Beranda / CEO / Wanita Incaran CEO Arogan / BAB 7 ~ BERTEMU KEMBALI

Share

BAB 7 ~ BERTEMU KEMBALI

Penulis: R_niThio
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-23 16:55:13

William baru saja keluar dari lift khusus direksi yang berada di lorong sebelah kiri lobi ketika matanya menangkap sosok wanita yang terasa tidak asing. Wanita itu tengah berjalan menuju meja resepsionis. Mata William terus mengamati gerak-gerik si wanita sementara telinganya sudah tak mendengarkan lagi obrolan sekretaris di sampingnya yang sekaligus juga merupakan sahabat dekatnya itu.

“Eh, kamu duluan aja, Leon. Nanti aku menyusul,” ucap William tanpa memandang Leon, sang sekretaris.

“Ha? Apa? Memangnya ada apa?” tanya Leon dengan raut bingung.

“Sudah sana! Tunggu aja di mobil. Nih, kuncinya. Aku ada urusan sebentar,” usir William dengan enteng sembari mengulurkan kunci mobil di hadapan Leon.

“Astaga! Kamu ini!” Leon meninju bahu William sebelum menyambar kunci itu. “Mentang-mentang aku ini bawahan sekaligus sahabat baikmu, kamu main usir aku gitu aja?”

“Ck,” decak William tak sabar sambil melirik Leon dengan tajam. Mereka sudah hampir mencapai meja resepsionis.

“Baiklah, baiklah. Aku pergi. Tapi kamu utang penjelasan padaku,” timpal Leon tak mau kalah seraya melangkahkan kaki meninggalkan William.

William masih melangkah dengan perlahan. Tatapannya masih tertuju pada sosok yang sudah dikenalinya sejak beberapa saat yang lalu. Ia menanti momen si Wanita Es menyadari keberadaannya.

Dengan sabar, William menunggu wanita itu yang rupanya baru saja menukarkan kartu tanda pengenal tamu dengan kartu tanda pengenalnya sendiri. Hingga wanita itu berbalik hendak meninggalkan meja resepsionis, belum ada tanda-tanda si Wanita Es menyadari keberadaannya. William akhirnya memutuskan untuk langsung menghampirinya.

Tangan wanita itu sedang berada di dalam tas ketika kepala bermahkota rambut panjang terurai itu menoleh ke arah William. Namun, mata sipitnya hanya menatap sedetik saja. Pandangan matanya langsung turun lagi ke arah dompet dan KTP yang tengah disimpannya. Kakinya pun tak tinggal diam. Tungkai berbalut celana kain hitam itu turut bergerak menuju pintu keluar.

William terperangah selama beberapa saat. ‘Astaga! Apa dia gak mengenaliku? Lagi?’ William segera bergegas menjajari langkah kaki si Wanita Es.

“Halo. Kita ketemu lagi,” sapa William tanpa basa-basi yang langsung menghentikan ayunan kaki si Wanita Es.

“Eh?” Wanita itu kembali menolehkan kepalanya. Tubuhnya terhuyung ke belakang sedikit dan mata sipitnya membesar.

“Kamu gak mengingatku lagi?” tanya William sambil memaksakan senyum. Ada sedikit rasa kecewa dalam hati melihat sosok yang diajak bicara hanya mengernyitkan dahi.

“Maaf. Anda siapa, ya? Sepertinya Anda salah orang. Saya sama sekali tidak ingat kalau kita pernah bertemu.”

“Benarkah?” ucap William sedikit tak percaya. “Tapi kita pernah ketemu kok.”

Melihat wanita di hadapannya hanya menggeleng pelan, William kemudian memancing, “Akhir pekan yang lalu?”

William hanya mendapatkan gelengan kepala yang semakin kuat dan kernyitan dahi yang semakin dalam. Mendapati respons seperti itu, William hanya bisa mengerang dalam hati. ‘Astaga! Belum juga lewat dari seminggu. Benar-benar wanita berhati es!’

William berdeham, mengatur emosi dalam hatinya. “Di Nath’s  Café?” William kembali mencoba mengingatkan pertemuan pertama mereka. Masih belum ada respons apa-apa dari wanita di hadapannya.

