“Ini adalah data wanita yang anda minta tuan.” Ucap Josh pada tuannya sambil meletakkan berkas di depannya. Matteo yang melihat itu segera membuka berkas tersebut.
Dia membaca dengan cermat, tak hanya itu Josh juga menjelaskan rincian dari data yang telah ditemukan.
“Wanita itu bernama Alesha Reymon, dia adalah putri dari Almarhum Leonardo Reymon dan istrinya Resha. Namun saat ini dia sebatang kara dan hanya tinggal bersama ibu tirinya atau istri kedua tuan Leonardo. Dia dijual di rumah bordil tiga hari yang lalu dan anda adalah pelanggan pertama wanita tersebut. Alasan ibu tirinya menjualnya karena ayahnya memiliki hutang besar.” Jelas Josh pada Matteo.
Matteo menyimaknya dengan serius lalu menatap ke arah asistennya tersebut, “Bagaimana dengan kepribadiannya sehari-hari? Apa kau mendapatkan detail itu?” Tanya Matteo dengan serius.
Josh mengangguk dan menjelaskan lagi pada Matteo, “Dia adalah wanita dengan kepribadian yang cukup tertutup, dia selalu diam dan tak banyak bicara, dia juga takut kepada ibu tirinya tuan, bahkan selama ini dia diperlakukan selayaknya seorang budak.”
Mendengar penjelasan dari asistennya tersebut membuat Matteo merenung sejenak, itu memang kepribadian dari wanita itu saat sebelum dia menyentuhnya. Dia adalah wanita yang diam meskipun dia tahu untuk pertama kali pasti itu rasanya akan sakit, tapi wanita itu hanya diam tanpa ekspresi.
Tapi, setelah terbangun, paginya wanita itu seperti berbeda orang. Dia seperti wanita yang tak mudah diintimidasi dan diperintah. Wanita yang cukup dominan untuk dikatakan sebagai orang pendiam.
Matteo menatap ke arah Josh lagi, “Selidiki tentang wanita itu lagi, aku ingin melihat perkembangannya. Karena aku merasakan ada yang berbeda.” Ucap Matteo dengan tegas.
Josh menundukkan kepalanya, “Sesuai permintaan anda, tuan.”
Matteo mengangguk lalu Josh pergi dari ruangannya. Ketika sendirian, Matteo kembali melihat ke arah berkas tersebut, tatapannya begitu dalam seolah ada yang dia pikirkan.
“Wanita yang aneh, namun cukup untuk rencanaku.” Gumamnya dengan wajah serius.
******************
“Tolong gaun yang itu, aku ingin mencobanya.” Ucap Alessia dengan tenang sambil menunjuk sebuah gaun di salah satu butik yang kata pelayannya tadi cukup terkenal meskipun harganya cukup tak masuk akal. Tapi Alessia tak peduli, hari ini dia ingin membeli semua kebutuhannya karena mulai saat ini dia akan hidup dengan nyaman sebagai kekasih sang billionaire terkaya di negara ini.
“Baik nona, silahkan saya antar ke ruang ganti anda.” Ucap pelayan toko tersebut dengan sangat ramah.
Alessia mengangguk dan mengikuti pelayan toko tersebut. Dia juga menyuruh pelayan toko tersebut mengambilkan dress desain musim semi kali ini. Dia membutuhkan pakaian harian yang nyaman untuknya.
Dia mencoba semua gaun dan dress, semua yang terlihat cantik di matanya dia beli tanpa memperhitungkan berapa uang yang dia keluarkan hari ini.
Tak hanya itu, dia pergi ke sebuah peralatan elektronik. Dia membutuhkan laptop khusus untuk pekerjaannya. Dia membutuhkan laptop untuk mendesain mobil dan membuat prototipe untuk sebuah rencana besar.
“Nona, barang belanjaan anda sudah cukup banyak. Pengawal sudah kesusahan untuk membawanya.” Pelayan yang Alessia bawa dari kediaman Matteo tampak menegurnya dengan sopan.
Alessia yang mendengar itu langsung melihat kebelakang, dan benar saja tiga pengawal yang dia bawa ternyata sudah membawa paper bag yang cukup besar dan banyak.
“Baiklah, kita pulang. Tapi apakah kalian lapar? Aku akan mentraktir kalian.” Ucap Alessia dengan tenang.
