Share

Salah Orang (1)

Kaget mendengar Bosnya yang ingin menikahi kupu-kupu malam, membuat Rizal sampai terbatuk-batuk.

Setelah menenangkan diri kembali seperti semula. Rizal menatap intens Elvan dengan pandangan kebingungan ada apa dengan Bosnya itu.

"Maksud Bos apa? Wanita yang Bos barusan, wanita yang malam itu Bos tiduri? Serius itu wanitanya? Aku tidak salah dengarkan, Bos?" Tampak Rizal seolah tak percaya kalau Elvan ingin menikahi wanita kupu-kupu malam.

"Hm." Elvan hanya berdehem dan meminum bir yang Rizal siapkan untuknya.

"Wow! Sepertinya wanita itu cukup istimewa. Apa yang membuat Bos tertarik padanya?" Bukan Rizal namanya kalau tidak kepo dengan kehidupan Bosnya.

"Cantik." Bohong Elvan malas meladeni Rizal yang cempreng kayak emak-emak.

"Benarkah? Hm.... Tapi sepertinya, aku juga tidak tahu ke mana wanita itu sekarang Bos. Karena sebelumnya, ada seorang laki-laki yang tidak aku kenal orangnya, tapi dia menawarkan wanita itu pada Bos melalui aku. Setelah malam Bos tidur dengan wanita tersebut. Aku juga tidak mencari tahu lagi ke mana wanita itu pergi." Jawab Rizal melirik sekilas pada Elvan.

"Ayolah, seorang Elvan dengan kejeniusannya bisa menjadi seorang hacker handal. Kini malah bertanya pada remahan seperti diri ini. Apa tidak salah itu?" canda Rizal menaik-turunkan alisnya.

Elvan kembali menyeruput bir yang ada di tangannya tanpa ingin berujar lagi.

Sebenarnya Elvan bisa saja mencari tahu di mana wanita itu berada. Tapi entah mengapa hatinya tak tergerak untuk mengetahui keberadaan wanita itu setelah Rizal mengatakan kalau dia juga tidak tahu keberadaan wanita malam itu.

Entah apa yang ada dalam pikiran Elvan. Tapi jika ada yang bertanya kenapa Elvan mencari keberadaan Belia, hanya ada satu jawabannya. Dia hanya ingin menikahi wanita itu, agar sang Bunda tidak menuntutnya terus menerus untuk menikah.

"""

Belia berjalan menuju ke arah motor matic milik gadis itu yang sering dia pakai berangkat pergi bekerja.

Jujur saja dia merasa tubuhnya sangat berat, akan tetapi tak punya pilihan selain menjalani hari-harinya seperti biasa. Karena dia tidak punya tempat untuk menumpahkan keluh kesah rasa lelah yang ada dalam tubuh dan hati wanita lemah itu.

Hari ini Belia terpaksa kembali libur dari pekerjaannya. Mengingat semalam sang Ayah meminta bantuan padanya untuk datang ke panti Azhar, seperti yang istri pria paruh baya itu sering lakukan semasa dia masih hidup, yakni ibu Belia. Tapi setelah kepergian ibu Belia, Ayahnya masih tetap menjalani apa yang menjadi rutin kegiatan almarhumah.

"Pulang yang cepat! Jangan selalu telat pulang! Ingat! Kamu itu ada suami di rumah yang masih menjadi tanggung jawab kamu! Jadi istri itu harus bisa nurut dengan perintah suami!" Lion memperingati istrinya agar wanita itu segera pulang dan dia tidak akan membatalkan janji bersama pria hidung belang yang sudah berniat untuk menyewa istrinya.

"InsyaAllah, Mas." Hanya dua kalimat saja yang terkeluar dari bibir mungil Belia kemudian wanita itu segera pergi setelah berpamitan.

Ya Allah... Apalagi sebenarnya yang sudah direncanakan oleh, Mas Lion. Jangan bilang kalau dia berniat ingin menjual ku lagi Ya Allah. Batin wanita itu tanpa sadar meneteskan bulir bening dari kedua matanya.

Sungguh tak pernah terlintas di benaknya untuk menjalani kehidupan seperti saat ini. Di mana kehidupannya yang tidak bisa memilih hanya bisa berserah pasrah dengan keadaan.

Selang beberapa menit kemudian. Wanita cantik itu sudah tiba di panti Azhar.

Ia pun memarkir motornya sembari turun dari motor, berjalan mendekati panti Azhar.

"Assalamualaikum." salam Belia ketika melihat seorang wanita paruh baya.

"Waalaikumsalam. Maaf, cari siapa ya?" Tanya wanita paruh baya tersebut yang tak lain dan tak bukan, Bunda Mahesa pemilik panti Azhar.

"Saya anak pak Rama, buk. Kedatangan saya kemari ingin menggantikan Ayah saya untuk melakukan kegiatan yang sering Ayah saya lakukan di sini bersama almarhumah ibu dulu," jawab Belia menjelaskan.

"Masya Allah... Ternyata kamu toh? Kamu Belia kan? Masya Allah... Ternyata kamu sudah segede ini toh?"

"Wah, Bunda senang sekali bisa bertemu dengan kamu lagi, Belia." Lanjut wanita paruh baya itu langsung memeluk tubuh Belia dengan erat.

Sedangkan Belia masih berusaha mengingat-ingat, apa benar dia pernah datang ke sana sebelumnya atau tidak?

Karena semenjak kecelakaan semasa Belia berusia 13 tahun, gadis cantik itu kehilangan sebagian dari memori ingatannya, membuat dia memang banyak kehilangan ingatan-ingatan di masa kecilnya.

"Assalamualaikum, Bunda." Terdengar suara seorang pria yang memberi salam.

"Waalaikumsalam." Jawab Mahesa melerai pelukannya pada Belia dan memeluk bahu wanita cantik itu menoleh ke arah putranya yang memberi salam.

"Astaghfirullahaladzim!" Belia kaget bukan kepalang hingga ia tanpa sadar mundur ke belakang ketika melihat kehadiran Alvan yang Belia kira adalah Elvan, karena wajah mereka yang begitu mirip.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Liajumalia Jumalia200
Gantung sekali.. bikin pnsran sja...‍...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status