‘Ya, ampun! Sabar, Will, sabar!’

“Di area parkir?” sambung William lagi yang masih mencoba menggali ingatan si wanita.

Sesudah beberapa waktu berlalu, kernyitan pada wajah bak porselen itu akhirnya menghilang. “Oh! Yang itu!”

”Ya, yang itu,” ucap William membeo. Senyum cerah menghiasi wajah tampannya.

“Puji Tuhan,” batin William senang, “akhirnya kamu berhasil mengingatku.”

“Maafkan saya. Saya sama sekali nggak ingat sebelumnya,” ujar wanita itu lebih lanjut. Kedua ujung bibirnya terangkat sedikit. Sangat sedikit. Kalau saja William tidak sedang memperhatikan wajah porselennya, ia mungkin tidak akan menangkap gerakan sekecil itu.

“Uhm. Gak apa-apa. Oh ya, kalau boleh tahu, apa yang sedang kamu lakukan di sini?”

“Oh, itu. Eh ... urusan pekerjaan.” Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel dari dalam tas yang dibawa wanita itu.

“Silakan diangkat dulu,” ucap William mempersilakan.

“Maaf,” ujar wanita itu seraya menjauh sedikit untuk menerima panggilan.

Tak ingin dianggap menguping pembicaraan orang, William pun ikut membuka ponsel yang digenggamnya sejak tadi. Namun, indra pendengarannya masih bisa menangkap pembicaraan searah wanita itu dengan sosok di seberang telepon. Sesekali, William mencuri pandang ke arah wanita yang membelakanginya itu.

“Halo, Fan … iya, barusan selesai … lumayanlah job-nya … hahaha, belumlah, baru juga mulai … iya, Tuan Putri, kita ketemu langsung di sana. See you … bye.”

Begitu mematikan sambungan telepon, wanita itu kembali menghampiri William. “Maaf, saya masih ada keperluan lain. Saya harus pergi sekarang,” pamit wanita itu sembari tersenyum kaku dan menganggukkan kepala sedikit. Tubuhnya berbalik dan berlalu begitu saja dari hadapan William.

William termangu beberapa detik, lalu menyadarkan dirinya sendiri dan ikut beranjak dari lobi gedung. “Astaga, ini seperti dejavu! Dan sial! Lagi-lagi aku belum berhasil mengetahui namanya. Siapa dia? Masa aku harus menyebutnya Wanita Es terus?” gumam William kesal sambil menggelengkan kepala dan terus melangkah menyusul Leon.

Sesampainya di samping mobil dengan model hatchback warna hitam, William mengetuk kaca jendela penumpang bagian depan. Kaca jendela pun segera turun yang langsung mengembuskan sedikit hawa sejuk dan lantunan suara instrumen bersamaan dengan munculnya seraut wajah bulat telur milik Leon. Kedua alis sahabatnya yang hitam tebal terangkat dengan mata sipit yang dipenuhi tanya.

“Kamu yang setir.” Tanpa basa-basi, William langsung memberi perintah disertai dengan gerakan keempat jari tangan kanan yang mengepal dan ibu jari mengarah ke luar menjauhi mobil.

“Eh, tumben. Biasanya kamu nggak pernah mau disopiri orang lain. Yakin nih?” Meskipun nadanya dipenuhi keheranan dan ketidakpercayaan, Leon tetap membuka pintu mobil dan melangkah ke luar.

William langsung menempati kursi yang baru saja ditinggalkan oleh pria berpostur kurus dengan tinggi 173 sentimeter itu dan memasang sabuk pengaman. Sosok sang sekretaris pun tengah mengitari bagian depan mobil menuju pintu kemudi. Sejurus kemudian, mobil hatchback dengan logo berupa huruf H berbingkai kotak dengan warna dasar merah itu pun melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibu kota yang cukup padat.

Angan William mengembara ke hari Sabtu dini hari kemarin hingga hari ini. Lebih tepatnya ke saat-saat ia bertemu dengan wanita yang sudah menarik perhatiannya sejak pertama kali ia melihatnya. Pada awalnya, ia sebenarnya tidak merasakan apa-apa, hanya perasaan tidak enak karena telah menabrak seseorang dan menumpahkan minuman pada pakaiannya.

