Share

4

Author: sefti92
last update Last Updated: 2023-10-09 16:20:26

Setelah mengatur degup jantungku agar normal kembali, aku melangkahkan kaki menuju ruang keluarga dimana semua tengah berkumpul. Melihat keluargaku bercanda ria, rasanya tak tega jika harus mengungkapkan kebenaran menyakitkan ini. Ya Allah bantu hambamu agar tetap kuat menjalani takdir yang telah engkau rancang untukku.

***

"Sayang, kok melamun," teguran dari mama mertua membuatku tersadar. Aku hanya bisa tersenyum, memaksakan senyum lebih tepatnya. Sedari dulu aku memang tak pandai menyembunyikan perasaanku. Kalau kata kak Nando aku ini bagaikan buku cerita yang terbuka, mudah sekali untuk dibaca.

"Mana suamimu Nak?" tanya Papa yang mungkin saja heran karena biasanya aku dan Bang Tama memang tak bisa berjauhan.

"Abang ke kamar sebentar Pa, ada urusan pekerjaan yang harus dia selesaikan," sahutku asal.

"Anak itu gimana sih, kerjaan terus yang diurus. Ini kan hari spesial buat dia sama Zahwa kok bisa-bisanya malah kerja. Lagian apa masih kurang waktu kunjungan keluar kotanya itu," omel Mama membuatku meringis. "Biar Mama yang panggil, anak itu harus diberi pelajaran," lanjutnya membuatku kalang kabut.

"Mbak, sudahlah. Mungkin memang pekerjaan itu tidak bisa ditunda. Sembari menunggu lebih baik mbak dan adek siapkan saja makan malam spesial kita," ujar ayah membuatku mengela nafas lega. Dan saat itulah baru kusadari jika aku diperhatikan oleh kedua kakak lelakiku. Duh, pasti mereka curiga padaku.

"Biar kami yang membantu adek Tante. Tante, om dan Ayah tunggu saja di sini," usul kak Randi membuatku ketar ketir. Nah kan ... Aku yakin dibalik usulnya itu ia akan bertanya banyak hal padaku.

"Ayo dek, biar kak Nando dan Randi bantu siapkan makanannya," ajak Kak Nando sembari menarikku ke ruang makan. Tak bisa mengelak apalagi kabur, akhirnya aku mengikuti langkah keduanya.

Tiba di ruang makan, aku segera menyiapkan makanan yang tadi di bawa oleh Mama. Mencoba untuk terlihat sibuk agar kedua lelaki tampan itu tak bertanya macam-macam padaku. Mondar-mandir menata makanan, mengelap gelas dan piring yang sebenarnya sudah kering agar terhindar dari sesi introgasi keduanya.

"Adek duduk diam. Kakak tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan," perintah mutlak dari Kak Nando mengehentikan kegiatanku. Tak bisa menolak, akhirnya dengan berat hati ku turuti perintahnya itu. Duduk tepat dihadapan lelaki yang berwajah sangat mirip dengan ayah, membuatku semakin tak bisa mengendalikan degup jantungku.

"Katakan ada apa sebenarnya!" Lanjutnya tanpa melembutkan nada suaranya, membuatku yakin jika saat ini ia tak bisa lagi kubohongi.

Mau jujur, tapi aku belum siap. Berbohong lagi, jelas bukan pilihan yang tepat. Ya Allah rasanya aku ingin menghilang sebentar saja agar terbebas dari masalah ini.

"Kak, jangan paksa adek! Baiklah jika saat ini adek sedang tidak ingin berbagi pada kami. Ingat apapun masalahmu, kami akan menjadi orang pertama yang siap membantumu," ujar Kak Randi membuatku lega. Maafkan adikmu ini kakak, saat ini diam adalah pilihanku.

"Tapi Ran," sangkal Kak Nando yang langsung dipotong oleh kak Randi.

