"ADA BOM?!"
Pertanyaan atas kejutan yang baru Alessia terima membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Jalanan pegunungan di tepi jurang ini terasa sangat sesak saat dia diberitahu oleh asisten AI mobil miliknya jika terdapat bom di dalam mobil.
Dia tak bisa menghindari kematiannya kali ini, saingan bisnisnya berhasil membuatnya tak bisa berkutik dengan rencana mereka yang matang.
"Lucy, apakah bisa menghindari ledakan?" Tanyanya pada asisten AI mobil canggihnya untuk meminta solusi di situasi genting ini.
Namun, Lucy dengan suara magnetis nya mengatakan jika tak ada cara lain.
Dan sedetik kemudian mobil itu meledak hingga puing-puing mobil berceceran dengan tubuh Alessia yang hancur lebur seperti potongan daging yang berantakan.
Alessia tak merasakan apapun saat kematiannya berlangsung.
Dia berpikir jika dia akan berada di dalam neraka dan menjalani alam baka.
Namun, saat dia membuka matanya secara perlahan, dia tidak melihat neraka yang dia pikirkan sebelumnya. Tapi, dia melihat seorang pria tampan yang tengah tertidur di sampingnya dengan wajah tenang.
Tapi tunggu…..
Pria itu telanjang!!!
Alessia langsung bangkit dari tidurnya ketikanmenyadari apa yang terjadi, namun tak dia sangka pria itu terbangun akibat gerakannya dan menahan pinggangnya dengan erat dengan satu lengannya hingga dia rubuh kembali.
"Kau sudah bangun, baby?" Suara seraknya sungguh mempesona seperti alunan musik yang lembut dan sedikit menggelitik di indera pendengaran.
"S-siapa kau?!" Tanya Alessia dengan gugup, sungguh pesona pria disampingnya tak bisa dia hiraukan.
Dia bukan penggila pria tampan, tapi dengan jujur pria ini bahkan tak bisa dianggap sebagai hal yang mudah diabaikan.
"Apakah setelah menghabiskan malam yang panjang denganku kau mendadak lupa ingatan, hm?"
Mata hitam tajamnya seolah menunduk dengan bulu mata lentik yang mempesona ditambah hidung mancung tercetak sempurna menambahkan kesan tak nyata pada pria itu.
"Biarkan aku pergi" Ucap Alessia mencoba menenangkan diri lalu memindahkan lengan pria itu.
"Apa kau perlu bantuan? Aku tak menyangka jika kau masih menjaga kesucianmu tadi malam. Aku kira kau sama dengan jalang yang aku sewa seperti sebelumnya."Kata pria itu dengan tenang sambil menyangga kepalanya dengan salah satu lengannya.
Alessia menggeleng, dia perlu waktu untuk sendiri sekarang untuk merenungkan apa yang terjadi saat ini. Dia tak bisa berbicara sembarangan saat ini, dia butuh memproses semuanya.
Alessia langsung berdiri meninggalkan pria asing itu dengan berbalut selimut. Dia berjalan tertatih-tatih menuju ke kamar mandi. Namun, fokusnya teralihkan saat melihat tahun di kalender yang ada di nakas meja.
Tahun 2023??
Dia begitu terkejut melihatnya, berarti ini adalah abad ke 21 jika benar tahun 2023.
"Apa aku berpindah waktu ke masa lalu setelah kematianku?" wajahnya mulai pucat pasi.
"Hei, kau kenapa??" Pria yang ada di ranjang tadi bertanya padanya.
Alessia segera menggeleng dan mempercepat langkahnya menuju ke kamar mandi, dia butuh merenung saat ini untuk menetralkan rasa terkejutnya.
"Okey, Alessia tenangkan dirimu." Gumamnya di depan pintu dan menyandarkan tubuhnya di depan pintu kamar mandi.
Rasanya sungguh begitu rumit menerima mengejutkan dalam waktu yang sangat singkat.
Dia adalah wanita dari abad ke 23 dan kini harus terjebak di abad ke 21.
