Makan malam keluarga Filcher, seluruh keluarga hadir setiap minggunya untuk menghadiri makan malam rutin.
Kesibukan keluarga Filcher membuat mereka tak bisa selalu berkumpul secara lengkap hingga mereka harus mengkhususkan mengosongkan jadwal mereka untuk agenda mingguan ini.
“Kapan kau menikah? Apa kau menunggu sampai usiamu tujuh puluh tahun lebih dulu?” Tanya tuan besar Filcher, tuan Henrey dengan tajam.
“Sayang, jangan memaksa Matt seperti itu. Bukankah dia baru berusia tiga puluh tahun?” Ucap istri tuan Henrey, nyonya Irish. Dia adalah istri kedua tuan Henrey setelah nyonya Isabel, ibu Matteo meninggal dunia.
Tuan Henrey menatap istrinya dengan rasa jengkel, “Kau lihat? Dia hanya berguna untuk perusahaan saja, tidak sebagai putra.”
TAK!
Suara jam tangan yang terbentur kaca terdengar cukup keras untuk menghentikan percakapan yang membuat telinga pria itu cukup panas malam ini.
“Apakah tak ada pembahasan yang lebih bermutu?” Tanya Matteo dengan dingin.
Theo, adik dari Matteo tampak tersenyum tipis. “Ada apa kak? Apa kau takut mengecewakan istrimu nanti sehingga tak kunjung mencari seorang kekasih di umurmu yang tak muda lagi?” Ucap Theo menyinggung masalah kesehatan Matteo di hadapan keluarga.
Matteo melihat ke arah adiknya, sudah bertahun-tahun mereka perang dingin dalam urusan bisnis tapi siapa sangka dia semakin menunjukkan taringnya saat ini kepadanya.
Suasana makan malam ini semakin tegang, tuan Henrey langsung menghentikan suasana tersebut.
“Lanjut makan! Matteo, datang ke ruang kerjaku setelah ini.” Ucap tuan Henrey dengan tegas.
Theo tampak tersenyum miring mendengar hal itu, sedangkan Matteo hanya merespon dengan tenang. Kedua saudara itu benar-benar dalam keadaan yang sangat tidak akur.
Dalam keluarga Filcher terdapat tiga orang pewaris Henrey Filcher, yang pertama adalah Matteo Filcher, pria yang sejak muda selalu menonjol dalam bidang apapun terlebih dalam membangun bisnisnya. Kedua adalah Theo Filcher, pria yang saat ini memegang anak perusahaan Filcher dan juga selalu bersaing dalam hal apapun. Dan ketiga adalah putri bungsu keluarga Filche, Veronica Filcher, putri paling kecil anak dari istri kedua dan tuan Henrey yang baru berusia sepuluh tahun saat ini. Dia adalah anak yang paling pendiam dan tak suka berdekatan dengan kakak-kakaknya yang terlihat garang dan galak tersebut.
Hingga makan malam selesai, tuan Henrey langsung menuju ke ruang kerjanya. Nyonya Irish tampak tersenyum pada Matteo, “Jangan khawatir, nak. Ayahmu pasti akan memberikanmu kabar yang baik.” Ucapnya sambil menyentuh tangan Matteo dengan lembut.
Meskipun dia adalah seorang istri kedua, dia adalah wanita yang tak pernah memiliki ambisi apapun dalam keluarga ini. Terlebih anak yang dia lahirkan adalah anak perempuan, tapi Matteo masih belum bisa menerima wanita itu sebagai ibunya.
“Jangan menyentuh tangan saya.” Ucap Matteo dengan dingin lalu menepis tangannya dengan kasar.
Lalu berdiri meninggalkan ruang makan tersebut, nyonya Irish hanya tersenyum melihat putra pertama Filcher tersebut masih belum menerimanya setelah sebelas tahun mereka bersama.
Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah putra keduanya, “Apa pekerjaanmu hari ini lancar, Theo? Aku dengar kau mendapatkan tender besar.” Ucap nyonya Irish dengan ramah mencoba mengakrabkan diri, karena sebagai istri tuan Henrey dalam hatinya dia ingin juga mempunyai keluarga hangat meskipun dia hanya orang asing di hadapan kedua putranya. Seperti dugaannya, Theo menatap sinis kepadanya,
“Bukan urusanmu.” Ucap pria itu dengan tajam lalu pergi dari sana meninggalkan ruang makan untuk pergi ke kamarnya.