Mereka saling berpandangan dan menolak tawaran tersebut karena merasa tak pantas. “Nona, kami akan makan di penthouse saja. Kami sudah mendapatkan jatah catering masing-masing dari tuan.” Ucap pelayan tersebut dengan sopan.
Alessia menaikkan alisnya. “Pasti membosankan, tak apa kalian makan bersama denganku. Anggap saja ini adalah bonus kalian menemaniku belanja.” Ucap Alessia dengan tenang lalu pergi ke sebuah restoran yang tak jauh dari sana.
Alessia segera duduk dan memesan banyak makanan yang sekiranya cukup untuk semua lima orang, pelayan dan ketiga pengawal tersebut saling pandang saat mendengar nonanya saat ini memesan menu yang sangat banyak.
“Apakah hanya itu saja, nona?” Pelayan restoran yang telah mencatat makanan yang telah dipesan Alessia mengkonfirmasi ulang.
“Sudah cukup.” Ucap Alessia.
Pelayan restoran mengangguk dan meminta Alessia menunggu paling tidak lima belas menit untuk makanan mereka datang.
“Kenapa kalian tidak duduk?” Tanya Alessia yang melihat mereka malah berdiri di depannya.
“Ayo duduklah di sini, tak apa. Jangan menganggapku terlalu berlebihan seperti tuan kalian. Aku lebih suka kita akrab sehingga aku menjadi mudah untuk mengobrol dengan kalian.” Ucap Alessia yang mencoba akrab pada bawahannya tersebut.
Pelayan dan pengawal tersebut mengangguk meskipun dalam hati mereka merasa tak nyaman karena tak terbiasa dengan ketidak formalan ini.
“Karena aku baru bersama kalian, jadi aku belum mengenal kalian. Siapa nama kalian?” Tanya Alessia dengan semangat.
Melihat wajah hangat nona baru mereka, membuat mereka juga merasa hangat setelah bertahun-tahun bekerja dengan tuan mereka yang dingin dan kaku.
“Nama saya Vivi, nona.” Ucap pelayan tersebut dengan senyuman manisa.
“Saya Andre.”
“Saya Ben.”
“Saya Roy, nona.”
Mereka mengenalkan diri satu persatu, Alessia mengingat nama mereka dengan baik, lalu dia tersenyum.
“Senang bertemu kalian, untuk tiga bulan kedepan aku akan meminta Matteo untuk menjadikan kalian pelayan dan pengawalku saja. Pria itu juga pasti memiliki banyak pengawal dan pelayan jadi memberikanku kalian selama tiga bulan.” Ucap ALessia dengan semangat.
Keempat orang tersebut tersenyum dan mengangguk, “Kami juga senang bekerja dengan anda, nona.” Ucap mereka bersamaan.
Hingga akhirnya makanan mereka datang, Alessia menyuruh mereka untuk memakan semuanya yang ada di meja tanpa bersisa. Kekaguman mereka ada Alessia bertambah saat Alessia tak jijik saat berbagi makanan dengan mereka. Hubungan yang awalnya kaku menjadi cukup akrab dan hangat pada siang itu.
Alessia tersenyum tipis melihat mereka semuanya nyaman dengannya, di dalam hatinya dia mengatakan, “Bagus, semakin mereka nyaman dan percaya padaku. Semakin mudah aku mendapatkan sekutu untuk mencari informasi yang aku butuhkan.”
********************
TING!
TING!
TING!
Suara notifikasi ponsel yang terus berbunyi membuat rapat siang ini yang tadinya sangat tegang semakin tegang, seluruh karyawan yang mengikuti rapat hari ini saling melirik satu sama lain untuk dengan penuh ketakutan.
Tuan mereka adalah tipe yang sangat profesional dan selalu ingin perfectionist dalam segala hal, sekecil apapun gangguan pasti akan membuatnya tak nyaman.
Namun, tak ada yang tahu siapa pemilik ponsel yang selalu berbunyi di tengah rapat penting itu hingga tuan mereka mengambil ponselnya dari sakunya.
Wajah tuan mereka langsung berubah menjadi dingin dan serius, lalu dia mematikan ponselnya hingga suara tadi sudah tak terdengar kembali.
