Home / Romansa / Wanita Kedua Pilihan Presdir / Pakaian Untuk Bulan Madu

Share

Pakaian Untuk Bulan Madu

Author: Arrana
last update Last Updated: 2024-04-03 21:22:48

"Aku akan segera pulang. Tunggu sebentar lagi."

Hanya itu yang diucapkan Kelvin beberapa hari lalu dalam sambungan telepon rumah. Tapi sudah berhari-hari setelahnya, pria itu masih tak kunjung menunjukkan keberadaannya.

Riana mulai jenuh dan kesepian. Tidak banyak hal yang bisa ia lakukan selain tiduran, makan atau menonton tv. Sesekali ia membaca buku di ruang kerja Kelvin setelah diizinkn sebelumnya.

Kadang di pagi atau sore hari Riana berjalan-jalan di sekitar villa yang sangat luas tersebut.

Beberapa area villa ditumbuhi dengan berbagai jenis bunga. Ada juga kebun sayur serta buah-buahan yang dikelola oleh pekerja khusus karena memang sengaja ditanam untuk dikonsumsi.

Seperti pagi menjelang siang ini, Riana mengamati para pekerja yang sedang mengganti tanah dan pupuk di dalam pot-pot besar lalu memetik beberapa jenis buah.

Ada buah strowberry putih yang bentuknya besar. Riana kira buah tersebut belum matang karena warnanya yang masih putih.

"Kenapa belum matang sudah dipetik?" gumamnya di samping Bibi kepala pelayan.

"Strowberry itu warnanya memang putih, Nyonya. Buah itu kesukan mendiang Nyonya besar. Mendiang Tuan besar menanamnya khusus setelah mereka pindah ke rumah ini. Bibitnya dibawa langsung dari luar negeri," terang kepala pelayan.

Riana merasa kagum dan hanya bisa ber'oh saja mendengar penjelasan kepala pelayan.

"Apakah buahnya manis, Bi?"

"Tentu saja. Nyonya mau coba?"

"Bolehkah?"

Meski sudah berstatus sebagai Nyonya dari pemilik rumah yang ditinggalinya saat ini, namun Riana masih nampak sungkan pada orang-orang yang bekerja atau keluar masuk villa dan berpapasan dengannya.

Kepala pelayan lantas meminta buah yang sedang dipanen tersebut lalu memberikan sebanyak dua buah pada Riana.

Riana celingukan. Mencari air seraya mencuci buah strowberry putih tersebut lebih dulu.

"Buah dan sayur yang ditanam di rumah ini menggunakan bahan dan pupuk organik, Nyonya. Jadi, Nyonya bisa langsung memakannya," terang kepala pelayan seolah bisa membaca pikiran Riana.

Riana yang ragu lantas menggigit ujung buah itu sedikit. Barulah setelah yakin dengan rasanya, kedua buah di tangannya langsung habis dalam sekejap. Bahkan Riana ingin mencicipinya lagi namun sungkan untuk meminta.

Kepala pelayan diam-diam tersenyum tipis melihat tingkah Nyonya barunya tersebut. Riana yang lugu dan penurut, sungguh berbeda dengan wanita yang pernah dilihatnya datang ke rumah ini.

"Ayo kita masuk, Nyonya. Sebentar lagi akan ada tamu yang menemui anda."

Riana kaget. "Tamu untukku?"

Kepala pelayan mengangguk dan mengamati ekspesi majikannya yang terlihat bingung.

Jelas saja Riana bingung. Ia datang ke rumah ini tanpa membawa apapun atau memberitahu siapapun sebelumnya.

Bahkan setelah malam kejadian naas itu, Riana tidak pernah kembali ke kosannya. Semua sudah diurus oleh Kelvin.

Tak ada satu barangpun yang ia bawa dari tempat kosnya. Semua sudah disiapkan Kelvin di dalam rumah bahkan sebelum Riana menyadarinya. Riana hanya perlu meminta jika ia menginginkan yang lain.