Namun, ketika melihat adegan wanita itu yang melabrak seorang pria membuat hatinya mulai tergelitik. Terlebih lagi ketika melihat wanita itu kepayahan memapah temannya yang mabuk. Jiwa penyelamat dalam dirinya langsung meronta-ronta ingin membantu.

William tidak berharap akan bertemu lagi dengan wanita itu jika menilik dari sikapnya yang dingin sepanjang interaksi mereka. Ia tampak seperti seseorang yang tidak suka bersosialisasi dan tidak suka hang out, biarpun dirinya sendiri juga bukan penyuka dunia malam. Jadi, sangat mengejutkan sekaligus menggembirakan baginya ketika ia melihat wanita itu lagi hari ini, apalagi di kantornya.

“Hmm, pekerjaan apa yang dia maksud?” gumam William. “Apa dia melamar pekerjaan? Divisi mana yang dia tuju? Seingatku ada beberapa lowongan yang tengah dibuka di kantor.”

Bab terkait

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 8 ~ HANGATNYA PERSAHABATAN

    Lamunan William sedikit buyar ketika panggilan Leon sampai ke gendang telinganya. “Hmm?” Meskipun demikian, William masih belum fokus menanggapi sahabatnya. ‘Sepertinya aku harus mengeceknya nanti.’ “Barusan kamu ngomong apa sih? Apa ada masalah?” tanya Leon. “Sudah kuperhatikan dari tadi, kamu itu kayak lagi nggak di sini pikirannya. Melamun terus dari tadi, bahkan dari mobil mulai bergerak, lo. Ada apa sih?” William mendesah sebelum menjawab, “Gak ada apa-apa.” “Nggak ada apa-apa, tapi kenapa mendesah gitu? Kayak yang lagi berbeban berat aja,” seloroh Leon. “Yang harusnya berbeban berat tuh aku. Kamu kasih kerjaan nggak tanggung-tanggung,” imbuhnya kemudian disusul dengan kekehan pelan. “Ck! Apa kamu mau makan gaji buta? Kalau gitu, bulan ini potong gaji, oke?” “Buset! Calm down, Bos! Aku cuma bercanda,” dalih Leon. Setelah jeda sesaat, suara Leon kembali mengisi kabin mobil di tengah-tengah alunan instrumen yang masih diputar. “Hari ini kamu kenapa sih? Benar-benar di luar k

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23
  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 9 ~ SIAPA SIH?

    “Ko Niel?” celetuk Fanny ketika melihat siapa yang menghampiri meja mereka. Sedetik kemudian senyum lebar tersungging di bibirnya. “Sendirian aja, Ko?” tanya Fanny lebih lanjut. Debby hanya melirik sekilas dari samping. Merasa tidak mengenal sosok yang baru saja menghampiri mereka, Debby tak memedulikan lagi pria tersebut. Tak ingin mengganggu interaksi antara sahabatnya dengan pria itu, Debby memutuskan untuk membuka ponselnya. Ia sempat melirik sekilas pada sahabatnya yang masih tersenyum ceria. “Enggak. Tuh, sama mereka.” Indra pendengaran Debby menangkap suara berat pria itu yang menjawab pertanyaan Fanny. “Halo, Debby.” Tiba-tiba suara berat itu beralih padanya. “Kita ketemu lagi nih.” Debby yang tengah menunduk menekuri layar ponselnya, terperanjat. “Eh, iya,” sahut Debby tergagap. Dirinya tak menyangka akan disapa. ‘Dari mana dia tahu namaku? Apa kami pernah ketemu sebelumnya?’ Benak Debby diliputi keheranan. Melalui tatapan mata sipitnya, Debby bertanya pada Fanny, tetapi

