Kekecewaan tidak bisa lagi mami Julia tutupi, ketika prediksinya jauh dari harapan.Setelah dokter Feni yang baru memeriksa Valen, mengatakan jika menantunya tersebut tidak sedang hamil, seperti apa yang tadi dirinya pikiran.Valen memeluk lengan mami Julia ketika keduanya baru saja keluar dari ruangan dokter Feni."Mi, aku tahu Mami sangat menginginkan cucu dari aku dan juga Nick, tapi Tuhan sepertinya belum mau menitipkan bayi di rahim aku, jadi Mami tidak perlu bersedih ya." Valen coba menghibur ibu mertuanya tersebut.Mami Julia menganggukkan kepalanya untuk menanggapi ucapan dari sang menantu.Tentu dengan pikiran tertuju pada sang putra, yang Mami Julia kira mengalami kehamilan simpatik.Dan mami Julia sedang berpikir, wanita mana lagi yang mengandung anak dari Nick.Valen melepas pelukan lengan mami Julia. "Mi, aku ingin beli sesuatu di kantin, Mami masuk duluan saja."Kembali lagi mami Julia menganggukkan kepalanya, lalu menatap kepergian sang sang menantu.Setelah kepergian
Mela merasa bingung, sudah hampir satu jam di perjalanan, tapi Vera saudari tirinya tersebut masih menyuruh supir taksi online yang keduanya naiki, untuk terus melajukan mobilnya.Padahal Vera mengajaknya pergi untuk makan malam di kafe.Tapi nyatanya sudah beberapa kafe kekinian terlewati.Mela menoleh pada Vera yang duduk tepat disampingnya."Ver, ini sudah satu jam lebih, dan kita sudah melewati beberapa kafe kekinian. Sebenarnya kamu ingin ke kafe yang mana?" tanya Mela untuk memastikan, saudari tirinya tersebut mau ke kafe yang mana."Ada, masih jauh. Aku ingin mencoba makanan di kafe itu yang baru buka." jawab Vera, tanpa menoleh pada Mela, dan fokus pada ponsel yang ada di tangannya.Jika buka perintah dari Madam untuk membawa Mela padanya. Enggan untuk Vera duduk dan juga berbicang dengan saudari tirinya tersebut.Tapi demi uang yang sudah Madam janjikan padanya, jika berhasil membawa Mela pada wanita itu, Vera mau tidak mau harus melakukan hal tersebut.Karena dirinya tidak l
Setelah keluar dari dalam mobil, bergegas Nick menghampiri Mela yang masih diam terpaku di tempatnya.Untung saja jalanan tersebut sepi, kalau tidak. Tentu saja sudah banyak bunyi klakson agar mobil yang dikendari supir Nick segera melaju.Nick yang sudah berdiri tidak jauh dari Mela, mengulurkan satu tangannya untuk memegang lengan sekretarisnya tersebut.Membuat pemilik lengan, yang masih begitu terkejut dengan kejadian tersebut, karena hampir saja Mela tertabrak oleh sebuah mobil.Kini menoleh pada Nick sang atasan. "Pak Nick?""Iya, apa kamu sudah bosan hidup?" tanya balik Nick.Namun, tidak mendapat jawaban dari Mela yang kini meraih satu tangan Nick."Pak, tolong aku." pinta Mela, ketika ia melihat dua anak buah Madam berlari mendekat. "Pak, mereka mendekat." ucap Mela, lalu berlari masuk ke dalam mobil sang atasan.Meninggalkan Nick, yang merasa sekretarisnya itu sedang ketakutan. Kemudian mengalihkan tatapannya pada objek yang tadi menjadi fokus Mela.Dimana ada dua pria bertu