Tapi kali ini justru ada tamu yang ingin bertemu dengannya. Artinya orang itu tahu Riana tinggal di sini sekarang. Bagaimana bisa? Batin Riana bertanya-tanya.

Riana yang sedang melamunkan pertanyaan tersebut dikagetkan ketika mendengar suara mobil masuk ke dalam pekarangan villa.

"Apa itu Mas Kelvin?"

"Bukan. Itu tamu yang akan bertemu dengan Nyonya."

Riana merasa sedih. Namun rasa sedihnya terkalahkan oleh rasa penasaran ketika melihat orang-orang yang keluar dari mobil berjenis van besar itu membawa banyak barang dan koper-koper besar.

"Mereka siapa, Bi?"

"Mari kita ke dalam," alih-alih sang kepala pelayan menjelaskan.

Tamu-tamu itu terlihat sibuk mengeluarkan barang-barang yang mereka bawa.

Ada pakaian yang digantung dengan hanger, sepatu dan box-box bagus, aksesoris seperti clucth dan dompet bahkan kain yang bertumpuk-tumpuk. Mereka nampak seperti akan melangsungkan bazar.

Riana yang sedang memperhatikan semuanya lantas dikagetkan oleh seorang wanita cantik yang menanggalkan kacamata hitamnya di atas kepala dan menghampiri.

“Senang bertemu dengan anda, Nyonya Riana.”

“Apa kita pernah bertemu?” tanya Riana ragu sambil membalas jabat tangan wanita dengan pakaian yang sangat modis tersebut.

“Tidak. Ini pertama kalinya kita bertemu.”

Riana yang bingung hanya menatap kepla pelayan. Kepala pelayan langsung menjelaskan siapa mereka semua.

“Benar. Saya perancang yang ditugaskan tuan Kelvin untuk datang menemui Nyonya.”

Riana akhirnya paham. Tapi untuk apa mereka menemuinya? Batin Riana seolah kembali bisa ditebak oleh kepala pelayan.

“Tuan akan mengajak Nyonya pada perayaana penting. Perancang busana ini yang akan memilihkan gaun beserta aksesoris yang cocok untuk Nyonya kenakan nanti.”

“Tapi pakaianku di lemari saja banyak sekali, Bi.”

Kepala pelayan tersenyum begitu pula sang perancang.

Tanpa menjelaskan detailnya, perancang menadahkan tangannya pada salah satu asistennya seraya meminta untuk diambilkan meteran pengukur.

“Boleh saya langsung mengukur saja?”

Riana hanya mengangguk. Ia mengikuti arah sang perancang hingga selesai.

“Nah, ini desain yang sudah saya buatkan untuk Nyonya. Silakan pilih yang Nyonya suka.”

Riana mengusap luar telinganya berulang kali.

“Tidak apa, Nyonya. Pilih saja. Tuan Kelvin yang memerintahkan.” Lagi-lagi kepala pelayan meyakinkan.

Riana menghela napas lalu mulai menggeser-geser layar tablet yang diberikan si perancang hingga ia menemukan satu rancangan yang disukai dan menurutnya pantas untuk ia kenakana di antara rancangan yang lain. Sederhana dan tidak banyak aksen yang membuat gaun tersebut terlihat mencolok mewahnya.

“Pilihan anda memang berkelas. Ini desain yang sangat cocok untuk anda kenakan Nyonya,” puji sang perancang.

Mereka lantas berdiskusi tentang warna kain dan aksesoris yang akan dikenakan sebagai penunjang.

Riana mencoba satu persatu sepatu yang dipilihkan perancang dan sudah dicocokkan dengan warna gaun yang disepakati sebelumnya. Begitu pula dengan aksesoris lainnya.

Perancang kembali memberikan tabletnya agar Riana bebas melihat dan memilih perhiasan yang diinginkannya melalu katalog online yang sudah diakses.

Namun bukan itu yang membuat Riana lagi-lagi ragu memilih, harga perhiasan-perhiasan dalam katalog online tersebut dibandrol hingga ratusan dollar.