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 10 ~ SEBUAH NAMA

    “Aku kayaknya nggak asing sama salah satu dari mereka,” cetus Leon kemudian. “Pernah lihat di mana, ya? Oh iya, di lobi tadi, ya? Benar, ‘kan?” William hanya melirik sekilas ke arah sahabatnya tanpa menghiraukan reaksi maupun pertanyaan pria itu. Pandangannya kembali terarah pada si Wanita Es. William yang tak sempat memperhatikan wanita itu dengan saksama saat di lobi tadi, kali ini bisa memuaskan mata memandangi si Wanita Es. Sekarang ia bisa memperhatikan dari ujung kepala hingga ujung kaki meski bukan dari jarak yang sangat dekat. Tubuhnya tinggi semampai. Cara berjalannya tegap dan penuh percaya diri, bukan berlenggak-lenggok bak kucing berjalan. Langkah kakinya kecil dengan sedikit goyangan pada pinggul. Busana yang dikenakan pun tak seperti kulit kedua yang menempel ketat di tubuhnya. Namun, hal itu justru menambah daya tarik tersendiri bagi William. Ia jadi bisa berimajinasi dan menerka-nerka apa yang ada di balik busana itu. Bahkan hingga saat ini, William masih bisa mengin

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 11 ~ DITAGIH UTANG

    “Siapa sih mereka sebetulnya? Kalian kenal di mana? Sudah berapa lama kalian saling kenal? Bukankah yang bernama Debby itu yang tadi ada di meja resepsionis? Yang membuatku terusir? Yang kamu pandangi terus tadi? Apa kamu tertarik padanya? Wah, wah, wah … ini benar-benar pemandangan langka. Aku belum pernah lihat kamu kayak gini sebelumnya. Ck, ck, ck ….” Rasa ingin tahu Leon yang menggunung berubah menjadi rasa geli ketika mengingat tingkah sahabatnya itu beberapa saat yang lalu. Senyum miring tercetak di bibir merah muda milik pria berwajah oriental itu. Kepalanya pun tak mau ketinggalan ikut menggeleng-geleng kecil, menegaskan kalau pernyataan terakhirnya tadi benar-benar di luar kebiasaan William. “Astaga, mulutmu itu!” Mata William membeliak. “Kamu ini laki-laki apa perempuan sih? Cerewetnya melebihi Mami,” keluh William tanpa menjawab satu pun pertanyaan dari Leon. Bukannya tersinggung, Leon justru tergelak mendengar keluhan William. “Aku ini kan sahabatmu, Will. Masa kamu ngg

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28
  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 12 ~ PATAH HATI

    Dari ekor matanya, Fanny melihat Niel membungkuk ke arah meja rendah di tengah ruang duduk. Ia hanya tertawa keras tanpa mengomentari. Perhatiannya sudah kembali beralih pada isi lemari pendingin di hadapannya. “Mau jus buah apa minuman soda, Ko?” “Jus buah aja.” “Oke,” sahut Fanny yang langsung mengeluarkan kotak karton berisi sari buah jeruk dari dalam lemari pendingin. Ia kemudian mengambil dua buah gelas tinggi dan menuang sebagian isi kotak ke dalam gelas. Selagi menuang cairan berwarna kuning tersebut, tiba-tiba Niel muncul di sampingnya. “Kamu masih punya ini, Fan?” tanya lelaki itu sembari menunjukkan bungkus kosong crackers asin ke hadapannya. Lengan kanannya yang terulur memperlihatkan tato harimau tengah berjalan dan mengaum di antara pergelangan tangan bagian dalam hingga beberapa sentimeter sebelum lipatan siku. Setelah melirik sekilas crackers yang dimaksud oleh Niel, Fanny yang tingginya terpaut lima belas sentimeter dengan lelaki itu harus mendongak saat menatap wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 13 ~ HANCUR

    Indra pendengaran Fanny tiba-tiba menangkap suara gelas kaca membentur meja kayu yang datangnya seperti dari kejauhan. Wanita itu hanya diam membeku menatap nanar ke arah Niel. Lelaki itu menoleh ke belakang dengan cepat, lalu memelesat ke arah Fanny. “Ya ampun, Fan! Kok bisa jatuh sih? Awas! Gelasnya menggelinding!” seru Niel. Fanny yang sesaat merasa bagai tersihir akhirnya gelagapan dan menunduk ke arah meja makan. “Eh, ini terlepas gitu aja dari tanganku. Gelasnya licin, Ko.” Dengan sigap, pria bermata sipit itu berhasil menangkap gelas kaca yang baru saja terjun bebas sebelum mencapai lantai. Namun, tumpahan sari buah jeruk di atas meja sudah mengucur dan menetes-netes ke permukaan granit di sekitar kaki Fanny. Niel pun meletakkan gelas itu kembali ke atas meja. Lelaki itu bahkan sempat berseru kepada Fanny untuk berhati-hati, tetapi terlambat. Fanny yang berputar dengan cepat dan hendak berlalu untuk mengambil tongkat pel justru hilang keseimbangan ketika salah satu kakin

