Home / Thriller / WOLF (Indonesia) / 3 - Si Jenius yang Malang

Share

3 - Si Jenius yang Malang

Author: Rosianaq
last update Last Updated: 2021-01-08 09:30:00

ARVIN ditemani oleh Awes berada di ruang kepala sekolah. Berdiri mematung di depan meja seorang pria berwajah tegas di hadapannya. Sebab, mereka baru saja menyerahkan proposal yang berisi pengajuan pemasangan CCTV untuk setiap kelas.

Pak Gayandra yang selalu disapa hangat dengan panggilan Pak Gay itu membaca proposalnya dengan sangat teliti. Pria paruh baya, yang dikenal memiliki sifat arogan, usianya ditaksir sekitar 45 tahun. Ia memijit pelipis dengan jari jemari tangan kiri. Tak lama setelahnya, meletakkan proposal di atas meja, dan membenarkan letak kaca matanya yang sedikit melorot di pangkal hidungnya.

Arvin menelan salivanya dengan susah payah. Keringat dingin merebak, seiring dengan degup jantung yang kian meningkat. Apa yang harus ia lakukan untuk memulai pembicaraan dengan pria itu sekarang?

“Ba-bagaimana, Pak? Apa Pak Gay setuju dengan isi proposal yang para OSIS buat?” Cukup lama Arvin mengatur irama degup jantungnya, hingga pada akhirnya berhasil angkat suara. Akan tetapi ....

Brraaaak!!!

Arvin berjingkat kaget saat Pak Gay secara tiba-tiba menggebrak meja kerjanya. Tak hanya Arvin, Always pun sama hingga sampai memeluk cowok itu.

Pak Gay menatap tajam kedua cowok di hadapannya. Membuat atmosfer ketegangan melingkupi ruangan ini. “Panggil saya Gayandra! Paham?” tuturnya tegas. Sebab, ia tak pernah suka jika hanya dipanggil dengan nama depannya saja - Gay.

Awes melepaskan pelukannya. Ia menelan salivanya. Mengangguk paham. “Pa-paham, Pak Gay … Yandra.”

“Saya menolak proposal kalian untuk memasang CCTV di seluruh ruang kelas! Pasti itu akan membutuhkan biaya yang sangat besar, dan itu berat. Saya nggak akan kuat.”

“Tapi, Pak --" Belum sempat Arvin akan menyangkal. Sayangnya, ucapannya harus rela terpotong oleh keputusan yang telah dibuat Gayandra.

“Saya hanya akan memasang CCTV di ujung sayap kanan, sayap kiri, dan bagian tengah pada bangunan sekolah saja! Titik!”

Arvin mengembuskan napas kecilnya. Sedangkan Awes yang memiliki ide tersebut pasrah akan semua keputusan yang telah dibuat oleh kepala sekolah mereka. Sebab, mereka tahu, jika keputusan pria berambut panjang sebahu yang diikat ke belakang itu, tak bisa diganggu gugat.

••••

Glamour Camping

Let’s join with us!

Location: Gunung Pancar

Acara ini memiliki tujuan “Kembalikan kami ke dunia yang menyenangkan, dunia nyata.”

Tema: Kembali ke alam dan menyatu dengan lingkungan sekitar.

Kami akan mengajak kalian bersenang-senang dengan masuk ke dunia yang menyenangkan, yaitu alam. Kalian bisa belajar bersama alam, tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar.

With Love

Panitia OSIS

Langkah kaki Happy terhenti, ketika manik matanya menoleh ke mading dan mendapati sebuah informasi menarik di sana. Ia tersenyum saat membacanya. Baginya, glamping merupakan sebuah acara yang sangat menyenangkan. Sebuah acara yang diselenggarakan oleh OSIS, yang berawal dari ide sang ketua OSIS.

Acara tersebut wajib diikuti oleh siswa kelas 10 dan kelas 11, yang sudah menjadi rutinitas di setiap tahunnya. Di mana tahun sebelumnya, para anggota OSIS berbondong-bondong memilih tempat yang mewah dengan fasilitas serba ada, untuk dijadikan tempat mereka berwisata. Namun, OSIS di tahun ini berbeda. Arvin lebih memilih tema alam dengan budget yang murah meriah, guna untuk meminimalisir anggaran pengeluaran sekolah.

“Sepertinya kamu tertarik buat ikut acara itu?”

Happy terkesiap saat tiba-tiba saja terdengar suara berat seorang cowok, menyapanya. Namun, mendengkus kesal saat menoleh ke samping kanan dan menemukan Raja yang sudah berada di sampingnya.