Riana bahkan belum pernah membeli perhiasana sama sekali meski dulu ia pernah bekerja.

Uang tabungannya saja ia pinjamkan pada teman yang justru menghianatinya dengan berhutang dan menggunakan identitasnya.

Karena itu Riana mendapat teror dan akhirnya dikejar-kejar debt collector hingga kehilangan pekerjaannya.

“Mahal sekali. Apa tidak masalah?”

Perancang tersenyum, “Tuan Kelvin tentu ingin memilihkan yang terbaik untuk istrinya.”

Riana menggaruk alisnya bingung. Bahkan satu set perhiasan yang ia lihat di urutan pertama katalog online tersebut saja harganya hampir mencapai seribu dollar.

Sungguh, Riana merasa tak sanggup bahkan sekedar berhayal untuk membelinya saja.

Namun lagi-lagi ia diingatkan kalau semua ini adalah perintah Kelvin. Karena itu Riana patuh dan meminta saran perancang untuk memilihkan yang cocok dengan gaun yang akan ia kenakan nanti.

Kepalanya pusing sekali. Bahkan untuk memilih pakaian dan aksesorisnya saja ternyata mereka sudah berbincang dan berdiskusi hingga dua jam lamanya.

“Nah, sekarang Nyonya silakan pilih pakaian yang sudah kami sediakan.”

Riana menghela napas pelan. Ia kira semuanya sudah selesai. Ternyata masih ada hal yang harus ia lakukan.

Riana tidak tahu untuk apa ia harus memilih pakaian-pakaian yang ditunjukkan di hadapannya saat ini.

Padahal pakaian di lemarinya saja sudah sangat banyak. Sementara Riana hanya menggunakannya untuk di rumah saja.

“Pilihlah yang Nyonya suka dan menurut Nyonya nyaman untuk dikenakan saat berjalan-jalan. Tuan akan mengajak Nyonya pergi berbulan madu,” bisik kepala pelayan membuat hati Riana seketika menjadi gembira.

Related chapters

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Segera Hamil

    Riana kembali ke kamar usai tamu yang menemuinya pulang. Padahal ia hanya diminta untuk memilih pakaian-pakaian yang sudah disediakan namun entah kenapa rasanya melelahkan sekali. Membuat Riana seketika langsung tertidur nyenyak usai makan siang hingga sore hari. Ia sempat bermimpi jika Kelvin pulang ke rumah mereka. Namun Riana yang bangun harus menelan rasa kecewa karena semua ternyata hanya mimpi di siang bolong. "Padahal aku merasa Mas Kelvin ada di sini," gumanya lantas menatap foto pernikahan yang dipajang di dinding di belakang tv besar di kamar mereka. Dua hari yang lalu beberapa orang mengantar foto tersebut ke rumah. Dan Riana langsung meminta untuk di pasang menghadap tempat tidur. Agar setiap ia bangun ia bisa melihat wajah Kelvin yang sudah seminggu ini sangat ia rindukan. "Kamu pergi ke mana sebenarnya, Mas?" lirih Riana lalu menghembuskan napas begitu berat. Rindu yang menggelegak dengan segudang pertanyaan di kepalanya seolah membuat Riana kesulitan bernapas. Di t

    Last Updated : 2024-04-06
  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Aku Mencintaimu