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 14 ~ BERUSAHA TEGAR

    Begitu pintu menutup di belakangnya, Niel berbalik sebentar untuk menatap lurus-lurus ke arah pintu. Dengan menghela napas panjang, Niel mengacak-acak rambutnya sendiri dan berbalik dengan cepat menuju mobilnya terparkir. Sesampainya di dalam mobil SUV warna hitam, Niel tak kunjung menyalakan mesin, hanya duduk berdiam diri. Beberapa detik kemudian, keningnya diletakkan di atas kedua punggung tangan yang tengah memegang kemudi mobil di bagian atas. Sesekali, keningnya dibentur-benturkan dengan pelan ke punggung tangan yang berada di bawahnya. “Apa yang ada di dalam otakmu, Niel?” geramnya pada diri sendiri. “Fanny itu sudah kayak adikmu sendiri!” kecamnya lagi beberapa saat kemudian. Bayangan mereka berdua yang setengah berpelukan kembali muncul dalam kepalanya. Sejak tadi, bayangan tersebut tak mau menghilang dari isi kepalanya, selalu kembali setiap kali pikirannya kehilangan fokus. Selama ini, tak tebersit satu kali pun dalam otaknya kalau Fanny sekarang telah menjelma menjadi w

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 15 ~ MAK COMBLANG

    Sudah hampir tiga tahun ini, Debby menempati rumah modern minimalis berukuran sedang yang dibeli dari hasil keringatnya sendiri. Salah satu ruangan di dalam rumah yang didominasi warna putih dan cokelat itu telah ia sulap menjadi ruang kerja yang nyaman. Meskipun bekerja sebagai desainer grafis lepas, Debby tetap menerapkan aturan kerja yang jelas bagi dirinya sendiri. Hari Minggu atau hari libur menjadi me time bagi wanita yang memiliki tubuh dengan lekukan-lekukan yang pas di tempat-tempat yang tepat itu untuk melakukan hal-hal yang disukainya. Waktu libur selalu dimanfaatkan oleh Debby dengan sebaik-baiknya. Kadang kala, ia memanjakan diri sendiri dengan perawatan-perawatan tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki yang bisa dilakukan sendiri di rumah. Di lain waktu, ia akan menyalurkan hobinya membuat kue atau sekadar bersih-bersih rumah. Wanita berparas oriental itu selalu berusaha menjauhkan pekerjaan dari otaknya ketika ia sedang berlibur. Pada suatu Minggu sore, Debby sedang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01

Bab terbaru

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 198 ~ PROTES SI SULUNG

    Warning!!! Episode ini mengandung adegan dewasa yang mungkin tidak cocok atau membuat tidak nyaman bagi sebagian pembaca.Harap kebijakannya dalam membaca episode ini.*****Bukannya berhenti, sang istri justru berpindah ke titik sensitif lainnya.“Baby, please,” desis William lagi dengan gelisah.Tangannya kini mencengkeram pergelangan sang istri. “Koko gak mau sampai lepas kendali.”“Ssst! Kalau gitu, jangan ditahan-tahan, Ko. Aku sengaja kok mau kasih kompensasi buat Koko,” terang Debby sambil tangannya memainkan salah satu kepik tak bersayap milik William. “Jadi, Koko rileks aja. Serahkan semuanya sama aku. Aku bakal kasih servis yang memuaskan malam ini.”“Tunggu, tunggu! Kompensasi buat apa?” tanya William di antara giginya yang kembali bera

