Share

Laporan

Penulis: Arrana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah hari itu, hubungan Riana dan Kelvin membaik. Meski Kelvin masih saja sering pergi tanpa mengatakan tujuan atau urusannya, namun Riana mencoba memahami kesibukan pria itu karena Kelvin selalu pulang ke rumah setiap hari.

Kalaupun Kelvin tidak pulang, pria itu akan mengabarinya. Membuat Riana tak cemas dan galau karena menunggu kepulangannya.

Ada banyak pertanyaan yang ingin Riana tanyakan sebenarnya. Pasalnya meski sudah menikah hampir satu bulan lamanya, Riana masih merasa banyak yang tak ia ketahui tentang Kelvin.

Terutama tentang keluarganya, tentang kenapa keluarganya belum mengetahui pernikahan mereka. Bahkan Riana berpikir kalau ia hanya dijadikan simpanan oleh Kelvin.

Tapi mereka jelas-jelas menikah secara resmi dan dicatat oleh negara. Riana bahkan memegang buku dan akte nikah mereka. Dan ia sudah memastikan kalau dokumen tersebut asli, yang mana artinya Kelvin belum pernah menikah dengan wanita manapun.

Riana mendesah pelan. Ia berganti pakaian lantas memilih perg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Kegaduhan Malam

    "Bawa mereka ke hadapanku sekarang juga!" "Baik, Tuan." Kelvin mematikan telepon lalu pergi mengemudikan mobilnya seorang diri hingga tiba di sebuah rumah dengan gerbang yang tinggi. Kelvin lantas memarkirkan mobil tepat di depan rumah yang berada di dalam gerbang tersebut. Beberapa orang pria berbadan tinggi tegap tengah berdiri menunggu kedatangannya. Kelvin lalu duduk di sebuah kursi yang sudah di sediakan. Empat ekor anjing terlihat sedang menyerang dua orang wanita dan satu orang pria. Ketiganya adalah pelaku yang sudah mencopet dompet dan ponsel serta pengunjung toko pakaian yang sudah mempermalukan Riana tadi saing. Kelvin lalu duduk di kursi yang sudah disediakan, mengambil rokok yang diberikan orang-orangnya lalu menyesap beberapa kali sambil memperhatikan ketiga orang yang sedang menjerit-jerit minta tolong. "Mereka belum mau mengaku?" "Belum, Bos. Sepertinya mereka dibayar cukup mahal untuk tutup mulut," ucap pria yang berdiri dekat di samping Kelvin. "Bawa mereka k

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Hampir Saja

    Kelvin membaca berita keesokan paginya. Namun tak ditemukan berita yang menghebohkan sama sekali tentang mayat pencopet yang dihabisi orang-orangnya semalam."Oh, ya, Mas." Kelvin menghentikan kegiatannya, menatap Riana yang bicara padanya sambil mengoleskan selai pada roti. "Aku dapat pesan kalau gaun yang dijahit sudah selesai.""Kapan diantar?""Aku mengatakan akan mengambilnya sendiri." Riana meletakan roti yang sudah diolesi selai di atas piring dan meletakkannya ke hadapan Kelvin. "Boleh aku pergi ke sana?""Kenapa tidak minta diantar?" Satu suapan masuk ke mulutnya."Biar sekalian dibetulkan kalau longgar atau kesempitan."Kelvin mengangguk. "Jangan pergi tanpa pengawal.""Iya, Mas." Riana patuh. "Mas pulang kantor jam berapa nanti?""Seperti Biasa."Mereka sarapan bersama lalu Riana mengantar Kelvin sampai naik ke mobilnya.Sepeninggalan Kelvin, Riana menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan untuk pergi ke butik.Sampai di butik yang baru saja buka, Riana langsung dipersilakan

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Menghindar

    Riana sudah diperbolehkan pulang hari itu juga. Ia tidak ingin berlama-lama di rumah sakit. Dan Kelvin pun merasa Riana akan lebih aman bersamanya.Namun sebelum mereka sampai ke rumah, Kelvin mendapat pesan kalau ia harus makan malam bersama sang kakek yang sudah dijadwalkan di sebuah hotel bintang lima.Kelvin ingin memberitahu Riana kalau ia harus pergi, namun melihat Riana yang sedang menyiapkan bahan masakan untuk makan malam mereka, Kelvin hanya berdiri diam sambil menatap punggung Riana."Mas, ngapain di situ?" tanya Riana lalu menghampiri."Saya harus pergi. Tidak apa kalau makan malamnya terlambat?" Kelvin akan berusaha pulang lebih awal."Mas mau ke mana?""Ada klien yang harus kutemui."Riana membuang napas panjang. "Tidak apa. Aku akan menunggu, Mas.""Kalau lapar, makan duluan saja. Kamu harus minum obat." Kelvin berkata sambil memainkan anak rambut Riana yang sedikit berantakan."Nggak. Aku mau menunggu, Mas."Akhir-akhir ini Riana memang lebih manja dan lebih berani men

