Tindakan Belia membuat Alvan beserta Bundanya terperanjat kaget.
Alvan tak tahu kenapa Belia begitu terkejut melihatnya, karena bagi Alvan dia sama sekali tidak mengenali sosok wanita bercadar yang kini ada di depan matanya. "Ada apa Belia? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Mahesa benar-benar bingung berpikir apa yang terjadi dengan gadis itu? Mata Belia sudah memerah menahan tangis. "Belia? Ada apa?" Mahesa semakin panik karena gadis itu hanya diam dengan tatapan mata terlihat begitu ketakutan. "Mas!" Kembali terdengar suara seorang wanita seksi yang memanggil Alvan dari arah belakang. Alvan menoleh kebelakang melihat istrinya jalan mendekat baru pulang dari lokasi syuting. "Datang bukannya beri salam, tapi malah berteriak-teriak." Umpat Alvan melihat tingkah istrinya semakin hari semakin menjadi-jadi. "Hisya mana Mas! Mas juga apa-apaan sih ganggu syuting aku yang masih berlangsung pake acara nyuruh aku pulang segala! Mas kan bisa menjemput putri Mas sendiri!" Ketus Maria terlihat marah-marah pada suaminya. Mahesa melirik menantunya yang tidak pernah lagi menghargai suaminya semenjak namanya naik daun sebagai model terkenal di kota itu. Padahal kesuksesan yang didapat oleh wanita itu juga hasil dari suaminya selalu mendukung dari belakang. "Sekali-sekalah kamu itu harus pulang lebih cepat! Bukannya setiap hari pulang malam terus! Apa kau pikir, kau itu seorang gadis? Apa kau lupa kalau kau sudah menikah dan memiliki seorang putri!" Suara Alvan meninggi mulai kehabisan sabar dengan tingkah istrinya. Melihat kekacauan yang ada di hadapannya. Belia segera menunduk merasa hatinya bertambah sakit, ia berpikir bagaimana bisa seorang laki-laki yang sudah beristri kenapa menyewa wanita lain untuk memuaskan hasratnya, padahal jelas dia sudah memiliki istri. Pikir Belia dengan tubuh bergetar ketakutan. "B-uk... M-maaf... Apa Belia bisa pamit ke toilet sementara?" Pamit Belia tak bisa lagi menahan tangisnya. "Iya, tentu saja bisa Belia. Ayo, Bunda akan mengantarmu ke toilet." Segera Mahesa menemani gadis itu untuk pergi ke toilet. "Pulanglah! Kamu datang kemari malu-maluin aja membuat keributan di depan Bunda!" Lanjut Alvan lagi. Kedua pasangan itu kembali bertengkar di depan. "Kamu yang duluan nyuruh aku pulang dari syuting! Ya jelas dong aku marah!" Karakter Maria yang sangat keras dan selalu ingin menang sendiri, membuat ia sering menginjak-injak harga diri suaminya. "Kamu ya Maria! Semakin hari kamu itu semakin keras kepala!" Bentak Alvan. "Siapa suruh kamu itu terlahir dari keluarga miskin! Coba saja kamu jadi orang kaya! Ya jelas aku akan menghargai kamu!" Itulah Maria, jika dia sedang marah, dia pasti akan mengeluarkan kata-kata yang menghina harga diri suaminya. "Kalian tidak usah membuat keributan di sini, kalau kalian mau ribut. Kalian pulang di rumah kalian, dan ribut di sana saja!" Terdengar suara dingin dari Elvan yang baru tiba di panti asuhan milik Bundanya. Maria langsung terdiam jika dihadapkan dengan Elvan kembaran suaminya. Wanita itu seperti tidak bisa mengeluarkan kata-kata jika dia sudah berhadapan dengan kakak iparnya. Sebenarnya Maria sudah lama menaruh hati pada Elvan kakak iparnya. Akan tetapi, sikap dingin Elvan membuat dia sulit untuk mendekati kakak iparnya. Dan ternyata setelah menjalin hubungan rumah tangga selama beberapa tahun bersama dengan Alvan. Maria sama sekali belum tahu tentang latar belakang suaminya yang ternyata adalah CEO dari klinik tempat pria itu bekerja. Maria berpikir kalau Alvan hanya berprofesi sebagai