"Aku harus tenang, aku tak boleh terlihat panik." Gumamnya dengan memegang dadanya kuat.
Saat melihat wajahnya di cermin, Alessia tak melihat wajahnya namun sosok wanita asing disana.
Alessia menghela nafasnya, dia sudah menebak ini. Tidak mungkin dia berada di tubuhnya karena tubuhnya hancur lebur karena ledakan mobil itu.
"Lalu dimana ini, dinegara mana ini dan siapa aku sekarang?" Gumamnya dengan rasa kebingungan yang dia rasakan.
Rasanya kepalanya ingin meledak, apalagi dia harus bangun di abad yang jauh dari abadnya sebelumnya.
"Abad ini cukup tertinggal dibanding Abadku sebelumnya." Gumam Alessia dengan kesal.
Dia berjalan kesana kemari untuk merencanakan sesuatu agar dia bisa hidup disini dan mencari cara untuk kembali ke abad sebelumnya.
"Tapi…" langkahnya terhenti saat memikirkan tentang wanita pemilik tubuh ini.
"Siapa wanita ini? Siapa identitasnya? Jika didengar dari ucapan pria itu, seharusnya wanita ini adalah seorang jalang yang melayani pria-pria kaya. Terlebih tampilan pria itu tak cukup sederhana ." Gumamnya dengan penilaiannya yang tajam.
"Kenapa juga tak ada satupun ingatan yang ditinggalkan pemilik tubuh ini."
Dia sekali lagi menghela nafasnya, lalu menuju ke shower untuk mengguyur tubuhnya yang sangat terasa kotor.
Alessia menikmati air yang mengguyur tubuhnya untuk meredakan rasa sakit kepala yang sedang dia alami saat ini.
Ketika dia keluar, pria yang dilayani wanita ini belum juga keluar dan masih berada disana dengan posisi yang sama.
"Kau sudah selesai?" Tanya pria itu dengan ketenangan yang terpancar di setiap perkataannya.
Alessia tak menjawab dan lebih memilih mengabaikannya.
"Baiklah tuan, sepertinya kita sudah tidak ada urusan. Bisakah anda pergi?" Usirnya dengan wajah tak nyaman.
Dia butuh ruang privasi untuk memikirkan segalanya saat ini.
Namun bukannya pergi, pria itu malah terkekeh dengan pelan.
"Oh sayang, apakah kau berakting sebagai nyonya muda sekarang? Apa kau lupa ini dimana? Ini di kamar penthouse ku. Bukankah kau yang seharusnya pergi jika aku menginginkannya?"
Alessia yang mendengarnya terkejut, dia kira ini adalah kamar hotel. Ternyata dia berada di penthouse terlebih milik pria ini?
Namun, bukan Alessia jika tak mempertahankan harga dirinya, dengan tenang dia berdehem dan menyilangkan salah satu kakinya.
"Maafkan saya, tapi saya tak tahu cara pulang. Bisakah anda memberikan saya satu supir untuk mengantarkan pulang?" Tanya Alessia dengan serius.
Pria itu yang sebelumnya terbaring langsung mendekat ke arah Alessia dengan baju tidur kimononya yang mengekspos dada bidangnya yang tercetak sempurna disana.
"Kau berani memerintahku, heh?" Ucapnya sambil memegang dagu wanita itu dengan senyum miring.
Alessia dengan segera menghempaskan tangan pria itu yang sangat tidak sopan pada dirinya itu.
"Jaga sopan santun anda, tuan. Saya masih bersabar." Ucapnya dengan tegas.
Pria itu tampak semakin tertarik menatap ke arah Alessia, "Aku tak menyangka kau berubah sikap menjadi pemalu menjadi pemberani dalam semalam. Tapi sepertinya kau cocok untukku." Ucap pria itu dengan tenang menatap ke arah Alessia.
"Apa maksud anda?"
"Kau sangat nikmat, jadilah kekasih kontrakku."