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 197 ~ SIKSAAN MENYENANGKAN

    William menunggu sejenak hingga anak perempuannya memusatkan perhatian padanya.“Ya, Pi,” sahut Grace.“Cici bantuin Papi sama Mami jagain Dedek Ello sementara waktu, ya.”“Siap, Pi,” sahut Grace dengan antusias. Kepalanya manggut-manggut dengan cepat.“Anak pintar,” puji William sambil mengacungkan ibu jari. “Ya sudah, kalian bobo sekarang. Papi sama Mami sayang kalian. Peluk cium buat kalian berdua. Selamat bobo dan mimpi indah, malaikat-malaikat kecil kesayangannya Papi sama Mami.”“Oh, Tuhan! Aku sudah kangen sama anak-anak, Ko,” ucap Debby begitu panggilan video terputus.“Bukan cuma kamu aja, Baby,” timpal William. Sesaat, ia jadi teringat ketika siang tadi, ia dan sang istri mengantar anak-anak ke rumah ka

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 196 ~ MALAIKAT KECIL

    “Happy wedding anniversary, Baby!” ucap William dengan sangat mesra. Lelaki itu mencium punggung tangan sang istri dengan sangat lembut.Mereka baru saja selesai makan malam romantis yang sengaja disiapkan oleh William. Sayangnya, kebahagiaan William bercampur dengan rasa jengkel setiap kali ada pria yang memandang istrinya hingga dua kali. Tak ingin membagi pesona sang istri dengan orang lain, William pun buru-buru mengajak wanita itu untuk kembali ke kamar suite yang khusus dipesan untuk momen istimewa ini.William tak bosan-bosannya memandangi sang istri. Hingga detik ini, ia masih dan selalu saja terpukau dengan sosok sang istri yang tak banyak berubah selain bertambah cantik sejak ia menikahinya, apalagi malam ini. Berbalut busana malam warna merah menyala dengan bahu terbuka dan belahan gaun setinggi setengah paha yang menampilkan lekuk tubuh di tempat-tempat yang tep

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 195 ~ CELETUKAN ASAL BIKIN KAGET

    “Koko kenapa? Masuk angin?” tanya Debby dengan panik. Wanita itu tahu-tahu sudah ada di sampingnya. Satu tangan memijat-mijat tengkuknya sementara tangan yang lain meraba keningnya.Perutnya kembali bergolak. Namun, William mencoba mengabaikannya. Tak berani membuka mulut, lelaki itu hanya bisa menggeleng sembari menghentikan apa pun niat Debby saat ini dengan isyarat tangan.Ketika Debby menyingkir, William sedikit merasa lega. Ia menghirup napas dalam-dalam sambil bertumpu pada dinding. William mengerutkan kening dengan perasaan tak enak.Setelah perutnya berhenti bergolak, William melangkah ke wastafel. Ia menatap sekilas pantulan dirinya di cermin, lalu membasuh wajahnya. Saat menegakkan tubuh, sang istri kembali muncul di sisinya dengan membawa botol minyak kayu putih.“Gak perlu, Baby. Koko gak apa-apa kok,&rdquo

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 194 ~ GANGGUAN PENCIUMAN

    “I love you too, Baby. My Love. My Wife. Now and forever,” sahut William dengan senyum mesra terpampang di wajah. Lelaki itu pun balas mencium Debby di beberapa titik di wajah.Setelah mendapatkan ciuman di kening, kedua pipi, dan bibir, Debby lantas menghirup napas dalam-dalam sambil memejamkan mata sejenak. Saat membuka mata, ada kebulatan tekad dan keberanian yang bersemayam di hati.“Aku percaya sama Koko. Kalau sikap Koko kayak gitu, mana mungkin aku tega membuat Koko berharap lama-lama. Aku nggak bakal minta Koko buat nunda kehamilan. Kalau Tuhan kasih kepercayaan itu sama kita sekarang, aku bakal menerima dan menjalaninya.”“Oh, Baby! Kamu serius? Kamu benar gak apa-apa?”Debby mengiyakan dengan mantap. Kepalanya ikut mengangguk untuk meyakinkan suaminya.&ldqu