    Riana terbangun dengan rasa pegal dan lelah yang mendera tubuhnya. Sudah lelah dan pegal, sulit pula ia bergerak karena Kelvin memeluknya seperti memeluk guling. Namun senyum bahagia tersungging di wajah Riana begitu melihat wajah pria yang ia rindukan akhirnya bisa ia tatap saat bangun tidur. "Mas, bangun!" Kelvin hanya bergumam tanpa sedikitpun mengulurkan pelukan. Pria itu malah semakin erat memeluk Riana yang merasa semakin kesulitan bergerak. "Mas bangun! Aku lapar," rajuknya membuat Kelvin akhirnya membuka mata. "Lapar?" Riana mengangguk. Kelvin lantas mengulur pelukan, membiarkan Riana bangun dan mandi. Ia sendiri pergi ke luar dan mengecek apakah sarapan sudah tersedia. Setelahnya Kelvin ke ruang kerja dan membuka laptop. Mengecek pekerjaan dari beberapa email yang masuk hingga Riana yang sudah selesai mandi mengetuk ruangannya. "Mas, aku boleh masuk?" "Masuklah!" Riana tersenyum sambil menghampiri meja Kelvin. "Ada apa?" "Sarapan sudah siap. Mas mau sarapan sekaran

    Last Updated : 2024-04-08
  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Digigit Ular

    Kepala pelayan datang bersama pengawal yang hendak menjemput Riana. Ia pun mengikuti setiap arahan yang diberikan anak buah Kelvin padanya. Kelvin memang mengatakan kalau mereka akan menginap di resort, di sebuah private island yang tak pernah Riana bayangkan sebelumnya. "Indah sekali pantainya," ujar Riana begitu turun dari yact dan kakinya menyentuh air pantai. "Mari, Nyonya." Riana lantas naik ke dalam mobil dengan wajah bersinar penuh kebahagian. Senyumnya semakin merekah ketika akhirnya ia tiba di sebuah resort yang berada di perbukitan pulau tersebut. Petugas resort menyambut dan memberikan welcome drink sebelum mengantar Riana dan orang-orang Kelvin menuju villa yang sudah dipesan. "Kamar bibi di mana?" "Tidak jauh dari villa ini, Nyonya." Riana mengangguk paham. "Jika nyonya memerlukan sesuatu, hubungi saja nomor saya," ujar kepala pelayan rumah Kelvin. Ada kolam renang di area belakang villa yang terhubung ke kamarnya. Membuat Riana memilih untuk berenang seraya menye

    Last Updated : 2024-05-03
  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Berdamai

    Riana terbangun. Tangan yang terluka akibat bisa ular yang menggigitnya masih terasa perih namun sudah lebih baik.Ia lantas meraih ponsel di atas nakas lalu mengamati ruang rawatnya. Tidak ada siapa-siapa di dalam kamarnya. Bahkan kepala pelayan yang biasanya menemani pun entah di mana keberadaannya. Riana pun melanjutkan tidur.Tak lama Kelvin masuk ke dalam kamar dan menghampiri Riana. Dilihatnya lamat-lamat wajah perempuan yang sudah ia nikahi beberapa minggu ini dengan tatapan yang tak terjemahkan.Ia lantas membetulkan selimut Riana sebelum berpindah ke sofa bed dan menanggalkan jasnya sembarang. Kelvin pun memejamkan mata.Namun pagi ketika Riana bangun, Kelvin sudah rapih dengan pakaian casualnya. Mereka saling tatap tanpa kata untuk beberapa jenak hingga perawat masuk untuk memeriksa kondisi Riana dan mengganti infusnya."Kapan datang?""Saat kamu masih tidur," jawab Kelvin ditanggapi gumamam oleh Riana. "Bagaimana keadaanmu?""Aku baik-baik saja."Ada aura dingin di antara o

    Last Updated : 2024-05-06
  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Laporan

    Setelah hari itu, hubungan Riana dan Kelvin membaik. Meski Kelvin masih saja sering pergi tanpa mengatakan tujuan atau urusannya, namun Riana mencoba memahami kesibukan pria itu karena Kelvin selalu pulang ke rumah setiap hari. Kalaupun Kelvin tidak pulang, pria itu akan mengabarinya. Membuat Riana tak cemas dan galau karena menunggu kepulangannya. Ada banyak pertanyaan yang ingin Riana tanyakan sebenarnya. Pasalnya meski sudah menikah hampir satu bulan lamanya, Riana masih merasa banyak yang tak ia ketahui tentang Kelvin. Terutama tentang keluarganya, tentang kenapa keluarganya belum mengetahui pernikahan mereka. Bahkan Riana berpikir kalau ia hanya dijadikan simpanan oleh Kelvin. Tapi mereka jelas-jelas menikah secara resmi dan dicatat oleh negara. Riana bahkan memegang buku dan akte nikah mereka. Dan ia sudah memastikan kalau dokumen tersebut asli, yang mana artinya Kelvin belum pernah menikah dengan wanita manapun. Riana mendesah pelan. Ia berganti pakaian lantas memilih perg