"Beri adek waktu, tidak semua masalahnya kita harus segera tau. Kita beri kepercayaan padanya kak, kalau adek belum meminta bantuan, itu artinya dia masih sanggup menyelesaikan. Bukan begitu dek?" ujar kak Randi menerbitkan senyum di bibirku.

" Terima kasih karena sudah mengerti. Insyaallah adek akan ceritakan semuanya. Tapi bukan sekarang," sahutku lega, lalu tanpa malu kupeluk tubuh kekar kakak keduaku ini.

"Ya sudah jika itu maumu. Tapi ingat satu hal, jika ini karena suamimu itu maka dia harus menerima akibatnya!" sahut kak Nando tegas.

"Kakak," tegur kak Randi, membuat kakak sulungku itu mendengus tidak suka.

"Baiklah, sini peluk kakak juga. Tidak hanya Randi saja yang ingin adek peluk," lanjutnya membuatku tertawa, lalu aku menghambur kedalam pelukan Kakak sulungku ini. Rasanya sangat nyaman, pelukan yang selalu kurindukan setelah pelukan ayah dan Bang Tama tentunya.

Kedua Kakak lelakiku memiliki sikap dan sifat yang berbanding terbalik. Jika kak Nando itu super dingin, maka kak Randi adalah orang yang sangat ramah. Emosi kak Nando mudah sekali tersulut, dan jika sudah begitu maka Kak Randilah yang akan menenangkan. Tapi keduanya sama posesifnya jika sudah menyangkut diriku. Ketenangan dalam diri kak Randi akan hilang jika ia tahu aku disakiti oleh orang lain. Begitupun dengan kak Nando, ia tak akan segan-segan membalas orang yang telah menyakitiku. Bagiku mereka adalah kakak, teman, sahabat dan juga penjaga. Pahlawanku setelah ayah dan bunda. Cintaku setelah kedua orang tuaku. Bahkan Bang Tama tidak bisa menggeser posisi kedua pria itu. Bagiku, tempat untuk pulang adalah ayah dan kedua kakak lelakiku. Walaupun aku tahu pasti jika surgaku kini adalah suamiku.

"Adek, gimana sama usahamu?" tanya kak Randi setelah kami terdiam beberapa saat.

"Alhamdulillah ramai," sahutku disertai senyuman.

"Suamimu masih belum tahu?"

Aku menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan kak Randi barusan. Aku memang memiliki toko baju tanpa sepengetahuan Bang Tama. Entahlah, aku tak berniat memberi tahunya. Toko itu sudah aku miliki sejak kami belum menikah. Aku merasa jika tak masalah suamiku tak mengetahuinya. Lagipula, seluruh keuntungan toko aku berikan pada salah satu pantai asuhan. Toko itu aku bangun karena hobiku pada desain baju. Ya, aku sendirilah yang merancang bajunya sehingga koleksi toko tak pernah sama dengan toko lain.

Kenapa keuntungan seluruhnya aku berikan pada panti asuhan? Karena dulu sahabatku tinggal di panti itu. Sebelum meninggal, ia menitipkan anak-anak panti asuhan padaku. Hingga kini, aku merasa jika memenuhi kebutuhan panti adalah tanggung jawabku. Dibantu oleh kedua kakak dan ayah, akhirnya panti itu semakin besar dan tidak kekurangan dana.

"Kenapa kamu sembunyikan dari dia?"

"Aku tak bermaksud menyembunyikan sebenarnya. Tapi agaknya tidak penting juga Bang Tama tahu," sahutku sedikit bergurau.

"Penting gak penting sih dek. Takutnya nanti dia salah paham kalau kamu harus lembur di toko," ujar Kak Randi membuatku mendengus.

"Mau lembur gimana? Ke toko aja cuma satu jam. Itu gara-gara siapa coba? Kalian berdua wahai pria tampan," sahutku ketus membuat keduanya terkekeh.

"Waduh waduh, ini malah asik bercanda. Sampai lupa kalau sudah waktunya makan malam," pecah suara ayah membuat kami bertiga menoleh secara serentak.