dokter umum yang biasa-biasa saja. Karena selama ini Alvan memang sengaja menyembunyikan jati dirinya pada Maria. Hidup sederhana yang dijalani oleh Bunda Elvan dan Alvan, tidak ada yang mengetahui jati diri dari kedua pemuda itu. Sedangkan Elvan sendiri, adalah seorang CEO dari Perusahaan tekstil. Kedua adik kakak itu tidak ada yang mengetahui latar belakangnya kecuali orang-orang tertentu. Karena keduanya tidak pernah memperkenalkan diri mereka di publik. Keduanya juga selalu mengandalkan karyawan bawahannya yakni Asisten yang mereka percayai sepenuhnya. "Elvan? Kamu sudah datang, nak?" Mahesa yang mengantar Belia tadi ke toilet, sudah kembali lagi ke depan bersama Belia yang jalan menunduk di belakangnya. "Iya, Bunda." Jawab Elvan mencium punggung tangan Bundanya melirik Belia yang masih menunduk dalam."Mana adikmu, nak?" Tanya Mahesa saat dia tidak melihat adik kembaran Elvan yang tadi ada di sana bersama istrinya. "Alvan sudah pulang, Bunda." Jawab Elvan merasa asing dengan gadis yang berada di belakang Bundanya. Bunda Mahesa yang mengerti dengan tatapan putranya pada Belia yang seperti bertanya-tanya dalam hati. "Oh, Bunda lupa ngenalin sama, kamu. Ini Belia, masih ingat nggak? Dulu kamu kan pernah ketemu sama Belia saat dia masih usia 7 tahun, ingat kan?" Tanya wanita paruh baya itu pada putranya. Elvan berusaha mengingat-ingat sosok gadis yang kini berdiri di depannya. Beberapa detik kemudian akhirnya pria itu ingat siapa gadis tersebut. Sedangkan Belia masih menunduk seperti tak ingin mengangkat pandangan melihat wajah laki-laki yang sudah merenggut kehormatannya. Sepertinya wanita itu sudah salah paham. Belia berpikir kalau laki-laki yang pertama tadi, adalah laki-laki yang sama kini berdiri di hadapannya. Karena sudah terlanjur melihat wajah pria yang pertam
Belia menutup rapat kedua netranya agar dia tidak melihat tubuhnya yang mendarat di lantai. 1 detik.... 2 detik.... 3 detik.... Tak ada rasa sakit pun yang dia rasa. Wanita itu belum menyadari kalau tubuhnya saat ini sedang terapung di udara. Perlahan ia mulai membuka kedua netranya yang tertutup rapat. Deg! Jantungnya seperti ingin copot saat matanya bertemu pandang dengan netra tajam sosok laki-laki yang sampai saat ini masih menghantui trauma pada malam itu, si pria yang merenggut mahkotanya. "Arghhh!" Belia berteriak histeris mendorong pria tersebut hingga posisinya hampir terjatuh dari pertahanan Elvan. Tentu saja tindakan wanita itu membuat Elvan kaget. "Jauh! Argh! Kau mau apa!" Teriaknya sampai memeluk tubuhnya di bawah wastafel. Teriakan Belia sudah berhasil menarik perhatian Bunda Mahesa yang berada di luar. Wanita paruh baya itu bergegas lari ke dapur guna melihat apa yang sudah terjadi di dalam. "Belia? Ada apa?" Tanya Bunda Mahesa segera menghampi
Drrt...Deringan ponsel Elvan yang tiba-tiba berbunyi, menghentikan gerak kepala pria itu yang menoleh ingin melihat Belia di atas ranjang Bundanya."Hello." Elvan mengangkat panggilan dari Rizal dengan kaki berjalan keluar dari kamar Bunda. Alhasil, dia tidak jadi melihat Belia yang tak mengenakan cadar."Bos dimana?" Tanya Rizal."Di tempat Bunda, ada apa?" Tanya Elvan."Malam ini apa Bos datang ke Kasino?" "Tidak pasti lagi, ada apa?" "Bukan kah Bos mencari wanita malam itu? Bagaimana kalau Bos datang saja? Siapa tahu pria yang menawarkan wanita itu ada malam nanti," saran Rizal."Tidak buruk." "Ok Bos, saya tunggu kedatangan Bos." "Hm." Elvan pun menutup panggilannya dan berpamitan untuk pergi pada Bunda.*"Kenapa kau telat sekali pulang? Lihat sekarang sudah jam berapa!" Lion langsung memarahi istrinya yang baru saja pulang di waktu sudah malam.Belia terlihat takut pada suaminya itu, akan tetapi dia berusaha agar tidak berlebihan dalam ketakutan pada laki-laki yang seharus