    Last Updated : 2024-05-07
  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Kegaduhan Malam

    "Bawa mereka ke hadapanku sekarang juga!" "Baik, Tuan." Kelvin mematikan telepon lalu pergi mengemudikan mobilnya seorang diri hingga tiba di sebuah rumah dengan gerbang yang tinggi. Kelvin lantas memarkirkan mobil tepat di depan rumah yang berada di dalam gerbang tersebut. Beberapa orang pria berbadan tinggi tegap tengah berdiri menunggu kedatangannya. Kelvin lalu duduk di sebuah kursi yang sudah di sediakan. Empat ekor anjing terlihat sedang menyerang dua orang wanita dan satu orang pria. Ketiganya adalah pelaku yang sudah mencopet dompet dan ponsel serta pengunjung toko pakaian yang sudah mempermalukan Riana tadi saing. Kelvin lalu duduk di kursi yang sudah disediakan, mengambil rokok yang diberikan orang-orangnya lalu menyesap beberapa kali sambil memperhatikan ketiga orang yang sedang menjerit-jerit minta tolong. "Mereka belum mau mengaku?" "Belum, Bos. Sepertinya mereka dibayar cukup mahal untuk tutup mulut," ucap pria yang berdiri dekat di samping Kelvin. "Bawa mereka k

    Last Updated : 2024-05-09
  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Hampir Saja

    Kelvin membaca berita keesokan paginya. Namun tak ditemukan berita yang menghebohkan sama sekali tentang mayat pencopet yang dihabisi orang-orangnya semalam."Oh, ya, Mas." Kelvin menghentikan kegiatannya, menatap Riana yang bicara padanya sambil mengoleskan selai pada roti. "Aku dapat pesan kalau gaun yang dijahit sudah selesai.""Kapan diantar?""Aku mengatakan akan mengambilnya sendiri." Riana meletakan roti yang sudah diolesi selai di atas piring dan meletakkannya ke hadapan Kelvin. "Boleh aku pergi ke sana?""Kenapa tidak minta diantar?" Satu suapan masuk ke mulutnya."Biar sekalian dibetulkan kalau longgar atau kesempitan."Kelvin mengangguk. "Jangan pergi tanpa pengawal.""Iya, Mas." Riana patuh. "Mas pulang kantor jam berapa nanti?""Seperti Biasa."Mereka sarapan bersama lalu Riana mengantar Kelvin sampai naik ke mobilnya.Sepeninggalan Kelvin, Riana menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan untuk pergi ke butik.Sampai di butik yang baru saja buka, Riana langsung dipersilakan

    Last Updated : 2024-05-11
  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Menghindar

    Riana sudah diperbolehkan pulang hari itu juga. Ia tidak ingin berlama-lama di rumah sakit. Dan Kelvin pun merasa Riana akan lebih aman bersamanya.Namun sebelum mereka sampai ke rumah, Kelvin mendapat pesan kalau ia harus makan malam bersama sang kakek yang sudah dijadwalkan di sebuah hotel bintang lima.Kelvin ingin memberitahu Riana kalau ia harus pergi, namun melihat Riana yang sedang menyiapkan bahan masakan untuk makan malam mereka, Kelvin hanya berdiri diam sambil menatap punggung Riana."Mas, ngapain di situ?" tanya Riana lalu menghampiri."Saya harus pergi. Tidak apa kalau makan malamnya terlambat?" Kelvin akan berusaha pulang lebih awal."Mas mau ke mana?""Ada klien yang harus kutemui."Riana membuang napas panjang. "Tidak apa. Aku akan menunggu, Mas.""Kalau lapar, makan duluan saja. Kamu harus minum obat." Kelvin berkata sambil memainkan anak rambut Riana yang sedikit berantakan."Nggak. Aku mau menunggu, Mas."Akhir-akhir ini Riana memang lebih manja dan lebih berani men