Happy memilih untuk tak menjawab. Membalikkan tubuh, dan melangkahkan kedua kakinya pergi meninggalkan cowok itu. Saat yang sama, tangan kekar Raja sudah lebih dulu menggamit pergelangan tangan Happy. Membuat tubuh cewek itu kembali menoleh ke belakang.

“Kenapa si kamu selalu menghindar dari aku?” pekik Raja geram. Jujur saja, ia sudah tak bisa mengontrol emosi, hingga sedikit menaikkan nada suaranya.

Happy tercengung. Manik mata teduh itu seketika mengobarkan api kemarahan. Kendati begitu, Happy tak takut. Ia masih berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Raja darinya. “Karena aku nggak pernah suka sama sikap arogan kamu!” ungkapnya. Namun, seberapa kuat usahanya untuk melepaskan, cowok itu malah semakin mengeratkan genggamannya.

“Raja! Lepasin, nggak?”

Raja menyeringai. Menatap tajam wajah cantik yang telah kalut di hadapannya. “Jawab dulu pertanyaan aku! Apa kamu ikut acara glamping itu?” tanyanya dengan menunjuk papan mading. Tanpa disangka, ia mendekatkan wajah ke arah Happy. Membuat cewek itu memundurkan sedikit wajahnya ke belakang.

Sial! Kenapa tak ada satupun siswa yang menolongnya? Apa sebegitu takutnya mereka dengan Raja? Pasalnya, di lorong menuju kantin ini, banyak siswa yang berlalu lalang. Mirisnya, mereka hanya sekilas melirik ke arah Happy sebelum meneruskan langkahnya.

Happy menatap tajam Raja. “Bukan urusan kamu! Toh, aku berani bertaruh! Kalau kamu dan teman-temanmu nggak akan mau ikut acara murahan seperti itu.”

Raja sekilas membuang muka ke samping. Terkekeh. Rupanya cewek yang disukainya itu sedang mencoba untuk bertaruh dengannya. “Aku ikut! Asalkan kamu juga ikut!”

Happy tersenyum sinis mendengarnya. Ya, Tuhan. Sungguh, ia sedang malas untuk berdebat dengan cowok arogan seperti Raja saat ini. Pada akhirnya, ia pun menjawab, "Ya, aku ikut!"

••••

Betapa aku mencintaimu, dengan sepenuh hatiku.

Awes bersenandung kecil menyanyikan sebuah lagu milik Vagetoz, sambil kedua bola matanya tak henti menatap Happy yang berada di seberang kursinya. Sedangkan cewek itu, begitu fokus menekuri buku Biologinya.

Kelas 11 IPA satu yang merupakan kelas mereka saat ini sedang kosong. Karena guru Biologi mereka tak bisa hadir akibat sakit. Oleh sebab itu, suara riuh para penghuni kelas tak dapat dihindari lagi.

Pandangan Awes saat ini beralih ke arah seorang cewek yang memasuki kelasnya tanpa permisi. Cewek itu ialah Bella yang merupakan penghuni kelas sebelah, 11 IPA dua.

Bella tergesa-gesa, masuk ke dalam kelas. Menghampiri kursi Rosa, sahabatnya. "Ros, aku mau bicara sesuatu sama kamu," beritahunya seraya menggamit lengan cewek yang memiliki darah campuran antara Indonesia dan Arab.

Rosa mendengkus kesal. Lalu, menepis kasar genggaman tangan tersebut. “Nggak ada yang perlu diomongin lagi. Sudah beberapa kali aku bilang, kalau aku nggak bisa bantu kamu, Bell!” ucapnya dengan meninggikan nada suaranya.

Bella terenyuh melihat sikap sahabatnya yang saat ini telah berubah drastis. “Sekali ini saja, Ros. Aku mohon bantu aku," mohonnya dengan mengatupkan kedua tangan di depan dada.

Rosa membuang muka. Bahkan, tak mengindahkan perkataan Bella. "Lebih baik kamu pergi dari kelasku, Bell!" usirnya. Membuat dada Bella mendadak teriris perih.

Semua mata kini tertuju ke arah keduanya. Berbisik-bisik. Pun, tampak bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan mereka? Bukankah mereka merupakan sepasang sahabat yang selalu tampak mesra tanpa pernah ada masalah?

Awes mendesah pelan. Ia tak ingin ikut campur dengan urusan keduanya. Hingga memilih kembali mendengarkan musik melalui earphone-nya.