"Apa kamu benar-benar melupakan malam itu?" tanya Nick balik tanpa menjawab pertanyaan dari Mela."Aku tidak tahu maksud Pak Nick apa." kata Mela yang enggan untuk menanggapi ucapan dari Nick, karena itu membuatnya semakin bingung.Mela beranjak dari duduknya, ingin segera meninggalkan kafe tersebut setelah menghabiskan semua makanan yang di pesannya.Lebih tepatnya ingin meninggalkan atasannya tersebut, yang seperti bunglon. Selalu berubah-ubah, tadi Nick seolah menuduhnya yang tidak-tidak.Tapi sekarang, mengajaknya berbicang seolah tadi tidak terjadi sesuatu.Mela yang ingin melangkahkan kakinya, ia urungkan. Ketika satu tangannya di tahan oleh Nick, membuatnya segera menoleh pada atasannya tersebut. "Lepas!" perintahnya.Dan Nick segera melepas tangan sekretaris barunya tersebut."Beberapa tahu silam, kita pernah menghabiskan malam di sebuah kamar hotel yang hanya di terangi satu lampu tidur tepat disisi ranjang. Tepatnya di hotel Prince, kamar deluxe room nomor dua puluh sembilan
"Perintah?" tanya Mela, menanggapi ucapan dari pak Remi.Pak Remi menganggukkan kepalanya, tentu saja sang atasan yang memerintahnya. Dimana Nick mengirim pesan pada supirnya tersebut, untuk pergi ke salah satu apartemen miliknya, yang sering Nick tempati jika malas untuk pulang ke rumah."Silakan." Pak Remi mempersilakan Mela untuk ikut.Namun, Mela hanya diam di tempatnya. Sedang berpikir, apakah Nick sang atasan berbuat baik padanya karena ada maksud tertentu?"Mbak, mari aku antar." kata Pak Remi, karena Mela hanya diam di tempatnya. "Ini sudah sangat larut malam. Aku sangat lelah dan ingin istirahat setelah mengatar Pak Nick pulang, jadi tidak bisa mengantar Mbak Mela pulang." ujarnya."Aku bisa pulang sendiri dengan naik taksi, Pak." sambung Mela."Ya ampun, aku baru ingat. Jika semua sopir taksi sedang mengadakan demo, makanya itu sepanjang perjalanan tadi kita tidak melihat ada taksi yang lewat kan?"Mela mengingat lagi, benar apa yang Pak Remi katakan, jika memang sepanjang p
Hanya butuh waktu satu jam untuk pak Remi mengendarai mobil, dan sekarang sudah memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang ada di kompleks apartemen sang atasan dimana Mela berada.Sepanjang perjalanan ke apartemen miliknya, Nick terus menghubungi Mela, tapi tetap saja ponsel sekretaris barunya itu tidak dapat di hubungi, membuat Nick semakin kuatir jika terjadi sesuatu pada Mela.Aneh bukan? Untuk apa Nick kuatir dengan sekretaris barunya itu. Apa mungkin Nick memiliki rasa pada Mela setelah dirinya tahu. Mela adalah gadis yang pertama kali ia nikmati mahkotanya, dan juga wanita yang pernah mengandung bayinya.Entahlah, tapi Nick benar-benar kuatir. Hingga ia yang sudah keluar dari dalam mobil, bergegas menuju sebuah lift ingin segera tiba di unit apartemennya.Nick yang sudah masuk ke dalam unit apartemen, segera bergegas menuju kamar tamu dimana pak Remi meminta sekretaris barunya itu tidur di kamar tersebut.Nick yang baru saja membuka pintu kamar tamu, langsung diam terpaku meli
Nadin yang sudah berada di meja kerjanya segera beranjak dari duduknya, untuk menyambut kedatangan atasannya yang berjalan menuju ruang kerjanya, tentu diikuti oleh Mela dari belakang.Dan baru kali ini selama bekerja dengan Nick, Nadin mendapati atasannya tersebut datang begitu siang.Dimana jam meja yang berada di atas meja kerja Nadin sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.Karena biasanya jika jam sembilan pagi Nick belum sampai kantor, berarti atasannya tersebut tidak masuk kerja."Selamat pagi menjelang siang Pak," sapa Nadin, saat Nick berjalan tepat di depan meja kerjanya.Nick hanya melirik pada sekretarisnya tersebut yang beberapa hari lagi akan cuti melahirkan, dan terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kerjanya.Setelah sang atasan masuk ke dalam ruangannya, Nadin duduk kembali di kursi kerjanya, sambil menoleh pada Mela yang juga sudah duduk di kursinya."Mel, kenapa kamu datang terlambat? Dan ya, kenapa kamu bersama dengan pak Nick?" tanya Nadin penasaran."Aku ba