"Satu juta dollar untuk kontrak tiga bulan. Bagaimana? Bukankah penawaran yang menarik?" Tanya pria itu dengan senyum penuh keangkuhan yang terukir di wajahnya. Alessia menatap pria itu dengan aneh, tapi jika dipikir dia tak memiliki apapun saat ini untuk bertahan hidup di tempat asing ini. Tawaran pria itu cukup menggiurkan untuk tiga bulan menjadi kekasihnya. Dan dia memiliki waktu untuk mengenal tempat baru ini. Tapi dia tak tahu satu juta dollar di tahun ini bernilai berapa? Jika di dunianya dahulu satu juta dollar memang cukup untuk hidup tiga bulan. Tapi dia harus mengambil keuntungan semaksimal mungkin dengan pria itu. Dia langsung menatap ke arah "Satu juta dollar memang bisa membeli apa saja disini?" Tanya Alessia dengan wajah serius. Bahkan dia tanpa takut menatap mata tajam pria itu. Matteo terkejut saat wanita di depannya tak tahu betapa banyaknya satu juta dollar disini, "Kau bisa membeli perhiasan, pakaian mewah, mobil, dan juga rumah. Apakah kau sedang bercanda d
“Ini adalah data wanita yang anda minta tuan.” Ucap Josh pada tuannya sambil meletakkan berkas di depannya. Matteo yang melihat itu segera membuka berkas tersebut.Dia membaca dengan cermat, tak hanya itu Josh juga menjelaskan rincian dari data yang telah ditemukan.“Wanita itu bernama Alesha Reymon, dia adalah putri dari Almarhum Leonardo Reymon dan istrinya Resha. Namun saat ini dia sebatang kara dan hanya tinggal bersama ibu tirinya atau istri kedua tuan Leonardo. Dia dijual di rumah bordil tiga hari yang lalu dan anda adalah pelanggan pertama wanita tersebut. Alasan ibu tirinya menjualnya karena ayahnya memiliki hutang besar.” Jelas Josh pada Matteo.Matteo menyimaknya dengan serius lalu menatap ke arah asistennya tersebut, “Bagaimana dengan kepribadiannya sehari-hari? Apa kau mendapatkan detail itu?” Tanya Matteo dengan serius.Josh mengangguk dan menjelaskan lagi pada Matteo, “Dia adalah wanita dengan kepribadian yang cukup tertutup, dia selalu diam dan tak banyak bicara, dia ju
Makan malam keluarga Filcher, seluruh keluarga hadir setiap minggunya untuk menghadiri makan malam rutin.Kesibukan keluarga Filcher membuat mereka tak bisa selalu berkumpul secara lengkap hingga mereka harus mengkhususkan mengosongkan jadwal mereka untuk agenda mingguan ini.“Kapan kau menikah? Apa kau menunggu sampai usiamu tujuh puluh tahun lebih dulu?” Tanya tuan besar Filcher, tuan Henrey dengan tajam.“Sayang, jangan memaksa Matt seperti itu. Bukankah dia baru berusia tiga puluh tahun?” Ucap istri tuan Henrey, nyonya Irish. Dia adalah istri kedua tuan Henrey setelah nyonya Isabel, ibu Matteo meninggal dunia.Tuan Henrey menatap istrinya dengan rasa jengkel, “Kau lihat? Dia hanya berguna untuk perusahaan saja, tidak sebagai putra.”TAK!Suara jam tangan yang terbentur kaca terdengar cukup keras untuk menghentikan percakapan yang membuat telinga pria itu cukup panas malam ini.“Apakah tak ada pembahasan yang lebih bermutu?” Tanya Matteo dengan dingin.Theo, adik dari Matteo tampak