    Last Updated : 2024-05-12

Latest chapter

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Janji Ayahku

    Kelvin menemui seseorang. Ia meminta orang tersebut untuk melakukan sesuatu. dan untuk hal tersebut Kelvin membayarnya cukup mahal."Ini data-datanya. Cari di mana keberadaan orang tersebut. Dan jika sudah bertemu, amankan sampai waktunya harus muncul.""Baik, Tuan."Kelvin mengangguk lalu pergi meninggalkan tempat pertemuan tersebut untuk menuju tempat yang lain.Namun di tengah perjalanan, ia melihat toko bunga yang sedang memajang rangkaian bunga yang sangat cantik.Kelvin teringat ayahnya yang sering memberikan bunga untuk ibunya. Ia lalu terpikirkan Riana. Berhenti lantas membelinya untuk dibawa pulang.Sayangnya karena Kelvin harus menemui kakeknya dan bertemu dengan Angela, ia terjebak dalam sebuah hal yang tak diinginkan.Angela sengaja menyewa wartawan. Membuat berita baru tentang hubungannya dan Kelvin sehingga berita tersebut menyebar cepat. Membuat Riana tahu kalau suaminya tersebut sudah memiliki tunangan."Jadi, aku adalah perebut laki-laki orang?" gumam Riana menitikkan

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Bau Gosong

    Sepnjang perjalanan menuju rumah, Riana terus memikirkan tentang percakapannya dengan Reihan atau Gara. Ia lalu teringat akan keberadaan Renata di tempat David. "Tapi Mas Kelvin pasti tidak akan mengijinkanku menemui Renata," gumamnya lalu menatap ke samping.Mobil sedang berhenti di lampu merah. Riana menatap sekitar. Menemukan beberapa sosok anak yang sedang menjual tisu atau mereka yang sedang ngamen dengan alat musik buatan seadanya.Senyum terukir manis di wajahnya. Riana lalu menatap dan mengusap perutnya yang masih rata. Sambil bergumam seraya mengutarakan harapannya terhadap sang jabang bayi."Ada apa itu?" Riana ikut menoleh ketika sang supir mengatakannya."Ada apa memangnya, Pak?""Itu, Nyonya. Ada pria yang ditarik paksa.""Iya, benar. Kenapa nggak ada yang membantu?"Semua hanya diam. Begitupun pengawal yang duduk di samping supir."Sebaiknya kita tolong, Pak." Pengawal tak bergeming. "Pak!""Maaf Nyonya. Tapi tugas saya hanya mengawal dan melindungi Nyonya."Bukan Riana

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Cinta Yang Tak Tersampaikan

    Kretek...Suara tulang belulang yang dipatahkan terdengar begitu kentara. Sang penonton hanya melihat tanpa ekspresi apalagi bersuara."Ah, ampun! Tolong jangan bunuh saya."Seorang pria nampak berlutut sambil memohon agar tangannya dilepaskan. Tidak ada luka pasti yang nampak di sekitar tubuhnya. Hanya saja, kaki dan kedua tangannya kini terasa sangat sakit dan tak berdaya.Hal tersebut tergambar jelas di wajah pria yang beberapa jam lalu tersebut sudah melecehkan Riana di toilet kafe."Ini peringatan pertama dan terakhir," ucap seorang dengan tato yang nampak memenuhi leher hingga telinganya.Jeda keheningan, hanya ada suara napas yang menghela panjang dan berat. Kelvin mematikan ponsel. Menyudahi tontonan video yang dikirim suruhannya.Meski tak seberapa. Namun ia merasa puas karena orang yang sudah mengganggu Riana mendapatkan balasannya.Kelvin meregangkan keduanya tangannya ke atas sebelum kembali ke kamar dan melanjutkan tidur yang terjeda karena rasa penasaran.Paginya...Rian

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Beri Pelajaran!