"Ada apa Nona?" Tanya Elvan pada wanita itu."Tolong saya, Tuan! Tolong bawa saya pergi dari sini... Tolong...." Terdengar suara Belia yang memohon pertolongan pada Elvan.Elvan melihat keluar jendela mobil. Benar saja seperti ada seorang pria yang sedang mencari wanita di atas mobilnya itu.Tak ingin mengganggu waktu lebih lama lagi. Elvan segera menghidupkan mobil kemudian pergi meninggalkan lokasi bar.Cukup jauh pria itu membawa mobil. Akhirnya dia berhenti dan melihat wanita yang ada di belakang punggungnya masih ketakutan."Anda tidak apa-apa?" Tanya Elvan pada wanita itu yang ternyata adalah Belia.Merasa sudah cukup jauh. Belia mengangkat pandangan melihat sosok Elvan.Betapa kagetnya dia. Ingin wanita itu berteriak, tapi saat mengingat sekarang ini dia sedang memakai cadar. Belia akhirnya sadar kalau pria itu tidak mengenalinya.Buru-buru keluar dari mobil, "Terima kasih, Tuan." Ia ingin segera pergi dari hadapan Elvan."Tunggu! Bukankah kau, Belia?" Tanya Elvan ternyata men
Belia menutup mulut rapat tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Beberapa hari yang lalu dia merasakan mual-mual dan tidak enak badan. Akan tetapi dia tidak terlalu mengambil pusing dengan kesehatan tubuhnya. Tapi pusing yang sering datang menyerbu hingga ia mulai menyadari sesuatu.Di mana sesuatu yang dia sadari itu, adalah tentang dirinya yang tidak pernah datang tamu bulanan bagi seorang wanita yang normal.Akhirnya Belia berinisiatif untuk membeli tespek guna memeriksa kandungan. Ia berharap kalau dia tidak benar-benar hamil. Akan tetapi ternyata dugaannya meleset. Jauh dari bayangannya, tercetak dua garis merah di benda pipih yang baru saja ia gunakan untuk mengecek keadaan dirinya.Benar, dia benar-benar hamil anak dari laki-laki yang pernah membeli perawan sebulan yang lalu.Keadaan hidupnya sekarang ini lagi tidak keruan. Ditambah lagi dengan berbagai ujian yang datang silih berganti membuat dia benar-benar menjadi wanita yang sangat down tanpa ada siapapun untu
"Tidak bisa? Tapi kenapa, Belia? Apa putra Bunda kurang baik? Atau putra Bunda itu terlalu dingin? Atau apa yang tidak kamu sukai dari putra Bunda? Nanti Bunda akan meminta Elvan untuk ubah sikapnya yang tidak kamu suka darinya..." Bunda sangat sedih karena niat baiknya ternyata ditolak langsung oleh Belia yang sudah dia impikan untuk menjadi menantunya.Wanita yang ditanya itu semakin meremas jari-jemari tangannya hingga memerah.Akan sangat sulit untuk Belia menjelaskan kalau sesungguhnya dia sudah menikah. Bukan itu saja alasannya. Akan tetapi Elvan adalah laki-laki yang paling dia benci karena sudah membeli perawannya dan merenggut kegadisannya hingga membuat dia hamil.Iya, walaupun dia tahu kalau saat ini dia sedang mengandung benih dari Elvan. Tapi itu tidak akan menjadi alasan untuk dia mau menikah dengan pria itu. Karena bagi Belia, Elvan itu adalah laki-laki bejat yang suka merusakkan anak gadis orang lain, termasuk dirinya sendiri.Belia tak tahu kalau sebenarnya dia ada