"Lama tidak bertemu, rindu jadi menumpuk," sahut Kak Randi disambut oleh gelak tawa.

"Benar kamu Nak. Papa saja rindu sekali pada menantu cantik Papa ini." timpal papa membuatku tersipu malu.

"Sudah siap semua kan sayang? Kuenya mana?" tanya Mama.

"Ada di kulkas Ma, nanti setelah makan malam baru aku keluarkan," sahutku.

"Baiklah, cepat panggilkan suamimu Nak. Kita mulai makan malamnya," titah papa yang segera ku turuti.

Belum sempat aku melangkah, ternyata Bang Tama lebih dulu masuk ke ruang makan. Ku teliti raut wajahnya, terlihat jelas jika ia tengah menahan amarah. Ada apa? Apa yang terjadi di dalam sana? Apa dia berhasil membujuk mbak Raya atau malah,

"Hey adek, itu suaminya sudah duduk. Kok malah melamun. Malam ini Ayah perhatikan kamu banyak melamun, ada apa? Katakan sayang. Apa adek lagi sakit?" tanya ayah yang jelas sekali merasa khawatir padaku.

"Ah, eh tidak ayah. Adek sehat kok, hanya saja ..."

"Assalamualaikum ... selamat malam,"

Oh Allah ...

Related chapters

  • Wanita Kedua Suamiku    5

    "Assalamualaikum ... selamat malam,"Oh Allah ...Suara itu milik istri pertama suamiku. Ya Allah kenapa sekarang? Kulihat wajah Bang Tama semakin merah. Aku yakin saat ini ia tengah emosi. Jadi permintaanku tidak dituruti oleh kakak maduku ini rupanya. Niat sekali ia menghancurkan hari istimewaku. Baiklah Zahwa, suka tidak suka kamu harus mengenalkannya malam ini."Waalaikumsalam, eh ada tamu rupanya. Tapi kok dari kamar?" sahut dan tanya Mama membuatku menelan ludah. Hey kemana keberanianku tadi. Ayolah Zahwa cukup kenalkan namanya dan statusnya di rumah ini. Untuk selanjutnya biarkan takdir yang berbicara."Emh ... Mama ... Papa ... Ayah ... dan kedua kakak tampanku. Perkenalkan dia ... " oh Allah lidahku kelu untuk menyebut nama dan statusnya. Hatiku perih untuk mengakuinya. Aku menunduk untuk menyembunyikan setetes air mata yang tiba-tiba saja luruh."Saya Naraya ... istri pertama Mas Satria," ucapnya lugas memotong perkataanku.Takut-takut kuangkat kepala, dan kini terlihat eksp

    Last Updated : 2023-10-09
  • Wanita Kedua Suamiku    6

    Ruang keluarga yang biasanya terasa hangat, malam ini begitu dingin. Tak ada canda tawa, yang terlihat hanya gurat marah dan kecewa."Panggil wanita itu!" perintah Papa."Untuk apa Pa?" pertanyaan aneh itu terlontar dari mulut Bang Tama."Panggil saja, tak usah banyak tanya!" sahut Papa tegas, terlihat jelas jika beliau tak ingin dibantah.Bang Tama pun ke kamar untuk memanggil Mbak Raya. Kini aku tengah menyiapkan hati. Apapun yang terjadi nanti, aku akan mempertahankan apa yang sudah aku miliki. Bagiku, sedari awal dia adalah milikku. Wanita itulah yang merebut suamiku."Assalamualaikum ..." salam dari Mbak Raya membuyarkan lamunanku. Kulihat dengan sopan ia berusaha untuk mencium tangan mama dan papa yang sayangnya ditolak secara halus oleh mertuaku itu. Wajah sendu tak dapat disembunyikan olehnya, tapi hal itu justru membuatku bahagia. Jahat? Biarlah."Duduk kamu!" perintah mama ketus.Setelah semuanya duduk, seperti biasa aku menyuguhkan teh sebagai teman mengobrol. Sayangnya mal

