ARVIN memandang langit yang tak berbintang dari balkon kamarnya. Sepertinya, malam ini hujan akan mengguyur Ibu Kota. Bisa dilihat dari gumpalan awan berwarna hitam pekat yang terus bergerak maju menyembunyikan indahnya sinar rembulan dan juga bintang. Perlahan, angin dingin berdesir lembut menerpa siapa saja yang berada di bawahnya. Arvin pun memilih beranjak dari pembatas pagar untuk segera masuk ke kamarnya. Sebab, tak ingin dinginnya malam terus menggerogoti tubuhnya.
Arvin memilih untuk duduk di kursi meja belajarnya. Membuka buku pelajaran untuk dibaca dan diserap ilmunya. Ia baru ingat, jika besok akan ada ulangan harian di kelas. Oleh sebab itu, kini di antara jari-jemarinya telah terselip bolpoint yang siap untuk bergerak lincah, menuliskan kata demi kata di buku tulisnya. Kebiasaannya, yang suka merangkum apa saja yang dibaca, dan akan dibaca ulang nantinya.
HUJAN semalam, masih terus mengguyur Ibu Kota hingga sampai pada pagi hari ini. Oleh sebab itu, upacara bendera yang sudah menjadi rutinitas di hari senin pagi, terpaksa harus ditiadakan. Hal tersebut, membuat seluruh penghuni sekolah masih memiliki waktu 30 menit sebelum jam mata pelajaran pertama dimulai.The Richest memilih menghabiskan waktu mereka, untuk berkumpul. Kali ini, kelas Raja menjadi tempat utama untuk berkumpulnya anak konglomerat itu. Walaupun pada kenyataannya, kini mereka berempat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Mereka semua asyik menatap layar ponsel. Kendati begitu, Gavin lebih memilih membaca buku mata pelajarannya, sebagai bekal ulangan hariannya nanti.Kevin memandang takjub layar ponselnya, yang memperlihatkan berita tentang pengeluaran miniatur sepeda motor balap terbaru, dari
“Di tengah hutan, tertawa lepas, jauh dari kebisingan, dan dekat dengan alam.”Glamour Camping atau yang disingkat dengan glamping merupakan kegiatan berkemah dengan menghadirkan suasana kemewahan di tengah hutan. Berbagai fasilitas lengkap yang bisa didapatkan, seperti; tenda yang lebih besar serta alas tidur menggunakan kasur dan bantal.Ada listrik dan juga fan di dalam tenda untuk sirkulasi udara.Juga tenda yang dilapisi double layer sebagai pelindung dari hujan.Glamping akan dilaksanakan selama dua hari ke depan.Dengan mengikuti acara tersebut, semua peserta sudah pasti akan mendapatkan banyak pengalaman baru dan juga bisa menikmati alam dengan cara yang berbeda. Itulah alasan Arvin memilih glamping sebagai
"Ingat ya! Kalau ada yang mau keluar dari tenda, salah satu dari kita harus ada yang jaga tenda." Arvin tak henti memeringati Awes dan juga Yoga.Selama acara berlangsung, mereka bertiga akan berada dalam satu tenda. Dan kini mereka tengah mengatur barang bawaannya, untuk diletakkan di samping kasur mereka masing-masing."Oke," jawab Awes dan Yoga serempak. Ini sudah puluhan kalinya Arvin memeringati. Membuat Awes hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala."Kita masih belum tahu siapa Wolf. Bisa jadi dia diam-diam ikut acara ini, dan hanya tinggal menunggu kita lengah aja, buat dia bisa lancarin aksinya," sahut Arvin lagi.Awes dan Yoga kali ini hanya mendengarkan sembari menata barang-barang