Veronica, atau biasa dipanggil Nica tampak mendekati ibunya.
"Mama, aku takut.' gumamnya sambil memeluk ibunya dengan erat.
Ketegangan tadi membuat Nica tampak kurang nyaman saat ini, Nyonya Irish yang melihat putrinya langsung tersenyum.
"Jangan takut kepada kakakmu, kalian harus akur okey? Karena kalian saudara." Ucap nyonya Irish dengan lembut.
Namun Nica menggeleng, "Tidak mau, aku hanya punya mama dan papa."
Nyonya Irish tersenyum tipis pada putrinya, "Nica tidak boleh seperti itu, jika papa mama tidak ada nanti, hanya kakak Nica yang Nica punya."
Nica menatap ke arah ibunya, "Jika kalian pergi aku juga ikut pergi!" Lalu dia berlari menuju ke kamarnya.
Nyonya Irish menatap putrinya dengan menghela nafas pelan.
Lalu berjalan menuju ke kamarnya sendiri sambil menunggu suaminya disana.
Sementara itu, di tempat lain tuan Henrey tampak menatap tegas putranya.
"Kau sudah berumur tiga puluh tahun sekarang, wanita seperti apa yang kau inginkan? Ayah akan mencarikan seorang istri yang berpendidikan." Ucap pria itu dengan dingin.
Matteo duduk di sofa dengan tenang sambil menyilangkan kedua kakinya.
"Aku bisa mencarinya sendiri." Tolaknya dengan tegas.
"Seperti apa? Aku mendapatkan laporan jika kau pergi ke rumah bordil beberapa hari ini. Apa kau ingin menanam benih ke wanita seperti itu!" Ucap tuan Henrey dengan wajah marah.
Dia sungguh kecewa pada putranya, Matteo adalah putra yang dia harapkan membangun bisnis keluarga ini hingga menuju puncak, tapi melihat putranya semakin tak terarah membuatnya kecewa.
"Bukankah sama dengan dirimu, ayah? Kau mengambil wanita jalanan sebagai istrimu menggantikan status nyonya muda yang agung dari ibuku." Ucap Matteo dengan tenang.
“Jangan kurang ajar pada ayahmu, Matt!” Seru tuan Henrey dengan tegas, Matteo terkekeh mendengar kemarahan ayahnya tersebut, namun dia sama sekali tak peduli akan hal itu.
“Aku tak akan menikah, bukankah kau masih memiliki satu putra dan satu putri lagi? Suruhlah mereka menikah. Umur Theo juga tidak muda dan putrimu delapan tahun lagi bisa kau gunakan sebagai alat bisnis” Matteo berkata dengan tenang tanpa ada beban sedikitpun.
Tuan Henrey menghela nafasnya, mengendalikan putra pertamanya memanglah sangat sulit. Tatapannya yang tegas berubah menjadi lebih tenang namun dalam.
“Apa ini karena masalah kesehatanmu? Jika iya mengapa kau ke tempat semacam itu?Bukankah berarti kau normal sekarang? Ayah hanya ingin melihat kau memiliki keluarga yang baik.” Ucap tuan Henrey dengan nada yang lebih lembut.
Matteo melihat ayahnya dengan datar, “Ada urusan bisnis dengan salah satu investor yang suka tempat seperti itu.”
Tuan Henrey menatap putranya dengan lelah, dia sangat tahu bagaimana ambisi putranya dalam segala hal terutama pekerjaan.
“Ayah sudah memutuskan sesuatu untukmu, putri tuan George cocok untukmu. Dia baru kembali setelah pendidikan S2-nya.” Tuan Henrey tampak mengambil keputusan yang sudah lama dia rencanakan.
Matteo melihat ke arah ayahnya dengan dingin, “Aku bukan anak kecil lagi yang harus menuruti keinginanmu.”
“Ayah sudah cukup tua, kesehatanku mulai menurun. Aku tahu kau adalah putra yang bisa aku harapkan untuk bisnis keluarga ini. Ayah hanya ingin melihatmu menikah dan memiliki keluarga yang baik.” Jelas tuan Henrey.