••••

Suara riuh para siswa berhambur keluar kelas untuk menuju ke Kantin. Jam istirahat seperti ini merupakan waktu yang telah dinanti para penghuni sekolah untuk memuaskan rasa dahaga serta lapar mereka. Tak terkecuali, Awes dan Happy yang sudah lebih dulu berada di kantin, untuk makan siang bersama. Sedangkan Arvin, cowok itu sedang sibuk dengan urusannya di ruang OSIS. Mengingat, acara wisata glamping hanya tinggal beberapa minggu lagi.

“Mas Arvin ke mana, ya? Kok, nggak ikut makan siang bareng sama kalian berdua?” tanya Mbak Wik heran. Wanita itu meletakkan dua gelas Pop Ice pesanan mereka di atas meja.

Awes terpegun. “Waaah ... Jangan-jangan benar ni gosip tentang hubungan spesial antara Arvin dan Mbak Wik. Arvin nggak ada saja, Mbak Wik langsung nanyain,” ejeknya kemudian kepada janda cantik di hadapannya.

“Haha. Mas Awes bisa saja. Cuma gosip, Mas. Lagian, kan, biasanya kalian selalu bertiga. Tapi, kenapa sekarang cuma berduaan saja? Jangan-jangan kalian --" Mbak Wik memainkan Kedua alisnya naik turun, seraya menunjuk dua sejoli di hadapannya.

Happy terkekeh. “Arvin lagi ada rapat OSIS, Mbak. Nanti kalau sudah selesai, dia bakalan menyusul ke sini," beritahunya seraya memutus cepat ucapan janda cantik itu sebelum mengarah ke arahnya.

“Oooh ... Seperti itu.” Mbak Wik berniat pergi. Namun sebelum itu, tersenyum jahil menatap mereka. “Saya lihat, kalian pasangan yang serasi, loh. Semoga hubungan kalian langgeng, ya? Langgeng, sampai menuju ke pelaminan,” kelakarnya kemudian.

Happy tergelak sambil menepuk keningnya. Ya, ampun. Ia tak habis pikir bahwa hidupnya selalu saja di kelilingi oleh orang-orang yang memiliki sifat unik. Orang-orang yang selalu membuatnya tertawa oleh ucapan atau tingkah konyol mereka. Contohnya, seperti Always dan juga Mbak Wik ini.

Berbeda halnya dengan Awes. Cowok itu tertegun, dengan kedua manik matanya berbinar senang, seraya menatap punggung Mbak Wik. Mengamini, perkataan wanita itu di dalam hati. Baginya, setiap perkataan yang keluar dari bibir seseorang merupakan sebuah doa.

“Awes, bagaimana kabar nenek? Sudah lama banget, aku nggak ketemu nenek. Aku juga kangen dipanggil Bae Suzy sama nenek,” tanya Happy tiba-tiba.

Pertanyaan itu berhasil menyadarkan lamunan Awes. Cowok dengan iris mata berwarna cokelat itu tertawa. Saat ini, benaknya membayangkan sang nenek yang selalu memanggil nama Happy bukan dengan namanya. Melainkan dengan nama para aktris Korea yang diidolakan sang nenek.

“Kabar nenek baik. Weekend ini, kalau kamu ada waktu, kamu boleh main ke rumah aku,” terang Awes seraya menyeruput Pop Ice rasa vanillanya.

Happy pun sama. Menyeruput Pop Icenya, dan melenggut. “Iya, kapan-kapan aku main ke rumah kamu, ya.”

Siang ini, suasana kantin begitu tenang dan damai. Semua siswa asyik menyantap makan siangnya dengan diiringi oleh canda dan tawa. Namun, suasana damai itu, seketika berubah menjadi gaduh, saat The Richest memasuki kantin, dan membuat keonaran.

Raja duduk di samping Yoga. Bersamaan dengan ketiga sahabatnya yang duduk mengelilingi mejanya. Membuat cowok yang selalu berpenampilan rapi itu tergemap sekaligus panik.

Yoga memilih untuk bangkit. Kakinya hendak melangkah, bersamaan dengan tangan Raja yang sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangannya. Bahkan, cowok itu tampak mengangguk. Mungkin memberikan kode untuk tetap duduk di kursinya. Mau tak mau Yoga harus menuruti perintah sang pemberi titah.

Raja tersenyum, ketika Yoga menuruti titahnya. Kemudian, merangkul cowok dengan tatanan rambut belah tengah itu. “Vin, beliin Yoga minuman dingin, sana!” titahnya kepada Kevin, setelah melihat tak ada air minum di sana.

“Siap!” Kevin beranjak dari duduknya. Lalu, memberi hormat bendera kepada Raja.

Kali ini, Lisa memilih mengikuti jejak Gavin untuk tak ikut aksi pem-bully-an terhadap Yoga. Cewek itu memilih untuk menikmati santap makan siangnya dengan damai. 

