cukup puas untuk saat ini."Ah itu, biar saya yang ambil. Tadi adek sudah jelaskan dimana letaknya. Ya sudah saya ambil dasi dulu ke kamar," pamit Bang Tama.Sekilas kulihat raut tak suka di wajah mbak Raya. Apa peduliku? Biarkan saja dia. Kembali sibuk dengan menu sarapan pagi ini, lagi lagi aku dikejutkan dengan perkataan kakak maduku itu."Dia juga suamiku kan dek, lantas kenapa hanya kamu yang mendapatkan kecupan itu?""Lah mana aku tahu mbak! Harusnya tadi mbak Raya bilang juga kalau mau dicium! Kalau aku sih, ya mau gimana ya mbak ... itu sudah jadi kebiasaan kami. Rasanya itu ada yang kurang kalau gak kecup keningku. Ah mbak nanti bakal tau kok kebiasaan kami jika berada di rumah. Aku harap mbak tidak kaget sih," sahutku tak peduli jika itu semakin membuatnya sakit hati.Tak lama kemudian, Bang Tama kembal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-11
  • Wanita Kedua Suamiku    9

    Setelah drama di ruang makan tadi pagi, kini aku sudah bersiap untuk pergi menemui teman-temanku. Dengan langkah santai, aku meninggalkan kamar, tak lupa sebelumnya aku kunci pintu kamarku itu.Di ruang keluarga tampak Mbak Raya tengah bersantai. Menikmati peran sebagai nyonya rumah rupanya. Rasanya ingin sekali mengganggu ketenangannya lagi, tapi ah sudahlah lebih baik aku segera pergi saja."Seharusnya wanita yang sudah menikah itu tidak nongkrong bersama teman-temannya. Harusnya wanita yang sudah menikah itu lebih banyak duduk diam menunggu suami pulang kerja. Katanya gak mau dimadu ...tapi ini, suami pergi kerja malah ikutan pergi juga. Giliran suami punya istri lain eh berlagak tersakiti," celetukan ringan dari Mbak Raya mengehentikan langkah kakiku. Oh rupanya dia mau berdebat lagi denganku. Gak bosen apa? Semenjak dia ada di rumah ini, hampir tak pernah kami lewatkan waktu tanpa perdebatan."Sorry, mbak Raya ngomong sama saya?" tanyaku pura-pura tak mengerti."Harusnya sih sada

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Wanita Kedua Suamiku    10

    BRAAK"Astaghfirullah ... Astaghfirullah,""Sorry, kaget!" ucap Nia."Kaget sih kaget, tapi ya gak gebrak meja juga kali ah," gerutu Rani."Ya maaf! Reflek aja gitu tadi. Oke balik lagi ke adek tercinta kita ini. Bagaimana bisa suami yang bucin abis sama istrinya itu menikah lagi?" tanya Nia."Aku adalah istri kedua Bang Tama," ucapku memulai cerita."Tunggu ... ini semua cuma kebohongan kamu aja kan Wa? Kira-kira dong kalau mau bohong! Istri kedua gimana coba ... jelas-jelas kita semua tau kalau saat kalian menikah statusnya adalah bujangan," sela Dani.Kutarik nafas sebelum melanjutkan cerita, aku pandangi satu persatu wajah sahabatku ini."Aku adalah istri kedua suamiku. Itu kenyataannya. Bukan aku yang dimadu melainkan aku yang menjadi madu. Hebat bukan? Selama ini aku hanya tahu jika akulah istri satu-satunya Bang Tama, nyatanya sebelum menikahiku ia telah menikahi wanita lain. Saat ini istri pertama suamiku tinggal bersama denganku," ceritaku pada mereka."Aku masih gak habis pi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Wanita Kedua Suamiku    11