Matteo terkekeh mendengar hal tersebut, “Kau masih punya putra yang bisa memenuhi permintaanmu, dia juga terlihat berambisi menguasai bisnismu. Dan aku? Aku tak butuh kekayaanmu.” Ucap Matteo dengan tegas lalu pergi dari ruangan tersebut.
Tuan Henrey menghela nafasnya, putranya memang sangat dominan dalam segala hal yang membuatnya kesulitan untuk mengatur pria itu sesuai dengan keinginannya.
*************
"Dimana wanita sialan itu? Seharusnya setelah melayani tuan kaya itu dia kembali ke rumah bordil ini!" Nyonya Rose, sang pemilik rumah bordil yang terkenal di ibukota.
Wanita dengan dandanan glamour dengan lipstik tebal tersebut tampak terlihat sangat kesal karena mendapati salah satu pekerjanya tak kembali lagi.
“Cari wanita itu sampai ketemu!” Perintah nyonya Rose dengan tegas pada kedua bawahannya yang berdandan seperti preman.
Kedua mengangguk dan segera menuruti permintaan nyonya mereka. Keduanya pergi mencari Alesha yang tidak kembali selama dua hari ini.
Sementara itu, wanita yang menjadi pencarian nyonya Rose tengah menikmati makan malam santai di salah satu restoran bintang lima.
Dia pergi sendirian tanpa adanya pengawal ataupun pelayan dari Mateo disisinya, dia ingin menikmati makan malam yang tenang ditambah uang yang tak terbatas dari kartu hitam yang dia pegang saat ini.
Dulu dia adalah wanita yang sangat mandiri dan penuh dengan kekayaan, setelah mati dan bangkit kembali sebagai wanita miskin, dia baru merasakan nikmatnya menikmati uang orang lain lebih dari menikmati uang sendiri.
“Sepertinya aku tak bisa terlena dengan hal ini, kontrak hanya tiga bulan. Aku harus melakukan pergerakan mulai sekarang.” Gumam Alessia dengan serius.
Dunia baru abad yang baru dan tantangan juga pasti akan semakin banyak, dia hanya memiliki waktu tiga bulan untuk menyusun rencananya setidaknya dia sudah memiliki pondasi yang cukup untuk membangun usaha.
“Apa aku harus menimbun berlian dengan uang di kartu ini? Uang yang diberikan oleh Matteo tidak cukup untuk bisnisku.” Gumamnya dengan penuh perhitungan. Dia harus mencari cara atau bahkan mencari seorang investor mulai sekarang.
Setelah berpikir cukup lama, dia akhirnya memilih untuk kembali ke penthouse milik Matteo, dia tak tahu harus pergi kemana selain tempat itu, karena dia bahkan tak tahu identitas dari wanita yang sekarang menjadi tubuhnya saat ini.
Namun, baru beberapa meter dari restoran tersebut, seseorang menghadangnya.
“Siapa kalian?” Alessia tampak sangat berhati-hati, dua pria dengan tubuh kekar dan beberapa tato yang dibuat di tubuhnya sangat menggambarkan jika pria itu cukup berbahaya.
“Setelah melayani tuan yang sangat kaya kau lupa ingatan pada kami,heh? Kau harus kembali ke rumah bordil sekarang!” Ucap salah satu pria itu dengan tegas.
Alessia yang mendengar itu semakin waspada, dia mundur secara perlahan lalu lari dari sana. Dia tak menyangka jika wanita pemilik tubuh ini adalah seorang jalang sungguhan.
“Sial! Sial! Kenapa harus berada di tubuh wanita seperti ini!” Umpatnya dengan kesal karena dia harus mengalami masalah seperti ini.
Dia terus berlari dan dikejar oleh kedua pria itu, dia tak pandai bela diri jika tidak membawa senjata. Tentu saja, dia adalah seorang pebisnis bukan petarung. Masalah seperti ini dia pasti akan habis.
Alessia memikirkan cara untuk bisa bebas dari kejaran mereka, penthosenya cukup darinya terlebih dari melawan arah dari penthouse yang seharusnya berada.
Hingga dia berani berlari ke jalan berharap ada yang menolongnya dan kedua pria itu berhenti, namun tebakannya salah. Kedua pria itu tetap mengejar dan sialnya tak ada siapapun di jalan yang membuatnya terus berlari bahkan sepertinya kakinya lecet karena memakai high heels untuk berlari.