    Last Updated : 2023-11-09
  • Wanita Kedua Suamiku    7

    Malam semakin larut, masih dengan hati yang remuk aku mencoba untuk memejamkan mata. Sekedar mengistirahatkan badan, walaupun kantuk tak kunjung menghampiri.Tak lama setelah aku memejamkan mata, pintu kamarku terbuka. Dapat aku pastikan jika itu adalah Bang Tama. Sengaja tidak mengunci pintu kamar, aku membiarkan lelaki yang masih menyandang status sebagai suamiku itu untuk masuk."Sayang, sudah tidur?" tanyanya setelah duduk di tepi ranjang kami. Dengan malas aku membuka mata, memandang wajah yang sedari dulu mampu membuatku terpesona."Menurut Abang, dalam kondisi saat ini bisakah aku tidur secepat itu?" sarkasku tak menyembunyikan sedikitpun amarahku padanya."Sayang, bisa kita bicara?" pintanya lirih."Apa yang akan kita bicarakan Bang? Tentang istri pertamamu atau tentang kehamilannya? Ah atau justru tentang hubungan kita?""Semua dek. Banyak hal yang ingin Abang bicarakan denganmu." sahutnya mantap."Untuk apa bang? Untuk apa bicara jika tak akan ada jalan keluarnya?""Menurut

    Last Updated : 2023-11-10
  • Wanita Kedua Suamiku    8

    "Emh jadi bagaimana Mas? Dasinya aku yang ambil atau dek Zahwa saja?" pertanyaan yang meluncur dari mbak Raya membuat Bang Tama menjauh sedikit dariku. Tak mengapa, aku sudah cukup puas untuk saat ini."Ah itu, biar saya yang ambil. Tadi adek sudah jelaskan dimana letaknya. Ya sudah saya ambil dasi dulu ke kamar," pamit Bang Tama.Sekilas kulihat raut tak suka di wajah mbak Raya. Apa peduliku? Biarkan saja dia. Kembali sibuk dengan menu sarapan pagi ini, lagi lagi aku dikejutkan dengan perkataan kakak maduku itu."Dia juga suamiku kan dek, lantas kenapa hanya kamu yang mendapatkan kecupan itu?""Lah mana aku tahu mbak! Harusnya tadi mbak Raya bilang juga kalau mau dicium! Kalau aku sih, ya mau gimana ya mbak ... itu sudah jadi kebiasaan kami. Rasanya itu ada yang kurang kalau gak kecup keningku. Ah mbak nanti bakal tau kok kebiasaan kami jika berada di rumah. Aku harap mbak tidak kaget sih," sahutku tak peduli jika itu semakin membuatnya sakit hati.Tak lama kemudian, Bang Tama kembal

    Last Updated : 2023-11-11
  • Wanita Kedua Suamiku    9

    Setelah drama di ruang makan tadi pagi, kini aku sudah bersiap untuk pergi menemui teman-temanku. Dengan langkah santai, aku meninggalkan kamar, tak lupa sebelumnya aku kunci pintu kamarku itu.Di ruang keluarga tampak Mbak Raya tengah bersantai. Menikmati peran sebagai nyonya rumah rupanya. Rasanya ingin sekali mengganggu ketenangannya lagi, tapi ah sudahlah lebih baik aku segera pergi saja."Seharusnya wanita yang sudah menikah itu tidak nongkrong bersama teman-temannya. Harusnya wanita yang sudah menikah itu lebih banyak duduk diam menunggu suami pulang kerja. Katanya gak mau dimadu ...tapi ini, suami pergi kerja malah ikutan pergi juga. Giliran suami punya istri lain eh berlagak tersakiti," celetukan ringan dari Mbak Raya mengehentikan langkah kakiku. Oh rupanya dia mau berdebat lagi denganku. Gak bosen apa? Semenjak dia ada di rumah ini, hampir tak pernah kami lewatkan waktu tanpa perdebatan."Sorry, mbak Raya ngomong sama saya?" tanyaku pura-pura tak mengerti."Harusnya sih sada