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Kegilaan Angela

    Angela melempar barang apapun yang bisa ia lempar. Membuat kamarnya yang luas terlihat seperti baru saja mengalami gempa bumi. Hancur dan berantakan."Ya ampun, Angela. Kamu ini apa-apaan, sih? Malam-malam begini malah bikin ribut.""Kelvin sialan! Bisa-bisanya dia mengabaikan aku, Ma.""Memangnya dia mengabaikan kamu bagaimana?"Angela duduk di atas kasur dan menyugar rambutnya yang panjang, ia lalu menceritakan makan malam bersama Kelvin dan kakeknya yang pergi begitu saja."Sudahlah Angela. Kelvin itu bukan pengangguran. Kamu harusnya paham.""Tapi aku yakin dia pergi karena pe–"Perempuan yang dipanggil mama tersebut mengerutkan kening."Karena apa? Kalau ngomong yang jelas!""Ah, sudahlah. Aku pusing di rumah ini."Angela masuk kamar mandi lalu bersiap dengan pakaian yang lebih seksi. Perempuan pergi setelah membangunkan asisten rumah tangga yang sudah tidur untuk membereskan kamarnya yang berantakan."Kamu mau ke mana?" tanya sang Mama yang sedang duduk di ruang keluarga."Suntu

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Sial

    Kelvin mulai merasa tak nyaman dengan tubuhnya. Apalagi Angela tak kunjung pergi dari rumahnya. Meski Riana sudah tidur, keberadaan Angela jelas-jelas bisa membuat masalah untuknya dan Riana.Kelvin langsung menarik Angela. Namun bukan untuk melampiaskan sesuatu yang bergejolak dan membuat tubuhnya terasa semakin panas."Sepertinya kamu sudah nggak sabar, ya, Sayang." Angela terkekeh menang.Kelvin membawanya ke paviliun belakang. Namun Angela yang sengaja berlama-lama membuat Kelvin kesal dan berakhir menggendongnya.Angela tergelak puas. Ia mulai menggoda Kelvin, membuat Kelvin pasrah membiarkan Angela melakukan yang diinginkannya.Kejadian tersebut tak luput dari penglihatan kepala pelayan dan beberapa orang Kelvin yang mengikuti."Jangan ada yang masuk!" perintah Kelvin membuat semua langkah terhenti di depan paviliun."Bibi sebaiknya melihat Nyonya. Siapa tahu Nyonya bangun dan mencari tuan."Kepala pelayan mengangguk lalu pergi meninggalkan paviliun. Sementara itu, Kelvin yang

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Teman Lama

    Riana pulih beberapa hari kemudian. Kelvin mengajaknya jalan-jalan lalu makan malam di sebuh hotel mewah.Kelvin sengaja memesan kamar yang dihias khusus tidak hanya untuk makan malam mereka, namun juga untuk bermalam di sana.Riana kaget karena gaun yang dipesan pada seorang perancang dan harus kenakan ada di dalam kamar yang ia tempati bersama Kelvin."Lho, kok gaunnya ada di sini, Mas?""Aku yang membawanya. Bersiaplah!"Riana menurut, lalu saat ia keluar kamar mandi, dua tiga orang wanita menyambutnya dengan senyum hangat."Siapa kalian? Kenapa kalian ada di kamar saya?'"Kami makeup artis dan juga hair do yang diperintahkan Tuan Kelvin untuk merias Nyonya Riana."Riana hanya ber'oh saja. Lalu tanpa perlu menunggu lama tangan-tangan terampil itu berhasil membuat wajah dan penampilan Riana menjadi sangat memukau.Mereka lalu pamit dan mempersilakan Kelvin untuk melihat hasil kerja mereka di kamar."Mas?"Kelvin tersenyum lalu mengajak Riana ke meja makan yang sudah dihias sedemikian