    BYUUURTiba-tiba saja, Nia sudah ada di sampingku dan menyiram mbak Raya dengan minuman milik Andre yang memang belum tersentuh sama sekali."Hey, siapa kamu beraninya menyiramku?" tanya Mbak Raya ketus."Kamu yang siapa ... datang-datang kok bikin kacau!" sahut Nia tak kalah ketus."Kamu lihat wanita yang duduk di hadapanmu, dia itu istri kedua suamiku. Di rumah saja berlagak sebagai istri baik dan setia, ternyata dia tak lebih dari wanita murahan yang hobi selingkuh!" maki mbak Raya sembari menudingku."Oh jadi ini adalah wanita yang memaksa calon suami orang lain untuk menikahinya ... padahal dia tahu kalau lelaki yang ia paksa untuk menjadi suaminya akan menikah esok hari dengan wanita lain. Pantas sih, kelihatan sekali murahannya!" balas Nia membuat mbak Raya terdiam, entah karena marah atau malu."Nia, sudah. Tidak baik dilihat orang," ujarku mencoba melerai."Diam Wa, biarkan aku menyadarkan wanita tak tahu diri ini. Orang gak tau apa-apa tapi asal tuduh. Dengar ya mbak, apa ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-28
  • Wanita Kedua Suamiku    12

    Sesampainya di rumah, aku langsung turun tanpa perlu berterima kasih pada Nazril. Kulihat mobil milik Bang Tama sudah berada di garasi. Tumben sekali, biasanya ia akan pulang setelah magrib."Assalamualaikum," salamku sebelum masuk rumah.Sepi sekali, kenapa tidak ada yang menjawab salamku? Ah, mungkin Abang sedang mandi. Kulanjutkan langkah menuju kamar utama. Eh tunggu, suara apa itu di dapur? Tanpa pikir panjang, kuarahkan kaki menuju dapur. Astaghfirullah ..."Abang!" teriakku, menghentikan adegan dewasa antara Mbak Raya dan suamiku itu."Adek, Dek ini ...." ujarnya tergagap."Jangan marah, bukan hanya kamu istrinya. Apa yang kamu lihat tadi bukankah hal yang biasa dilakukan sepasang suami istri?" sahut Mbak Raya yang aku tahu jika tujuannya adalah untuk menyakitiku."Marah? Tentu tidak. Hanya saja jangan lupakan adab. Benar jika kalian ini suami istri, tapi apakah pantas melakukan hal seperti itu di tempat terbuka begini?" sahutku santai. "Sayang dengar Abang. Tadi tidak sepert

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Wanita Kedua Suamiku    01

    "Assalamualaikum sayangnya Abang," ucapan salam disertai kecupan mesra kudapatkan tatkala pintu utama rumah telah kubuka lebar."Waalaikumsalam sayang," sahutku seraya tersenyum manis."Assalamualaikum dek," pecah suara lain membuat niatku untuk memeluk Bang Tama aku urungkan."Waalaikumsalam mbak. Eh maaf, siapa ya? Apa kita saling kenal?" ujarku bingung. Pasalnya aku belum pernah melihat wanita ini."Sayang, biarkan kami masuk dulu dong. Masak Abang kamu biarkan berdiri di depan pintu begini," ucapan bernada merajuk itu membuatku tersadar jika kamu masih berada di depan pintu utama."Eh Ya Allah, maaf ya Bang, Mbak mari masuk," ucapku mempersilahkan wanita itu untuk ikut masuk bersama kami. Mungkin beliau adalah rekan kerja Bang Tama. Walaupun pada kenyataannya, Bang Tama belum pernah sekalipun mengajak serta rekan kerjanya untuk pulang ke rumah. Tapi mungkin karena Abang baru saja pulang dan harus ada yang mereka bahas, jadi Abang membawanya pulang."Silahkan duduk Mbak, sebentar y