    "Dari mana kalian?!"Langkah Riana dan Gabriella terhenti.Sial sekali memang. Kelvin ternyata pulang lebih awal. Pria itu terlihat sedikit pucat dan kelelahan."Kami habis belanja, Mas.""Iya. Kami tadi belanja ke supermarket. Tuh belanjaannya!" unjuk Gabriella kepada satpam dan pelayan pria yang sedang menjinjing belanjaan."Bibi bilang kalian pergi sebelum makan siang.""Iya. Tadi kami–""Kami mampir ke kafe untuk makan siang dan mengobrol." Gabriella menyela lebih dulu.Selain karena merasa bersalah lupa memberi kabar pada Kelvin, wajah sang sepupu yang terlihat suram membuatnya enggan membuat masalah.Tapi...Masa, sih? Apa Riana ngidam nongkrong di kafe? Batin Kelvin.Satu alis Kelvin yang menanjak ke atas menggambarkan pertanyaan yang enggan ditanyakannya tersebut."Kenapa tidak izin?" Alih-alih, Kelvin malah mengintrogerasi Riana dengan tatapan yang membuat wanita itu menunduk."Saya sudah bilang kalau kamu–""Maaf, Mas. Aku salah."Hah... Riana menangis lagi. Dan itu membua

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Sial!

    Berbelanja itu seharusnya menjadi momen menyenangkan bagi kebanyakan wanita. Termasuk berbelanja kebutuhan rumah tangga. Hanya saja karena insiden yang terjadi sebelumnya mood Riana jadi berubah drastis. "Ri, kita nongkrong di cafe, yuk?"Perubahan mood yang nampak jelas di wajah Riana membuat Gabriella berinisiatif mengajaknya pergi lagi daripada pulang ke rumah.Dan lagi, sudah lama sekali Gabriella tidak nongkrong-nongkrong cantik di cafe. Apalagi ia juga berencana mengajak temannya untuk bertemu.Siapa tahu bukan, Riana jadi bisa terhibur dan melupakan kejadian buruk yang menimpanya di supermarket tadi."Aku izin mas Kelvin dulu, ya."Gabriella langsung merampas ponsel Riana."Loh, aku mau chat Mas Kelvin.""Nggak usah. Nanti aku yang laporan saja. Kalau kamu minta izin sekarang, pasti nggak dibolehkan."Riana terdiam. Gabriella ada benarnya. Meski dalam hati ia tetap merasa takut jika tidak menghubungi Kelvin dan meminta izin."Ya sudah. Tapi jangan sampai sore, ya. Aku harus mas

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Orang Gila

    Riana terbangun dini hari karena perut yang bergejolak. Kelvin yang sedang memeluk Riana tentu saja langsung terbangun dan mengikuti istrinya ke kamar mandi.Tangannya dengan peka memijat tengkuk leher Riana. Sesekali juga mengusap pungungnya, menyalurkan kenyaman untuk sang istr yang terlihat kesusahan.Kelvin juga menggendong Riana hingga kembali ke ranjang karena tubuh Riana yang lemas setelah muntah-muntah.Aneh memang.Riana selalu muntah di waktu dini hari sementara ketika pagi hingga petang, perempuan itu malah terlihat sehat bugar bahkan selalu bersemangat setiap melakukan hal yang disukainya beberapa waktu ini, berkebun."Sepertinya anak ini ingin menjadi petani."Riana terkekeh setelah meminum obat mual yang diberikan dokter bersama segelas teh manis yang dibuatkan bibi kepala pelayan."Boleh?""Hmm?" Kelvin mengerutkan kening."Boleh tidak kalau dia nanti jadi petani?"Kelvin tak langsung menjawab setelah mengendiikan bahunya. "Mas?""Tidak masalah. Tapi dia harus jadi peta