Matteo melirik ke arah semua karyawannya yang ada disini, “Lanjutkan.” Perintahnya dengan tegas.
Rapat kembali dimulai, meskipun dalam suasana yang semakin membuat semua orang gugup.
Saat rapat selesai, Josh segera merapikan mejanya dan menghampiri tuannya yang dalam mood kurang baik hari ini.
“Tuan, apakah ada sesuatu yang mengganggu anda?” Tanya Josh dengan sopan.
“Wanita itu benar-benar tahu caranya menghabiskan uang, apa kau sudah melakukan apa yang aku perintahkan?” Tanya Matteo dengan serius.
“Sudah tuan, saya akan mengirimkan laporannya melalui email anda jika data sudah cukup untuk anda ketahui.” Jawab Josh dengan tenang.
Matteo yang mendengarnya mengangguk dan pergi ke ruang kerjanya.
Makan malam keluarga Filcher, seluruh keluarga hadir setiap minggunya untuk menghadiri makan malam rutin.Kesibukan keluarga Filcher membuat mereka tak bisa selalu berkumpul secara lengkap hingga mereka harus mengkhususkan mengosongkan jadwal mereka untuk agenda mingguan ini.“Kapan kau menikah? Apa kau menunggu sampai usiamu tujuh puluh tahun lebih dulu?” Tanya tuan besar Filcher, tuan Henrey dengan tajam.“Sayang, jangan memaksa Matt seperti itu. Bukankah dia baru berusia tiga puluh tahun?” Ucap istri tuan Henrey, nyonya Irish. Dia adalah istri kedua tuan Henrey setelah nyonya Isabel, ibu Matteo meninggal dunia.Tuan Henrey menatap istrinya dengan rasa jengkel, “Kau lihat? Dia hanya berguna untuk perusahaan saja, tidak sebagai putra.”TAK!Suara jam tangan yang terbentur kaca terdengar cukup keras untuk menghentikan percakapan yang membuat telinga pria itu cukup panas malam ini.“Apakah tak ada pembahasan yang lebih bermutu?” Tanya Matteo dengan dingin.Theo, adik dari Matteo tampak
Ruangan yang penuh dengan bau asap rokok dan alkohol tersebut membuat Alessia tampak tak nyaman dan risih, terlebih dengan tatapan wanita dengan lipstik merah cabai yang tampak begitu tebal dan sangat berlebihan itu seperti melihatnya seperti mangsanya yang ingin dijual. “Jadi anda ingin membeli wanita dari tempat kamu?” Tanya wanita itu dengan angkuh, payudaranya yang besar tampak bergerak saat dia duduk tegak. Bahkan Alessia berani bertaruh jika payudara itu bukanlah asli. “Ya. Berapa yang harus saya bayar?” Tanya Matteo dengan wajah serius. Alessia menatap ke arah pria itu, mereka benar-benar bertransaksi untuk membeli dirinya tanpa melibatkan dia. Oh tuhan, selama dia hidup dia tak pernah mendapatkan penghinaan ini sebelumnya. Namun, Alessia hanya menahannya dan tak ingin membuat kekacauan. “Cukup mahal, karena wanita ini merupakan wanita perawan yang baru pertama kali melakukannya terlebih anda yang mencobanya pertama kali. Melihat anda yang langsung ingin membelinya secara pr
Tidur di pelukan seorang pria adalah hal pertama kali yang Alessia rasakan ketika dia bangun dari tidurnya, dengan gerakan perlahan dia melepas pelukan pria itu darinya dan bangkit dari sana. Dia melamun dengan menatap pantulan kaca dirinya di kamar mandi, wanita yang sekarang menjadi tubuhnya ini ternyata cukup cantik jika dirawat dengan baik. Bagaimana kehidupan wanita ini dan apa yang terjadi sebelumnya membuatnya penasaran, tapi biarlah semuanya terjawab dengan waktu. Melihat Matteo masih tertidur dengan nyenyak, Alessia memilih untuk keluar dari kamar. Di penthouse hanya ada satu pelayan namun cukup banyak pengawal di luar yang anehnya semua pengawal berwajah datar tanpa ekspresi. Ketika ke dapur, dia melihat Josh yang sedang menikmati kopi pagi dan membaca koran disana. “Nona.” Josh langsung berdiri saat melihat Alessia datang ke arahnya, Alessia hanya mengangguk lalu mengatakan untuk Josh menikmati paginya. “Duduk saja, aku tak akan mengganggumu. Jangan sungkan.” Ucap A