Begitu–pun dengan Vian, yang langsung menoleh pada sumber suara yang tidak asing baginya.Setelahnya ia beranjak dari duduknya, ketika atasannya itu berjalan mendekati meja dimana ia dan juga Vian masih berada."Maksud Pak Nick?" tanya Vian yang tadi mendengar dengan jelas jika atasannya tersebut mengatakan, Mela menginap di apartemennya."Mela semalam menginap di apartemen milikku," Nick mengulangi perkataan sebelumnya. "Aku tidak tega melihat karyawanku pulang tengah malam seorang diri, apa lagi dia perempuan." jelas Nick.Vian yang tahu atasannya tersebut sangat baik pada semua karyawan, percaya dengan ucapannya. "Terima kasih Pak." ucap Vian.Nick tidak ingin menanggapi ucapan dari Vian, dan memilih pergi menuju sebuah Meja tempat yang selalu ia tempati ketika makan siang dia kafe tersebut.Kafe yang sering di datangi para petinggi perusahaan, karena harga makanan di kafe tersebut tergolong mahal untuk para karyawannya biasa.Vian mengalihkan tatapannya pada Mela yang masih berdir
"Liza," ucap Nick ketika melihat seseorang yang Mela tunjuk. Dimana Vian sedang berbicang dengan Eliza, dan sepertinya perbincangan itu tidak seperti perbincangan biasa. "Iya mantan pacar kamu, kan?" "Sayang, jangan bicara tentang masa lalu." "Maaf, refleks Sayang." ucap Mela sambil mengukir senyum. "Kamu yang mengundang dia?" "Tidak." jawab Nick benar adanya. Karena memang dirinya tidak mengundang Eliza. Tapi entah dengan Bara atau sehabatnya yang lain. "Mungkin Bara yang mengundang dia, sayang." Namun, Mela tidak menimpali ucapan dari sang suami. Karena kedua matanya masih menatap pada Vian dan juga Eliza. Dimana keduanya bukan lagi sedang berbincang, tapi beralih mengambil bayi Vera yang sedari tadi bersama dengan sang perawat. Lalu menggodongnya bergantian, sambil memanjakan bayi itu. "Mungkin Vian yang mengundang Liza, sayang." kata Mela. Dirinya masih mengingat beberapa hari lalu, Vian menceritakan jika sedang dekat dengan seorang wanita, setelah mengalami kecelakaan motor
Nick menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Bara.Yang menanyakan apakah dirinya mengundang seseorang yang Nick anggap sebagai kakaknya meskipun keduanya lahir dari ibu yang berbeda.Tentu saja Nick tidak mengundang pria tersebut, karena ia telah berkomitmen untuk tidak berurusan dengan Noah lagi.Nick pun juga bingung kenapa Noah menghadiri acara pernikahannya."Ada yang tidak beres Nick," ujar Bara yang terus menatap pada Noah.Dimana pria itu juga berjalan menggunakan dua tongkat, karena memang mengalami patah tulang, dan yang Noah alami lebih serius di banding dengan Sasa sang istri."Kamu tetap berada disini, aku yang akan menghadapinya Nick."Bara segera meninggalkan sahabatnya, dan berjalan menuju dimana Noah berada. Yang datang tidak hanya seorang diri, tapi juga dengan Fred."Acara ini tidak di peruntukan untuk orang yang tidak punya hati sepertimu, lebih baik kamu pergi. Jangan sampai aku memanggil security untuk menarik kalian keluar dari sini." kata Bara ya