Namun, sebuah keberuntungan masih berada di pihaknya, sebuah mobil berhenti di depan Alessia. Wanita itu langsung tersenyum ketika melihat siapa yang ada di dalam.
“Matteo!” Serunya sambil berlindung di belakang pria itu saat ini.
Kedua pria yang mengejar Alessia tadi langsung mendekat ke arah mereka. Matteo melirik ke arah Alessia sekilas lalu melihat ke arah dua pria yang mengejar wanita itu.
“Ada urusan apa kalian dengan wanita ini?” Tanya pria itu dengan tajam.
“Maaf tuan, kami tidak memiliki urusan dengan anda. Kami hanya menjemput wanita ini untuk kembali ke rumah bordil.” Ucap pria itu dengan tegas.
Matteo yang mendengar itu langsung melirik ke arah Alessia, dengan pandangan seperti anjing yang imut dia memohon untuk diselamatkan.
“Aku beli wanita ini dari tempat itu.” Ucapnya dengan tegas yang membuat pria itu saling pandang dan Alessia terkejut.
“Apa dia benar-benar seorang budak yang bisa dibeli seperti ini?” Batin Alessia yang sedikit tidak terima.
Ruangan yang penuh dengan bau asap rokok dan alkohol tersebut membuat Alessia tampak tak nyaman dan risih, terlebih dengan tatapan wanita dengan lipstik merah cabai yang tampak begitu tebal dan sangat berlebihan itu seperti melihatnya seperti mangsanya yang ingin dijual. “Jadi anda ingin membeli wanita dari tempat kamu?” Tanya wanita itu dengan angkuh, payudaranya yang besar tampak bergerak saat dia duduk tegak. Bahkan Alessia berani bertaruh jika payudara itu bukanlah asli. “Ya. Berapa yang harus saya bayar?” Tanya Matteo dengan wajah serius. Alessia menatap ke arah pria itu, mereka benar-benar bertransaksi untuk membeli dirinya tanpa melibatkan dia. Oh tuhan, selama dia hidup dia tak pernah mendapatkan penghinaan ini sebelumnya. Namun, Alessia hanya menahannya dan tak ingin membuat kekacauan. “Cukup mahal, karena wanita ini merupakan wanita perawan yang baru pertama kali melakukannya terlebih anda yang mencobanya pertama kali. Melihat anda yang langsung ingin membelinya secara pr
Tidur di pelukan seorang pria adalah hal pertama kali yang Alessia rasakan ketika dia bangun dari tidurnya, dengan gerakan perlahan dia melepas pelukan pria itu darinya dan bangkit dari sana. Dia melamun dengan menatap pantulan kaca dirinya di kamar mandi, wanita yang sekarang menjadi tubuhnya ini ternyata cukup cantik jika dirawat dengan baik. Bagaimana kehidupan wanita ini dan apa yang terjadi sebelumnya membuatnya penasaran, tapi biarlah semuanya terjawab dengan waktu. Melihat Matteo masih tertidur dengan nyenyak, Alessia memilih untuk keluar dari kamar. Di penthouse hanya ada satu pelayan namun cukup banyak pengawal di luar yang anehnya semua pengawal berwajah datar tanpa ekspresi. Ketika ke dapur, dia melihat Josh yang sedang menikmati kopi pagi dan membaca koran disana. “Nona.” Josh langsung berdiri saat melihat Alessia datang ke arahnya, Alessia hanya mengangguk lalu mengatakan untuk Josh menikmati paginya. “Duduk saja, aku tak akan mengganggumu. Jangan sungkan.” Ucap A
‘Wanita sering memikirkan seks. Bukan hanya pria yang selalu ingin bermesraan dan melakukan hubungan seks. Wanita juga begitu, bahkan kadang-kadang lebih dahsyat. Dia mempunyai imajinasi yang nakal tentang seks’Itu adalah salah satu isi buku dari seni memahami wanita. Matteo membacanya dengan serius sejak tadi pagi setelah Josh memberikannya buku ini.“Aku tak tahu jika wanita memiliki pemikiran liar juga.” Gumam Matteo dengan serius.Dia kemudian membalik halaman dari buku tersebut hingga sekretarisnya datang untuk mengingatkan jadwalnya hari ini.“Tuan, sudah waktunya rapat. Semua sudah menunggu anda.” Ucap wanita itu dengan sopan.Matteo yang mendengarnya langsung menutup bukunya dan menaruhnya di atas meja, dengan tatapan dingin dia menatap sekretarisnya itu, “Ya. Suruh mereka bersiap-siap. Aku akan datang.” Ucap Matteo dengan tegas. Lalu dia berdiri dan bersiap untuk menghadiri rapat.Dia berjalan dengan tegas menuju ke ruang rapat dimana sudah siap bahan yang akan mereka rapatk