"Kenapa kau menolakku?" Tanya Elvan pada Belia yang bersiap untuk pulang dari panti.Membalik badan lihat laki-laki yang mengajaknya bicara.Belia memandang pria itu dengan pandangan sulit diartikan.Seharusnya kau tidak bertanya kenapa aku menolak mu. Kau itu adalah laki-laki bajingan yang tidak pantas memiliki seorang istri, lalu untuk apa kau ingin menikah? Batin Belia hanya bisa berbicara dalam hati tanpa mengutarakannya secara langsung.Karena wanita itu tahu, kalau Elvan pasti tidak mengenalinya, wanita yang pernah pria itu nodai.Tak ingin membuang-buang waktunya bersama pria itu. Ia pun kembali melanjutkan langkah kaki untuk meninggalkan Elvan tanpa memberi pria itu jawaban, kenapa dia tidak menerima lamaran dari ibu Elvan.Ternyata Elvan langsung tidak menahan kepergian Belia. Dia hanya diam menatap dingin belakang punggung wanita di balik cadar itu.*Kantor Vioc Olaga.Karena sangat penasaran dengan gadis bernama Belia yang baru saja menolak lamaran dari Bundanya. Elvan p
"Kau di pecat!" kata manager minimarket tempat Belia kerja. Mendengar ucapan atasannya tentu saja wanita itu terperanjat kenapa dia dipecat? Pikirnya dalam hati. "Saya dipecat, pak? Tapi apa alasannya saya dipecat? Saya merasa setiap kinerja saya selalu melakukan yang terbaik. Kesalahan saya itu hanya karena, saya terlalu banyak libur." "Itu juga bukan karena libur untuk bersenang-senang, pak. Saya libur itu karena memang ada urusan yang mendesak," ucap Belia membela diri karena merasa keputusan atasannya itu benar-benar tidak masuk akal. Padahal setiap kali dia libur, dia pasti akan konfirmasi pada atasan kalau dia mau libur. Tapi ini kok kenapa dia tiba-tiba dipecat tanpa ada sebab yang jelas. "Di sini itu memerlukan seorang karyawan berdisiplin! Dan kamu tidak bisa menjadi karyawan seperti yang di harapkan!" "Masih banyak pekerjaan di luar sana. Kau hanya bisa tinggal memilihnya. Karena di sini, tenagamu sudah tidak dibutuhkan lagi!" Tambah manajer tersebut. Usai ia b
"Menikahlah denganku." "Tidak! Aku tidak mau menikah denganmu! Kau itu laki-laki yang paling aku benci! Lalu untuk apa aku mau menikah denganmu!" Jawab Belia menatap Elvan yang mengajaknya menikah."Karena apa? Karena alasan seperti apa? Dan apa yang membuatmu begitu membenciku? Aku merasa sebelumnya kita tidak pernah ada masalah di antara satu sama lain, hingga bisa membuat kau membenci ku.." ucap Elvan.Belia langsung menarik cadar yang menutupi wajahnya selama ini memperlihatkan siapa dia yang sesungguhnya."Apa kau masih mengingat wajahku?" DEG"K-kau..." "Argh!" Belia langsung terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah."Belia? Ada apa?" Rosa menyentuh bahu wanita itu yang terbangun tiba-tiba dari tidurnya.Belia langsung melihat wajah Rosa, "T-tidak, a-aku tidak apa-apa." Belia mengedar pandangan, ternyata mereka berdua masih ada di halte bus. Semasa diusir tadi, mereka berdua tak tahu mau ke mana. Dan akhirnya mereka berakhir istirahat di halte bus. Tadinya Rosa
"Karena hatiku yang menginginkan untuk mengeluarkan mu dari semua bentuk penderitaan. Hatiku tidak suka melihat penderitaanmu... Dan apa yang aku lakukan itu, karena hatiku yang menginginkannya." Elvan berkata terang-terangan pada Belia, kalau dia memang memiliki rasa pada wanita itu.Sejenak kemudian Belia kaget, ia tidak mengerti kenapa Elvan berkata demikian.Apakah pria itu menyukainya? Atau hanya bentuk simpati? Belia tertawa miris saat mengingat perbuatan Elvan yang sudah merenggut kesuciannya."Apa Anda sedang bercanda? Apa yang ingin Anda katakan? Anda ingin bilang kalau saya itu sangat memprihatinkan begitu? Cih! Tidak usah sok kasihan sama saya!" Air mata bercucuran jatuh dari kedua matanya."Tidak, bukan karena prihatin." Jawab Elvan menatap Belia tanpa berkedip."Tapi karena aku menyukaimu." Tambah Elvan membuat Belia membeku.Mereka berdua sama-sama diam dengan kontak mata tanpa diputuskan. Masing-masing sibuk dengan perasaan.Cukup lama keduanya saling diam dan tatap m