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09

Bab terbaru

  • Wanita Kedua Suamiku    12

    Sesampainya di rumah, aku langsung turun tanpa perlu berterima kasih pada Nazril. Kulihat mobil milik Bang Tama sudah berada di garasi. Tumben sekali, biasanya ia akan pulang setelah magrib."Assalamualaikum," salamku sebelum masuk rumah.Sepi sekali, kenapa tidak ada yang menjawab salamku? Ah, mungkin Abang sedang mandi. Kulanjutkan langkah menuju kamar utama. Eh tunggu, suara apa itu di dapur? Tanpa pikir panjang, kuarahkan kaki menuju dapur. Astaghfirullah ..."Abang!" teriakku, menghentikan adegan dewasa antara Mbak Raya dan suamiku itu."Adek, Dek ini ...." ujarnya tergagap."Jangan marah, bukan hanya kamu istrinya. Apa yang kamu lihat tadi bukankah hal yang biasa dilakukan sepasang suami istri?" sahut Mbak Raya yang aku tahu jika tujuannya adalah untuk menyakitiku."Marah? Tentu tidak. Hanya saja jangan lupakan adab. Benar jika kalian ini suami istri, tapi apakah pantas melakukan hal seperti itu di tempat terbuka begini?" sahutku santai. "Sayang dengar Abang. Tadi tidak sepert

  • Wanita Kedua Suamiku    11

    BYUUURTiba-tiba saja, Nia sudah ada di sampingku dan menyiram mbak Raya dengan minuman milik Andre yang memang belum tersentuh sama sekali."Hey, siapa kamu beraninya menyiramku?" tanya Mbak Raya ketus."Kamu yang siapa ... datang-datang kok bikin kacau!" sahut Nia tak kalah ketus."Kamu lihat wanita yang duduk di hadapanmu, dia itu istri kedua suamiku. Di rumah saja berlagak sebagai istri baik dan setia, ternyata dia tak lebih dari wanita murahan yang hobi selingkuh!" maki mbak Raya sembari menudingku."Oh jadi ini adalah wanita yang memaksa calon suami orang lain untuk menikahinya ... padahal dia tahu kalau lelaki yang ia paksa untuk menjadi suaminya akan menikah esok hari dengan wanita lain. Pantas sih, kelihatan sekali murahannya!" balas Nia membuat mbak Raya terdiam, entah karena marah atau malu."Nia, sudah. Tidak baik dilihat orang," ujarku mencoba melerai."Diam Wa, biarkan aku menyadarkan wanita tak tahu diri ini. Orang gak tau apa-apa tapi asal tuduh. Dengar ya mbak, apa ya

  • Wanita Kedua Suamiku    10

    BRAAK"Astaghfirullah ... Astaghfirullah,""Sorry, kaget!" ucap Nia."Kaget sih kaget, tapi ya gak gebrak meja juga kali ah," gerutu Rani."Ya maaf! Reflek aja gitu tadi. Oke balik lagi ke adek tercinta kita ini. Bagaimana bisa suami yang bucin abis sama istrinya itu menikah lagi?" tanya Nia."Aku adalah istri kedua Bang Tama," ucapku memulai cerita."Tunggu ... ini semua cuma kebohongan kamu aja kan Wa? Kira-kira dong kalau mau bohong! Istri kedua gimana coba ... jelas-jelas kita semua tau kalau saat kalian menikah statusnya adalah bujangan," sela Dani.Kutarik nafas sebelum melanjutkan cerita, aku pandangi satu persatu wajah sahabatku ini."Aku adalah istri kedua suamiku. Itu kenyataannya. Bukan aku yang dimadu melainkan aku yang menjadi madu. Hebat bukan? Selama ini aku hanya tahu jika akulah istri satu-satunya Bang Tama, nyatanya sebelum menikahiku ia telah menikahi wanita lain. Saat ini istri pertama suamiku tinggal bersama denganku," ceritaku pada mereka."Aku masih gak habis pi