“Disini sudah include semuanya, nona. Meskipun harga sewanya cukup mahal namun anda hanya perlu membawa diri dan baju saja karena semuanya sudah tersedia.” Ucap pemilik apartemen tersebut. Alessia terdiam, dia tak menyangka harga beli apartemen sangat mahal meskipun dalam ukuran kecil. Dia kira abad ini masih tergolong murah, dia mulai terdiam mempertimbangkan untuk menyewa tempat ini saja karena dia belum tentu akan menetap disini. “Saya akan sewa tiga bulan, tapi bisakah aku merubah desain apartemen? Jujur saja aku kurang nyaman dengan penataan ini.” Ucap Alessia dengan serius. Pemilik apartemen tersebut terdiam sejenak hingga akhirnya dia mengangguk, “Baiklah nona, namun anda tak bisa memasang wallpaper dinding atau sebagainya yang merusak. Apakah anda setuju?” Tanya pemilik apartemen tersebut pada Alessia. Alessia mengangguk, “Saya akan mentransfer uangnya, setelah saya menandatangani kontrak sewa.” Ucap Alessia dengan tenang. Pemilik tersebut mengangguk dan memberikan kontra
“Kau tak melupakan makan malam dengan putri dari keluarga Beldiv kan?” Tanya tuan Henrey dengan tegas melalui panggilan suara.“Aku tak menyukainya, jadi berhenti untuk mendatangkan wanita untukku.” Ucap Matteo dengan tegas.Tuan Henrey di seberang sana bersikap dengan tegas, “Jika kau tak datang, maka aku tak akan mengijinkan mu menginjak tanah makam ibumu!” Ucap tuan Henrey dengan dingin.Matteo mengepalkan tangannya dengan kuat, pria itu sangat tau dimana kelemahannya, dia membenci pria yang disebut sebagai ayah tersebut.“Ya.” Ucapnya dengan dingin lalu mematikan teleponnya dengan sepihak.Matteo benar-benar tak habis pikir dengan ayahnya saat ini, pria itu selalu melakukan apapun dengan sesuka hatinya.“Freya Beldiv.” Gumamnya,wanita yang menjadi pilihan ayahnya untuk berkencan padanya malam ini.Dia benar-benar tak bisa menolak, dan untuk mengungkapkan jika dia sudah memiliki seorang kekasih juga bukan hal yang mudah terlebih latar belakang wanita itu dari rumah bordil.Matteo m
“Maaf membuatmu menunggu lama.” Ucap Matteo lagi, melihat wanita itu tampak sangat mengantuk tapi masih menunggunya untuk makan malam bersama membuat hatinya sedikit tergelitik. Alessia mencoba untuk menahan kantuknya dan menggosok matanya dengan pelan, “Apa kau lembur sampai jam segini? Jika kau pulang telat bicaralah agar aku tak menunggumu.” Ucap Alessia dengan kesal lalu berdiri. Matteo yang melihat Alessia berdiri langsung bertanya, “Kau mau kemana?” Tanyanya. Alessia melirik ke pria itu, “Aku ingin memanaskan makanan, kau kira aku ingin makan makanan dingin itu?” Tanya Alessia dengan kesal. “Tapi ak-” Ucapan Matteo berhenti lalu dia tersenyum, “Biar aku saja yang memanaskannya sebagai permintaan maafku, kau duduk saja.” Ucapnya dengan lembut. Alessia yang mendengar itu sedikit ragu, tapi dia tetap mengangguk membiarkan pria itu yang memanaskan makanannya. Dengan segera Matteo memanaskan makanannya agar kembali hangat untuk wanita itu, sebenarnya tadi dia ingin mengatakan ji