‘Wanita sering memikirkan seks. Bukan hanya pria yang selalu ingin bermesraan dan melakukan hubungan seks. Wanita juga begitu, bahkan kadang-kadang lebih dahsyat. Dia mempunyai imajinasi yang nakal tentang seks’Itu adalah salah satu isi buku dari seni memahami wanita. Matteo membacanya dengan serius sejak tadi pagi setelah Josh memberikannya buku ini.“Aku tak tahu jika wanita memiliki pemikiran liar juga.” Gumam Matteo dengan serius.Dia kemudian membalik halaman dari buku tersebut hingga sekretarisnya datang untuk mengingatkan jadwalnya hari ini.“Tuan, sudah waktunya rapat. Semua sudah menunggu anda.” Ucap wanita itu dengan sopan.Matteo yang mendengarnya langsung menutup bukunya dan menaruhnya di atas meja, dengan tatapan dingin dia menatap sekretarisnya itu, “Ya. Suruh mereka bersiap-siap. Aku akan datang.” Ucap Matteo dengan tegas. Lalu dia berdiri dan bersiap untuk menghadiri rapat.Dia berjalan dengan tegas menuju ke ruang rapat dimana sudah siap bahan yang akan mereka rapatk
“Disini sudah include semuanya, nona. Meskipun harga sewanya cukup mahal namun anda hanya perlu membawa diri dan baju saja karena semuanya sudah tersedia.” Ucap pemilik apartemen tersebut. Alessia terdiam, dia tak menyangka harga beli apartemen sangat mahal meskipun dalam ukuran kecil. Dia kira abad ini masih tergolong murah, dia mulai terdiam mempertimbangkan untuk menyewa tempat ini saja karena dia belum tentu akan menetap disini. “Saya akan sewa tiga bulan, tapi bisakah aku merubah desain apartemen? Jujur saja aku kurang nyaman dengan penataan ini.” Ucap Alessia dengan serius. Pemilik apartemen tersebut terdiam sejenak hingga akhirnya dia mengangguk, “Baiklah nona, namun anda tak bisa memasang wallpaper dinding atau sebagainya yang merusak. Apakah anda setuju?” Tanya pemilik apartemen tersebut pada Alessia. Alessia mengangguk, “Saya akan mentransfer uangnya, setelah saya menandatangani kontrak sewa.” Ucap Alessia dengan tenang. Pemilik tersebut mengangguk dan memberikan kontra
“Kau tak melupakan makan malam dengan putri dari keluarga Beldiv kan?” Tanya tuan Henrey dengan tegas melalui panggilan suara.“Aku tak menyukainya, jadi berhenti untuk mendatangkan wanita untukku.” Ucap Matteo dengan tegas.Tuan Henrey di seberang sana bersikap dengan tegas, “Jika kau tak datang, maka aku tak akan mengijinkan mu menginjak tanah makam ibumu!” Ucap tuan Henrey dengan dingin.Matteo mengepalkan tangannya dengan kuat, pria itu sangat tau dimana kelemahannya, dia membenci pria yang disebut sebagai ayah tersebut.“Ya.” Ucapnya dengan dingin lalu mematikan teleponnya dengan sepihak.Matteo benar-benar tak habis pikir dengan ayahnya saat ini, pria itu selalu melakukan apapun dengan sesuka hatinya.“Freya Beldiv.” Gumamnya,wanita yang menjadi pilihan ayahnya untuk berkencan padanya malam ini.Dia benar-benar tak bisa menolak, dan untuk mengungkapkan jika dia sudah memiliki seorang kekasih juga bukan hal yang mudah terlebih latar belakang wanita itu dari rumah bordil.Matteo m