Kevin membelikan Pop Ice untuk Yoga dan meletakkannya di depan cowok itu. Kemudian, kembali mendaratkan bokongnya di kursi.

“Makasih,” ucap Yoga tulus kepada Raja. Kebetulan sekali, ia memang sedang haus saat ini.

Yoga mengambil Pop Ice itu dan mendekatkannya ke arah bibir untuk meminumnya. Belum sempat gelas itu tersentuh oleh bibirnya. Nahas. Raja sudah lebih dulu merebut Pop Ice dari tangannya, bahkan meminumnya.

Raja meminumnya hingga tersisa setengah. Merasa telah puas. Lalu, menyodorkannya kembali ke arah Yoga. "Lo mau minum?” tanyanya, yang tak disahuti oleh lawan bicaranya.

“Pijitin kaki gue dulu!” perintah Raja kemudian. Ia pun menaikkan kedua kakinya di atas meja.

Yoga menatap tajam ke arah Raja tak suka. Kendati begitu, ia tak bisa menolak. Mau tak mau Yoga menuruti perintah Raja. Membuat sang raja dari kelompok The Richest tergelak.

Di seberang sana, tak jauh dari meja mereka. Awes mendengkus kesal melihat ulah licik Raja. Dadanya terasa panas akibat gejolak amarah telah mendekapnya. Oh, ya ampun. Bagaimana bisa si Yoga yang jenius harus mau melakukan hal yang merendahkan dirinya seperti itu?

Awes mengepalkan kedua tangannya. Lalu, menyeruput habis esnya hingga hanya menyisakan es batu di dalam gelasnya. Setelah itu, ia bangkit dengan arah pandang tetap tertuju ke arah Raja.

“Kamu tunggu di sini!” tegas Awes kepada Happy, sebelum melangkahkan kedua kakinya ke kursi Raja dengan membawa gelasnya.

Happy tergegap. Panik. Apalagi saat melihat mimik raut wajah Awes yang sudah tak bersahabat. “Awes kamu mau ke mana?” teriaknya, yang tak disahuti oleh cowok hitam manis itu.

Awes terus melangkahkan kakinya menghampiri Raja. Dengkus napasnya bergemuruh, seiring kobaran amarah kian meningkat. Ia berjalan mengendap perlahan, ketika sudah berada di belakang tubuh Raja. Dan ...

Byuuuur!!

Seketika, semua es batu di dalam gelas milik Awes berhasil mendarat dengan sempurna di atas kepala Raja.

Raja terperangah. "Anjir!" umpatnya kasar. Ia pun menuruni kedua kakinya dan bangkit. Lalu, menoleh ke belakang dan mengerang geram saat menemukan Awes di sana.

Mendadak emosi Raja memuncak. Kedua tangannya terkepal erat. Saat yang sama kepalan tangan itu melayang ke arah pipi Awes.

Awes membeliak. Detik berikutnya, menyeringai. Dengan sigap, cowok itu berhasil menahan kepalan tangan Raja dengan satu tangannya. “Anak mami kaya lo itu, nggak akan bisa melawan gue, Ja!” ucapnya sinis.

Semua penghuni kantin panik, saat melihat perdebatan antara si kaya dan si miskin. Namun, tak sedikit dari mereka yang mulai bertanya-tanya, siapa yang akan memenangkan perdebatan ini? Bahkan, ada pula dari mereka yang mengabadikan moment langka itu dengan kamera ponsel miliknya. Pasalnya, hal tersebut merupakan kali pertamanya ada seseorang yang berani melawan Raja. Di mana biasanya tak ada satupun yang berani menyentuh anak pengusaha tambang itu.

Sial! Raja mencibir. Lalu, menepis kasar kepalan tangan Awes yang menggenggam tangannya. Raja menyeringai. Dan, mendorong keras tubuh Awes ke belakang.

“Heh! Berani banget lo ngatain gue anak mami! Tukang ojek kayak lo itu harus dikasih pelajaran. Biar nggak belagu!” ucap Raja geram, dengan terus mendorong tubuh Awes hingga terkunci di antara meja stand milik Mbak Wik dan dirinya.

Awes berdecih. “Sok atuh kalo bisa!” Awes tak takut. Terlalu percaya diri, hingga saat ini dirinya malah memasang tubuhnya untuk menerima hantaman dari Raja.

Happy panik. Kalang kabut. Sialnya, ia tak bisa berbuat apapun. “Dasar, Awes bodoh!” gerutunya kesal.