Ruangan yang penuh dengan bau asap rokok dan alkohol tersebut membuat Alessia tampak tak nyaman dan risih, terlebih dengan tatapan wanita dengan lipstik merah cabai yang tampak begitu tebal dan sangat berlebihan itu seperti melihatnya seperti mangsanya yang ingin dijual. “Jadi anda ingin membeli wanita dari tempat kamu?” Tanya wanita itu dengan angkuh, payudaranya yang besar tampak bergerak saat dia duduk tegak. Bahkan Alessia berani bertaruh jika payudara itu bukanlah asli. “Ya. Berapa yang harus saya bayar?” Tanya Matteo dengan wajah serius. Alessia menatap ke arah pria itu, mereka benar-benar bertransaksi untuk membeli dirinya tanpa melibatkan dia. Oh tuhan, selama dia hidup dia tak pernah mendapatkan penghinaan ini sebelumnya. Namun, Alessia hanya menahannya dan tak ingin membuat kekacauan. “Cukup mahal, karena wanita ini merupakan wanita perawan yang baru pertama kali melakukannya terlebih anda yang mencobanya pertama kali. Melihat anda yang langsung ingin membelinya secara pr
Tidur di pelukan seorang pria adalah hal pertama kali yang Alessia rasakan ketika dia bangun dari tidurnya, dengan gerakan perlahan dia melepas pelukan pria itu darinya dan bangkit dari sana. Dia melamun dengan menatap pantulan kaca dirinya di kamar mandi, wanita yang sekarang menjadi tubuhnya ini ternyata cukup cantik jika dirawat dengan baik. Bagaimana kehidupan wanita ini dan apa yang terjadi sebelumnya membuatnya penasaran, tapi biarlah semuanya terjawab dengan waktu. Melihat Matteo masih tertidur dengan nyenyak, Alessia memilih untuk keluar dari kamar. Di penthouse hanya ada satu pelayan namun cukup banyak pengawal di luar yang anehnya semua pengawal berwajah datar tanpa ekspresi. Ketika ke dapur, dia melihat Josh yang sedang menikmati kopi pagi dan membaca koran disana. “Nona.” Josh langsung berdiri saat melihat Alessia datang ke arahnya, Alessia hanya mengangguk lalu mengatakan untuk Josh menikmati paginya. “Duduk saja, aku tak akan mengganggumu. Jangan sungkan.” Ucap A
‘Wanita sering memikirkan seks. Bukan hanya pria yang selalu ingin bermesraan dan melakukan hubungan seks. Wanita juga begitu, bahkan kadang-kadang lebih dahsyat. Dia mempunyai imajinasi yang nakal tentang seks’Itu adalah salah satu isi buku dari seni memahami wanita. Matteo membacanya dengan serius sejak tadi pagi setelah Josh memberikannya buku ini.“Aku tak tahu jika wanita memiliki pemikiran liar juga.” Gumam Matteo dengan serius.Dia kemudian membalik halaman dari buku tersebut hingga sekretarisnya datang untuk mengingatkan jadwalnya hari ini.“Tuan, sudah waktunya rapat. Semua sudah menunggu anda.” Ucap wanita itu dengan sopan.Matteo yang mendengarnya langsung menutup bukunya dan menaruhnya di atas meja, dengan tatapan dingin dia menatap sekretarisnya itu, “Ya. Suruh mereka bersiap-siap. Aku akan datang.” Ucap Matteo dengan tegas. Lalu dia berdiri dan bersiap untuk menghadiri rapat.Dia berjalan dengan tegas menuju ke ruang rapat dimana sudah siap bahan yang akan mereka rapatk
“Disini sudah include semuanya, nona. Meskipun harga sewanya cukup mahal namun anda hanya perlu membawa diri dan baju saja karena semuanya sudah tersedia.” Ucap pemilik apartemen tersebut. Alessia terdiam, dia tak menyangka harga beli apartemen sangat mahal meskipun dalam ukuran kecil. Dia kira abad ini masih tergolong murah, dia mulai terdiam mempertimbangkan untuk menyewa tempat ini saja karena dia belum tentu akan menetap disini. “Saya akan sewa tiga bulan, tapi bisakah aku merubah desain apartemen? Jujur saja aku kurang nyaman dengan penataan ini.” Ucap Alessia dengan serius. Pemilik apartemen tersebut terdiam sejenak hingga akhirnya dia mengangguk, “Baiklah nona, namun anda tak bisa memasang wallpaper dinding atau sebagainya yang merusak. Apakah anda setuju?” Tanya pemilik apartemen tersebut pada Alessia. Alessia mengangguk, “Saya akan mentransfer uangnya, setelah saya menandatangani kontrak sewa.” Ucap Alessia dengan tenang. Pemilik tersebut mengangguk dan memberikan kontra