“Maaf membuatmu menunggu lama.” Ucap Matteo lagi, melihat wanita itu tampak sangat mengantuk tapi masih menunggunya untuk makan malam bersama membuat hatinya sedikit tergelitik. Alessia mencoba untuk menahan kantuknya dan menggosok matanya dengan pelan, “Apa kau lembur sampai jam segini? Jika kau pulang telat bicaralah agar aku tak menunggumu.” Ucap Alessia dengan kesal lalu berdiri. Matteo yang melihat Alessia berdiri langsung bertanya, “Kau mau kemana?” Tanyanya. Alessia melirik ke pria itu, “Aku ingin memanaskan makanan, kau kira aku ingin makan makanan dingin itu?” Tanya Alessia dengan kesal. “Tapi ak-” Ucapan Matteo berhenti lalu dia tersenyum, “Biar aku saja yang memanaskannya sebagai permintaan maafku, kau duduk saja.” Ucapnya dengan lembut. Alessia yang mendengar itu sedikit ragu, tapi dia tetap mengangguk membiarkan pria itu yang memanaskan makanannya. Dengan segera Matteo memanaskan makanannya agar kembali hangat untuk wanita itu, sebenarnya tadi dia ingin mengatakan ji
PERINGATAN!HARAP BIJAK DALAM MEMBACA!ADA KONTEN SENSITIF DALAM BAB INI. JIKA ANDA MASIH DIBAWAH UMUR, HARAP TIDAK MELANJUTKAN UNTUK MEMBACA. DOSA DI TANGGUNG PEMBACA. TERIMA KASIH ^^Seperti pagi sebelumnya, Alessia terbangun di pelukan pria itu. Namun,berbeda dari biasanya, suhu di ruangan ini tiba-tiba naik bahkan Alessia sampai berkeringat.Dia melepaskan pelukan pria itu karena sudah tak tahan dengan hawa yang panas, bahkan gerakannya itu membangunkan Matteo.“Kenapa?” Suara serak khas pria baru bangun tidur itu terdengar.Alessia mendengarnya langsung menatap pria itu, “Apa pendinginnya rusak? Suhu disini sangat panas.” Ucap Alessia bahkan keringat masih menetes dingga anakan rambutnya sedikit basah.Matteo yang melihat itu segera mengambil remote dan menurunkan suhu ruangan, namun suhu tak kunjung turun.“Sepertinya rusak, aku akan memanggil teknisi untuk memperbaikinya.” Ucap Matteo pada wanita itu.Alessia mengangguk, lalu menjauhkan selimut darinya karena membuatnya semakin
“Kau kembali begitu cepat.” Matteo menyambut Alessia dengan hangat di bandara.Pagi ini Alessia telah tiba, Matteo mengira jika wanita itu akan lama berada disana.“Aku merindukan Liam.” Jawab Alessia dengan tenang.“Aku? Apa kau juga merindukan aku, Sia?” Tanya Matteo dengan senyum manisnya.Alessia tampak tersenyum melihat itu, namun dia memilih untuk berjalan menuju ke parkiran mobil mereka.“Alessia, apa kau masih ingat penawaranku? Bagaimana? Apakah kau bisa menerimaku kembali?” Tanya Matteo dengan penuh harap.Sudah lama dia menunggu, dia tak bisa menunggu terlalu lama lagi.Alessia berhenti sejenak, memandang Matteo dengan serius. "Matteo, aku perlu waktu untuk memikirkannya dengan baik. Ini bukan keputusan yang bisa aku ambil begitu saja." Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kepastian.Matteo menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. "Aku mengerti. Aku akan menunggu keputusanmu, Sia." Dia mencoba tersenyum, meskipun ada kekhawatiran yang tersembunyi di
“Bagaimana?” Alessia yang baru saja tiba di New York siang ini langsung menemui David untuk melakukan pengecekan terhadap sistem yang berhasil dibuat.“Ada di tanganku, ayo aku tunjukkan.” David memimpin jalan menuju ke ruangannya.Setiap langkahnya menggambarkan keraguan dan ketidaksabaran yang ketara.Hingga sampai diruangan, dia melihat sebuah alat yang benar-benar persis di bayangannya.Dia adalah sistem AI nya yang dia pasang di dalam mobil, dia adalah Lucy.Alessia menyentuh benda itu yang nantinya akan di pasang dalam mobilnya.“Apakah ii sudah berfungsi?” Tanyanya pada David.David mengangguk dengan senyum bangga. "Ya, sudah siap dan berfungsi dengan baik. Lucy dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan memungkinkanmu untuk mengendalikan berbagai fitur mobil dari jarak jauh, mulai dari navigasi hingga pengaturan suhu."Alessia tersenyum puas, merasa lega melihat hasil kerja keras mereka. "Bagus sekali. Terima kasih, David. Kita telah mencapai titik ini berkat kerja kerasmu.