Raja terbahak. Tanpa buang waktu, ia mengusap kepalan tangan kanannya, untuk memberi satu tinju termanisnya untuk si tukang ojek. Kini, langkah kakinya surut perlahan, maju ke arah Awes. Ia menyeringai lebar. Dan mulai melayangkan tinjunya.

Awes memejamkan kedua netranya. Ia merutuki dirinya sendiri, yang terlalu percaya diri. Tak seharusnya ia berkata seperti itu. Ah, sial! Semua telah terlambat. Tak mungkin kan ia menarik kembali perkataannya. Mau tak mau, ia harus membiarkan saja Raja memberikan tinjunya ke arah wajah tak tampannya itu.

Buuukk!!

Hening.

Awes meringis. Menahan rasa sakit. Namun, detik setelahnya mengernyit bingung karena pada kenyataannya ia tak merasakan apapun. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Ia pun memilih untuk membuka sebelah netranya. Dan seketika membeliak saat melihat pemandangan di depannya.

“Berhenti, atau kalian berdua gue aduin ke Pak Gay!” ancam Arvin tegas kepada Raja dan Awes. Kemudian, menepis kasar tangan Raja, yang telah berhasil ditahannya tadi.

Awes mengembuskan napas lega. Namun, tanpa disangka Arvin malah mencengkeram kerah tengkuknya dan menyeret paksa keluar dari tempat ini. Membuat Awes tercenung.

“Vin, urusan gue belum selesai sama Raja. Lepasin gue!” pinta Awes, yang tak diindahkan oleh cowok berkulit putih itu.

Raja mendengkus kesal. “Heh, tukang ojek! Mau ke mana lo?” teriaknya.

"Aww ... Aww ... Aww! Sakit, Vin! Lepasin gue!" Awes berusaha untuk melepaskan dasinya dengan kedua tangan yang saat ini tengah ditarik oleh Arvin, layaknya seekor kambing. Membuat lehernya terasa tercekik, dan sulit bernapas. Kendati begitu, sebelum benar-benar pergi dari kantin ini, Awes menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang dan mengumpat, "Heh! Anak mami, diam lo!”

Raja mendengkus kasar. Mendaratkan bokongnya di kursi dan menatap tajam punggung Awes yang sudah tak terlihat. Kini, pandangannya beralih ke arah seragamnya. Basah. Sial! Si tukang ojek itu telah berhasil menyisakan kelembaban pada seragam termahalnya.

"Lihat pembalasan gue nanti, Always!"

To be continued

Related chapters

  • WOLF (Indonesia)   4 - Rencana Besar

    SMU PELANGI memiliki tata ruang bangunan tiga tingkat yang berbentuk layaknya huruf U. Di mana setiap tingkat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sayap kanan dan sayap kiri yang ditengahi oleh tangga utama yang cukup besar. Kendati begitu,masing-masing sayap juga memiliki tangga untuk mempermudah akses jalan para siswa. Mengingat, bangunannya yang cukup luas.SMU Pelangi hanya memiliki 18 ruang kelas saja, di mana masing-masing kelas terdapat enam ruangan kelas. Namun, kelas 11 dan kelas 12 dibagi sesuai jurusan, yaitu jurusan IPA memiliki dua ruangan kelas, dan jurusan IPS memiliki empat ruangan kelas. Pun, kelas 10 terdapat enam kelas dan dibagi menjadi tiga ruangan kelas yang menduduki lantai dasar pada sayap kanan dan sayap kiri. Sedangkan kelas 11 IPA menduduki lantai dua, dan kelas 12 IPA menduduki lantai tiga pada sayap kanan.

    Last Updated : 2021-01-09
  • WOLF (Indonesia)   5 - Sang Bangau

    07.45 AMPAGI ini. Matahari tampak malu dengan bersembunyi di balik gumpalan awan nan kelabu. Angin berembus lembut, menerpa siapa saja tanpa permisi. Kendati begitu, hawa panas tetap saja terasa membakar diri pada setiap siswa yang sedang berlari.Itulah yang dilakukan oleh para penghuni kelas 11 IPA satu yang memiliki jadwal mata pelajaran Olahraga. Mereka berlari mengelilingi lapangan Sekolah sebanyak lima putaran. Membuat para siswi merasa kelelahan. Padahal, mereka hanya baruberlari sebanyak dua putaran saja.Berbeda halnya dengan Awes. Cowok itu telah berhasil menyelesaikan empat putaran larinya, dengan semangat membara. Namun, mengernyit bingung saat tak menemukan sosok Happy di belakangnya. Ke mana perginya cewek itu? Pasalnya, cewek berparas cantik itu masih terlihat berlari pada putaran ke tiganya. Tapi, saat ini Happy menghilang. Entah ke mana.Awes berniat untuk se