    Last Updated : 2023-11-12
  • Wanita Kedua Suamiku    10

    BRAAK"Astaghfirullah ... Astaghfirullah,""Sorry, kaget!" ucap Nia."Kaget sih kaget, tapi ya gak gebrak meja juga kali ah," gerutu Rani."Ya maaf! Reflek aja gitu tadi. Oke balik lagi ke adek tercinta kita ini. Bagaimana bisa suami yang bucin abis sama istrinya itu menikah lagi?" tanya Nia."Aku adalah istri kedua Bang Tama," ucapku memulai cerita."Tunggu ... ini semua cuma kebohongan kamu aja kan Wa? Kira-kira dong kalau mau bohong! Istri kedua gimana coba ... jelas-jelas kita semua tau kalau saat kalian menikah statusnya adalah bujangan," sela Dani.Kutarik nafas sebelum melanjutkan cerita, aku pandangi satu persatu wajah sahabatku ini."Aku adalah istri kedua suamiku. Itu kenyataannya. Bukan aku yang dimadu melainkan aku yang menjadi madu. Hebat bukan? Selama ini aku hanya tahu jika akulah istri satu-satunya Bang Tama, nyatanya sebelum menikahiku ia telah menikahi wanita lain. Saat ini istri pertama suamiku tinggal bersama denganku," ceritaku pada mereka."Aku masih gak habis pi

    Last Updated : 2023-11-13
  • Wanita Kedua Suamiku    11

    BYUUURTiba-tiba saja, Nia sudah ada di sampingku dan menyiram mbak Raya dengan minuman milik Andre yang memang belum tersentuh sama sekali."Hey, siapa kamu beraninya menyiramku?" tanya Mbak Raya ketus."Kamu yang siapa ... datang-datang kok bikin kacau!" sahut Nia tak kalah ketus."Kamu lihat wanita yang duduk di hadapanmu, dia itu istri kedua suamiku. Di rumah saja berlagak sebagai istri baik dan setia, ternyata dia tak lebih dari wanita murahan yang hobi selingkuh!" maki mbak Raya sembari menudingku."Oh jadi ini adalah wanita yang memaksa calon suami orang lain untuk menikahinya ... padahal dia tahu kalau lelaki yang ia paksa untuk menjadi suaminya akan menikah esok hari dengan wanita lain. Pantas sih, kelihatan sekali murahannya!" balas Nia membuat mbak Raya terdiam, entah karena marah atau malu."Nia, sudah. Tidak baik dilihat orang," ujarku mencoba melerai."Diam Wa, biarkan aku menyadarkan wanita tak tahu diri ini. Orang gak tau apa-apa tapi asal tuduh. Dengar ya mbak, apa ya

    Last Updated : 2023-11-28
  • Wanita Kedua Suamiku    12

    Sesampainya di rumah, aku langsung turun tanpa perlu berterima kasih pada Nazril. Kulihat mobil milik Bang Tama sudah berada di garasi. Tumben sekali, biasanya ia akan pulang setelah magrib."Assalamualaikum," salamku sebelum masuk rumah.Sepi sekali, kenapa tidak ada yang menjawab salamku? Ah, mungkin Abang sedang mandi. Kulanjutkan langkah menuju kamar utama. Eh tunggu, suara apa itu di dapur? Tanpa pikir panjang, kuarahkan kaki menuju dapur. Astaghfirullah ..."Abang!" teriakku, menghentikan adegan dewasa antara Mbak Raya dan suamiku itu."Adek, Dek ini ...." ujarnya tergagap."Jangan marah, bukan hanya kamu istrinya. Apa yang kamu lihat tadi bukankah hal yang biasa dilakukan sepasang suami istri?" sahut Mbak Raya yang aku tahu jika tujuannya adalah untuk menyakitiku."Marah? Tentu tidak. Hanya saja jangan lupakan adab. Benar jika kalian ini suami istri, tapi apakah pantas melakukan hal seperti itu di tempat terbuka begini?" sahutku santai. "Sayang dengar Abang. Tadi tidak sepert