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 193 ~ MAKIN CINTA

    Seringai jahil sang suami semakin lebar saja. Lelaki itu kemudian bertanya, “Apa kamu sadar, Baby, kalau nanti ada yang kebakaran lagi seperti dulu, sekarang sudah gak perlu bingung-bingung lagi buat cari pemadamnya?”“Ish! Koko ini, lo!” pekik Debby. Tangannya pun langsung mencubit daging terdekat.William sontak mengaduh kesakitan dan menggosok-gosok dada kirinya. “Astaga, Baby! Jarimu pedas juga, ya.”“Hmm! Siapa suruh godain terus?” rajuk Debby. Namun, sesaat kemudian Debby kembali berujar, “Tapi sori, ya, Ko, aku baru bisa kasih semalam.”“Hush! Kamu ini omong apaan sih! Setelah pemberkatan di gereja dan resepsi dengan segitu banyak tamu, kita kan sama-sama kecapaian, Baby. Kamu jangan omong gitu, ah. Meskipun Koko pengin, Koko juga gak mau ma

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 192 ~ OBROLAN PAGI HARI

    Warning!!! Episode ini mengandung adegan dewasa yang mungkin tidak cocok atau membuat tidak nyaman bagi sebagian pembaca.Harap kebijakannya dalam membaca episode ini.*****Selagi Debby menerka-nerka siapa sosok yang dengan lancang berani memanggil-manggil nama suaminya, tiba-tiba suara William yang terdengar parau menembus gendang telinga Debby. “Lepaskan, Baby. Lepaskan.”“Ko Billy!” jerit Debby putus asa. ‘Ah! Kenapa suara yang keluar sama dengan yang tadi? Apa tadi itu suaraku sendiri?’“Ya, Baby, ya. Ayo, jangan ditahan lagi. Koko pengin lihat kamu, Baby,” ucap William terus menyemangati.Tak ingin mengecewakan lelaki itu, Debby berusaha menuruti kata-katanya. Dengan sedikit takut, dorongan yang semula ia tahan-tahan kini ia biarkan lepas mengalir begitu sa

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 191 ~ GELOMBANG PASANG

    Warning!!! Episode ini mengandung adegan dewasa yang mungkin tidak cocok atau membuat tidak nyaman bagi sebagian pembaca.Harap kebijakannya dalam membaca episode ini.*****“Umm!” gumam Debby sambil menggeliat. Namun, jerit tertahan langsung menyusul detik berikutnya. Tubuh wanita itu langsung mematung kaku. Kelopak mata tanpa lipatan yang semula susah dibuka seperti habis diberi lem pun langsung terbuka lebar-lebar.Kerutan halus muncul tak lama kemudian di antara kedua alis hitam melengkungnya. Saat Debby mencoba untuk kembali meregangkan tubuh, suara desisan panjang langsung meluncur dari bibirnya. Otaknya pun langsung menggali ingatan.“Oh, Tuhan!” seru Debby begitu berhasil mengumpulkan semua memori tentang semalam. Ia langsung menarik selimut hingga menutupi seluruh wajahnya yang kini terasa panas.Suara kekehan maskuli

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 190 ~ JUNGKIR BALIK TANGKAP INCARAN

    Jantung William tak bisa berhenti berdebar kencang. Meskipun ia sudah mengatur napas sedemikian rupa, tetap saja jantungnya masih bertingkah dengan brutal. Keempat jari tangan kanannya pun tak berhenti berderap di atas meja. Sebentar-sebentar netra sipitnya melirik arlojinya.“Ya, Tuhan! Kenapa kamu belum sampai juga, Baby?” desah William untuk ke sekian kalinya sejak lima menit yang lalu.Selain melirik arloji, lelaki itu juga berkali-kali menatap ke arah pintu. Pemandangan 360 derajat di sekelilingnya yang menampilkan gemerlap lampu ibu kota dari atap gedung tak mampu mengalihkan perhatian William.“Ya, Tuhan! Kalau tahu akan seperti ini, Koko gak akan mau menuruti permintaanmu tadi, Baby. Argh! Kenapa kamu gak mau Koko jemput aja sih?” gerutu William.Setelah gelisah hingga lima menit kemudian, akhirnya sosok yang dinanti-nanti tiba juga. William buru-buru bangkit berdiri sambil tersenyum semringah meski langsung berusaha ia redam. Ia masih tak tahu pasti apa yang akan terjadi malam

DMCA.com Protection Status