HANGAT sinar mentari, masuk melalui celah di antara pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Suara cicit burung bernyanyi silih berganti. Pun, udara segar mulai menyeruak masuk ke dalam tenda-tenda tanpa permisi.Di pagi menjelang siang ini, siswa kelas 10 sudah berbaris rapi di lapangan. Mereka semua terbakar semangat membara untuk mengikuti permainan outbond. Sebuah permainan yang telah disiapkan oleh para OSIS jauh hari, sebelum acara ini berlangsung.Outbond diwajibkan untuk kelas 10 dengan dibimbing langsung oleh anggota OSIS. Always telah berada di barisan terdepan dengan ke-10 anaknya yang telah berbaris di belakangnya. Begitu pula Arvin dan anggota OSIS lainnya, yang juga telah berada di barisan depan dengan ke-10 adik kelasnya. Di hari kedua ini, mereka semua yakin akan menghabiskan h
WOLF telah berada di tempat yang cukup ramai. Ia akan beraksi tanpa menggunakan jaket andalannya dan tanpa penutup wajah. Terlalu terlihat mencolok jika harus menggunakan atribut seperti itu. Sebab, atraksinya kali ini cukup menantang. Bagaimana tidak? Ia akan nekat melakukan aksinya di tengah keramaian seperti ini.Mendadak, rasa cemas mulai membalut diri. Cemas akan kegagalan yang tak diharapkannya. Namun, tekadnya sudah bulat. Wolf harus benar-benar melakukan aksinya, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan semalam. Sampai-sampai ia rela bergadang demi membuat rencana dadakannya itu. Tak boleh ada kegagalan yang didapat. Bisa-bisa, semua penghuni hutan ini akan mengetahui identitas aslinya. Oleh sebab itu, Wolf harus sangat berhati-hati.Kini, Wolf telah berada di antara dua tenda. Pandangannya menjelajah ke arah sekitarnya yang masih tampak begitu ramai. Tak boleh gegab
"Pinky, kamu di mana?" Rosa sedari tadi bingung mencari sandal berwarna pinknya yang hilang."Ya, ampun. Nggak mungkin, 'kan, gue pake sandal cuma sebelah doang," gerutunya kesal. Pasalnya, ia sudah mencarinya di sekitar tenda, hingga sampai di bawah bantalnya. Namun, tak kunjung menemukannya.Happy yang baru masuk ke dalam tendanya pun turut dibuat bingung oleh sikap Rosa. "Kamu lagi nyari apa, Ros?" tanyanya ketika melihat Rosa yang tengah kebingungan mencari sesuatu."Sandal aku hilang sebelah, Py. Tolong bantu aku cari dong!" pintanya dengan masih mencarinya di sekitar kasur miliknya.Happy mengernyit heran. "Aneh, kok bisa hilang, sih?""Aku juga nggak tahu, Py. Tadi, aku ketiduran. Pas bangun, pinky aku udah hilang sebelah," terangnya yang masih enggan menatap lawan bicaranya. Rosa masih fokus mencari benda kesayangannya itu di sekitar kasur miliknya.Happy semakin bingung
DENGAN mengenakan T-shirt berwarna merah yang dipadu padankan dengan celana jeans berwarna hitam, Always menyisir rambut berwarna hitamnya di depan cermin. Weekend pagi ini, ia memiliki janji dengan Happy untuk menemaninya pergi ke Panti Asuhan. Happy pernah bilang, kalau hal tersebut sudah menjadi rutinitas di setiap bulannya. Dan kali ini, suatu kebanggaan untuk Awes bisa menemani cewek itu pergi ke sana.Setelah menyisir rambut, Awes menatap penampilannya yang terpantul di balik cermin. "Gue udah ganteng belum, ya?" tanyanya sambil berulang kali memutar tubuhnya, melihat seluruh penampilannya, dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kamu udah ganteng kok, Wes," seru seseorang tiba-tiba."Astagfirullahal'adzim