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Harta Turunan

    Gabriella memilih pulang ke rumah Riana. Ia menolak dibawa ke rumah sakit karena memiliki pengalaman buruk yang berkaitan dengan rumah sakit. Riana pun langsung mengobati luka-luka di tubuh Gabriella."Kenapa bisa jatuh?"Bukannya menjelaskan Gabriella malah membuka ponsel dan menunjukkan foto yang ia dapatkan setelah kecelakaan yang menimpanya.Riana melotot, "Dari mana kamu dapat foto ini?"Barulah Gabriella pun menjelaskan kronologis kecelakaan yang dialaminya hingga bagaiaman ia bisa mendapatkan foto tersebut."Ini foto mama dan aku sebelum mama meninggal."Gabriella tak kalah kaget. "Hah? Kamu serius?" Riana mengangguk. "Kok bisa? Jangan-jangan, yang tadi itu benar papa kamu Riana.""Papa?""Iya, dia terus memanggil nama kamu dan mengatakan kalau kamu itu anaknya.""Lalu dibawa ke mana orang itu?""Tadi ada ambulance dinas sosial yang menjemput. Sepertnya dibawa ke sana.""Aku harus ke sana.""Aku antar."Gabriella memanggil bibi kepala pelayan dan pengawal. Namun belum mereka p

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Baso Ayam

    Riana terlihat jauh lebih bersemangat setelah mengetahui kalau dirinya hamil. Hanya saja, ada satu hal yang membuatnya sedikit malu. Hasrat bercintanya sering kali tak terbendung ketika melihat Kelvin baru saja pulang kerja.Riana merasa aroma tubuh Kelvin yang bercampur dengan aroma parfum membuat desir dalam darahnya seolah bergejolak.Namun ia ingat perkataan Kelvin setelah mereka pulang dari dokter kandungan untuk pertama kalinya waktu itu."Aku harus bisa menahan diri," gumamnya di dalam kamar.Ia lalu memutuskan mandi sebelum menyiapkan makan malam untuk Kelvin yang akan pulang sedikit terlambat hari ini.Hanya saja Riana tiba-tiba menerima telepon dari seseorang yang mengabarkan kalau Kelvin mengalami kecelakaan.Panik dan hampir saja pergi, untunglah bibi kepala pelayan yang mencegah berhasil meyakinkan Riana.Sayangnya ponsel Kelvin yang mati membuat Riana semakin panik. Bibi kepala pelayan pun menyarankan Riana untuk menghubungi Gabriella atau David. "Iya, Riana?""Gabriell

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Terlalu Banyak Menonton Drama

    Kata-kata yang Riana ucapkan berhasil membuat Kelvin mengetatkan rahang. Gabriella mencoba menenangkannya."Bicaranya di rumah saja. Di sini bisa jadi tontonan. Tidak baik untuk Riana juga, Kak."Kelvin mengalah lalu pulanglah mereka bertiga. Kelvin langsung mengajak Riana ke kamar. Tapi perempuan itu menolak.Ia malah menangis kencang seperti anak kecil yang tantrum. Membuat Kelvin jadi pusing."Kak, sabar. Riana sedang terpengaruh hormon kehamilan."Gabriella menceritakan apa yang terjadi sebelum Riana pingsan. Tentang tingkah juga sikap Riana yang aneh sehingga mengerucutkan kesimpulan kalau Riana memang sedang terpengaruh hormon kehamilan."Ini semua gara-gara kamu yang keceplosan."Gabriella mengerucutkan bibir. "Ya, maaf. Aku reflek," belanya."Sekarang bagaimana menjelaskan semua ini pada Riana kalau tingkahnya saja seperti itu.""Lho, kan kamu suaminya, Kak. Ya kamu dong yang harus menenangkannya. Apa perlu aku panggil Kak David untuk membantu?" Dan pelototan Kelvin berhasil

DMCA.com Protection Status