    Last Updated : 2024-05-05

Latest chapter

  • Wanita Kedua Suamiku    12

    Sesampainya di rumah, aku langsung turun tanpa perlu berterima kasih pada Nazril. Kulihat mobil milik Bang Tama sudah berada di garasi. Tumben sekali, biasanya ia akan pulang setelah magrib."Assalamualaikum," salamku sebelum masuk rumah.Sepi sekali, kenapa tidak ada yang menjawab salamku? Ah, mungkin Abang sedang mandi. Kulanjutkan langkah menuju kamar utama. Eh tunggu, suara apa itu di dapur? Tanpa pikir panjang, kuarahkan kaki menuju dapur. Astaghfirullah ..."Abang!" teriakku, menghentikan adegan dewasa antara Mbak Raya dan suamiku itu."Adek, Dek ini ...." ujarnya tergagap."Jangan marah, bukan hanya kamu istrinya. Apa yang kamu lihat tadi bukankah hal yang biasa dilakukan sepasang suami istri?" sahut Mbak Raya yang aku tahu jika tujuannya adalah untuk menyakitiku."Marah? Tentu tidak. Hanya saja jangan lupakan adab. Benar jika kalian ini suami istri, tapi apakah pantas melakukan hal seperti itu di tempat terbuka begini?" sahutku santai. "Sayang dengar Abang. Tadi tidak sepert

  • Wanita Kedua Suamiku    11

    BYUUURTiba-tiba saja, Nia sudah ada di sampingku dan menyiram mbak Raya dengan minuman milik Andre yang memang belum tersentuh sama sekali."Hey, siapa kamu beraninya menyiramku?" tanya Mbak Raya ketus."Kamu yang siapa ... datang-datang kok bikin kacau!" sahut Nia tak kalah ketus."Kamu lihat wanita yang duduk di hadapanmu, dia itu istri kedua suamiku. Di rumah saja berlagak sebagai istri baik dan setia, ternyata dia tak lebih dari wanita murahan yang hobi selingkuh!" maki mbak Raya sembari menudingku."Oh jadi ini adalah wanita yang memaksa calon suami orang lain untuk menikahinya ... padahal dia tahu kalau lelaki yang ia paksa untuk menjadi suaminya akan menikah esok hari dengan wanita lain. Pantas sih, kelihatan sekali murahannya!" balas Nia membuat mbak Raya terdiam, entah karena marah atau malu."Nia, sudah. Tidak baik dilihat orang," ujarku mencoba melerai."Diam Wa, biarkan aku menyadarkan wanita tak tahu diri ini. Orang gak tau apa-apa tapi asal tuduh. Dengar ya mbak, apa ya

  • Wanita Kedua Suamiku    10

    BRAAK"Astaghfirullah ... Astaghfirullah,""Sorry, kaget!" ucap Nia."Kaget sih kaget, tapi ya gak gebrak meja juga kali ah," gerutu Rani."Ya maaf! Reflek aja gitu tadi. Oke balik lagi ke adek tercinta kita ini. Bagaimana bisa suami yang bucin abis sama istrinya itu menikah lagi?" tanya Nia."Aku adalah istri kedua Bang Tama," ucapku memulai cerita."Tunggu ... ini semua cuma kebohongan kamu aja kan Wa? Kira-kira dong kalau mau bohong! Istri kedua gimana coba ... jelas-jelas kita semua tau kalau saat kalian menikah statusnya adalah bujangan," sela Dani.Kutarik nafas sebelum melanjutkan cerita, aku pandangi satu persatu wajah sahabatku ini."Aku adalah istri kedua suamiku. Itu kenyataannya. Bukan aku yang dimadu melainkan aku yang menjadi madu. Hebat bukan? Selama ini aku hanya tahu jika akulah istri satu-satunya Bang Tama, nyatanya sebelum menikahiku ia telah menikahi wanita lain. Saat ini istri pertama suamiku tinggal bersama denganku," ceritaku pada mereka."Aku masih gak habis pi