“Tuan Henrey datang menemui anda, tuan.” Josh memberikan informasi itu pada Matteo yang sedang fokus melihat dokumen perusahaan.Mendengar sang ayah ingin menemuinya, Matteo langsung melirik ke arah Josh.“Bawa dia masuk.” Ucapnya dengan dingin.Matteo menarik napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa pertemuan ini mungkin akan membawa banyak ketegangan, mengingat hubungan yang rumit antara mereka.Ketika Tuan Henrey memasuki ruangan, Matteo menatapnya dengan tatapan serius. "Apa yang bisa aku bantu, Ayah?" tanyanya tanpa menunjukkan ekspresi emosional apa pun.Tuan Henrey memandang anaknya dengan serius. "Aku mendengar tentang kehadiran Liam di mansionmu. Kau tidak memberitahuku bahwa anak itu disana," ujarnya dengan nada yang dingin.Matteo tetap tenang meskipun dihadapkan pada pertanyaan ayahnya yang mengejutkan. "Aku tidak melihat alasan untuk memberitahumu. Liam adalah urusanku, bukan urusanmu," jawabnya tegas.Tuan Henrey mengangguk dengan serius. "Namun, kau harus mempertimbangkan
“Tuan, ada nyonya besar dan nona muda.” Bisik Josh pada tuannya yang saat ini saat mereka sedang makan malam bersama.Matteo yang mendengar itu terdiam lalu melirik ke arah Alessia yang berada di sebelahnya.“Siapa?” Tanya Alessia ketika melihat Matteo meliriknya.“Ibu tiri.” Jawabnya dengan singkat.Alessia yang mendengar itu mengangguk.“Bawa dia masuk, kenapa kau malah diam?” Tanya Alessia dengan bingung.Matteo mengangguk dan memberi isyarat kepada Josh untuk mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk. Dengan sigap, Josh meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang anggun dan elegan memasuki ruangan, diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya. Wanita paruh baya tersebut adalah nyonya Irish dan Veronica."Kak Alessia!” Veronica langsung berlari menghampiri Alessia yang tak pernah dia temui begitu lama.Alessia berdiri dan menangkap pelukan Veronica dengan hangat.Nyonya Irish tersenyum dan menghampiri mereka
Di ruang kerjanya yang begitu sunyi, Reygan tampak tenang mengerjakan dokumen perusahaannya.Ada begitu banyak disini, meskipun bisa dikerjakan besok entah mengapa perasaannya malam ini menjadi tidak terlalu nyaman.Dalam setiap jam Gara selalu melaporkan perkembangan Matteo dalam mencari Liam, namun sejak dua jam terakhir tak ada kabar dari asistennya yang membuatnya merasa aneh.Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hari sudah sangat larut dan bahkan sebentar lagi fajar akan muncul.“Apa dia ketiduran?” Gumamnya.Hingga tak berapa lama suara dentuman keras terdengar dari luar mansion, seperti ada ledakan dan detik berikutnya lampu semua padam.“Apa ada yang konslet?” Pikirnya dengan heran.Tanpa berpikiran buruk lain, dia mulai berjalan keluar dari kegelapan, tapi sebuah bogeman mentah tiba-tiba menyerang dirinya.BUG! BUG!“Siapa kau?” Reygan berusaha melawan orang yang sedang menyerangnya dengan brutal itu dengan kekuatan yang dimilikinya.Namun, dia tak berpikir jika ini sangat k
“Nona Alessia?!” Vivi yang baru saja selesai membuang sampang di luar bangunan mansion terkejut saat melihat nona yang dia layani dulu datang ke mansion bersama dengan tuan mereka.Alessia yang melihat Vivi langsung tersenyum, “Kau tambah cantik sejak terakhir aku lihat.” Puji Alessia dengan jujur.Vivi tersipu malu, namun hatinya sangat senang ketika melihat nonanya kembali.“Apakah anda sehat?”Alessia mengangguk, “Aku sehat.”Obrolan mereka berlanjut bahkan meninggalkan Matteo yang masih berada di luar.Saat dia ingin masuk mengikuti Alessia bersama pelayannya itu, Josh dengan tergesa datang ke arah Matteo dengan wajah serius.“Tuan, ada masalah besar.” Llau Josh membisikkan sesuatu tentang masalah yang baru saja terjadi.“Liam hilang??” Matteo sangat terkejut dengan berita tersebut.Josh mengangguk. “Setelah makan mala tadi tuan muda ingin berjalan-jalan di taman belakang, namun tak tahu bagaimana tuan muda menghilang begitu saja, tuan.”Matteo segera merespons dengan serius terh
