Share

Wanita Itu (1)

"Aku dari kerja Mas, ini juga aku baru pulang," jawab Belia menjaga jarak dari pria itu, takut kalau sampai Lion bertindak kekerasan lagi.

"Kerja, kerja, kerja mulu! Kalau kaya juga nggak papa! Atau mungkin gajinya lumayan besar! Ini cuma 2 juta lebih, hanya buang-buang waktu saja! Enakan kalau tinggal di rumah melayani hidung belang, itu uangnya bisa lebih banyak lagi dan berlipat kali ganda dibandingkan dengan gajimu yang kecil itu!" Ujar Lion memang benar-benar gila akan harta.

"Astaghfirullahaladzim, Mas. Jangan lakukan itu lagi padaku Mas, aku tidak mau mengerjakan dan mendapatkan uang dari hasil yang tidak halal, Mas," Belia menggeleng mulai waspada.

Wajah suaminya berubah sinis ketika mendengar ucapan Belia.

"Emang apa yang salah dengan pekerjaan itu! Aku juga tidak melihat ada anggota tubuhmu yang berkurang! Dan kamu harus ingat! Seorang istri itu diperintahkan untuk taat pada perintah suaminya! Jadi kamu harus bisa menuruti semua yang aku katakan! Mengerti kamu!" Sentak Lion menunjuk wajah istrinya.

"Tidak Mas! Aku tidak mau kau jual lagi! Aku tidak ingin melakukan pekerjaan seperti itu lagi! Ada banyak pekerjaan lain yang bisa aku kerjakan! Bukan menjadi pelacur! Aku tahu gajiku kecil, tapi meski sedikit, itu halal, Mas! Tidak dengan menjadi pelacur!" Belia mulai mengeluarkan protes, tak ingin kalau sampai Lion kembali bertindak gila.

Tampak rahang pria itu mengeras, jelas terlihat kalau dia sedang marah. Dan dia tidak terima kalah sampai Belia menolak untuk mengikuti perintahnya.

"Kau sudah berani mulai ingin melawanku hah!" Bentak Lion membuka tali pinggang yang sementara ia gunakan.

Melihat tindakan pria itu yang seperti ingin bertindak kekerasan. Belia semakin waspada dan takut kalau sampai Lion benar-benar kembali nekat menyakitinya.

"T-tidak, Mas... Maksud aku bukan begitu, Mas..." Mulai bergetar takut sembari mundur ke belakang.

"Kalau bukan seperti itu! Lalu seperti apa maksudmu hah!" Mengayun tali pinggang di tangannya hampir mengenai Belia jika tidak cepat wanita itu sempat mengelak.

"Argh!" Belia menutup kedua netra sembari berteriak takut.

Tok tok tok

Tindakan Lion terhenti ketika mendengar suara ketukan dari arah luar pintu.

Lion dan Belia sama-sama melihat ke arah pintu.

"Pergi buka pintunya!" Perintah Lion segera menyimpan tali pinggang yang masih dia pegang.

Belai bergegas cepat pergi membuka pintu dan bersyukur dalam hati karena kedatangan seseorang yang bertamu ke rumah suaminya telah berhasil menghentikan kekejaman Lion yang hampir saja melukainya dengan menggunakan tali pinggang pria itu.

Cklek

Ketika pintu terbuka lebar tampak sosok Ayah Belia beladiri di ambang pintu.

"A-Ayah?" Terlihat jelas dari mata gadis itu yang berkaca-kaca seperti ingin mengadu pada sang Ayah seperti apa sikap brengsek laki-laki yang Rama (Ayah Belia) nikahkan dengan putrinya itu.

"Belia? Ada Apa denganmu?" Tanya Rama sedikit terselip kekhawatiran melihat mata putrinya yang seperti dipenuhi beban berat.

"Ak----"

"Sayang? Siapa yang datang?" Terdengar suara Lion dari dalam segera menghentikan ucapan istrinya yang dia perkirakan kalau wanita itu ingin mengadu tentang kekejamannya.

"Eh, ternyata Ayah? Mari silahkan masuk ke dalam Ayah." Ramah Lion dengan satu tangan memeluk mesra pinggang istrinya.

Pelukan Lion membuat Belia risih dengan pria itu.

Rama tersenyum dan mengangguk, "Maafkan kedatangan Ayah kalau mengganggu waktu istirahat kalian berdua," kata Rama masuk ke dalam rumah Lion.

"Tidak sama sekali Ayah, aku bahkan sangat senang kalau Ayah mau datang berkunjung kemari." Lion benar-benar berubah menjadi sosok laki-laki yang sangat baik begitu sempurna di depan mertuanya.

"Kalau kau berani mengadukanku pada Ayahmu, maka kau harus bersiap-siap untuk aku menghukum mu nanti!" Pria itu masih sempat-sempatnya membisik Belia dengan mengancam.

Yang tadinya Belia berniat untuk berkata pada sang Ayah tentang kebusukan Lion, akhirnya dia urung setelah mendapat ancaman.

"""

Di lain sisi.

Terlihat seorang wanita paruh baya sedang menyiapkan makan malam untuk salah satu putra kembarannya yang belum menikah.

Setelah usai ia menyiapkan makan malam. Wanita itupun segera memanggil putranya.

"Elvan, adikmu sudah menikah dan sudah memiliki seorang putri. Lalu bagaimana dengan mu nak? Apa kau tidak ingin menikah? Apa kau masih ingin menunggu wanita itu?" Tanya Bunda Elvan dengan pertanyaan yang beruntun.

Elvan terdiam ketika mendengar ucapan sang Bunda yang menyebut 'wanita itu' wanita yang menciptakan luka mendalam dalam hatinya sehingga memutuskannya memutuskan untuk meniduri seorang perawan malam itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Liajumalia Jumalia200
Serigala berbulu domba...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status