“Kau tak melupakan makan malam dengan putri dari keluarga Beldiv kan?” Tanya tuan Henrey dengan tegas melalui panggilan suara.“Aku tak menyukainya, jadi berhenti untuk mendatangkan wanita untukku.” Ucap Matteo dengan tegas.Tuan Henrey di seberang sana bersikap dengan tegas, “Jika kau tak datang, maka aku tak akan mengijinkan mu menginjak tanah makam ibumu!” Ucap tuan Henrey dengan dingin.Matteo mengepalkan tangannya dengan kuat, pria itu sangat tau dimana kelemahannya, dia membenci pria yang disebut sebagai ayah tersebut.“Ya.” Ucapnya dengan dingin lalu mematikan teleponnya dengan sepihak.Matteo benar-benar tak habis pikir dengan ayahnya saat ini, pria itu selalu melakukan apapun dengan sesuka hatinya.“Freya Beldiv.” Gumamnya,wanita yang menjadi pilihan ayahnya untuk berkencan padanya malam ini.Dia benar-benar tak bisa menolak, dan untuk mengungkapkan jika dia sudah memiliki seorang kekasih juga bukan hal yang mudah terlebih latar belakang wanita itu dari rumah bordil.Matteo m
“Kau kembali begitu cepat.” Matteo menyambut Alessia dengan hangat di bandara.Pagi ini Alessia telah tiba, Matteo mengira jika wanita itu akan lama berada disana.“Aku merindukan Liam.” Jawab Alessia dengan tenang.“Aku? Apa kau juga merindukan aku, Sia?” Tanya Matteo dengan senyum manisnya.Alessia tampak tersenyum melihat itu, namun dia memilih untuk berjalan menuju ke parkiran mobil mereka.“Alessia, apa kau masih ingat penawaranku? Bagaimana? Apakah kau bisa menerimaku kembali?” Tanya Matteo dengan penuh harap.Sudah lama dia menunggu, dia tak bisa menunggu terlalu lama lagi.Alessia berhenti sejenak, memandang Matteo dengan serius. "Matteo, aku perlu waktu untuk memikirkannya dengan baik. Ini bukan keputusan yang bisa aku ambil begitu saja." Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kepastian.Matteo menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. "Aku mengerti. Aku akan menunggu keputusanmu, Sia." Dia mencoba tersenyum, meskipun ada kekhawatiran yang tersembunyi di
“Bagaimana?” Alessia yang baru saja tiba di New York siang ini langsung menemui David untuk melakukan pengecekan terhadap sistem yang berhasil dibuat.“Ada di tanganku, ayo aku tunjukkan.” David memimpin jalan menuju ke ruangannya.Setiap langkahnya menggambarkan keraguan dan ketidaksabaran yang ketara.Hingga sampai diruangan, dia melihat sebuah alat yang benar-benar persis di bayangannya.Dia adalah sistem AI nya yang dia pasang di dalam mobil, dia adalah Lucy.Alessia menyentuh benda itu yang nantinya akan di pasang dalam mobilnya.“Apakah ii sudah berfungsi?” Tanyanya pada David.David mengangguk dengan senyum bangga. "Ya, sudah siap dan berfungsi dengan baik. Lucy dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan memungkinkanmu untuk mengendalikan berbagai fitur mobil dari jarak jauh, mulai dari navigasi hingga pengaturan suhu."Alessia tersenyum puas, merasa lega melihat hasil kerja keras mereka. "Bagus sekali. Terima kasih, David. Kita telah mencapai titik ini berkat kerja kerasmu.