  • Wanita Kedua Suamiku    9

    Setelah drama di ruang makan tadi pagi, kini aku sudah bersiap untuk pergi menemui teman-temanku. Dengan langkah santai, aku meninggalkan kamar, tak lupa sebelumnya aku kunci pintu kamarku itu.Di ruang keluarga tampak Mbak Raya tengah bersantai. Menikmati peran sebagai nyonya rumah rupanya. Rasanya ingin sekali mengganggu ketenangannya lagi, tapi ah sudahlah lebih baik aku segera pergi saja."Seharusnya wanita yang sudah menikah itu tidak nongkrong bersama teman-temannya. Harusnya wanita yang sudah menikah itu lebih banyak duduk diam menunggu suami pulang kerja. Katanya gak mau dimadu ...tapi ini, suami pergi kerja malah ikutan pergi juga. Giliran suami punya istri lain eh berlagak tersakiti," celetukan ringan dari Mbak Raya mengehentikan langkah kakiku. Oh rupanya dia mau berdebat lagi denganku. Gak bosen apa? Semenjak dia ada di rumah ini, hampir tak pernah kami lewatkan waktu tanpa perdebatan."Sorry, mbak Raya ngomong sama saya?" tanyaku pura-pura tak mengerti."Harusnya sih sada

  • Wanita Kedua Suamiku    8

    "Emh jadi bagaimana Mas? Dasinya aku yang ambil atau dek Zahwa saja?" pertanyaan yang meluncur dari mbak Raya membuat Bang Tama menjauh sedikit dariku. Tak mengapa, aku sudah cukup puas untuk saat ini."Ah itu, biar saya yang ambil. Tadi adek sudah jelaskan dimana letaknya. Ya sudah saya ambil dasi dulu ke kamar," pamit Bang Tama.Sekilas kulihat raut tak suka di wajah mbak Raya. Apa peduliku? Biarkan saja dia. Kembali sibuk dengan menu sarapan pagi ini, lagi lagi aku dikejutkan dengan perkataan kakak maduku itu."Dia juga suamiku kan dek, lantas kenapa hanya kamu yang mendapatkan kecupan itu?""Lah mana aku tahu mbak! Harusnya tadi mbak Raya bilang juga kalau mau dicium! Kalau aku sih, ya mau gimana ya mbak ... itu sudah jadi kebiasaan kami. Rasanya itu ada yang kurang kalau gak kecup keningku. Ah mbak nanti bakal tau kok kebiasaan kami jika berada di rumah. Aku harap mbak tidak kaget sih," sahutku tak peduli jika itu semakin membuatnya sakit hati.Tak lama kemudian, Bang Tama kembal

  • Wanita Kedua Suamiku    7

    Malam semakin larut, masih dengan hati yang remuk aku mencoba untuk memejamkan mata. Sekedar mengistirahatkan badan, walaupun kantuk tak kunjung menghampiri.Tak lama setelah aku memejamkan mata, pintu kamarku terbuka. Dapat aku pastikan jika itu adalah Bang Tama. Sengaja tidak mengunci pintu kamar, aku membiarkan lelaki yang masih menyandang status sebagai suamiku itu untuk masuk."Sayang, sudah tidur?" tanyanya setelah duduk di tepi ranjang kami. Dengan malas aku membuka mata, memandang wajah yang sedari dulu mampu membuatku terpesona."Menurut Abang, dalam kondisi saat ini bisakah aku tidur secepat itu?" sarkasku tak menyembunyikan sedikitpun amarahku padanya."Sayang, bisa kita bicara?" pintanya lirih."Apa yang akan kita bicarakan Bang? Tentang istri pertamamu atau tentang kehamilannya? Ah atau justru tentang hubungan kita?""Semua dek. Banyak hal yang ingin Abang bicarakan denganmu." sahutnya mantap."Untuk apa bang? Untuk apa bicara jika tak akan ada jalan keluarnya?""Menurut