DEGBelia membeku melihat Alvan yang memakai pakaian dinas. Sedangkan Elvan memakai baju putih di dalam yang di lapisi jas berwarna silver di luar.Rosa tak beda jauh seperti Belia, dia juga kaget melihat kedua laki-laki yang begitu mirip itu.Jadi mereka kembar? Lalu? yang mana satu kemarin membeli Belia dari suaminya? Pikir Rosa pusing sendiri.Sedangkan Belia menatap kedua pria itu silih berganti dengan perasaan bingung dan benar-benar tidak tahu mana satu laki-laki malam itu?"Belia?" Sapa Elvan pada wanita itu.Belia tak menjawab, tapi terlihat jelas dari tatapan matanya. Kalau dia sedang keliru membedakan antara kedua laki-laki kembar di hadapannya.Dokter Alvan mengerutkan kedua alis."Belia? Belia putri paman Rama?" Tanya Alvan pada kakaknya.Elvan mengangguk tanpa mengalih pandangannya dari mata Belia. Belia sampai menunduk tak sanggup menatap mata Elvan yang seperti mengandung makna mendalam. Lalu yang mana satu laki-laki malam itu? Ayah biologis dari janin yang ada dala
"Bagaimana bisa dia mempunyai jumlah uang yang aku minta. Di mana dia mendapatkan uang sebanyak itu?" Ujar Lion pada dirinya sendiri ketika ia benar-benar menemukan sebesar 5 miliar dalam saldonya."Aku kaya! Aku kaya!" Lion berteriak-teriak seperti orang gila senang melihat uang banyak."Tapi tunggu! Kalau begitu, aku tidak punya lagi pendapatan dari wanita itu! Cih! Bagaimana kalau uang ku sudah habis aku judi kan!" Pikirnya terdiam sejenak."Sepertinya, gadis banyak bacot kemarin itu masih seorang gadis.." ucapnya tersenyum penuh arti.Aku tahu apa yang akan aku lakukan!Drrt drrtTiba-tiba ponsel Lion berbunyi, mendapat panggilan dari nomor tak di kenali."Siapa?" Tit"Hel----" ucapan Lion terputus mendengar suara bariton dari seberang sana."Ceraikan istri mu. Kalau tidak, aku tidak akan segan-segan menunaikan ucapanku kemarin." Ucap Elvan dari seberang panggilan langsung menutup panggilan itu.Tangan Lion bergetar melihat latar ponselnya yang sudah mati."Dimana dia mendapa
"Sakit!" Kaget Rosa ketika ia memeriksa suhu tubuh Belia yang terasa begitu panas."Aku harus segera membawanya ke rumah sakit." Gumam Rosa berusaha memesan gojek melalui online.Usai gadis itu memesan gojek, ia pun memakaikan Belia jilbab dan juga cadar dengan hati-hati.Belia benar-benar seperti tak bisa menggerakkan tubuhnya. Suhu panas dalam diri wanita itu membuat Belia seperti tak sadarkan diri."Kenapa kau panas sekali seperti ini, Belia. Kau membuat aku benar-benar mengkhawatirkan kamu." Ucap Rosa berusaha memapah tubuh sahabatnya dengan air mata menitik.Rosa sangat menyayangi Belia, karena baginya Belia adalah satu-satu sahabat yang dia anggap sebagai keluarga. Rosa anak yang tumbuh di keluarga broken home. Kedua orang tuanya masing-masing sudah menikah. Dan dia memilih bekerja sendiri di minimarket serta hidup di kontrakan.Sebelumnya Rosa hidup bersama ibunya. Akan tetapi dia tidak suka dengan kakak laki-laki tirinya yang seperti menyukainya. Dan sering masuk ke dalam ka