Ceklek.Suara pintu terbuka membuat orang yang berada di dalam mengalihkan pandangannya dengan wajah tenang seperti air yang menyembunyikan arusnya.“Kau terlambat… Sia.” Matteo tersenyum tipis menatap wanita itu.“Dimana Liam?!” Alessia tanpa basa basi langsung mengajukan pertanyaannya segera seperti tujuannya di awal.Matteo dengan tenang mulai bangkit dan berjalan ke arah Alessia untuk menghapus jejak mereka.Dan tanpa tanda Matteo langsung memeluk wanita itu di dalam dekapannya.“Apa kau tak merindukanku?” Suara rendah itu terdengar serak.“Kita tak dalam kondisi seperti ini, Matteo.” Peringat Alessia dengan dingin.Dalam dekapannya itu, Matteo tampak tersenyum namun tak ada niat untuk melepaskan wanita itu dari pelukannya.“Tapi aku sangat merindukanmu.” Hati Alessia berdebar mendengar hal itu, namun dia segera sadar dan melepaskan pelukan itu.“Aku ingin bertemu dengan Liam.” Ucap Alessia dengan dingin.“Dia tak ada disini.” Jawab Matteo dengan santai.Alessia menaikkan alisny
“Apa kau sudah tahu berita tentang keluarga pejabat yang kaya itu? Dia tersandung kasus korupsi.” Gracia dengan semangat menunjukkan berita itu pada David.“Sudah biasa, tapi kenapa baru tercium sekarang?” Tanya David sambil memakan makanan yang dibawa kekasihnya itu.“Tak tahu juga, dan kau tahu anak bungsunya ternyata satu taman bermain dengan Liam dulu.”David yang mendengar itu langsung menghentikan makanannya.“Sangat kebetulan sekali.” Gumam David.“Tak hanya itu, pengusaha ekspor impor juga tersandung kasus ilegal. Dan lagi-lagi putranya juga satu taman bermain dengan Liam.”David melirik ke arah Gracia, tentu itu bukanlah kebetulan yang tak disengaja.“Ini sedikit aneh,”Gracia mengangguk mendengar komentar David. “Tapi aku tak melihat Liam beberapa hari ini. Kemana dia? Dan dimana kak Sia?” Tanya Gracia dengan penaaran.David menghela nafasnya saat mengingat itu, “Ada banyak masalah, dia terbang ke london jam tiga pagi tadi.”Gracia yang mendengar itu terkejut, “London? Apa
“Setelah tes DNA dilakukan hasilnya 99,9 persen jika Liam Petrova adalah putra biologis anda, tuan Filcher.” Dokter Sam memberikan hasilnya kepada Matteo.Kertas yang dipegang oleh Matteo hampir robek saat dia menggenggam terlalu kencang. Hatinya sangat terguncang mengetahui fakta itu.Saat dia berjalan keluar, dia terus melamun memikirkan bagaimana bisa hal ini tak diketahuinya sejak awal.“Bagaimana mungkin.” Gumamnya, ada rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa dia gambarkan.Hingga pikirannya berkelana jauh hingga di malam terakhir mereka bersama, “Darah, apa darah itu ada saat aku terlalu keras hingga melukai janinnya?” Gumamnya.Kedua tangannya mengepal dengan kuat, dirinya sangat marah mengapa dia tak menyadarinya sejak awal.“Daddy!” Suara itu menyadarkan Matteo dari lamunannya, di depannya Liam yang bersama dengan Josh tengah memakan es krim di luar parkiran rumah sakit.Senyumnya terbit, Liam putranya. Dia masih tak menyangka ternyata dia memiliki anak setampan ini tanpa