ALWAYS memarkirkan sepeda motornya di depan pintu masuk Panti Asuhan Pelangi. Panti Asuhan yang terbilang cukup besar, juga terletak tak jauh dari sekolahnya. Awes meletakkan helm di kaca spion motornya, sedangkan Happy sudah lebih dulu turun dari motor dan memberikan helmnya kepada Awes.Di dalam Panti yang tertutup oleh kaca transparan, Awes bisa melihat lima anak-anak yang ditaksir usianya lima sampai tujuh tahun sedang berlari, tertawa, dan bermain bersama. Awes mengulas senyum. Ia bisa melihat dengan jelas kebahagiaan yang tersirat di wajah mereka."Itu Kak Happy!" teriak mereka saat melihat Happy berjalan menghampiri. Mereka semua berlari keluar menyambut kedatangan cewek itu.Happy tersenyum riang melihat anak-anak itu berlari menyambu
Dua Tahun Kemudian“Hai, mata raishuu.” (Ya, sampai bertemu minggu depan)“Hai, arigatou gozaimasu,” (Ya, terimakasih banyak) sahut seluruh mahasiswa kepada sensei yang telah memberikan ilmunya kepada mereka. Setelah itu, para mahasiswa pun segera merapikan buku-buku mereka, dan memasukkannya ke dalam tas.Begitu pula Arvin, cowok itu memasukkan semua buku-buku yang bertuliskan huruf campuran antara Kanji dan Hiragana pada sampul, yang berserakan di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas ransel. Setelah itu, segera beranjak dari duduknya dan melangkahkan kedua kakinya keluar kelas.Setengah berlari, Arvin menyusuri koridor Kampus yang masih ramai oleh para Mahasiswanya. Sekilas, ia menilik ke arah arloji di pergelangan tangannya. Masih ada waktu satu jam untuk b
DI TERAS sebuah rumah mewah bak istana. Berjejer tiga buah motor sport ninja dengan bermacam-macam warna, seperti: merah, hitam dan biru. Pun, sebuah nomor plat unik tertempel pada motor ninja berwarna biru. Sebuah plat nomor yang bertuliskan B 390 LU.Beralih dari sana, di sebuah kamar nan luas. Puluhan miniatur sepeda motor balap tampak tersimpan rapi pada dua rak lemari dengan kaca yang melapisi. Pun, sebuah jaket berwarna hitam dengan lambang Wolf tergantung pada lemari pakaian yang terletak di sebelah kanannya. Sedangkan, sang pemilik benda-benda tersebut terduduk di atas lantai yang beralaskan karpet rasfur berbulu tebal, sembari menonton tayangan berita di TV.“Sungguh, sekarang saya menyesal. Akibat perbuatan saya pula, kini karir Mamah berada
“Tuhan tengah menghukummu dengan kacaunya perasaan. Tuhan juga tengah menghukummu, dengan berbagai cobaan. Dan, mungkin ini adalah hukuman yang pantas untukmu jadikan perubahan.”¤¤¤¤
RAJA mematut diri di depan cermin. Menyisir rambut hitam pekat, lalu memberikannya sedikit pomade. Ia tersenyum, melihat tatanan rambutnya yang saat ini telah tampak rapi. Kemudian, ia langsung mengambil jaket berwarna biru bertuliskan ‘Ojolali’ yang disangkutkan pada dinding, dan juga tas selempang hitam kecil. Setelah itu, melangkahkan kedua kakinya keluar kamar. Untuk mengawali minggu pagi, dengan mengais rezeki.“Ja! Jangan lupa matikan TV kalau mau berangkat! Mamah masih di dapur. Kemarin, mamah jenguk papah di penjara. Papah minta dimasakkan ayam goreng,” beritahu Renata dengan setengah berteriak, seraya menggoreng ayam yang telah dibumbuinya.Raja menutup pintu kamarnya. Ia menggeleng, ketika melihat TV di ruang tamu yang masih menyala tanpa ada seseorang yang menontonnya. Pemborosan. Itulah yang terpikirkan di benaknya saat ini. Ditambah lagi, acara tentang gosip selebriti yang sedang tayang, membuatnya berdecak keci