PERINGATAN!HARAP BIJAK DALAM MEMBACA!ADA KONTEN SENSITIF DALAM BAB INI. JIKA ANDA MASIH DIBAWAH UMUR, HARAP TIDAK MELANJUTKAN UNTUK MEMBACA. DOSA DI TANGGUNG PEMBACA. TERIMA KASIH ^^Seperti pagi sebelumnya, Alessia terbangun di pelukan pria itu. Namun,berbeda dari biasanya, suhu di ruangan ini tiba-tiba naik bahkan Alessia sampai berkeringat.Dia melepaskan pelukan pria itu karena sudah tak tahan dengan hawa yang panas, bahkan gerakannya itu membangunkan Matteo.“Kenapa?” Suara serak khas pria baru bangun tidur itu terdengar.Alessia mendengarnya langsung menatap pria itu, “Apa pendinginnya rusak? Suhu disini sangat panas.” Ucap Alessia bahkan keringat masih menetes dingga anakan rambutnya sedikit basah.Matteo yang melihat itu segera mengambil remote dan menurunkan suhu ruangan, namun suhu tak kunjung turun.“Sepertinya rusak, aku akan memanggil teknisi untuk memperbaikinya.” Ucap Matteo pada wanita itu.Alessia mengangguk, lalu menjauhkan selimut darinya karena membuatnya semakin
Setelah pingsan menghadapi pagi yang panas dengan Matteo, Alessia terbangun dengan wajah lemas. Bagian bawahnya terasa sangat nyeri bahkan menurutnya lebih nyeri dari saat dia bangun pertama kalinya dengan Matteo.“Bukankah tubuh ini sudah tidak gadis lagi? Mengapa rasanya masih begitu perih.” Alessia merintih dengan rasa sakit yang cukup mengganggu. Dengan tubuh penuh bekas merah-merah akibat pria itu, dia bangkit dan mencoba untuk berjalan ke kamar mandi.Di kamar ini hanya ada dia, karena sepertinya Matteo sudah pergi bekerja melihat jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang.Dalam hatinya, Alessia ingin mengumpat dan mencaci maki pria itu yang bermain terlalu kasar.“Apanya yang bermain halus, pria itu sepertinya sudah kehilangan kendali.” Gumamnya dengan kesal.Dia mulai mengguyur tubuhnya dengan air dan menggosok seluruh badannya meskipun harus menahan bagian bawah miliknya yang masih perih.Saat dia keluar dengan handuk yang masih di atas kepalanya, suara ketukan dan suara vivi
“Kau kembali begitu cepat.” Matteo menyambut Alessia dengan hangat di bandara.Pagi ini Alessia telah tiba, Matteo mengira jika wanita itu akan lama berada disana.“Aku merindukan Liam.” Jawab Alessia dengan tenang.“Aku? Apa kau juga merindukan aku, Sia?” Tanya Matteo dengan senyum manisnya.Alessia tampak tersenyum melihat itu, namun dia memilih untuk berjalan menuju ke parkiran mobil mereka.“Alessia, apa kau masih ingat penawaranku? Bagaimana? Apakah kau bisa menerimaku kembali?” Tanya Matteo dengan penuh harap.Sudah lama dia menunggu, dia tak bisa menunggu terlalu lama lagi.Alessia berhenti sejenak, memandang Matteo dengan serius. "Matteo, aku perlu waktu untuk memikirkannya dengan baik. Ini bukan keputusan yang bisa aku ambil begitu saja." Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kepastian.Matteo menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. "Aku mengerti. Aku akan menunggu keputusanmu, Sia." Dia mencoba tersenyum, meskipun ada kekhawatiran yang tersembunyi di
“Bagaimana?” Alessia yang baru saja tiba di New York siang ini langsung menemui David untuk melakukan pengecekan terhadap sistem yang berhasil dibuat.“Ada di tanganku, ayo aku tunjukkan.” David memimpin jalan menuju ke ruangannya.Setiap langkahnya menggambarkan keraguan dan ketidaksabaran yang ketara.Hingga sampai diruangan, dia melihat sebuah alat yang benar-benar persis di bayangannya.Dia adalah sistem AI nya yang dia pasang di dalam mobil, dia adalah Lucy.Alessia menyentuh benda itu yang nantinya akan di pasang dalam mobilnya.“Apakah ii sudah berfungsi?” Tanyanya pada David.David mengangguk dengan senyum bangga. "Ya, sudah siap dan berfungsi dengan baik. Lucy dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan memungkinkanmu untuk mengendalikan berbagai fitur mobil dari jarak jauh, mulai dari navigasi hingga pengaturan suhu."Alessia tersenyum puas, merasa lega melihat hasil kerja keras mereka. "Bagus sekali. Terima kasih, David. Kita telah mencapai titik ini berkat kerja kerasmu.