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Cemas

    Riana merasa tidak nyaman karena Kelvin terus mendiamkannya, bahkan hingga mereka masuk ke dalam kamar hotel, Kelvin tampak dingin.Meski perlakuan Kelvin sangat hati-hati dan melindungi, namun Riana merasa segan. Apalagi saat Kelvin menggendong Riana dan membantunya ke kamar mandi."Mas, aku minta maaf."Kelvin masih diam."Mas.""Bisa diam dulu?"Riana mengatupkan mulut, kepalanya menunduk dalam. Sedih karena Kelvin sepertinya benar-benar marah dengan kecerobohanya.Ting tong...Keduanya sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Seseorang mengunjungi kamar hotel mereka.Kelvin bergegas membukakan pintu dan mempersilakan seorang wanita yang usianya lebih tua darinya untuk masuk.Riana menatap kedatangan Kelvin dan wanita yang kemudian mengangguk santun padanya."Perkenalkan, saya Anita, Nyonya," ucap wanita asli orang Indonesia tersebut."Mbak Anita ini siapa, Mas?" "Dia yang akan membantu kamu kalau saya tidak ada." Riana mengangguk.Kelvin menatap jam di pergelangan tangannya. "Saya

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Pria Mengerikan

    Wajah Riana terlihat panik, ia mencari keberadaan Kelvin yang ternyata sedang menerima telepon di luar."Kamu..."Riana berjalan mundur karena langkah pria yang menyudutkannya hingga membentur etalase toko."Kamu semakin cantik, Riana."Tangannya berusaha menggapai dan menyentuh rambut Riana namun berhasil dihindarinya."Bagaimana bisa… kamu…"Pria tertawa sebelum Riana berhasil menuntaskan kalimatnya."Sepertinya takdir," ucapnya dengan senyum yang membuat Riana semakin ketakutan."P-pergi... atau aku akan berteriak.""Hahaha, kamu membuatku semakin bergairah jika seperti ini, Riana."Riana semakin gemetar ketika pria itu mendekatkan wajah dan berbisik di telinganya."Aku jadi ingin mengulangnya. Apa kamu tidak penasaran bagaimana kita melakukannya?"Entah kenapa sulit sekali untuk mulutnya berteriak. Riana merasakan tubuhnya tak berdaya sementara di toko tersebut memang tidak banyak orang lain.Satu dua pengunjung menatap juga memperhatikan, namun pria itu memberi isyarat seolah tid

Bab terbaru

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Janji Ayahku

    Kelvin menemui seseorang. Ia meminta orang tersebut untuk melakukan sesuatu. dan untuk hal tersebut Kelvin membayarnya cukup mahal."Ini data-datanya. Cari di mana keberadaan orang tersebut. Dan jika sudah bertemu, amankan sampai waktunya harus muncul.""Baik, Tuan."Kelvin mengangguk lalu pergi meninggalkan tempat pertemuan tersebut untuk menuju tempat yang lain.Namun di tengah perjalanan, ia melihat toko bunga yang sedang memajang rangkaian bunga yang sangat cantik.Kelvin teringat ayahnya yang sering memberikan bunga untuk ibunya. Ia lalu terpikirkan Riana. Berhenti lantas membelinya untuk dibawa pulang.Sayangnya karena Kelvin harus menemui kakeknya dan bertemu dengan Angela, ia terjebak dalam sebuah hal yang tak diinginkan.Angela sengaja menyewa wartawan. Membuat berita baru tentang hubungannya dan Kelvin sehingga berita tersebut menyebar cepat. Membuat Riana tahu kalau suaminya tersebut sudah memiliki tunangan."Jadi, aku adalah perebut laki-laki orang?" gumam Riana menitikkan

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Bau Gosong

    Sepnjang perjalanan menuju rumah, Riana terus memikirkan tentang percakapannya dengan Reihan atau Gara. Ia lalu teringat akan keberadaan Renata di tempat David. "Tapi Mas Kelvin pasti tidak akan mengijinkanku menemui Renata," gumamnya lalu menatap ke samping.Mobil sedang berhenti di lampu merah. Riana menatap sekitar. Menemukan beberapa sosok anak yang sedang menjual tisu atau mereka yang sedang ngamen dengan alat musik buatan seadanya.Senyum terukir manis di wajahnya. Riana lalu menatap dan mengusap perutnya yang masih rata. Sambil bergumam seraya mengutarakan harapannya terhadap sang jabang bayi."Ada apa itu?" Riana ikut menoleh ketika sang supir mengatakannya."Ada apa memangnya, Pak?""Itu, Nyonya. Ada pria yang ditarik paksa.""Iya, benar. Kenapa nggak ada yang membantu?"Semua hanya diam. Begitupun pengawal yang duduk di samping supir."Sebaiknya kita tolong, Pak." Pengawal tak bergeming. "Pak!""Maaf Nyonya. Tapi tugas saya hanya mengawal dan melindungi Nyonya."Bukan Riana