“Tuan Henrey datang menemui anda, tuan.” Josh memberikan informasi itu pada Matteo yang sedang fokus melihat dokumen perusahaan.Mendengar sang ayah ingin menemuinya, Matteo langsung melirik ke arah Josh.“Bawa dia masuk.” Ucapnya dengan dingin.Matteo menarik napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa pertemuan ini mungkin akan membawa banyak ketegangan, mengingat hubungan yang rumit antara mereka.Ketika Tuan Henrey memasuki ruangan, Matteo menatapnya dengan tatapan serius. "Apa yang bisa aku bantu, Ayah?" tanyanya tanpa menunjukkan ekspresi emosional apa pun.Tuan Henrey memandang anaknya dengan serius. "Aku mendengar tentang kehadiran Liam di mansionmu. Kau tidak memberitahuku bahwa anak itu disana," ujarnya dengan nada yang dingin.Matteo tetap tenang meskipun dihadapkan pada pertanyaan ayahnya yang mengejutkan. "Aku tidak melihat alasan untuk memberitahumu. Liam adalah urusanku, bukan urusanmu," jawabnya tegas.Tuan Henrey mengangguk dengan serius. "Namun, kau harus mempertimbangkan
“Tuan, ada nyonya besar dan nona muda.” Bisik Josh pada tuannya yang saat ini saat mereka sedang makan malam bersama.Matteo yang mendengar itu terdiam lalu melirik ke arah Alessia yang berada di sebelahnya.“Siapa?” Tanya Alessia ketika melihat Matteo meliriknya.“Ibu tiri.” Jawabnya dengan singkat.Alessia yang mendengar itu mengangguk.“Bawa dia masuk, kenapa kau malah diam?” Tanya Alessia dengan bingung.Matteo mengangguk dan memberi isyarat kepada Josh untuk mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk. Dengan sigap, Josh meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang anggun dan elegan memasuki ruangan, diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya. Wanita paruh baya tersebut adalah nyonya Irish dan Veronica."Kak Alessia!” Veronica langsung berlari menghampiri Alessia yang tak pernah dia temui begitu lama.Alessia berdiri dan menangkap pelukan Veronica dengan hangat.Nyonya Irish tersenyum dan menghampiri mereka
Di ruang kerjanya yang begitu sunyi, Reygan tampak tenang mengerjakan dokumen perusahaannya.Ada begitu banyak disini, meskipun bisa dikerjakan besok entah mengapa perasaannya malam ini menjadi tidak terlalu nyaman.Dalam setiap jam Gara selalu melaporkan perkembangan Matteo dalam mencari Liam, namun sejak dua jam terakhir tak ada kabar dari asistennya yang membuatnya merasa aneh.Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hari sudah sangat larut dan bahkan sebentar lagi fajar akan muncul.“Apa dia ketiduran?” Gumamnya.Hingga tak berapa lama suara dentuman keras terdengar dari luar mansion, seperti ada ledakan dan detik berikutnya lampu semua padam.“Apa ada yang konslet?” Pikirnya dengan heran.Tanpa berpikiran buruk lain, dia mulai berjalan keluar dari kegelapan, tapi sebuah bogeman mentah tiba-tiba menyerang dirinya.BUG! BUG!“Siapa kau?” Reygan berusaha melawan orang yang sedang menyerangnya dengan brutal itu dengan kekuatan yang dimilikinya.Namun, dia tak berpikir jika ini sangat k
“Nona Alessia?!” Vivi yang baru saja selesai membuang sampang di luar bangunan mansion terkejut saat melihat nona yang dia layani dulu datang ke mansion bersama dengan tuan mereka.Alessia yang melihat Vivi langsung tersenyum, “Kau tambah cantik sejak terakhir aku lihat.” Puji Alessia dengan jujur.Vivi tersipu malu, namun hatinya sangat senang ketika melihat nonanya kembali.“Apakah anda sehat?”Alessia mengangguk, “Aku sehat.”Obrolan mereka berlanjut bahkan meninggalkan Matteo yang masih berada di luar.Saat dia ingin masuk mengikuti Alessia bersama pelayannya itu, Josh dengan tergesa datang ke arah Matteo dengan wajah serius.“Tuan, ada masalah besar.” Llau Josh membisikkan sesuatu tentang masalah yang baru saja terjadi.“Liam hilang??” Matteo sangat terkejut dengan berita tersebut.Josh mengangguk. “Setelah makan mala tadi tuan muda ingin berjalan-jalan di taman belakang, namun tak tahu bagaimana tuan muda menghilang begitu saja, tuan.”Matteo segera merespons dengan serius terh