  • Wanita Kedua Suamiku    6

    Ruang keluarga yang biasanya terasa hangat, malam ini begitu dingin. Tak ada canda tawa, yang terlihat hanya gurat marah dan kecewa."Panggil wanita itu!" perintah Papa."Untuk apa Pa?" pertanyaan aneh itu terlontar dari mulut Bang Tama."Panggil saja, tak usah banyak tanya!" sahut Papa tegas, terlihat jelas jika beliau tak ingin dibantah.Bang Tama pun ke kamar untuk memanggil Mbak Raya. Kini aku tengah menyiapkan hati. Apapun yang terjadi nanti, aku akan mempertahankan apa yang sudah aku miliki. Bagiku, sedari awal dia adalah milikku. Wanita itulah yang merebut suamiku."Assalamualaikum ..." salam dari Mbak Raya membuyarkan lamunanku. Kulihat dengan sopan ia berusaha untuk mencium tangan mama dan papa yang sayangnya ditolak secara halus oleh mertuaku itu. Wajah sendu tak dapat disembunyikan olehnya, tapi hal itu justru membuatku bahagia. Jahat? Biarlah."Duduk kamu!" perintah mama ketus.Setelah semuanya duduk, seperti biasa aku menyuguhkan teh sebagai teman mengobrol. Sayangnya mal

  • Wanita Kedua Suamiku    5

    "Assalamualaikum ... selamat malam,"Oh Allah ...Suara itu milik istri pertama suamiku. Ya Allah kenapa sekarang? Kulihat wajah Bang Tama semakin merah. Aku yakin saat ini ia tengah emosi. Jadi permintaanku tidak dituruti oleh kakak maduku ini rupanya. Niat sekali ia menghancurkan hari istimewaku. Baiklah Zahwa, suka tidak suka kamu harus mengenalkannya malam ini."Waalaikumsalam, eh ada tamu rupanya. Tapi kok dari kamar?" sahut dan tanya Mama membuatku menelan ludah. Hey kemana keberanianku tadi. Ayolah Zahwa cukup kenalkan namanya dan statusnya di rumah ini. Untuk selanjutnya biarkan takdir yang berbicara."Emh ... Mama ... Papa ... Ayah ... dan kedua kakak tampanku. Perkenalkan dia ... " oh Allah lidahku kelu untuk menyebut nama dan statusnya. Hatiku perih untuk mengakuinya. Aku menunduk untuk menyembunyikan setetes air mata yang tiba-tiba saja luruh."Saya Naraya ... istri pertama Mas Satria," ucapnya lugas memotong perkataanku.Takut-takut kuangkat kepala, dan kini terlihat eksp

  • Wanita Kedua Suamiku    4

    Setelah mengatur degup jantungku agar normal kembali, aku melangkahkan kaki menuju ruang keluarga dimana semua tengah berkumpul. Melihat keluargaku bercanda ria, rasanya tak tega jika harus mengungkapkan kebenaran menyakitkan ini. Ya Allah bantu hambamu agar tetap kuat menjalani takdir yang telah engkau rancang untukku.***"Sayang, kok melamun," teguran dari mama mertua membuatku tersadar. Aku hanya bisa tersenyum, memaksakan senyum lebih tepatnya. Sedari dulu aku memang tak pandai menyembunyikan perasaanku. Kalau kata kak Nando aku ini bagaikan buku cerita yang terbuka, mudah sekali untuk dibaca."Mana suamimu Nak?" tanya Papa yang mungkin saja heran karena biasanya aku dan Bang Tama memang tak bisa berjauhan."Abang ke kamar sebentar Pa, ada urusan pekerjaan yang harus dia selesaikan," sahutku asal."Anak itu gimana sih, kerjaan terus yang diurus. Ini kan hari spesial buat dia sama Zahwa kok bisa-bisanya malah kerja. Lagian apa masih kurang waktu kunjungan keluar kotanya itu," omel

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status