Senyuman merekah terukir dari bibir Lion, ketika Elvan bertanya berapa harga yang Lion inginkan untuk membeli Belia.Tes tes tesTetes bening berjatuhan dari kedua kelopak mata Belia. Sungguh dia merasa, kalau ia tidak punya harga diri sama sekali. Di mana-mana semua laki-laki suka menghargakan dirinya dengan sejumlah uang.Apa begitu murahnya ia di mata semua orang? Apa menurut semua orang yang ada di sekelilingnya dia begitu tidak berharga? Apa orang-orang menilainya semurahan itu? Sungguh sangat tragis nasib hidupnya."Sungguh Anda yakin mampu membelinya? Karena saya menjual istri saya, tidak dengan uang sedikit.." ucap Lion lagi tak sabar ingin menyebutkan nominal uang yang sudah terbayang-bayang di otaknya."Berapapun itu, sama sekali bukan masalah bagiku, asalkan kau tidak akan pernah lagi munculkan dirimu di hadapan Belia, karena dengan kau menjualnya padaku, itu tandanya kau sudah tidak punya hak apa-apa lagi sebagai seorang suami untuknya.""Dan setelah kau menjualnya, mak
Untuk beberapa saat, Lion dan Elvan masih diam saling tatap antara satu sama lain. Masing-masing dari tatapan pria itu, seperti ada sesuatu yang mendalam. Lion mendekat wajahnya di kuping Elvan, "Ada sesuatu yang menarik, tapi Anda tidak menyadarinya.." bisik Lion sengaja memberi tanda tanya. Deg deg deg Belia berdebar-debar mendengar ucapan Lion, sepertinya dia tahu kemana arah pembicaraan pria itu. "Sayangnya, aku tidak tertarik dengan sesuatu yang kau anggap menarik itu." Ujar Elvan berbalik ingin beredar pergi. Ia sangat muak melihat wajah suami Belia yang memang sengaja memancing emosinya. Sebelum dia benar-benar hilang sabar dan akan membuat Lion babak belur, lebih baik ia segera pergi saja. "Kau tidak mau mendengar dulu tawaranku?" Lion menghentikan langkah kaki Elvan. "Aku tidak tertarik." Jawabnya kembali melangkah pergi. Belia sudah mulai gelisah, sepertinya dia mulai menyadari ada sesuatu yang ingin di lakukan oleh laki-laki bajingan yang bergelar suaminya it
"APA!"Mendapat kabar kalau istrinya dibawa oleh laki-laki lain, membuat Lion sangat marah.Menurutnya kalau Belia itu memang murahan, hanya saja istrinya itu seorang wanita munafik, yang mau menikmati uang hasil dari jualan dirinya sendiri. Tanpa ingin berbagi dengannya.Tentu saja Lion mendapat kabar itu dari Erika yang baru saja menghubunginya, memberitahukan pada Lion, kalau Belia pergi bersama seorang pria.Pikiran-pikiran negatif Lion tentang Belia yang ingin menjual diri dan menikmati hasilnya sendiri, membuat Lion semakin tak bisa mengontrol murka.Pria itu melacak keberadaan Belia. Pikirnya, dia harus memberi pelajaran langsung pada wanita itu karena sudah berani bertindak sesuka hati tanpa sepengetahuannya.Tak lama Lion melacak keberadaan Belia, akhirnya dia bisa menemukan keberadaan istrinya."Bersiaplah untuk menerima hukuman dariku perempuan sialan!" Segera pergi mencari keberadaan Belia yang ternyata sedang menuju ke rumah sahabatnya Rosa.*Belia sudah tiba di rumah
"Pergi kata, ayah!" Tak bisa lagi untuk mempertahankan dirinya untuk tinggal, karena apapun yang dia lakukan. Sang ayah akan tetap mengusir, serta memintanya untuk segera pergi dari rumah. Dengan langkah longlai, Belia mulai menegakkan hati untuk pergi. Memang siapa yang dia harap bisa melindunginya? Ayah? Bahkan seorang ayah pun seperti tak ingin lagi melihatnya. Kakak? Kakak saja masih butuh perlindungan dari orang lain, bagaimana dia ingin meminta perlindungan dari kakak yang memiliki banyak keterbatasan. Elvan yang berdiri diam di sana. Melihat semua kekejaman yang di dilakukan oleh orang tua Belia. Diam-diam laki-laki itu seperti ada rasa dendam pada keluarga Belia, melihat wanita itu diperlakukan sangat tidak adil. Elvan tentu saja tahu kalau harta yang dinikmati ayah Belia, adalah harta almarhumah Istrinya. Ibu Belia dulu sangat akrab dengan Bundanya. Sudah pasti dia tahu semua yang bersangkutan tentang latar belakang keluarga Belia. "Mari aku antar pulang." Kata