Satu bulan sebelum penangkapanDi depan meja belajarnya, jari-jemari Arvin tengah menari-nari indah di atas secarik kertas. Sebuah pesan akan rahasia besar yang selama ini ditutupi, akhirnya akan disampaikannya melalui surat yang akan diberikan oleh sang Burung Surga.Hai, apa kabarnya Burung Surgaku?Burung surga atau burung cendrawasih adalah julukan yang pantas untuk
HARI ini mendung, sedikit berangin. Awes terduduk di kursi terdepan yang merupakan milik Yoga. Satu-satunya kursi yang sudah lama tak berpenghuni, semenjak ditinggal pergi oleh sang pemiliknya.Awes menopang kepala dengan tangan kiri, seraya menatap gumpalan awan berwarna kelabu. Tak ada rasa sedih, amarah, maupun sebuah letupan emosi. Hanya rasa hampa yang saat ini menemani. Ia merenung dan mengingat kembali kebersamaan dengan kedua sahabatnya. Hingga, tak sadar jika sebuah senyum telah terbit di sudut bibir, ketika mengingat kenangan indah itu.Berbeda halnya dengan Happy yang berada di seberang kiri Awes, cewek itu tampak begitu gusar. Hampir beberapa menit ia menunggu panggilannya terangkat. Sayangnya, sama sekali tak ada tanda suara dari Arvin yang mengangkat panggilannya. Apakah sesuatu telah terjadi kepada Arvin, hingga cowok itu tak mengangkat panggilan darinya? Mendadak, Happy merasa takut sendiri.P
Lima bulan sebelumnyaDi dalam kamar nun luas, dengan dominasi cat berwarna putih, Wolf duduk di depan meja belajar, seraya memainkan sebuah bolpen yang terselip di antara jari-jemarinya. Ia tengah menatap selembar kertas yang berisikan tiga nama korban, yang sengaja diberi nama ‘My Pets’. Pasalnya, memang seluruh korbannya adalah seorang manusia yang memiliki sifat yang sama seperti binatang, yang saat ini telah dianggapnya sebagai hewan peliharaan.Bagaimana tidak? Kebanyakan dari mereka tak sedikit pun mau saling menghargai atau berbagi dengan satu sama lainnya. Bukankah, binatang saja yang tak memiliki akal dan pikiran, mau saling berbagi? Lantas, kenapa mereka para manusia yang dikarunia akal sehat malah tak memiliki hati nurani?Wolf tersenyum. Sudah ada dua nama yang ditandai dengan ceklis di samping nama para korbannya. “Arvin? Kenapa aku bisa lupa untuk memberikanmu sebuah julukan dan pesan? K
“Orang munafik selalu ingin tampak tak bersalah, selalu suka memutar balikkan keadaan, selalu ingin tampak seolah-olah bermaksud baik. Dan tak pernah ingin menghadapinya ketika berurusan dengan s
“Kamu Always, kan?”Awes menoleh ke arah tangga yang ada di samping kanan, ketika kedua telinganya mendengar suara seorang wanita yang memanggil namanya. Kini, netranya mendapati wanita itu yang sedang menuruni anak-anak tangga dengan cukup hati-hati.Wanita itu tersenyum, dan berjalan ke arah Awes saat telah menginjakkan kakinya di lantai dasar. Sedangkan Awes, mengerutkan keningnya samar. Ia merasa pernah berjumpa dengan wanita tersebut. Tapi … siapa dan di mana?Kini, Awes berusaha untuk mengingat, hingga benaknya berhasil menembus batas waktu beberapa bulan yang lalu, di mana dirinya tengah menjemput salah seorang customer-nya yang sedang hamil.“Dengan Mbak Shasa?” tanya Awes kepada seorang wanita yang sedang hamil di depannya.