  • Wanita Kedua Suamiku    9

    Setelah drama di ruang makan tadi pagi, kini aku sudah bersiap untuk pergi menemui teman-temanku. Dengan langkah santai, aku meninggalkan kamar, tak lupa sebelumnya aku kunci pintu kamarku itu.Di ruang keluarga tampak Mbak Raya tengah bersantai. Menikmati peran sebagai nyonya rumah rupanya. Rasanya ingin sekali mengganggu ketenangannya lagi, tapi ah sudahlah lebih baik aku segera pergi saja."Seharusnya wanita yang sudah menikah itu tidak nongkrong bersama teman-temannya. Harusnya wanita yang sudah menikah itu lebih banyak duduk diam menunggu suami pulang kerja. Katanya gak mau dimadu ...tapi ini, suami pergi kerja malah ikutan pergi juga. Giliran suami punya istri lain eh berlagak tersakiti," celetukan ringan dari Mbak Raya mengehentikan langkah kakiku. Oh rupanya dia mau berdebat lagi denganku. Gak bosen apa? Semenjak dia ada di rumah ini, hampir tak pernah kami lewatkan waktu tanpa perdebatan."Sorry, mbak Raya ngomong sama saya?" tanyaku pura-pura tak mengerti."Harusnya sih sada

  • Wanita Kedua Suamiku    8

    "Emh jadi bagaimana Mas? Dasinya aku yang ambil atau dek Zahwa saja?" pertanyaan yang meluncur dari mbak Raya membuat Bang Tama menjauh sedikit dariku. Tak mengapa, aku sudah cukup puas untuk saat ini."Ah itu, biar saya yang ambil. Tadi adek sudah jelaskan dimana letaknya. Ya sudah saya ambil dasi dulu ke kamar," pamit Bang Tama.Sekilas kulihat raut tak suka di wajah mbak Raya. Apa peduliku? Biarkan saja dia. Kembali sibuk dengan menu sarapan pagi ini, lagi lagi aku dikejutkan dengan perkataan kakak maduku itu."Dia juga suamiku kan dek, lantas kenapa hanya kamu yang mendapatkan kecupan itu?""Lah mana aku tahu mbak! Harusnya tadi mbak Raya bilang juga kalau mau dicium! Kalau aku sih, ya mau gimana ya mbak ... itu sudah jadi kebiasaan kami. Rasanya itu ada yang kurang kalau gak kecup keningku. Ah mbak nanti bakal tau kok kebiasaan kami jika berada di rumah. Aku harap mbak tidak kaget sih," sahutku tak peduli jika itu semakin membuatnya sakit hati.Tak lama kemudian, Bang Tama kembal

  • Wanita Kedua Suamiku    7

    Malam semakin larut, masih dengan hati yang remuk aku mencoba untuk memejamkan mata. Sekedar mengistirahatkan badan, walaupun kantuk tak kunjung menghampiri.Tak lama setelah aku memejamkan mata, pintu kamarku terbuka. Dapat aku pastikan jika itu adalah Bang Tama. Sengaja tidak mengunci pintu kamar, aku membiarkan lelaki yang masih menyandang status sebagai suamiku itu untuk masuk."Sayang, sudah tidur?" tanyanya setelah duduk di tepi ranjang kami. Dengan malas aku membuka mata, memandang wajah yang sedari dulu mampu membuatku terpesona."Menurut Abang, dalam kondisi saat ini bisakah aku tidur secepat itu?" sarkasku tak menyembunyikan sedikitpun amarahku padanya."Sayang, bisa kita bicara?" pintanya lirih."Apa yang akan kita bicarakan Bang? Tentang istri pertamamu atau tentang kehamilannya? Ah atau justru tentang hubungan kita?""Semua dek. Banyak hal yang ingin Abang bicarakan denganmu." sahutnya mantap."Untuk apa bang? Untuk apa bicara jika tak akan ada jalan keluarnya?""Menurut