    Last Updated : 2021-01-10
  • WOLF (Indonesia)   6 - Luka Sang Angsa

    SEBAGAI ketua tim keamanan OSIS, Always memiliki peran penting untuk menjaga keamanan di lingkungan sekolahnya. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab untuk memecahkan kasus pencurian yang sedang berkeliaran saat-saat ini.Awes memilih untuk melaporkan kejadian yang telah menimpa Rosa kepada wali kelasnya. Kemudian, bergegas pergi ke ruang siaran, setelah laporannya diterima. "Pengumuman! Untuk semua warga sekolah, dimohon untuk tetap berada pada tempatnya masing-masing. Karena, kami selaku tim keamanan OSIS akan melakukan sidak kepada seluruh warga sekolah. Terimakasih."Hening.Awes mematikan mikrofonnya. Tertunduk, seraya mendesah pelan. Hatinya terasa berdenyut pil

    Last Updated : 2021-01-11
  • WOLF (Indonesia)   7 - Alibi

    08.30 PMSETIBANYA di rumah, Arvin langsung menuju ke kamar. Meletakkan tasnya di atas meja belajar. Lalu, menghempaskan tubuhnya, yang terasa begitu lelah, di atas ranjang yang empuk. Netranya menerawang menatap atap dinding kamar yang berwarna biru langit. Pun, kini benaknya telah berhasil menembus batas waktu, akan kejadian pagi tadi di sekolahnya.07.15 AMTiba-tiba saja, Arvin merasakan tubuhnya terasa remuk dan sakit di bagian kepala. Ia pun memilih untuk izin keluar kelas, menuju ke UKS. Mau tak mau Arvin harus rela tak mengikuti mata pelajaran pertamanya.Namun, Arvin terkejut saat mendapati Happy, setelah sampai di UKS.

    Last Updated : 2021-01-12
  • WOLF (Indonesia)   8 - My Pets

    SMU PELANGI memiliki bangunan kantin yang cukup luas. Di bangunan berbentuk persegi yang terbuka itu, berjejer lima stand makanan dan minuman yang dibangun dengan menggunakan tembok permanen. Kendati begitu, di bagian tengah masing-masing stand tepat di samping kanan pintu, sengaja dibiarkan terbuka dengan tembok yang hanya beberapa meter saja di bawahnya. Hal itu bertujuan supaya bisa digunakan sebagai tempat bertransaksi jual beli antara para siswa dan penjual. Pun, kursi dan meja berjejer rapi di depannya. Atap kantin yang terbuat dari genting beton membuat para penghuninya terlindungi dari terik sinar matahari. Pepohonan hijau yang tumbuh di arena Kantin, membuat suasana semakin tampak sejuk.Seperti saat ini, suasana kantin tampak begitu ramai, walau cuaca sedikit terik. Para penghuni kantin menyantap makan siangnya diiringi dengan denting suara sendok dan juga garpu. Tak sedikit dari mereka, yang hanya memesan Pop Ice mbak Wi

    Last Updated : 2021-01-13
  • WOLF (Indonesia)   9 - Impian dan Harapan

    ARVIN memandang langit yang tak berbintang dari balkon kamarnya. Sepertinya, malam ini hujan akan mengguyur Ibu Kota. Bisa dilihat dari gumpalan awan berwarna hitam pekat yang terus bergerak maju menyembunyikan indahnya sinar rembulan dan juga bintang. Perlahan, angin dingin berdesir lembut menerpa siapa saja yang berada di bawahnya. Arvin pun memilih beranjak dari pembatas pagar untuk segera masuk ke kamarnya. Sebab, tak ingin dinginnya malam terus menggerogoti tubuhnya.Arvin memilih untuk duduk di kursi meja belajarnya. Membuka buku pelajaran untuk dibaca dan diserap ilmunya. Ia baru ingat, jika besok akan ada ulangan harian di kelas. Oleh sebab itu, kini di antara jari-jemarinya telah terselip bolpoint yang siap untuk bergerak lincah, menuliskan kata demi kata di buku tulisnya. Kebiasaannya, yang suka merangkum apa saja yang dibaca, dan akan dibaca ulang nantinya.