“Tuan Henrey datang menemui anda, tuan.” Josh memberikan informasi itu pada Matteo yang sedang fokus melihat dokumen perusahaan.Mendengar sang ayah ingin menemuinya, Matteo langsung melirik ke arah Josh.“Bawa dia masuk.” Ucapnya dengan dingin.Matteo menarik napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa pertemuan ini mungkin akan membawa banyak ketegangan, mengingat hubungan yang rumit antara mereka.Ketika Tuan Henrey memasuki ruangan, Matteo menatapnya dengan tatapan serius. "Apa yang bisa aku bantu, Ayah?" tanyanya tanpa menunjukkan ekspresi emosional apa pun.Tuan Henrey memandang anaknya dengan serius. "Aku mendengar tentang kehadiran Liam di mansionmu. Kau tidak memberitahuku bahwa anak itu disana," ujarnya dengan nada yang dingin.Matteo tetap tenang meskipun dihadapkan pada pertanyaan ayahnya yang mengejutkan. "Aku tidak melihat alasan untuk memberitahumu. Liam adalah urusanku, bukan urusanmu," jawabnya tegas.Tuan Henrey mengangguk dengan serius. "Namun, kau harus mempertimbangkan
“Tuan, ada nyonya besar dan nona muda.” Bisik Josh pada tuannya yang saat ini saat mereka sedang makan malam bersama.Matteo yang mendengar itu terdiam lalu melirik ke arah Alessia yang berada di sebelahnya.“Siapa?” Tanya Alessia ketika melihat Matteo meliriknya.“Ibu tiri.” Jawabnya dengan singkat.Alessia yang mendengar itu mengangguk.“Bawa dia masuk, kenapa kau malah diam?” Tanya Alessia dengan bingung.Matteo mengangguk dan memberi isyarat kepada Josh untuk mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk. Dengan sigap, Josh meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang anggun dan elegan memasuki ruangan, diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya. Wanita paruh baya tersebut adalah nyonya Irish dan Veronica."Kak Alessia!” Veronica langsung berlari menghampiri Alessia yang tak pernah dia temui begitu lama.Alessia berdiri dan menangkap pelukan Veronica dengan hangat.Nyonya Irish tersenyum dan menghampiri mereka
Di ruang kerjanya yang begitu sunyi, Reygan tampak tenang mengerjakan dokumen perusahaannya.Ada begitu banyak disini, meskipun bisa dikerjakan besok entah mengapa perasaannya malam ini menjadi tidak terlalu nyaman.Dalam setiap jam Gara selalu melaporkan perkembangan Matteo dalam mencari Liam, namun sejak dua jam terakhir tak ada kabar dari asistennya yang membuatnya merasa aneh.Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hari sudah sangat larut dan bahkan sebentar lagi fajar akan muncul.“Apa dia ketiduran?” Gumamnya.Hingga tak berapa lama suara dentuman keras terdengar dari luar mansion, seperti ada ledakan dan detik berikutnya lampu semua padam.“Apa ada yang konslet?” Pikirnya dengan heran.Tanpa berpikiran buruk lain, dia mulai berjalan keluar dari kegelapan, tapi sebuah bogeman mentah tiba-tiba menyerang dirinya.BUG! BUG!“Siapa kau?” Reygan berusaha melawan orang yang sedang menyerangnya dengan brutal itu dengan kekuatan yang dimilikinya.Namun, dia tak berpikir jika ini sangat k
“Nona Alessia?!” Vivi yang baru saja selesai membuang sampang di luar bangunan mansion terkejut saat melihat nona yang dia layani dulu datang ke mansion bersama dengan tuan mereka.Alessia yang melihat Vivi langsung tersenyum, “Kau tambah cantik sejak terakhir aku lihat.” Puji Alessia dengan jujur.Vivi tersipu malu, namun hatinya sangat senang ketika melihat nonanya kembali.“Apakah anda sehat?”Alessia mengangguk, “Aku sehat.”Obrolan mereka berlanjut bahkan meninggalkan Matteo yang masih berada di luar.Saat dia ingin masuk mengikuti Alessia bersama pelayannya itu, Josh dengan tergesa datang ke arah Matteo dengan wajah serius.“Tuan, ada masalah besar.” Llau Josh membisikkan sesuatu tentang masalah yang baru saja terjadi.“Liam hilang??” Matteo sangat terkejut dengan berita tersebut.Josh mengangguk. “Setelah makan mala tadi tuan muda ingin berjalan-jalan di taman belakang, namun tak tahu bagaimana tuan muda menghilang begitu saja, tuan.”Matteo segera merespons dengan serius terh