Hari bahagia yang di tunggu Nick dan juga Mela akhirnya tiba juga.Hari dimana keduanya akan menjadi sepasang suami istri dalam beberapa menit lagi.Tentu saja bukan hanya keduanya yang bahagia, tapi semua orang yang dekat dengan Nick maupun Mela juga merasakan hal bahagia tersebut.Seperti apa yang ketiga sahabat Nick mau, pernikahan hari ini diadakan cukup megah.Sorakan begitu meriah dari semua yang menghadiri acara tersebut terdengar di setiap sudut diadakan acara, setelah Nick dan juga Mela sama-sama mengikat janji suci sehidup semati, dan sekarang sudah resmi menjadi suami istri.Tangis haru tidak bisa Nick tahan, untuk mengungkapkan betapa bahagianya ia saat ini. Setelah perjalanan cinta yang sangat rumit dengan Mela. Akhirnya ia bisa menjadikannya sebagai istrinya.Begitu pun dengan Mela, yang juga menitikan air mata kebahagiaan. Ia tidak pernah membayangkan hidupnya akan sebahagia ini bersama dengan pria yang sangat mencintainya, dan tidak peduli dengan masa lalunya."Hei, in
Kebahagian tidak bisa lagi Bara tutupi, setelah ia menerima dengan ikhlas jika sang istri tidak bisa hamil. Dan ia beserta sang istri sempat berniat untuk mengadopsi anak.Sekarang tanpa mengadopsi anak, Bara ada juga Sasa akan mempunyai anak dan itu darah daging keduanya.Tentu saja kebahagian itu membuat Bara menghujani ciuman pada wajah sang istri. Dimana Sasa kini sudah di pindah ke ruang perawatan.Tentu saja Sasa yang sedang terbaring di ranjang perawatannya. Bingung dengan sikap Bara, meskipun ia tahu suaminya sangat masum."Sayang, aku baik-baik saja. Dokter juga bilang tidak butuh waktu berbulan bulan kakiku bisa normal kembali." ujar Sasa mengira sang suami begitu mengkhuatirkannya. Karena memang, Sasa belum tahu jika dirinya sedang hamil. Dimana usia kandungannya sudah memasuki usia lima minggu.Bara menatap wajah sang istri. " Aku tahu sayang," ucapnya menimpali perkataan sang istri. "Dan terima kasih, sayang." Bara kembali mencium setiap inci wajah sang istri.Ucapan teri
Nick terpaksa mengakhiri perbincangan bersama pihak WO yang akan mengurus acara pernikahannya. Ketika mendengar kabar kecelakaan yang menimpa Mela calon istrinya.Bergegas Nick menuju rumah sakit, dimana sang kekasih berada."Buruan bodoh!" seru Nick pada Daniel. Salah satu sahabatnya yang hari ini menemaninya."Sabar Nick, tidak lama lagi kita sampai di rumah sakit.""Kamu menyuruh aku sabar, kamu tahu apa yang terjadi pada Mela kan?!" dengan nada emosi Nick mengucapkannya.Diam, hal terbaik yang bisa Daniel lakukan saat ini. Jangan sampai membuat sahabatnya tersebut marah, setelah mendapat kabar buruk tentang sang kekasih.Setibanya di rumah sakit, Nick segera berlari menuju tempat yang di beri tahu Vian. Kakak tiri dari sang kekasih yang memberi tahunya tentang kecelakaan yang meninpa wanita yang sangat dicintainya.Tentu saja Daniel yang tidak ingin tertinggal sang sahabat, segera mengikuti Nick yang berlari terburu-buru.Sampai akhirnya Daniel harus menghentikan langkahnya, mengi
Mela menahan tangan Sasa yang ingin pergi menyusul sang suami.Hingga sahabatnya tersebut menoleh kearahnya."Bicara baik-baik dengan Bara, Sa. Ingat, kamu salah dalam hal ini." ujar Mela.Sasa menganggukkan kepalanya, karena benar dalam hal ini dirinya yang salah. Sudah menyembunyikan kebenaran dari sang suami."Aku pergi dulu, Mel.""Hati-hati."Tek berselang lama setelah kepergian sahabatnya. Mela kedatangan tamu yang tidak ia duga.Siapa lagi jika bukan Wili yang sudah mengetahui jika Vera telah melahirkan dan wanita itu sudah meninggal dunia.Tentu saja kedatangan Wili membuat Mela kuatir, jika pria itu akan membawa bayi Vera. Meskipun seharusnya Wili berhak atas bayi itu."Aku tidak akan membiarkan kamu membawa bayi itu!" seru Mela, setelah Wili berdiri tepat dihadapannya.Namun, setelahnya Mela menautkan keningnya. Karena Wili tidak sama sekali menanggapi ucapannya. Yang ada pria tersebut duduk di sebuah kursi tepat di belakang Mela.Mela menoleh pada Wili yang tidak garang la
