Share

Ke Panti (1)

Tindakan Belia membuat Alvan beserta Bundanya terperanjat kaget.

Alvan tak tahu kenapa Belia begitu terkejut melihatnya, karena bagi Alvan dia sama sekali tidak mengenali sosok wanita bercadar yang kini ada di depan matanya.

"Ada apa Belia? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Mahesa benar-benar bingung berpikir apa yang terjadi dengan gadis itu?

Mata Belia sudah memerah menahan tangis.

"Belia? Ada apa?" Mahesa semakin panik karena gadis itu hanya diam dengan tatapan mata terlihat begitu ketakutan.

"Mas!" Kembali terdengar suara seorang wanita seksi yang memanggil Alvan dari arah belakang.

Alvan menoleh kebelakang melihat istrinya jalan mendekat baru pulang dari lokasi syuting.

"Datang bukannya beri salam, tapi malah berteriak-teriak." Umpat Alvan melihat tingkah istrinya semakin hari semakin menjadi-jadi.

"Hisya mana Mas! Mas juga apa-apaan sih ganggu syuting aku yang masih berlangsung pake acara nyuruh aku pulang segala! Mas kan bisa menjemput putri Mas sendiri!" Ketus Maria terlihat marah-marah pada suaminya.

Mahesa melirik menantunya yang tidak pernah lagi menghargai suaminya semenjak namanya naik daun sebagai model terkenal di kota itu. Padahal kesuksesan yang didapat oleh wanita itu juga hasil dari suaminya selalu mendukung dari belakang.

"Sekali-sekalah kamu itu harus pulang lebih cepat! Bukannya setiap hari pulang malam terus! Apa kau pikir, kau itu seorang gadis? Apa kau lupa kalau kau sudah menikah dan memiliki seorang putri!" Suara Alvan meninggi mulai kehabisan sabar dengan tingkah istrinya.

Melihat kekacauan yang ada di hadapannya. Belia segera menunduk merasa hatinya bertambah sakit, ia berpikir bagaimana bisa seorang laki-laki yang sudah beristri kenapa menyewa wanita lain untuk memuaskan hasratnya, padahal jelas dia sudah memiliki istri. Pikir Belia dengan tubuh bergetar ketakutan.

"B-uk... M-maaf... Apa Belia bisa pamit ke toilet sementara?" Pamit Belia tak bisa lagi menahan tangisnya.

"Iya, tentu saja bisa Belia. Ayo, Bunda akan mengantarmu ke toilet." Segera Mahesa menemani gadis itu untuk pergi ke toilet.

"Pulanglah! Kamu datang kemari malu-maluin aja membuat keributan di depan Bunda!" Lanjut Alvan lagi. Kedua pasangan itu kembali bertengkar di depan.

"Kamu yang duluan nyuruh aku pulang dari syuting! Ya jelas dong aku marah!" Karakter Maria yang sangat keras dan selalu ingin menang sendiri, membuat ia sering menginjak-injak harga diri suaminya.

"Kamu ya Maria! Semakin hari kamu itu semakin keras kepala!" Bentak Alvan.

"Siapa suruh kamu itu terlahir dari keluarga miskin! Coba saja kamu jadi orang kaya! Ya jelas aku akan menghargai kamu!" Itulah Maria, jika dia sedang marah, dia pasti akan mengeluarkan kata-kata yang menghina harga diri suaminya.

"Kalian tidak usah membuat keributan di sini, kalau kalian mau ribut. Kalian pulang di rumah kalian, dan ribut di sana saja!" Terdengar suara dingin dari Elvan yang baru tiba di panti asuhan milik Bundanya.

Maria langsung terdiam jika dihadapkan dengan Elvan kembaran suaminya. Wanita itu seperti tidak bisa mengeluarkan kata-kata jika dia sudah berhadapan dengan kakak iparnya.

Sebenarnya Maria sudah lama menaruh hati pada Elvan kakak iparnya. Akan tetapi, sikap dingin Elvan membuat dia sulit untuk mendekati kakak iparnya.

Dan ternyata setelah menjalin hubungan rumah tangga selama beberapa tahun bersama dengan Alvan. Maria sama sekali belum tahu tentang latar belakang suaminya yang ternyata adalah CEO dari klinik tempat pria itu bekerja.

Maria berpikir kalau Alvan hanya berprofesi sebagai dokter umum yang biasa-biasa saja. Karena selama ini Alvan memang sengaja menyembunyikan jati dirinya pada Maria.

Hidup sederhana yang dijalani oleh Bunda Elvan dan Alvan, tidak ada yang mengetahui jati diri dari kedua pemuda itu.

Sedangkan Elvan sendiri, adalah seorang CEO dari Perusahaan tekstil. Kedua adik kakak itu tidak ada yang mengetahui latar belakangnya kecuali orang-orang tertentu.

Karena keduanya tidak pernah memperkenalkan diri mereka di publik. Keduanya juga selalu mengandalkan karyawan bawahannya yakni Asisten yang mereka percayai sepenuhnya.

"Elvan? Kamu sudah datang, nak?" Mahesa yang mengantar Belia tadi ke toilet, sudah kembali lagi ke depan bersama Belia yang jalan menunduk di belakangnya.

"Iya, Bunda." Jawab Elvan mencium punggung tangan Bundanya melirik Belia yang masih menunduk dalam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status