Ceklek.Suara pintu terbuka membuat orang yang berada di dalam mengalihkan pandangannya dengan wajah tenang seperti air yang menyembunyikan arusnya.“Kau terlambat… Sia.” Matteo tersenyum tipis menatap wanita itu.“Dimana Liam?!” Alessia tanpa basa basi langsung mengajukan pertanyaannya segera seperti tujuannya di awal.Matteo dengan tenang mulai bangkit dan berjalan ke arah Alessia untuk menghapus jejak mereka.Dan tanpa tanda Matteo langsung memeluk wanita itu di dalam dekapannya.“Apa kau tak merindukanku?” Suara rendah itu terdengar serak.“Kita tak dalam kondisi seperti ini, Matteo.” Peringat Alessia dengan dingin.Dalam dekapannya itu, Matteo tampak tersenyum namun tak ada niat untuk melepaskan wanita itu dari pelukannya.“Tapi aku sangat merindukanmu.” Hati Alessia berdebar mendengar hal itu, namun dia segera sadar dan melepaskan pelukan itu.“Aku ingin bertemu dengan Liam.” Ucap Alessia dengan dingin.“Dia tak ada disini.” Jawab Matteo dengan santai.Alessia menaikkan alisny
“Apa kau sudah tahu berita tentang keluarga pejabat yang kaya itu? Dia tersandung kasus korupsi.” Gracia dengan semangat menunjukkan berita itu pada David.“Sudah biasa, tapi kenapa baru tercium sekarang?” Tanya David sambil memakan makanan yang dibawa kekasihnya itu.“Tak tahu juga, dan kau tahu anak bungsunya ternyata satu taman bermain dengan Liam dulu.”David yang mendengar itu langsung menghentikan makanannya.“Sangat kebetulan sekali.” Gumam David.“Tak hanya itu, pengusaha ekspor impor juga tersandung kasus ilegal. Dan lagi-lagi putranya juga satu taman bermain dengan Liam.”David melirik ke arah Gracia, tentu itu bukanlah kebetulan yang tak disengaja.“Ini sedikit aneh,”Gracia mengangguk mendengar komentar David. “Tapi aku tak melihat Liam beberapa hari ini. Kemana dia? Dan dimana kak Sia?” Tanya Gracia dengan penaaran.David menghela nafasnya saat mengingat itu, “Ada banyak masalah, dia terbang ke london jam tiga pagi tadi.”Gracia yang mendengar itu terkejut, “London? Apa
“Setelah tes DNA dilakukan hasilnya 99,9 persen jika Liam Petrova adalah putra biologis anda, tuan Filcher.” Dokter Sam memberikan hasilnya kepada Matteo.Kertas yang dipegang oleh Matteo hampir robek saat dia menggenggam terlalu kencang. Hatinya sangat terguncang mengetahui fakta itu.Saat dia berjalan keluar, dia terus melamun memikirkan bagaimana bisa hal ini tak diketahuinya sejak awal.“Bagaimana mungkin.” Gumamnya, ada rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa dia gambarkan.Hingga pikirannya berkelana jauh hingga di malam terakhir mereka bersama, “Darah, apa darah itu ada saat aku terlalu keras hingga melukai janinnya?” Gumamnya.Kedua tangannya mengepal dengan kuat, dirinya sangat marah mengapa dia tak menyadarinya sejak awal.“Daddy!” Suara itu menyadarkan Matteo dari lamunannya, di depannya Liam yang bersama dengan Josh tengah memakan es krim di luar parkiran rumah sakit.Senyumnya terbit, Liam putranya. Dia masih tak menyangka ternyata dia memiliki anak setampan ini tanpa