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Cinta Yang Tak Tersampaikan

    Kretek...Suara tulang belulang yang dipatahkan terdengar begitu kentara. Sang penonton hanya melihat tanpa ekspresi apalagi bersuara."Ah, ampun! Tolong jangan bunuh saya."Seorang pria nampak berlutut sambil memohon agar tangannya dilepaskan. Tidak ada luka pasti yang nampak di sekitar tubuhnya. Hanya saja, kaki dan kedua tangannya kini terasa sangat sakit dan tak berdaya.Hal tersebut tergambar jelas di wajah pria yang beberapa jam lalu tersebut sudah melecehkan Riana di toilet kafe."Ini peringatan pertama dan terakhir," ucap seorang dengan tato yang nampak memenuhi leher hingga telinganya.Jeda keheningan, hanya ada suara napas yang menghela panjang dan berat. Kelvin mematikan ponsel. Menyudahi tontonan video yang dikirim suruhannya.Meski tak seberapa. Namun ia merasa puas karena orang yang sudah mengganggu Riana mendapatkan balasannya.Kelvin meregangkan keduanya tangannya ke atas sebelum kembali ke kamar dan melanjutkan tidur yang terjeda karena rasa penasaran.Paginya...Rian

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Beri Pelajaran!

    "Dari mana kalian?!"Langkah Riana dan Gabriella terhenti.Sial sekali memang. Kelvin ternyata pulang lebih awal. Pria itu terlihat sedikit pucat dan kelelahan."Kami habis belanja, Mas.""Iya. Kami tadi belanja ke supermarket. Tuh belanjaannya!" unjuk Gabriella kepada satpam dan pelayan pria yang sedang menjinjing belanjaan."Bibi bilang kalian pergi sebelum makan siang.""Iya. Tadi kami–""Kami mampir ke kafe untuk makan siang dan mengobrol." Gabriella menyela lebih dulu.Selain karena merasa bersalah lupa memberi kabar pada Kelvin, wajah sang sepupu yang terlihat suram membuatnya enggan membuat masalah.Tapi...Masa, sih? Apa Riana ngidam nongkrong di kafe? Batin Kelvin.Satu alis Kelvin yang menanjak ke atas menggambarkan pertanyaan yang enggan ditanyakannya tersebut."Kenapa tidak izin?" Alih-alih, Kelvin malah mengintrogerasi Riana dengan tatapan yang membuat wanita itu menunduk."Saya sudah bilang kalau kamu–""Maaf, Mas. Aku salah."Hah... Riana menangis lagi. Dan itu membua

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Sial!

    Berbelanja itu seharusnya menjadi momen menyenangkan bagi kebanyakan wanita. Termasuk berbelanja kebutuhan rumah tangga. Hanya saja karena insiden yang terjadi sebelumnya mood Riana jadi berubah drastis. "Ri, kita nongkrong di cafe, yuk?"Perubahan mood yang nampak jelas di wajah Riana membuat Gabriella berinisiatif mengajaknya pergi lagi daripada pulang ke rumah.Dan lagi, sudah lama sekali Gabriella tidak nongkrong-nongkrong cantik di cafe. Apalagi ia juga berencana mengajak temannya untuk bertemu.Siapa tahu bukan, Riana jadi bisa terhibur dan melupakan kejadian buruk yang menimpanya di supermarket tadi."Aku izin mas Kelvin dulu, ya."Gabriella langsung merampas ponsel Riana."Loh, aku mau chat Mas Kelvin.""Nggak usah. Nanti aku yang laporan saja. Kalau kamu minta izin sekarang, pasti nggak dibolehkan."Riana terdiam. Gabriella ada benarnya. Meski dalam hati ia tetap merasa takut jika tidak menghubungi Kelvin dan meminta izin."Ya sudah. Tapi jangan sampai sore, ya. Aku harus mas