Ceklek.Suara pintu terbuka membuat orang yang berada di dalam mengalihkan pandangannya dengan wajah tenang seperti air yang menyembunyikan arusnya.“Kau terlambat… Sia.” Matteo tersenyum tipis menatap wanita itu.“Dimana Liam?!” Alessia tanpa basa basi langsung mengajukan pertanyaannya segera seperti tujuannya di awal.Matteo dengan tenang mulai bangkit dan berjalan ke arah Alessia untuk menghapus jejak mereka.Dan tanpa tanda Matteo langsung memeluk wanita itu di dalam dekapannya.“Apa kau tak merindukanku?” Suara rendah itu terdengar serak.“Kita tak dalam kondisi seperti ini, Matteo.” Peringat Alessia dengan dingin.Dalam dekapannya itu, Matteo tampak tersenyum namun tak ada niat untuk melepaskan wanita itu dari pelukannya.“Tapi aku sangat merindukanmu.” Hati Alessia berdebar mendengar hal itu, namun dia segera sadar dan melepaskan pelukan itu.“Aku ingin bertemu dengan Liam.” Ucap Alessia dengan dingin.“Dia tak ada disini.” Jawab Matteo dengan santai.Alessia menaikkan alisny
“Apa kau sudah tahu berita tentang keluarga pejabat yang kaya itu? Dia tersandung kasus korupsi.” Gracia dengan semangat menunjukkan berita itu pada David.“Sudah biasa, tapi kenapa baru tercium sekarang?” Tanya David sambil memakan makanan yang dibawa kekasihnya itu.“Tak tahu juga, dan kau tahu anak bungsunya ternyata satu taman bermain dengan Liam dulu.”David yang mendengar itu langsung menghentikan makanannya.“Sangat kebetulan sekali.” Gumam David.“Tak hanya itu, pengusaha ekspor impor juga tersandung kasus ilegal. Dan lagi-lagi putranya juga satu taman bermain dengan Liam.”David melirik ke arah Gracia, tentu itu bukanlah kebetulan yang tak disengaja.“Ini sedikit aneh,”Gracia mengangguk mendengar komentar David. “Tapi aku tak melihat Liam beberapa hari ini. Kemana dia? Dan dimana kak Sia?” Tanya Gracia dengan penaaran.David menghela nafasnya saat mengingat itu, “Ada banyak masalah, dia terbang ke london jam tiga pagi tadi.”Gracia yang mendengar itu terkejut, “London? Apa
“Setelah tes DNA dilakukan hasilnya 99,9 persen jika Liam Petrova adalah putra biologis anda, tuan Filcher.” Dokter Sam memberikan hasilnya kepada Matteo.Kertas yang dipegang oleh Matteo hampir robek saat dia menggenggam terlalu kencang. Hatinya sangat terguncang mengetahui fakta itu.Saat dia berjalan keluar, dia terus melamun memikirkan bagaimana bisa hal ini tak diketahuinya sejak awal.“Bagaimana mungkin.” Gumamnya, ada rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa dia gambarkan.Hingga pikirannya berkelana jauh hingga di malam terakhir mereka bersama, “Darah, apa darah itu ada saat aku terlalu keras hingga melukai janinnya?” Gumamnya.Kedua tangannya mengepal dengan kuat, dirinya sangat marah mengapa dia tak menyadarinya sejak awal.“Daddy!” Suara itu menyadarkan Matteo dari lamunannya, di depannya Liam yang bersama dengan Josh tengah memakan es krim di luar parkiran rumah sakit.Senyumnya terbit, Liam putranya. Dia masih tak menyangka ternyata dia memiliki anak setampan ini tanpa