  • Wanita Kedua Suamiku    6

    Ruang keluarga yang biasanya terasa hangat, malam ini begitu dingin. Tak ada canda tawa, yang terlihat hanya gurat marah dan kecewa."Panggil wanita itu!" perintah Papa."Untuk apa Pa?" pertanyaan aneh itu terlontar dari mulut Bang Tama."Panggil saja, tak usah banyak tanya!" sahut Papa tegas, terlihat jelas jika beliau tak ingin dibantah.Bang Tama pun ke kamar untuk memanggil Mbak Raya. Kini aku tengah menyiapkan hati. Apapun yang terjadi nanti, aku akan mempertahankan apa yang sudah aku miliki. Bagiku, sedari awal dia adalah milikku. Wanita itulah yang merebut suamiku."Assalamualaikum ..." salam dari Mbak Raya membuyarkan lamunanku. Kulihat dengan sopan ia berusaha untuk mencium tangan mama dan papa yang sayangnya ditolak secara halus oleh mertuaku itu. Wajah sendu tak dapat disembunyikan olehnya, tapi hal itu justru membuatku bahagia. Jahat? Biarlah."Duduk kamu!" perintah mama ketus.Setelah semuanya duduk, seperti biasa aku menyuguhkan teh sebagai teman mengobrol. Sayangnya mal

  • Wanita Kedua Suamiku    5

    "Assalamualaikum ... selamat malam,"Oh Allah ...Suara itu milik istri pertama suamiku. Ya Allah kenapa sekarang? Kulihat wajah Bang Tama semakin merah. Aku yakin saat ini ia tengah emosi. Jadi permintaanku tidak dituruti oleh kakak maduku ini rupanya. Niat sekali ia menghancurkan hari istimewaku. Baiklah Zahwa, suka tidak suka kamu harus mengenalkannya malam ini."Waalaikumsalam, eh ada tamu rupanya. Tapi kok dari kamar?" sahut dan tanya Mama membuatku menelan ludah. Hey kemana keberanianku tadi. Ayolah Zahwa cukup kenalkan namanya dan statusnya di rumah ini. Untuk selanjutnya biarkan takdir yang berbicara."Emh ... Mama ... Papa ... Ayah ... dan kedua kakak tampanku. Perkenalkan dia ... " oh Allah lidahku kelu untuk menyebut nama dan statusnya. Hatiku perih untuk mengakuinya. Aku menunduk untuk menyembunyikan setetes air mata yang tiba-tiba saja luruh."Saya Naraya ... istri pertama Mas Satria," ucapnya lugas memotong perkataanku.Takut-takut kuangkat kepala, dan kini terlihat eksp

  • Wanita Kedua Suamiku    4

    Setelah mengatur degup jantungku agar normal kembali, aku melangkahkan kaki menuju ruang keluarga dimana semua tengah berkumpul. Melihat keluargaku bercanda ria, rasanya tak tega jika harus mengungkapkan kebenaran menyakitkan ini. Ya Allah bantu hambamu agar tetap kuat menjalani takdir yang telah engkau rancang untukku.***"Sayang, kok melamun," teguran dari mama mertua membuatku tersadar. Aku hanya bisa tersenyum, memaksakan senyum lebih tepatnya. Sedari dulu aku memang tak pandai menyembunyikan perasaanku. Kalau kata kak Nando aku ini bagaikan buku cerita yang terbuka, mudah sekali untuk dibaca."Mana suamimu Nak?" tanya Papa yang mungkin saja heran karena biasanya aku dan Bang Tama memang tak bisa berjauhan."Abang ke kamar sebentar Pa, ada urusan pekerjaan yang harus dia selesaikan," sahutku asal."Anak itu gimana sih, kerjaan terus yang diurus. Ini kan hari spesial buat dia sama Zahwa kok bisa-bisanya malah kerja. Lagian apa masih kurang waktu kunjungan keluar kotanya itu," omel

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status