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Orang Gila

    Riana terbangun dini hari karena perut yang bergejolak. Kelvin yang sedang memeluk Riana tentu saja langsung terbangun dan mengikuti istrinya ke kamar mandi.Tangannya dengan peka memijat tengkuk leher Riana. Sesekali juga mengusap pungungnya, menyalurkan kenyaman untuk sang istr yang terlihat kesusahan.Kelvin juga menggendong Riana hingga kembali ke ranjang karena tubuh Riana yang lemas setelah muntah-muntah.Aneh memang.Riana selalu muntah di waktu dini hari sementara ketika pagi hingga petang, perempuan itu malah terlihat sehat bugar bahkan selalu bersemangat setiap melakukan hal yang disukainya beberapa waktu ini, berkebun."Sepertinya anak ini ingin menjadi petani."Riana terkekeh setelah meminum obat mual yang diberikan dokter bersama segelas teh manis yang dibuatkan bibi kepala pelayan."Boleh?""Hmm?" Kelvin mengerutkan kening."Boleh tidak kalau dia nanti jadi petani?"Kelvin tak langsung menjawab setelah mengendiikan bahunya. "Mas?""Tidak masalah. Tapi dia harus jadi peta

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Harta Turunan

    Gabriella memilih pulang ke rumah Riana. Ia menolak dibawa ke rumah sakit karena memiliki pengalaman buruk yang berkaitan dengan rumah sakit. Riana pun langsung mengobati luka-luka di tubuh Gabriella."Kenapa bisa jatuh?"Bukannya menjelaskan Gabriella malah membuka ponsel dan menunjukkan foto yang ia dapatkan setelah kecelakaan yang menimpanya.Riana melotot, "Dari mana kamu dapat foto ini?"Barulah Gabriella pun menjelaskan kronologis kecelakaan yang dialaminya hingga bagaiaman ia bisa mendapatkan foto tersebut."Ini foto mama dan aku sebelum mama meninggal."Gabriella tak kalah kaget. "Hah? Kamu serius?" Riana mengangguk. "Kok bisa? Jangan-jangan, yang tadi itu benar papa kamu Riana.""Papa?""Iya, dia terus memanggil nama kamu dan mengatakan kalau kamu itu anaknya.""Lalu dibawa ke mana orang itu?""Tadi ada ambulance dinas sosial yang menjemput. Sepertnya dibawa ke sana.""Aku harus ke sana.""Aku antar."Gabriella memanggil bibi kepala pelayan dan pengawal. Namun belum mereka p

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Baso Ayam

    Riana terlihat jauh lebih bersemangat setelah mengetahui kalau dirinya hamil. Hanya saja, ada satu hal yang membuatnya sedikit malu. Hasrat bercintanya sering kali tak terbendung ketika melihat Kelvin baru saja pulang kerja.Riana merasa aroma tubuh Kelvin yang bercampur dengan aroma parfum membuat desir dalam darahnya seolah bergejolak.Namun ia ingat perkataan Kelvin setelah mereka pulang dari dokter kandungan untuk pertama kalinya waktu itu."Aku harus bisa menahan diri," gumamnya di dalam kamar.Ia lalu memutuskan mandi sebelum menyiapkan makan malam untuk Kelvin yang akan pulang sedikit terlambat hari ini.Hanya saja Riana tiba-tiba menerima telepon dari seseorang yang mengabarkan kalau Kelvin mengalami kecelakaan.Panik dan hampir saja pergi, untunglah bibi kepala pelayan yang mencegah berhasil meyakinkan Riana.Sayangnya ponsel Kelvin yang mati membuat Riana semakin panik. Bibi kepala pelayan pun menyarankan Riana untuk menghubungi Gabriella atau David. "Iya, Riana?""Gabriell

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Terlalu Banyak Menonton Drama

    Kata-kata yang Riana ucapkan berhasil membuat Kelvin mengetatkan rahang. Gabriella mencoba menenangkannya."Bicaranya di rumah saja. Di sini bisa jadi tontonan. Tidak baik untuk Riana juga, Kak."Kelvin mengalah lalu pulanglah mereka bertiga. Kelvin langsung mengajak Riana ke kamar. Tapi perempuan itu menolak.Ia malah menangis kencang seperti anak kecil yang tantrum. Membuat Kelvin jadi pusing."Kak, sabar. Riana sedang terpengaruh hormon kehamilan."Gabriella menceritakan apa yang terjadi sebelum Riana pingsan. Tentang tingkah juga sikap Riana yang aneh sehingga mengerucutkan kesimpulan kalau Riana memang sedang terpengaruh hormon kehamilan."Ini semua gara-gara kamu yang keceplosan."Gabriella mengerucutkan bibir. "Ya, maaf. Aku reflek," belanya."Sekarang bagaimana menjelaskan semua ini pada Riana kalau tingkahnya saja seperti itu.""Lho, kan kamu suaminya, Kak. Ya kamu dong yang harus menenangkannya. Apa perlu aku panggil Kak David untuk membantu?" Dan pelototan Kelvin berhasil

DMCA.com Protection Status