    Last Updated : 2021-02-05
  • WOLF (Indonesia)   10 - Fall In Love

    HUJAN semalam, masih terus mengguyur Ibu Kota hingga sampai pada pagi hari ini. Oleh sebab itu, upacara bendera yang sudah menjadi rutinitas di hari senin pagi, terpaksa harus ditiadakan. Hal tersebut, membuat seluruh penghuni sekolah masih memiliki waktu 30 menit sebelum jam mata pelajaran pertama dimulai.The Richest memilih menghabiskan waktu mereka, untuk berkumpul. Kali ini, kelas Raja menjadi tempat utama untuk berkumpulnya anak konglomerat itu. Walaupun pada kenyataannya, kini mereka berempat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Mereka semua asyik menatap layar ponsel. Kendati begitu, Gavin lebih memilih membaca buku mata pelajarannya, sebagai bekal ulangan hariannya nanti.Kevin memandang takjub layar ponselnya, yang memperlihatkan berita tentang pengeluaran miniatur sepeda motor balap terbaru, dari

    Last Updated : 2021-02-07
  • WOLF (Indonesia)   11 - Glamorous Camping

    “Di tengah hutan, tertawa lepas, jauh dari kebisingan, dan dekat dengan alam.”Glamour Camping atau yang disingkat dengan glamping merupakan kegiatan berkemah dengan menghadirkan suasana kemewahan di tengah hutan. Berbagai fasilitas lengkap yang bisa didapatkan, seperti; tenda yang lebih besar serta alas tidur menggunakan kasur dan bantal.Ada listrik dan juga fan di dalam tenda untuk sirkulasi udara.Juga tenda yang dilapisi double layer sebagai pelindung dari hujan.Glamping akan dilaksanakan selama dua hari ke depan.Dengan mengikuti acara tersebut, semua peserta sudah pasti akan mendapatkan banyak pengalaman baru dan juga bisa menikmati alam dengan cara yang berbeda. Itulah alasan Arvin memilih glamping sebagai

    Last Updated : 2021-02-08

Latest chapter

  • WOLF (Indonesia)   EPILOG

    Dua Tahun Kemudian“Hai, mata raishuu.” (Ya, sampai bertemu minggu depan)“Hai, arigatou gozaimasu,” (Ya, terimakasih banyak) sahut seluruh mahasiswa kepada sensei yang telah memberikan ilmunya kepada mereka. Setelah itu, para mahasiswa pun segera merapikan buku-buku mereka, dan memasukkannya ke dalam tas.Begitu pula Arvin, cowok itu memasukkan semua buku-buku yang bertuliskan huruf campuran antara Kanji dan Hiragana pada sampul, yang berserakan di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas ransel. Setelah itu, segera beranjak dari duduknya dan melangkahkan kedua kakinya keluar kelas.Setengah berlari, Arvin menyusuri koridor Kampus yang masih ramai oleh para Mahasiswanya. Sekilas, ia menilik ke arah arloji di pergelangan tangannya. Masih ada waktu satu jam untuk b

  • WOLF (Indonesia)   38 - The Real Wolf

    DI TERAS sebuah rumah mewah bak istana. Berjejer tiga buah motor sport ninja dengan bermacam-macam warna, seperti: merah, hitam dan biru. Pun, sebuah nomor plat unik tertempel pada motor ninja berwarna biru. Sebuah plat nomor yang bertuliskan B 390 LU.Beralih dari sana, di sebuah kamar nan luas. Puluhan miniatur sepeda motor balap tampak tersimpan rapi pada dua rak lemari dengan kaca yang melapisi. Pun, sebuah jaket berwarna hitam dengan lambang Wolf tergantung pada lemari pakaian yang terletak di sebelah kanannya. Sedangkan, sang pemilik benda-benda tersebut terduduk di atas lantai yang beralaskan karpet rasfur berbulu tebal, sembari menonton tayangan berita di TV.“Sungguh, sekarang saya menyesal. Akibat perbuatan saya pula, kini karir Mamah berada

  • WOLF (Indonesia)   37 - Hukuman

    “Tuhan tengah menghukummu dengan kacaunya perasaan. Tuhan juga tengah menghukummu, dengan berbagai cobaan. Dan, mungkin ini adalah hukuman yang pantas untukmu jadikan perubahan.”¤¤¤¤

  • WOLF (Indonesia)   36 - Where Are You, Wolf?