Akhirnya Mela pulang ke rumah yang Vian dan juga Vera tempati.Saat kakak tirinya itu meminta Mela untuk pulang secepatnya.Tentu saja Mela tidak pulang sendiri, melainkan bersama dengan Nick yang tidak ingin jauh dari sang kekasih, kekasih yang tidak lama lagi akan menjadi istrinya.Dan alangkah terkejutnya Mela, saat sudah sampai di rumah. Karena di rumah tersebut sudah ada Wili dan juga Valen, mantan istri dari sang kekasih.Dan keduanya coba untuk memaksa Vera keluar dari rumah tersebut, mengingat lagi Wili adalah suami Vera yang hanya menginginkan anak yang sedang dikandungnya demi sebuah tujuan.Tentu saja Vian tidak membiarkan Wili untuk membawa Vera sang adik pergi, tahu tujuan pria tersebut membawa adiknya tak lain dan tak bukan hanya ingin mengambil bayi Vera.Karena sebentar lagi Vera akan melahirkan."Lepas brengsek!" seru Wili, karena Vian menyembunyikan sang adik di belakang tubuhnya."Pergi dari rumahku!" usir Vian entah sudah berapa kali semenjak kedatangan Wili."Aku
Naoh meraih gelas yang ada diatas meja tepat disamping ranjang perawatannya, lalu melempar gelas tersebut hingga hancur berantakan kaatas lantai.Setelah pak Johan memberikan bukti jika Mela tidak lagi ditahan di kantor polisi. Dan polisi tidak lagi memproses laporannya seperti apa yang Noah inginkan."Sialan!" Teriakan dari Noah memenuhi ruangan dimana dirinya berada.Kemudian dirinya menatap pada pak Johan, yang masih berdiri disisi ranjang perawatannya. "Bodoh!" "Maafkan aku, Noah. Ini benar-benar di luar prediksiku." kata Pak Johan."Aku tidak ingin tahu, yang aku ingin. Nick hancur!""Noah, dia sudah tidak memiliki apa pun. Jadi lupakan saja tentang dia, dan fokus pada dirimu sendiri."Noah memicingkan matanya saat masih menatap pak Johan, apa lagi setelah mendengar yang dikatakannya.Kemudian Noah tersenyum miring. Entah mengapa tiba-tiba ia berpikir jika pak Johan akan mengkhianatinya dan kembali berada di pihak Nick."Tinggalkan aku sendiri." pinta Noah, tidak ingin berdiskus
Noah tersenyum mendengar apa yang baru saja Frans katakan. "Jadi kamu benar-benar ingin meninggalkan Nick?" tanya Noah untuk memastikan."Aku tidak mengatakan hal itu."Jawaban Frans membuat Noah semakin bingung, dirinya tidak salah dengar. Jika Frans tadi mengatakan kata "Baiklah" kata yang Noah anggap jika Frans mantan sahabatnya tersebut ingin meninggalkan Nick dan kembali bersahabat dengannya seperti dulu."Frans, jangan bercanda. Kamu sendiri yang bilang baiklah, jika kamu menerima tawaranku." ujar Noah."Maksud aku, baiklah jika kamu tidak akan mendengar apa yang aku katakan. Aku tidak akan memaksa kamu." ujar Frans, karena tidak mungkin dirinya mengkhianati Nick, salah satu pria yang sangat tulus bersahabat dengannya.Hingga Nick bisa mengerti akan dirinya sebagai saudara.Senyum tersungging dari sebelah sudut bibir Noah. Bisa-bisanya ia langsung percaya pada ucapan yang Frans lontarkan."Pergilah, aku tidak ingin melihatmu ada disini!" perintah Noah.Namun, Frans tetap berdiri