    RAJA mematut diri di depan cermin. Menyisir rambut hitam pekat, lalu memberikannya sedikit pomade. Ia tersenyum, melihat tatanan rambutnya yang saat ini telah tampak rapi. Kemudian, ia langsung mengambil jaket berwarna biru bertuliskan ‘Ojolali’ yang disangkutkan pada dinding, dan juga tas selempang hitam kecil. Setelah itu, melangkahkan kedua kakinya keluar kamar. Untuk mengawali minggu pagi, dengan mengais rezeki.“Ja! Jangan lupa matikan TV kalau mau berangkat! Mamah masih di dapur. Kemarin, mamah jenguk papah di penjara. Papah minta dimasakkan ayam goreng,” beritahu Renata dengan setengah berteriak, seraya menggoreng ayam yang telah dibumbuinya.Raja menutup pintu kamarnya. Ia menggeleng, ketika melihat TV di ruang tamu yang masih menyala tanpa ada seseorang yang menontonnya. Pemborosan. Itulah yang terpikirkan di benaknya saat ini. Ditambah lagi, acara tentang gosip selebriti yang sedang tayang, membuatnya berdecak keci

  • WOLF (Indonesia)   35 - Another Wolf

    Satu bulan sebelum penangkapanDi depan meja belajarnya, jari-jemari Arvin tengah menari-nari indah di atas secarik kertas. Sebuah pesan akan rahasia besar yang selama ini ditutupi, akhirnya akan disampaikannya melalui surat yang akan diberikan oleh sang Burung Surga.Hai, apa kabarnya Burung Surgaku?Burung surga atau burung cendrawasih adalah julukan yang pantas untuk

  • WOLF (Indonesia)   34 - Burung Surga

    HARI ini mendung, sedikit berangin. Awes terduduk di kursi terdepan yang merupakan milik Yoga. Satu-satunya kursi yang sudah lama tak berpenghuni, semenjak ditinggal pergi oleh sang pemiliknya.Awes menopang kepala dengan tangan kiri, seraya menatap gumpalan awan berwarna kelabu. Tak ada rasa sedih, amarah, maupun sebuah letupan emosi. Hanya rasa hampa yang saat ini menemani. Ia merenung dan mengingat kembali kebersamaan dengan kedua sahabatnya. Hingga, tak sadar jika sebuah senyum telah terbit di sudut bibir, ketika mengingat kenangan indah itu.Berbeda halnya dengan Happy yang berada di seberang kiri Awes, cewek itu tampak begitu gusar. Hampir beberapa menit ia menunggu panggilannya terangkat. Sayangnya, sama sekali tak ada tanda suara dari Arvin yang mengangkat panggilannya. Apakah sesuatu telah terjadi kepada Arvin, hingga cowok itu tak mengangkat panggilan darinya? Mendadak, Happy merasa takut sendiri.P

  • WOLF (Indonesia)   33 - Serigala Berbulu Domba

    Lima bulan sebelumnyaDi dalam kamar nun luas, dengan dominasi cat berwarna putih, Wolf duduk di depan meja belajar, seraya memainkan sebuah bolpen yang terselip di antara jari-jemarinya. Ia tengah menatap selembar kertas yang berisikan tiga nama korban, yang sengaja diberi nama ‘My Pets’. Pasalnya, memang seluruh korbannya adalah seorang manusia yang memiliki sifat yang sama seperti binatang, yang saat ini telah dianggapnya sebagai hewan peliharaan.Bagaimana tidak? Kebanyakan dari mereka tak sedikit pun mau saling menghargai atau berbagi dengan satu sama lainnya. Bukankah, binatang saja yang tak memiliki akal dan pikiran, mau saling berbagi? Lantas, kenapa mereka para manusia yang dikarunia akal sehat malah tak memiliki hati nurani?Wolf tersenyum. Sudah ada dua nama yang ditandai dengan ceklis di samping nama para korbannya. “Arvin? Kenapa aku bisa lupa untuk memberikanmu sebuah julukan dan pesan? K

  • WOLF (Indonesia)   32 - Kobaran Api Amarah

    “Orang munafik selalu ingin tampak tak bersalah, selalu suka memutar balikkan keadaan, selalu ingin tampak seolah-olah bermaksud baik. Dan tak pernah ingin menghadapinya ketika berurusan dengan s

  • WOLF (Indonesia)   31 - Tentang Wolf

    “Kamu Always, kan?”Awes menoleh ke arah tangga yang ada di samping kanan, ketika kedua telinganya mendengar suara seorang wanita yang memanggil namanya. Kini, netranya mendapati wanita itu yang sedang menuruni anak-anak tangga dengan cukup hati-hati.Wanita itu tersenyum, dan berjalan ke arah Awes saat telah menginjakkan kakinya di lantai dasar. Sedangkan Awes, mengerutkan keningnya samar. Ia merasa pernah berjumpa dengan wanita tersebut. Tapi … siapa dan di mana?Kini, Awes berusaha untuk mengingat, hingga benaknya berhasil menembus batas waktu beberapa bulan yang lalu, di mana dirinya tengah menjemput salah seorang customer-nya yang sedang hamil.“Dengan Mbak Shasa?” tanya Awes kepada seorang wanita yang sedang hamil di depannya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status